Laporan Praktikum.docx

  • Uploaded by: Asifa Khoirun nisa
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,034
  • Pages: 35
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR 2 “MONITORING POPULASI INVERTEBRATA”

Oleh: Nama

: Asifa Khoirun Nisa’

NIM

: 180210104005

Kelas

:A

Kelompok

: 6 (Enam)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2019

BAB 1. PENDAHULUAN

1. 1

Latar Belakang Serangga adalah salah satu contoh dari hewan Invertebrata yang menduduki

spesiesterbanyak. Perkembangan dan siklus hidup serangga mengalami tingkat-

tingkat dari yang sederhana sampai kompleks dan bahkan menakjubkan. Aspek yang sangat menarik dari serangga adalah pembagian daur hidup mereka dalam tahap telur, larva, kepompong, sampai tahap dewasa. Serangga juga sangat penting secara ekonomis bagi manusia. Mereka menyerbukkan banyak tanaman, memakan panen, dekomposer seresah, menularkan beberapa penyakit berbahaya, sebagai agen pengendali hama (predator dan parasitoid) dan juga dapat berfungsi sebagai sumber makanan. Bagian-bagian tanaman yang umumnya dimanfaatkan oleh serangga adalah daun, tangkai, ranting maupun batang juga nektar bunga dan cairan batang, selain sebagai mikrohabitat dari masing-masing jenis serangga bagian-bagian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai tempat berlindung serta sebagai tempat berkembang biak. Oleh karena itu dalam praktikum kali ini dilakukan monitoring serangga dengan berbagai macam metode. Perangkap serangga adalah tempat atau alat yang digunakan untuk menangkap serangga dengan cara di beri umpan dan menarik perhatian serangga tersebut, Umumnya serangga tertarik dengan cahaya, warna, aroma makanan atau bau tertentu. Serangga tentu juga lebih tertarik terhadap warna. Warna yang disukai serangga biasanya warna-warna kontras seperti kuning cerah. Dalam praktikum ini dilakukan monitoring terhadap serangga dengan metode diantaranya adalah sweep net, beating trays, pitfall traps, dan sticky traps. Tujuan dari dilakukannya perbedaan metode antara lain untuk mengetahui metode yang paling efektif untuk proses penangkapan serangga. 1. 2

Rumusan masalah 1.2.1

Bagaimana teknik monitoring populasi hewan invertebrata?

1.2.2

Bagaimana melakukan kegiatan monitoring populasi hewan invertebrata tanah (cacing tanah) pada suatu ekosistem sekitarya?

1.3

Tujuan 1.3.1

Untuk mengenal beberapa teknik monitoring populasi hewan invertebrata.

1.3.2

Untuk melakukan kegiatan monitoring populasi hewan invertebrata tanah (cacing tanah) pada suatu ekosistem sekitarya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Organism diciptakan oleh Tuhan tidak hanya satu jenis, tetapi berbagai jenis yang berbeda. Keragaman organism yang banyak itu menuntut manusia untuk dapat mengetahui agar mengenalinya. Pemberian nama pada organism (hewan dan tumbuhan) telah dilakukan baik secara local maupun ilmiah (Nurhadi, 2018:1).

Monitoring ialah kegiatan pengumpulan informasi secara rutin atau periodik untuk melihat kinerja semua pelaksana program dan memastikan seluruh kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan serta sesuai dengan biaya yang dialokasikan. Laporan monitoring biasanya dibuat dalam periode bulanan, triwulan, caturwulan, atau semester dan isinya mencakup output, kegiatan (aktivitas), dan penggunaan input sumber daya (manusia, waktu, dana, dan material). Monitoring merupakan bagian fungsi internal dari proyek atau organisasi, yaitu suatu fungsi berkelanjutan yang menggunakan pengumpulan data secara sistematik dari indkator-indikator yang telah ditetapkan dalam rangka memberi informasi pihak manajemen dan stakeholders tentang sejauh mana capaian dari tujuan dan kemajuan dalam penggunaan sumber daya (input) (Gunawan, 2015: 5). Penggunaan perangkap serangga menggunakan atraktan atau zat penarik merupakan salah satu teknik pencuplikan serangga yang mulai banyak dipergunakan, baik dalam monitoring populasi maupun pengendalian hama. Atraktan atau zat penarik merupakan zat kimia yang dapat menyebabkan serangga bergerak mendekati sumber zat tersebut. perangkap aktif serangga digunakan untuk mengetahui dan menangkap keberadaan suatu spesies serangga hama pada perkebunan pala yang mengalami kerusakan. Efektivitas empat macam perangkap dengan pemberian tiga atraktan berbeda dibandingkan dan diuji pada penelitian ini. Penggunaan perangkap dan atraktan untuk pencuplikan serangga pada perkebunan pala ini merupakan langkah awal dalam pengendalian hama (Priawandiputra, 2015: 54-55). Perangkap jaring (Sweep Net) digunakan untuk mengambil sampel serangga vegetasi. Alat ini terbuat dari bahan ringan dan kuat seperti kain kasa, mudah diayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat. Pemasangan

perangkap dilakukan dengan sistem diagonal dengan interval pemantauan 3 hari sekali dengan waktu pengamatan 5x pemantauan selama 2 minggu . Penangkapan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 – 09.00 WIB dan sore sekitar jam 17.00 – 18.00 WIB. Serangga yang tertangkap kemudian dikumpulkan dan dipisahkan lalu dimasukkan kedalam botol sampel untuk diidentifikasikan di Laboratorium. 2.Perangkap jatuh (Fit Fall Trap) Perangkap jatuh (Fit Fall Trap) Serangga yang aktif pada siang hari dan malam hari digunakan untuk menangkap serangga yang hidup diatas permukaan tanah. Pemasangan alat ini dilakukan pada pukul 08.00 – 17.00 WIB untuk siang dan malam pada pukul 18.00- 08.00 WIB. Lokasi

dilakukan pada lahan sawah dengan sampel

yang ditentukan

(Siregar,2014: 1643). Hasil penelitian didapatkan jumlah semut yang tertangkap dengan menggunakan pit fall trap dan bait trap pada lahan pertanian organik memiliki jumlah individu dan jumlah jenis yang lebih tinggi dibandingkan lahan anorganik. Semut yang tertangkap dengan menggunakan pit fall trap memiliki jumlah individu yang lebih sedikit dibandingkan semut yang tertanggkap dengan bait trap, namun semut yang tertangkap dengan pit fall trap memiliki jumlah jenis yang lebih banyak dibandingkan dengan semut yang tertangkap dengan menggunakan bait trap.Penggunaan metode bait trap, umpan yang digunakan untuk menarik kehadiran semut adalah larutan gula, sehingga semut yang terambil dengan menggunakan bait trap adalah semut yang memiliki ketertarikan dengan gula seperti Iridomyrmex sp. Semut Iridomyrmex sp yang tertangkap dengan menggunakan bait trap memiliki jumlah individu yang lebih banyak dibandingkan dengan semut lain yang tertangkap dengan menggunakan bait trap. Hal ini menunjukkan bahwa semut Iridomyrmex sp merupakan semut yang memiliki ketertarikan dengan makanan yang manis seperti cairan gula atau embun madu yang berasal dari kutu daun (Aphid sp). Menurut Wilson (2010) semut yang termasuk kedalam subfamili Dolichoderinae pada umumnya sebagai pemakan bangkai, predator dan memakan embun madu yang berasal dari kutu daun (Aphids sp) (Putra,2017: 173).

Ketertarikan serangga terhadap warna merupakan perilaku serangga di alam. Pendekatan terhadap perilaku serangga dapat dijadikan acuan dasar penelitian. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memberi daya tarik serangga terhadap warna. Salah satunya adalah dengan memasang kertas warna-warni (sticky trap) yang diberikan perekat. Metode ini memanfaatkan kertas atau bagian lembar berwarna warni. Warna media yang digunakan harus dapat memberi pantulan cahaya atau adanya zat penarik Ketertarikan serangga terhadap warna disebabkan pemantulan cahaya kesegala arah dan banyak serangga pemakan tumbuhan menanggapi positif pola pantulan cahaya dari tanaman inang, dan tanggapan ini bisa sangat spesifik. Menurut Prokopy dan Owens (1983) dalam Blackmer et al., (2008) substrat yang memantulkan cahaya secara maksimal antara 500 dan 580 nm. Ketertarikan serangga terhadap warna kuning cenderung lebih tinggi dapat disebabkan adanya kemiripan warna polen bungan menjelang masak. Warna kuning akan memberikan stimulus terkait dengan perubahan warna pada tanaman menjelang bergunga dan pemasakan buah, dimana reflektasi maksimal dari spectrum yang terpantau oleh serangga (Hakim,2017: 132). Keanekaragaman hayati dalam suatu agroekosistem sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi tanaman. Adanya diversitas dalam suatu agroekosistem menyebabkan terjadi interaksi antara serangga fitofagous dan seranggaentomofagous sehingga dapat menjaga stabilitas agroekosistem (Alimudddin,1993). Populasi serangga pada ekosistem bersifat dinamis dan berfluktuasi pada garis keseimbangan populasi. Tingkat populasi serangga hama akan berpengaruh terhadap tingkat kerusakan tanaman. Meningkatnya populasi spesies hama tertentu dapat menyebabkan kerusakan yang lebih tinggi sehingga memungkinkan status spesies hama tersebut berubah dari hama kurang penting menjadi hama penting Kelimpahan populasi merupakan istilah yang mendeskripsikan jumlah suatu individu yang mendiami suatu tempat dalam hubungannya terhadap ukuran area tersebut. Ada dua faktor yang memengaruhi perkembangan populasi serangga yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kemampuan berkembang biak yang

dipengaruhi oleh natalitas dan fekunditas, sex rasio antara serangga jantan dan betina, sifat mempertahankan diri, siklus hidup, dan umur imago, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor temperatur, kelembapan, cahaya, warna, bau, angin, makanan, ruang, dan faktor hayati/ musuh alami (Sianipar,2015: 94). Dalam penelitian ekologi pada umumnya akan dikumpulkan atau dikoleksi informasi kuantitatif tentang habitat, komunitas atau populasi. Tetapi tentu saja tidak mungkin kita akan mengumpulkan semua informasi dari keseluruhan habitat, komunitas ataupun populasi. Misalnya untuk mengetahui jenis tumbuhan apa saja yang hidup di muara sungai tentu kita tidak akan mengamati setiap jengkal tanah muara. Demikian juga bila kita ingin mengetahui cacing tanah di kampus kita pada umumnya memiliki panjang berapa sentimeter atau berapa beratnya. Satu-satunya cara yang tepat dan dapat dipercaya 100% sebetulnya adalah dengan menimbang berat atau mengukur panjang seluruh cacing yang ada di kampus tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan (Hariyanto, 2008:7).

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Hari

: Belakang rusunawa putri Universitas Jember : Sabtu

Tanggal : 30 Maret 2019 Waktu

: 06.00-12.00

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1

Alat

3.2.1.1 Map plastic warna merah kuning hijau 3.2.1.2 Gelas plastik 3.2.1.3 Kawat 3.2.1.4 Penggaris 3.2.1.5 Swap net 3.2.1.6 Beating trays 3.2.1.7 Hygrometer 3.2.1.8 Soiltester 3.2.1.9 Anemometer 3.2.1.10 Luxmeter 3.2.2

Bahan

3.2.2.1 Sampel tanah 3.2.2.2 Alkohol 70% 3.2.2.3 Gliserin 3.3 Prosedur Percobaan 3.3.1

Stiky Traps Memotong map plastic kemudian dilubangi dan ditali menggunakan kawat

Mengoleskan gliserin pada salah satu sisi map yang dijadikan stiky traps sebagai bahan perekat

Memasang stiky traps pada pohon yang telah ditentukan

Menunggu kurang lebih 6 jam sampai ada serangga yang menempel pada stiky traps 3.3.2

Beating Traps Memasang beating trays dibawah tumbuhan

Menggoyangkan tumbuhan dengan keras supaya serangga jatuh ke beating trays

Menghitung jumlah serangga di beating trays 3.3.3

Pitfall Traps Mengisi alcohol dan formalin pada 3 gelas plastic dengan perbandingan 1:1

Menggali lubang disekitar pohon sebanyak 3 lubang

Memendam gelas plastic pada lubang sampai tersisa permukan gelas

Menunggu kurang lebih 6 jam sampai ada serangga yang terperangkap

Menghitung serangga pada pitfall traps

3.3.4

Swap Net Mengayunkan swap net ke udara sampai ada serangga yang tertangkap

Menghitung jumlah serangga di swap net

3.1

Desain Percobaan 3.1.1

3.1.2

Stiky trap

Swap net

3.1.3

Pit fal trap

3.1.4

Beating trays

BAB 4. HASIL PENGAMATAN 4.1 Sticky traps Kelo mpok

1

warna

Jumlah serangg a

Jenis seran gga

pH tanah

Kelembapa n tanah

kecepata n angin

merah

1 1

A B

6,5 6,5

4,5 4,5

7 7

inten sitas caha ya 67 67

0

6,5

4,5

7

67

0

6,5

4,5

7

67

0

6

3,5

0,2

25

0

6

3,5

0,2

25

0 0

6 6.4

3,5 4,5

0,2 79

25 110

6,4

4,5

79

110

kunin g hijau merah

2

3

4

5

kunin g hijau merah kunin g hijau

0

6,4

4,5

79

110

merah kunin g

0

5

5,5

42

0,25

0

5

5,5

42

0,25

hijau

0

5

5,5

42

0,25

merah

0

4,8

5,5

73

0,28

0

4,8

5,5

73

0,28

0

4,8

5,5

73

0,28

5

67

4

392

0

5

67

4

344

0

5

67

4

187

kunin g hijau merah

6

A

kunin g hijau

1

hewa nA

4.2 Pitfall traps

Kel

Cup

Jumla h seran gga 3 5

1 1 4 3 1 2 2 1 8 5 3 1 1

4

2

0

laba laba jangkri k semut besar nyamu k semut besar laba laba jangkri k nyamu k nyamu k laba laba semut

pH tanah

Kelemba pan tanah

kecepatan angin

intensit as cahaya

6,5

4,5

7

67

6,5

4,5

7

67

6,5

4,5

7

67

6,5

4,5

7

67

6,5

4,5

7

67

6,5

4,5

7

67

6,5

4,5

7

67

6,5

4,5

7

67

6,5

4,5

7

67

6,5

4,5

7

67

6

3,5

0,2

25

6

3,5

0,2

25

1

semut merah besar

6

3,5

0,2

25

2

semut merah kecil

6

3,5

0,2

25

1

1

laba laba

6.4

4,5

79

110

2

1

kerang gang

6.4

4,5

79

110

3

0

6.4

4,5

79

110

2 3

3

Jenis serangg a

1

2

2

1

3

2

4

1

5

2

5,5

42

0,25

5

5,5

42

0,25

5

5,5

42

0,25

belalan g

4,8

5,5

73

0,28

2

laba laba

4,8

5,5

73

0,28

10

semut

4,8

5,5

73

0,28

5

belalan g

4,8

5,5

73

0,28

1

laba laba

4,8

5,5

73

0,28

3

semut

4,8

5,5

73

0,28

20

semut

4,8

5,5

73

0,28

2

laba laba

4,8

5,5

73

0,28

1

hewan A

5

67

4

347,3

4

hewan B

5

67

4

347,3

5

67

4

347,3

5

67

4

347,3

5

67

4

347,3

5

67

4

347,3

5

67

4

347,3

5

67

4

347,3

1

1 1

6 5 1 3

5

1

3

2

Serang ga putih jamgkr ik semut

2 1

hewan A hewan B hewan c hewan A hewan B hewan c

4.3 Beating trays

Ke l

ke

1

1

2

3

suhu udara

4,5

angin 7

Intens itas cahay a

28

67

6,5

4,5

7

28

67

C

6,5

4,5

7

28

67

1

D

6,5

4,5

7

28

67

1 1 2 1

E A D F

6,5 6,5 6,5 6,5

4,5 4,5 4,5 4,5

7 7 7 7

28 28 28 28

67 67 67 67

6

3,5

0,2

26

25

3,5

0,2

26

25

3,5

0,2

26

25

jenis serangg a

pH tana h

Kelemba pan tanah

1

A

6,5

1

B

2

jumlah serangga

5 1 3 2

2

2

laba laba

3,5

0,2

26

25

1

belalan g hijau

3,5

0,2

26

25

1

kutu daun

6

3,5

0,2

26

25

6,4

4,5

79

26

110

6,4 6,4

4,5 4,5

79 79

26 26

110 110

6,4

4,5

79

26

110

3 1

1

2

2 1

3

6

4

3

3

semut merah laba laba semut merah

kecepat an

1

semut merah belalan g semut ular belalan g

1

4

Serang ga hitam semut

6,4

4,5

79

26

110

5

5,5

42

29

0,25

5

5,5

42

29

0,25

1

2

2

3

3

2

Labalaba

5

5,5

42

29

0,25

1

Ulat

4,8

5,5

73

29

0,28

7

semut

4,8

5,5

73

29

0,28

1

serangg aA

4,8

5,5

73

29

0,28

2

semut hitam

4,8

5,5

73

29

0,28

1

serangg aB

4,8

5,5

73

29

0,28

5

serangg aC

4,8

5,5

73

29

0,28

4,8

5,5

73

29

0,28

5

67

4

29

374,3

5

67

4

29

374,3

5

67

4

29

374,3

5

67

4

29

374,3

5

67

4

29

374,3

5

67

4

29

374,3

5

67

4

29

374,3

5

67

4

29

374,3

5

67

4

29

374,3

1

5

semut

2

3

3 2 1 4 1 6

2 4 2 3 2 3

4

semut hitam hewan A hewan B hewan c hewan D hewan A hewan B hewan c hewan D hewan A

1

hewan B

5

67

4

29

374,3

4

hewan c

5

67

4

29

374,3

1

hewan D

5

67

4

29

374,3

4.4 Sweep nets

Kel ke

1

2

Jumlah serangga

Jenis serangga

Kelembapan kecepatan intensitas udara angin cahaya

1 4

A B

4,5 4,5

7 7

67 67

1

C

4,5

7

67

3

D

4,5

7

67

2

E

4,5

7

67

1 1 2 1

F G F E

4,5 4,5 4,5 4,5

7 7 7 7

67 67 67 67

10

D

4,5

7

67

1

A

4,5

7

67

5

A

4,5

7

67

3

D

4,5

7

67

1

C

4,5

7

67

1

E

4,5

7

67

2

B

4,5

7

67

1

3

1

2 2 1 5

F H I laba laba

4,5 4,5 4,5 79

7 7 7 0,2

67 67 67 25

1

belalang hijau

79

0,2

25

2

belalang coklat

79

0,2

25

8

nyamuk

79

0,2

25

2

belalang sangit

79

0,2

25

2

laba laba hijau

79

0,2

25

5

semut

79

0,2

25

7

lalat buah

79

0,2

25

12

semut merah

79

0,2

25

2

serangga A

79

0,2

25

2

belalang albino

79

0,2

25

1

rayap

79

0,2

25

3 1

nyamuk belalang

79 79

0,2 0,2

25 25

2

serangga B

79

0,2

25

2

tungau

79

0,2

25

5

keranggang

4,5

79

110

3 3 1

semut nyamuk belalang

4,5 4,5 4,5

79 79 79

110 110 110

4

keranggang

4,5

79

110

1

kupu kecil

4,5

79

110

2

2

3

1

3 2

4

semut kecil

4,5

79

110

5

semut kecil

4,5

79

110

1

2 1

4,5 70

79 42

110 0,25

2

5

70

42

0,25

3

10

nyamuk kumbang Serangga A Serangga B laba laba

70

42

0,25

64

73

0,28

3

4

2 1

5

belalang coklat

64

73

0,28

5

semut kecil

64

73

0,28

7

belalang coklat

64

73

0,28

10 2

semut kecoa

64 64

73 73

0,28 0,28

4

belalang kecil

64

73

0,28

1 1 2 3 25 3 2 1 2 1 2 1

hewan A hewan B hewan C hewan D hewan A hewan B hewan C hewan D hewan A hewan B hewan C hewan D

67 67 67 67 67 67 67 67 67 67 67 67

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

374,3 374,3 374,3 374,3 374,3 374,3 374,3 374,3 374,3 374,3 374,3 374,3

2

3

1

6

6

2

3

BAB 5. PEMBAHASAN Pada praktikum monitoring ini, kami menggunakan beberapa teknik biomonitoring, salah satu nya adalah sticky traps, stick traps merupakan jebakan atau alat yang digunakan untuk menangkap serangga. Dengan cara yang pertama yakni menggunting map engan ukuran 25 x 25cm, dengan warna map 3 warna. Yakni merah, kuning, dan merah. Setelah menggunting map denga ukuran tersebut, memberi pelengket yakni gliserin pada map tersebut. Map tersebut di atasnya sudah terdapat dua lubang yang sudah dikaitkan dengan kawat. Setelah diberi gliserin ditemoatkan diatas pohon yang tingginya kurang lebih 1,5 meter. Tujuan dari sticky traps ini adalah Kemudian tunggu beberapa jam untuk melihat serangga yang tertangkap. Setelah itu mengambil map tersebut dan menghitung jumlah serangga yang tertangkap dan menetukan jenis serangga. Stiky traps bertujuan untuk mengetahui ketertarikan serangga terhadap warna. Yang kedua yaitu teknik pitfall traps langkah yang pertama yaitu menyiapkan tiga gelas plastik. Kemudian masng masing gelas diisikan alkohol dan formalin. Lalu menggali tanah seukuran gelas plastic tersebut.. Kemudian memasukkan gelas plastik pada lubang tersebut. Kemudain menutupi lubang yang berisi gelas tersebut denang rumput-rumput yang sudah kering sehingga gelas tersebut tidak terlihat. Kemudian menunggu bebebrapa jam untuk melihat serangga yang tertangkap. Setelah itu buka lubang tersebut dan hitung jumlahn serangga yang tertangkap dan tentukan jenis serangga yang tertangkap. Tujuan dari teknik pitfall ini adalah untuk menangkap jenis serangga yang aktif pada permukaan tanah atau sekitar daun pada tumbuhan. Teknik yang ketiga yaitu teknik bimonitoring yang kami lakukan adalah beating trays . langkah yang pertama meletakkan alat beating trays tersebut dibawah semak-semak. Kemudian memukuli semak-semak tersebut dengan pelanpelan sampai terdapat serangga yang menepel pada alat beating trays tersebut. Setelah itu menghitung jumlah serangga yang tertangkap dan menenetukan jenis serangga yang tertangkap. Tujuan dari teknik beating trays adalah untuk menagka jenis serangga yang hinggap pada semak-semak.

Untuk yang keempat yaitu teknik bimonitoring yang kami lakukakn adalah sweep nets. Langkah yang pertama yaitu menyapukan jaring pada udara. Kemudain melakuakannya secara tiga kali berturut-turut. Setelah itu menghitung jumlah serangga yang tertangkap dan menetukan jenis serangga yang tertangkap. Tujuan dari teknik sweep nets adalah menangkap jenis serangga yang terbang diudara ataupun yang hinggap di tumbuhan. Hasil dari pengamatan kelompok 6 , menggunakan 4 teknik yaitu sweety net, pitfall trap, sticky traps, dan beating trays. Pada percobaan sweep net di dapatkan 28 serangga A , 5 serangga B , 6 serangga C , dan 5 serangga D. Pada percobaan pitfall trap mendapatkan 2 serangga A, 7 serangga B dan 6 serangga C. Pada teknik beating traps mendapatkan 9 serangga A, 7 serangga B, 11 serangga A, 4 serangga D. Pada teknik sticky traps kami hanya mendaptakan 1 serangga saja pada warna merah. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan terdapat 2 teknik saja yang berhasil mendapatkan banyak serangga yang terjebak dengan teknik yaitu sweep net dan beating traps. dapat diamati bahwakebanyakan spesies serangga yang berhasil ditangkap dengan teknik sweep net adalah serangga yang memiliki kemampuan untuk terbang sehingga memudahkan penangkapan tersebut dapat menggunakan jaring.Selainn itu pada beating traps banyak serangga yang di daptkan dimana serangga-serangga tersebut mendiami semak-semak. Jika di bandingkan dengan literature seharusnya sticky traps lebih menarik perhatian serangga sehingga banyak yang terjebak. Namun, pada praktikum sticky trap hanya mendaptakan 1 serangga saja. Hal ini bisa saja di pengaruhi oleh faktor abiotik seperti intensitas cahaya, kecepatan angin, kelembapan tanah, dan pH tanah. Faktor lain yaitu kurangnya pengolesan gliserin sehingga serangga dapat kabur saat mendekat. Dari ketiga jenis warna tersebut, dalam praktikum kami serangga dapat terjebak dengan menggunakan warna merah. Sedangkan pada warna yang lain tidak ada yang dapat menjebak atau menangkap serangga. Hal ini dapat dimungkinkan karena banyak hal, salah satunya adalah letak dari sticky traps tersebutdan juga bisa disebabkan oleh faktor abiotik dan lain sebagainya. Namun berdasarkan penelitian yang telah di lakukan oleh Sihombing dkk (2013)

menjelaskan bahwa perangkap warna kuning berbeda nyata dengan perlakuan lainnya,

hal

ini

dikarenakan perangkap warna kuning lebih efektif

memonitoring dan mengendalikan dalam

dalam

memonitoring dan mengendalikan

serangga. Dan juga perangkap warna kuning lebih kontras dan mengkilap, sehingga serangga lebih mudah tertarik, dibandingkan dengan jenis perangkap warna lainnya. Sama halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Karokaro dkk (2014) menyatakan bahwa sticky traps berwarna kuning sangat efektif dalam pengendalian hama serangga. Mereka menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan bentuk dan ketinggian perangakp. Sticky trap kuning berbeda nyata diantara semua perlakuan sedangkan interaksinya berbeda sangat nyata pada semua perlakuan pula. Kedua larutan yang digunakan pada pitfall adalah formlain dan alkohol. Dimana fungsi dari formalin adalah agar serangga yang tertangkap tidak segera membusuk dan fungsi dari alkohol adadalah digunakan untuk serangga yang sudah tertangkap tidak lepas kembali. Faktor cuaca dapat mempengaruhi segala sesuatu dalam sistem komunitas serangga antara lain fisiologi, perilaku, dan ciri-ciri biologis lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor cuaca dapat di pisahkan menjadi unsurunsur cuaca yaitu suhu, kelembaban,cahaya dan pergerakan udara atau angin. Berdasarkan hasil praktikum yang paling mempengaruhi hasil penangkapan serangga yaitu intensitas cahaya,suhu,kelembaban dan kecepatan angin. Intensitas cahay karena aktifitas serangga dipengaruhi oleh responnya terhadap cahaya sehingga timbul jenis serangga yang aktif pda pagi hari,siang,sore ataupun malam hari. Cahaya matahari dapat mempengaruhi aktifitas dan distribusi lokalnya. Cahaya mempunyai peran penting dalam pertumbuhan, perkembangan dan tahan kehidupannya serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. Cahay mempengaruhi aktifitas serangga, cahaya membantu untuk mendapatkan makan,tempat yang lebih sesuai. Setiap jenis serangga membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda untuk aktifitasnya. Suhu, karena secara garis besar suhu berpengaruh pada esuburan atau produksi telur, laju pertumbuhan dan migrasi atau penyebaran dari serangga itu sendiri. Kelembaban karena kelembaban

merupakan

faktor

penting

yang

mempengaruhi

distribusi,

kegiatan,dan

perkembangan serangga dalam kelembaban yang sesuai serangga biasanya lebih tahan terhadap suhu ekstrem.

BAB 6. PENUTUP 6.1 Kesimpulan 6.1.1

Teknik monitoring ada beberapa macam diantaranya stiky trap yaitu alat yang dibuat dari bahan sederhana dan murah yang diberi perekat dan berwarna mencolok. Kemudian swap net yaitu untuk menangkap serangga baik kupu-kupu ataupun serangga lain yang terbang di udara ataupun hinggap pada tumbuhan. Selanjutnya pitfall traps yang dipendamkan di dalam tanah sampai rata hingga tersisa permukaan bibir botol yang terbuka dan beating trays untuk mengumpulkan serangga.

6.1.2

Cara monitoring cacing dapat dilakukan dengan pengambilan sampel tanah dengan membuat ploting tanah yang menjadi sampel. Kemudian memasukkan sampler sedalam 15 cm kedalam tanah dengan ulangan sebanyak 5 kali. Lalu menumpahkan tiap sampel tanah pada nampan. Selanjutnya encatat jumlah cacing tanah dan mengukur panjang serta beratnya, mencatat tekstur tanah, warna dan kondisi humus yang terkandung dalam tanah sampel dan Mengukur kelembapan tanah dan kelembapan udara.

6.2 Saran Untuk praktikum yang akan datang, sebaiknya alat dan bahan yang digunakan tersedia lebih banyak agar waktu yang digunakan lebih efisien.

DAFTAR PUSTAKA Gunawan, H., S. Rachim., dan V. S. Shihombing. 2015. Sistem Monitoring dan Evaluasi Keanekaragaman hayati di kehati. Sukabumi: Forda Press. Hakim, L., dkk. 2017. Pengendalian Alternatif Hama Serangga Sayuran Dengan Menggunakan Warna Sebagai Perangkap Mekanis. Jurnal Serambi Sarintia. 5(1) 33. Hariyanto, S., dkk. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Airlangga University Press. Nurhadi dan Febri, Y. 2018. Taksonomi Invertebrata. Yogyakarta: CV Budi Utama. Putra ,I. M. 2017. Struktur komunitas semut di lahan pertanian organik dan anorganik. Jurnal Penelitian. 19(2): 170-176. Priawandiputra, W., A. D. Permana. 2015. Efektifitas empat perangkap serangga dengan tiga jenis atraktan di perkebunan pala (myristica fragrans houtt). Jurnal Sumberdaya Hayati. 1(2): 54-59. Sianipar, Martua Suhunan. 2015. Keragaman Dan Kelimpahan Serangga Hama Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Di Dataran Rendah Jatisari, Karawang, Jawa Barat. Jurnal Agrin 19( 2):170-176. Siregar, A. S. 2014. Keanekaragaman jenis serangga di berbagai tipe lahan sawah.Jurnal Online Agro Teknologi. 2(4): 1640-1647).

Siregar, A. S. 2014. Keanekaragaman jenis serangga di berbagai tipe lahan sawah.Jurnal Online Agro Teknologi. 2(4): 1640-1647). Putra ,I. M. 2017. Struktur komunitas semut di lahan pertanian organik dan anorganik. Jurnal Penelitian. 19(2): 170-176 Priawandiputra, W., A. D. Permana. 2015. Efektifitas empat perangkap serangga dengan tiga jenis atraktan di perkebunan pala (myristica fragrans houtt). Jurnal Sumberdaya Hayati. 1(2): 54-59.

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84
Laporan
December 2019 84
Laporan
October 2019 101

More Documents from "Maura Maurizka"

Laporan Praktikum.docx
October 2019 26
Cover Spai.docx
November 2019 25
Lp Ht Gero.docx
October 2019 29
Dokumen.docx
June 2020 11
Laporan Drainase.docx
November 2019 31