LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID TABLET ASAM MEFENAMAT DENGAN METODE GRANULASI BASAH ( Kelompok 3 )
Dosen : Yayah Siti Juariah, S.Si, M.Si, Apt
Disusun oleh : Ata Rakhma Kumala
16330087
Selli Rahmawati
16330088
Irna Cecaria Agustin
16330089
Theodora Yonita Matie
16330090
Dina Lestari Putri
16330093
Alisyah Riefla Indriyani
16330094
PRODI FARMASI, FAKULTAS FARMASI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan praktikum teknologi sediaan solida dengan judul pembuatan tablet asam mefenamat dengan metode granulasi basah. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Yayah Siti Juariah S.Si.,M.Si.,Apt selaku Dosen mata kuliah praktikum teknologi sediaan solid yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam
rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai metode pembuatan tablet asam mefenamat dengan granulasi basah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Jakarta, 11 Januari 2019
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2 1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3 2.1 Tablet ........................................................................................................................... 3 2.2 Analgesik-Antipiretik .................................................................................................. 3 2.3 Non Steroidal anti-inflammatory Drugs (NSAIDs) ..................................................... 4 2.4 Asam Mefenamat ......................................................................................................... 5 2.4.1 Farmakologi Asam Mefenamat ............................................................................. 6 2.4.2 Nyeri ...................................................................................................................... 7 BAB III METODA .............................................................................................................. 8 3.1 Preformulasi / Monografi Zat Aktif ............................................................................. 8 3.2 Preformulasi / Monografi Eksipien .............................................................................. 8 3.3 Rasionalisasi Formula ................................................................................................ 11 3.4 Formulasi ................................................................................................................... 11 3.5 Perhitungan Formula .................................................................................................. 12 3.6 Cara Kerja .................................................................................................................. 13 3.6.1 Pembuatan Granul ............................................................................................... 13 3.6.2 Pembuatan Tablet ................................................................................................ 13 3.7 Evaluasi......................................................................................................................13 3.7.1 Bahan Aktif ......................................................................................................... 13 3.7.2 Granul .................................................................................................................. 16 3.7.3 Tablet................................................................................................................... 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 24 4.1 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Bahan Aktif ............................................................ 24 4.2 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Granul .................................................................... 26 4.3 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Tablet ..................................................................... 29
ii
BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 32 5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 32 5.2 Saran .......................................................................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 33 LAMPIRAN ....................................................................................................................... 34
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari jenis sediaan obat yang ada, tablet dan jenis-jenis modifikasinya merupakan sediaan yang paling popular. Bentuk sediaan tablet terbukti sangat menguntungkan, karena dapat dibuat dengan mesin dan harganya relatif murah, takarannya tepat, dikemas secara baik, praktis transportasi dan penyimpanannya serta mudah ditelan (Voigt, 1995). Asam mefenamat merupakan obat analgesik, anti inflamasi dan antireumatik (Reynold, 1982). Karakteristik kimia fisika asam mefenamat yang praktis tidak larut dalam
air,
bersifat
hidrofob,
sehingga
sukar
terbasahi,
serta
mempunyai
kompresibilitas yang jelek (Romilda, 2005). Oleh karena itu, untuk pembuatan tablet asam mefenamat diperlukan bahan pengikat yang baik, yang dapat memperbaiki pembasahan dan pengikatan antar partikel yang hidrofob (Ansel, 1989). Tablet yang baik harus memenuhi persyaratan mutu fisik dan mutu kimiawi serta harus dapat memberikan efek terapi untuk mencapai efek tersebut. Bahan obat harus diabsorpsi oleh tubuh. Sebelum diabsorpsi tablet akan mengalami proses disintegrasi, disolusi, dan selanjutnya diabsorpsi melalui saluran cerna (Shargel dan Yu, 1988). Bahan tambahan memegang peranan penting dalam pembuatan tablet, agar diperoleh konsistensi, bentuk dan bobot tablet yang dikehendaki (Siregar, 1992). Bahan tambahan terdiri dari bahan pengikat, bahan penghancur atau disintegran, bahan pengisi dan bahan pelicin atau dapat juga ditambahkan pemanis (Banker & Anderson, 1986). Jenis dan jumlah bahan pengikat yang digunakan sangat mempengaruhi ketahanan mekanik 2 serta waktu hancurnya (King, 1975). Bahan tambahan lainnya adalah bahan penghancur atau disintegran, yang berfungsi untuk mengembangkan tablet kemudian akan dihancurkan untuk diserap oleh tubuh (Banker & Anderson, 1986). Salah satu bahan tambahan dalam tablet adalah bahan pengikat. Efektifitas bahan pengikat digambarkan oleh ketahanan mekanik tablet. Bahan pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta 1
untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering dan bentuk larutan. Banyaknya larutan pengikat yang diperlukan dalam proses granulasi bervariasi tergantung pada jumlah bahan, ukuran partikel, kompresibilitas, luas permukaan, porositas, hidrofobisitas, kelarutan dalam larutan pengikat, dan metode penggranulan. Pada umumnya, bila bahan pengikat yang digunakan terlalu banyak atau konsentrasinya terlalu tinggi, maka akan menyebabkan tablet menjadi keras sehingga waktu hancurnya lama (King, 1975). Sebaliknya jika bahan pengikat yang ditambahkan konsentrasinya kurang, maka gaya pengikatan yang ada pada massa serbuk rendah dan cenderung akan menyebabkan terjadinya capping. Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam bentuk larutan, namun dapat juga ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa yang akan digranul baru ditambahkan pelarut. Konsentrasi bahan pengikat dalam bentuk larutan dapat berbeda-beda tergantung pada jenis bahan pengikat. Pada granulasi basah bahan pengikat yang digunakan dalam pembuatan sediaan tablet antara lain: amilum, gelatin, polivinilpirolidon, derivate selulose (hidroksi propil metil selulose, karboksi metil selulose, metil selulose) (Agoes, 2006). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja preformulasi yang digunakan dalam pembuatan tablet asam mefenamat? 2. Apa saja formulasi yang digunakan dalam pembuatan tablet asam mefenmat? 3. Bagaimana cara pembuatan tablet asam mefenamat dengan metode granulasi basah? 1.3 Tujuan Sebagaimana yang telah di uraikan sebelumnya, berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini, yaitu : 1. Dapat mengetahui preformulasi yang digunakan dalam pembuatan tablet asam mefenamat 2. Dapat mengetahui formulasi yang digunakan dalam pembuatan tablet asam mefenmat 3. Dapat mengetahui cara pembuatan tablet asam mefenamat dengan metode granulasi basah 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tablet Tablet adalah sediaan padat yang dibuat dengan cara kempa cetak dalam bentuk umumnya pipih, permukaan rata atau cembung mengandung obat dengan atau tanpa zat pengisi. Obat tunggal atau campuran beberapa jenis obat, diramu dengan zat tambahan yang cocok, digranulasikan, jika perlu digunakan zat pembasah, kemudian dikempa cetak. Granulasi dilakukan dengan cara kering atau basah tergantung dari sifat obatnya (Admar, 2004). Menurut Anief (1986), zat tambahan dapat berupa: bahan pengisi, penghancur, pengikat dan pelicin. Penggunaan bentuk tablet dapat digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal maupun sistemik. Pengobatan lokal misalnya: − Tablet yang digunakan melalui vagina, dikenal sebagai tablet vagina, berbentuk seperti amandel digunakan sebagai antiinfeksi, antifungi, dan penggunaan hormon secara lokal. − Lozenges, bentuk obat yang menyenangkan dan efektif untuk efek lokal di mulut dan tenggorokan, umunya digunakan sebagai antiinfeksi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat Universitas Sumatera Utara dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan, umumnya untuk hewan besar (Anief, 1986). Tablet cetak dibuat tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan (Ditjen POM, 1995).
2.2 Analgesik-Antipiretik Analgesik-antipiretik adalah zat-zat yang mampu mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri sekaligus menurunkan panas tubuh. Nyeri adalah perasaan sensori yang tidak baik dan berkaitan dengan kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dengan ambang toleransi yang berbedabeda. Nyeri dianggap sebagai tanda adanya 3
gangguan di jaringan seperti peradangan dan infeksi.Sedangkan demam pada umumnya adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri (Tjay dan Rahardja, 2007). Analgesik merupakan obat yang mampu mengurangi rasa sakit dengan meningkatkan batas ambang rasa sakit.Analgesik digolongkan menjadi dua kelompok besar, yakni (1) analgesik non narkotika; dan (2) analgesik narkotika. Analgesik nonnarkotika yang umum digunakan adalah asetosal dan parasetamol, sementara contoh analgesik narkotika adalah morfin dan heroin.Selain itu, terdapat beberapa analgesik narkotik sintetik seperti meperidin. Sementara itu, antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi). Pada umumnya (90%) analgesik mempunyai efek antipiretik.Karena alasan inilah, maka analisis obat analgesik dan antipiretik dijadikan satu.Obat-obat analgesik non-narkotik juga berguna sebagai obat antiinflamasi non steroid atau popular dikenal dengan obat NSAIDs (non steroid antiinflammatory drugs) (Tjay dan Rahardja, 2007). Analgesik-antipiretik dapat dikelompokkan sebagai turunan-turunan struktur asam salisilat seperti asetosal, turunan p-aminofenol seperti parasetamol, turunan asam fenamat seperti asam mefenamat, turunan asam propionat seperti ibuprofen, ketopren dan naproksen, derivat asam fenilasetat seperti natrium diklofenak, turunan pirazolon seperti fenilbutazon dan oksifenbutazon, serta turunan oksikam seperti piroksikam dan meloksikam (Sudjadi, 2012).
2.3 Non Steroidal anti-inflammatory Drugs (NSAIDs) Obat antiinflamasi utama adalah non steroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs) dan glukokortikoid. NSAIDs merupakan obat antiinflamsi yang paling banyak digunakan. Obat NSAIDs mempunyai tiga efek farmakologi yaitu antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Obat ini beraksi dengan menghambat enzimsiklooksigenase, selanjutnya terjadi penghambatan pada produksi prostaglandin dan tromboksan.Obat NSAIDs generasi awal menghambat baik pada COX-1 dan COX-2, bahkan lebih dominan menghambat COX-1. Efek antiinflamsi berkaitan dengan penghambatan pada manifestasi inflamasi yaitu vasodilatasi, edema dan nyeri. Manifestasi inflamasi tersebut diperantarai oleh mediatormediator yang merupakan produk dari aksi COX2.NSAIDs beraksi menghambat COX, menurunkan produksi vasodilator prostaglandin (PGE2 dan PGI2), sehingga menurunkan vasodilatasi, kemudian menurunkan edema yang terjadi. Lebih lanjut, akumulasi sel inflamasi akan berkurang (Endro, 2012). 4
NSAIDs juga termasuk analgesik karena menghambat salah satu manifestasi inflamasi yaitu nyeri.Pada reaksi inflamasi, prostaglandin mensensitisasi nosiseptor (reseptor nyeri) terhadap mediator nyeri yaitu bradikinin atau 5-hidroksitriptamin. Secara klinik, NSAIDs digunakan untuk kasus nyeri ringan hingga moderat seperti arthritis, sakit gigi, pusing, dan dismenorea (haid) (Munaf, 1994). Efek antipiretik NSAIDs berkaitan dengan suhu tubuh yang diatur oleh pusat keseimbangan panas di hipotalamus.Pusat keseimbangan tersebut ibarat suatu termostat. Kondisi demam (panas) diakibatkan terjadinya gangguan pengaturan keseimbangan panas di hipotalamus tersebut mengakibatkan kenaikan suhu tubuh.Pada reaksi inflamasi, bakteri endotoksin menyebabkan pelepasan pirogen yaitu IL-1 dari makrofag, yang menyebabkan produksi PGE yang dapat mengubah pengaturan suhu menjadi meningkat.Berkaitan dengan produksi PGE tersebut, COX-2 dan COX-3 berperan dalam patofisiologis demam.NSAIDs berperan menurunkan panas dengan menghambat produksi PGE tersebut, namun pada kondisi normal NSAIDs tidak menurunkan suhu tubuh. Artinya, NSAIDs berperan dalam pengaturan kembali keseimbangan panas pada demam(Endro, 2012) .
2.4 Asam Mefenamat
Rumus Molekul
: C15H15NO2
Berat Molekul
: 241,29
Nama Kimia
: Asam N-2,3-xililantranilat [61-68-7]
Pemeriaan
: Serbuk hablur, putih atau hampir putih; melebur pada suhu lebih
kurang 2300 disertai peruraian Kelarutan
: Larut dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar larut dalam
kloroform; sukar larut dalam etanol dan metanol; praktis tidak larut dalam air.
5
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Depkes
RI,1995). 2.4.1 Farmakologi Asam Mefenamat Asam mefenamat merupakan obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) yang banyak digunakan oleh para pemakai, namun senyawa ini juga memiliki efek samping yang merugikan bila dikonsumsi secara peroral seperti iritasi saluran cerna, mual, diare dan nyeri abdominal sehingga konsumen tidak dapat meneruskan penggunaannya (Siswandono dan Sukarjo, 2000). Asam mefenamat adalah salah satu obat dari golongan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) yang merupakan turunan dari asam Nphenylanthranilic. Asam mefenamat bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu (Gilman, et al., 1996). Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik dan sebagai anti inflamasi, asam mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin. Asam mefenamat terikat sangat kuat pada protein plasma. Dengan demikian interaksi terhadap obat antikoagulan harus diperhatikan (Wilmana dan Gan, 2007). Dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari. Asam mefenamat mencapai kadar puncak dalam plasma dalam 2 – 4 jam setelah penggunaan dosis tunggal. Rata-rata 50% dari dosis asam mefenamat diekskresikan di urin, umumnya sebagai metabolit terkonjugasi 3- hidroksi metil dan metabolit 3- karboksil. Sejumlah 20% asam mefenamat ditemukan di feses, umumnya sebagai metabolit tak terkonjugasi 3- karboksil (Gilman, et al., 1996). Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia, diare, sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Pada orang lanjut usia efek samping diare hebat lebih sering dilaporkan. Efek samping lain yang berdasarkan hipersensitivitas ialah eritema kulit dan bronkokonstriksi dan anemia hemolitik juga pernah dilaporkan (Wilmana dan Gan, 2007). Asam mefenamat seperti juga obat analgesik non-narkotik yang lain bekerja secara perifer, dengan mekanisme kerja menghambat sintesis prostaglandin dengan cara menghambat aktivitas enzimsiklooksigenase pada pembentukkan prostaglandin. Asam mefenamat yang menghilangkan rasa nyeri dengan cara menghambat sintesis 6
prostaglandin menyebabkan sekresi asam lambung tidak dihambat sehingga keasaman lambung meningkat serta pertahanan mukosa lambung menurun sehingga dapat menyebabkan iritasi pada lambung. 2.4.2 Nyeri Menurut The International Associaton for the Study of Pain (IASP), nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional tidak menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang berbahaya (noksius, protofatik) atau yang tidak berbahaya (non noksius, epikritik) misalnya: sentuhan ringan, kehangatan, tekanan ringan. Definisi tersebut menjelaskan konsep bahwa nyeri adalah produk kerusakan struktural, bukan saja respon sensorik dari suatu proses nosisepsi, tetapi juga merupakan respon emosional (psikologik) yang didasari atas pengalaman termasuk pengalaman nyeri sebelumnya. Pada dasarnya nyeri adalah reaksi fisiologis karena reaksi proyektif untuk menghindari stimulus yang membahyakan tubuh. Tetapi bila nyeri tetap berlangsung walaupun stimulus penyebab sudah tidak ada, berarti telah terjadi perubahan patofisologis yang justru merugikan tubuh dan membutuhkan terapi. Menurut Berger pada tahun 1992, nyeri diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu Nyeri akut dan Nyeri kronis. Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai suatu pengalaman sensori, persepsi, dan emosional yang tidak nyaman yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan, dan emosional yang disebabkan oleh kerusakan jaringan. Nyeri akut biasanya mempunyai awitan yang tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesisifk. Nyeri kronik merupakan nyeri berulang yang menetap dan terus menerus yang berlasang selama enam bulan atau lebih.
7
BAB III METODA
3.1 Preformulasi / Monografi Zat Aktif 1. Asam Mefenamat (FI IV,1995) No. Parameter 1. Pemerian 2.
Kelarutan
Data Serbuk hablur ; putih atau hampir putih Larut dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar larut dalam kloroform; sukar larut dalam etanol dan metanol; praktis tidak larut dalam air.
3.
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat
4.
Dosis
Dewasa & anak >14 tahun: awal 500 mg kemudian 250 mg setiap 6 jam maksimal 7 hari
5.
Stabilitas
Terhadap cahaya ; lebih mudah terurai dengan adanya cahaya. Terhadap udara; higroskopis dan mudah terurai dengan adanya udara
6.
Inkomptabilitas
Tidak ada reaksi inkompatibilitas dengan senyawa lain.
7.
Titik didih
398,8°C
8.
Indikasi
Analgesik untuk rheumatoid arthritis ,nyeri, dismenore (gangguan nyeri saat haid) anti piretik, sakit kepala, demam
9
Titik leleh
230-231 °C
10
pH stabilitas
4–7
3.2 Preformulasi / Monografi Eksipien 1. Laktosa (FI III 1979 hal 338) No. 1.
Parameter Rumus molekul
Data C12H22O11 8
2.
Berat molekul
36,30
3.
Pemerian
Berupa serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis.
4.
Kelarutan
Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
5.
Suhu Lebur
202,8 °C
6.
Stabilitas
7.
Penyimpanan
Pada kondisi lembab (RH>80%) dapat terjadi pertumbuhan kapang. Selama disimpan, laktosa dapat berubah warna menjadi kecoklatan. Reaksi ini dipercepat oleh panas dan kondisi lembab. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat sejuk dan kering Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau dan tidak terpengaruh dengan kelembapan suhu ruangan.
8.
OTT
Asam amino, aminofilin, lisinopril, amfetamin
9.
Kegunaan
Bahan pengisi
2. Amylum No.
Parameter
Data
1.
Nama Kimia
Strach [9005-25-8]
2.
Berat molekul
300-1000 tergantung jenis amylum
3.
Pemerian
Amylum tidak berbau,tidak berasa,warna putih sampai putih tua,serbuk halus
4.
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam etanol 96% dan dalam air dingin, pati mengembang seketika dalam air sekitar 510% pada 37oC.Pati menjadi larut dalam air panas pada suhu diatas suhu gelatinasi
5.
Stabilitas
Pati kering stabil jika dilindungi dari kelembapan tinggi. Pati dianggap sebagai bahan kimia dan mikrobiologi pada kondisi penyimpanan dibawah normal. Larutan amilum atau pada amilum tidak stabil dan mudh dimetabolisme oleh mikroorganisme. Karena itu untuk granulasi basah harus selalu dibuat baru.
8.
Penyimpanan
Dalam tempat sejuk dan kering 9
9.
Inkomptabilitas
Pati tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat. Berwarna senyawa inklusi terbentuk dengan iodium
10.
Kegunaan
Desintegran
3. CMC Na (Handbook of Excipients Ed. VI Hal 118) No.
Parameter
Data
1.
Nama Kimia
CMC Na / Natrium Carboxy Metil Cellulose
2.
Berat molekul
90000 – 700000
3.
Pemerian
Serbuk berwarna putih tidak berasa
4.
Penyimpanan
Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal; tidak larut dalam etanol, dalam eter dan pelarut organik lain
5.
Inkomptabilitas
Sodium CMC inkompatibilitas dengan kuat pada larutan asam dengan beberapa garam besi dan beberapa logam atau baja, beberapa alumunium, merkuri, dan besi
6.
Kegunaan
Pengikat
4. Talkum (FI III 1979 Hal 591) No. 1. 2.
Parameter Rumus molekul
Mg6(S12O5)4(OH)4
Data
Pemerian
Sangat halus,warna puth sampai putih keabu-abuan,tidak berbau,berkilat mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran
3.
Kelarutan
Tidak larut dalam hamper semua pelarut
4.
Inkompatibilitas
Tidak harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tempat kering
5.
Stabilitas
Stabil,dapat disterilisasi dengan pemanasan sampai 160oC tidak kurang dari 1 jam dapat juga disterilkan dengan gas etilen oxide atau gama radiasi
6.
Kegunaan
Glidan
10
5. Mg Stearat (FI III 1979 Hal 354)
No. Parameter 1. Berat Molekul
591,29
Data
2.
Rumus molekul
C36H70MgO4
3.
Pemerian
Sebuk halus berwarna putih, bau samar rasa khas
4.
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter
5.
Kegunaan
Lubricant
6.
Stabiitas
Mg Stearat stabil dan dapat disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kering
7.
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat dan tempat kering
8.
Inkompatibilitas
Inkompatibel dengan asam kuat,basa,garam besi. Hindari pencampuran dengan bahan yang teroksidasi kuat.Mg stearat tidak dapat
digunakan dalam produk yang
mengandung aspirin,beberapa itamin dan garam besi.
3.3 Rasionalisasi Formula
3.4 Formulasi Fungsi (Untuk No.
Nama Bahan
Farmakologis/ Farmasetik)
1.
Asam Mefenamat
Pemakaian Lazim (%)
Penimbangan Bahan Unit
Batch
600 mg
200 tablet
Bahan aktif
-
500 mg
100 g
2.
Amylum 10%
Penghancur
10%
60 mg
1,2 g
3.
CMC Na 2%
Pengikat
2%
12 mg
2,4 g
4.
Lactosa
Pengisi
qs
10 mg
1g
5.
Mg. Stearat
Lubrikan
1%
6 mg
1,2 g
1% 6.
Talkum 2%
Glidan
2%
12 mg
2,4 g
7.
Aquadest
Pelarut
qs
-
-
11
3.5 Perhitungan Formula Kadar Asam Mefenamat = 500 mg Bobot Tablet 600 mg = dibuat untuk 200 tablet Fase Dalam (97%) 1 tablet = 97/100 x 600 mg = 582 mg 200 tablet = 582 mg x 200 = 116400 mg = 116,4 g
Fase Dalam (97%)
1. CMC Na 2%
2/100 x 600 mg = 12 mg 12mg x 200 = 2400 mg = 2,4 g
2. Amylum
10/100 x 600 mg = 60 mg 60 mg x 200 = 1200 mg = 1,2 g
3. Laktosa
(582 – 500 – 12 – 60) mg = 10 mg 10 mg x 200 = 1000 mg = 1 g
Fase Luar (3%)
1. Asam Mefenamat 500 mg
500 mg x 200 = 100000 mg = 100 g
2. Talk 2%
2/100 x 600 mg = 12 mg 12 mg x 200 = 2400 mg = 2,4 g
3. Mg Stearat 1%
1/100 x 600 mg = 6 mg 6 mg x 200 = 1200 mg = 1,2 g
12
3.6 Cara Kerja 3.6.1
Pembuatan Granul
Pembuatan Larutan Pengikat 1. Dimasukan CMC Na sebanyak 2,4 g kedalam beaker glass 2. Ditambahkan air hangat kedalam beaker glass secukupnya 3. Diaduk hingga homogen Proses Granulasi 1. Diayak Amylum, dan Lactosa dengan menggunakan ayakan mesh 18 2. Dituang ketiga bahan tadi ke dalam baskom 3. Diaduk hingga homogen 4. Ditambahkan larutan pengikat sedikit demi sedikit hingga terbentuk massa yang kompak. 5. Diayak granulasi massa basah dengan ayakan mesh 18 6. Dikeringkan granulat dalam oven dengan suhu 37oC
3.6.2
Pembuatan Tablet
1. Diayak granulat yang telah kering dengan ayakan Mesh 18 2. Ditambahkan kedalam fase luar ( Asam Mefenamat, Talk, dan Mg Stearat ) 3. Dicetak dalam mesin cetak 3.7 Evaluasi 3.7.1 Bahan Aktif a. Uji Bulk Density: 1. Ditimbang bahan aktif 50 g 2. Dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml 3. Hasil Pengamatan: x/a ml = 50 g/96 ml = 0,5208 g/ml
b. Uji Tap Density 1. Gelas ukur sebanyak 50 g diketuk sebanyak 300 kali 2. Dilihat volume dalam gelas ukur = 70 ml 3. Hasil Pengamatan: 13
x/a ml = 50 g/70 ml = 0,7142 g/ml
c. Uji Rasio Hausner Hasil Pengamatan : Tap density/Bulk Density = 0,7142 /0,5208 =1,37 g/ml
d. Uji Kompresibilitas 1. Kompresibilitas dapat dikatakan sebagai kemampuan serbuk/granul untuk setiap kompak apabiladiberi tekanan semakin kecilnilai maka semakin baik 2. Batasan nilai kompresibilitas Kompresibilitas
Keterangan
(%) 5-15
Baik Sekali
12-16
Baik
18-21
Agak Baik
23-28
Buruk
28-35
Buruk Sekali
35-38
Amat Buruk
>40
Amat Sangat Buruk
Hasil Pengamatan : TD-BD/TD x 100% = 0,7142-0,5208/0,7142 x 100% = 30,97 % (Buruk Sekali)
e. Uji Susut Pengeringan dan kadar air 1. Disiapkan alat dan bahan : 2. Masukkan wadah alumunium foil ke dalam alat, tutup alat. 3. Kemudian tara buka penutup alat, timbang 5 gram, catat hasil penimbangan (bobot basah) 4. Kemudian tutup kembali, jalankan alat selama 10 menit pada suhu 105oC 5. Matikan alat, catat bobot akhir (bobot kering) ulangi sampai bobot konstan 6. Hasil Pengamatan : 7. Susut pengeringan (LoD/Loss on Drying) = bobot basah-bobot kering/bobot basah x 100 % = 5-4,89/5 = 2,2 %
14
8. Kadar Lembab (MC/Moisture Content) = bobot basah-bobot kering/bobot kering x 100 % = 5-4,89/4,89 x 100 % = 2,24 %
f. Uji Sifat Alir 1. Ditimbang Asam Mefenamat sebanyak 100 mg 2. Dimasukkan kedalam alat Flow Rate Tester 3. Diukur tinggi dan diameter serbuk (berbentuk kerucut) 4. Hasil pengamatan: Tan α = 2.h/d = 2 x 4,3 cm / 9,6 = 8,6 cm / 9,6 = 0,895 α
= 41,828
g. Distribusi Ukuran Partikel Alat yang digunakan adalah ayakan mesh 12,14,16,18,20 1. Ditimbang wadah atau kotak kertas (5 wadah), beri kode mesh dan hasil penimbangan 2. Ditimbang asam mefenamat 100 g, masukkan ke dalam mesh 12 kemudian jalankan alat 3. Masukkan serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh pada wadah 4. Timbang serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh (bobot serbuk, misal a gram), hitung total serbuk yang tersisa pada seluruh mesh (y gram). Hasil Pengamatan 1: Berat Wadah awal Mesh 12 = A Mesh 14 = B Mesh 16 = C Mesh 18 = D Mesh 20 = E
Berat Wadah Akhir Mesh 12 = 0,2 g Mesh 14 = 0,27 g Mesh 16 = 0,31 g Mesh 18 = 0,29 g 15
Mesh 20 = 1,16 g Wadah = 92,7 g
Perhitungan: % mesh = a/f x 100% % mesh 12 = 0,215 g/100 g x 100% = 0,215% % mesh 14 = 0,27 g/100 g x 100% = 0,291 % % mesh 16 = 0,31 g/100 g x 100% = 0,334 % % mesh 18 = 0,29 g/100 g x 100% = 0,312 % % mesh 20 = 1,16 g/100 g x 100% = 1,25 % % Wadah = 92,7 g/100 g x 100% = 92,7 %
Grafik:
3.7.2 Granul a. Uji Bulk Density 1. Ditimbang bahan aktif 50 g 2. Dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml 3. Hasil Pengamatan: x/a ml = 50 g / 83ml = 0,6024 g/ml
b. Uji Tap Density 1. Gelas ukur sebanyak 50 g diketuk sebanyak 300 kali 2. Dilihat volume dalam gelas ukur = 72 ml 3. Hasil Pengamatan: x/a ml = 50 g / 72ml = 0,694 g/ml
16
c. Uji Rasio Hausner Hasil Pengamatan : Tap density/Bulk Density = 0,694 / 0,6024 = 1,15 g/ml
d. Uji Kompresibilitas Hasil Pengamatan : TD-BD/TD x 100% = 0,694- 0,6024 / 0,694x 100% = 13,19 % (Baik Sekali)
e. Uji Susut Pengeringan dan kadar air 1.
Disiapkan alat dan bahan :
2.
Masukkan wadah alumunium foil ke dalam alat, tutup alat.
3.
Kemudian tara buka penutup alat, timbang 5 gram, catat hasil penimbangan (bobot basah)
4.
Kemudian tutup kembali, jalankan alat selama 10 menit pada suhu 105oC
5.
Matikan alat, catat bobot akhir (bobot kering) ulangi sampai bobot konstan
6.
Hasil Pengamatan : Susut Pengeringan (LoD / Loss on Drying) = Bobot basahbobot kering/bobot basah x 100 %= 5 – 4,79 / 5 x 100 % = 4,2 % Kadar Lembab (MC / Moisture Content) = Bobot basah – bobot kering / bobot kering x 100 % = 5 – 4,79 / 4,79 x 100 % = 4,3 %
f. Uji Sifat Alir 1. Ditimbang asam mefenamat sebanyak 50 g 2. Dimasukkan kedalam alat Flow Rate Tester 3. Diukur tinggi dan diameter serbuk (berbentuk kerucut) 4. Hasil pengamatan: Tan α = 2.h/d = 2 x 3,7 cm / 15,5 = 7,4 cm / 15,5 cm = 0,477 α
= 25,50
g. Distribusi Ukuran Partikel Alat yang digunakan adalah ayakan mesh 12,14,16,18,20 1. Ditimbang wadah atau kotak kertas (5 wadah), beri kode mesh dan hasil penimbangan 2. Ditimbang asam mefenamat 100 g, masukkan ke dalam mesh 12 kemudian jalankan alat 3. Masukkan serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh pada wadah 17
4. Timbang serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh (bobot serbuk, misal a gram), hitung total serbuk yang tersisa pada seluruh mesh (y gram).
Hasil Pengamatan 1: Berat Wadah awal Mesh 12 = A Mesh 14 = B Mesh 16 = C Mesh 18 = D Mesh 20 = E
Berat Wadah Akhir Mesh 12 = 0,23 Mesh 14 = 14,50 Mesh 16 = 11,31 Mesh 18 = 6,32 Mesh 20 = 8,78 Sisa = 82,44
Perhitungan: % mesh = a/f x 100% % mesh 12 = 0,23 / 82,44 X 100 % = 0,278 % % mesh 14 = 14,50 / 82,44 x 100 = 17,58 % % mesh 16 = 11,31 / 82,44 x 100 % = 13,71 % % mesh 18 = 8,1 / 82,44 x 100 % = 9,82 % % mesh 20 = 11,25 / 82,44 x 100 % = 13, 64 % Grafik :
18
3.7.3 Tablet 1. Uji Organoleptis Kesimpulan : Rasa : Pahit Bau
: Tidak berbau
Warna : Putih Bentuk : Bulat 2. Uji Keseragaman Bobot Alat : Neraca Analitik Tablet yang diuji : 20 tablet Persyaratan : -
Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom “A” dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom “B”.
- Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom “A” maupun kolom “B”. No tablet
Bobot per tablet (mg)
Selisih bobot Tablet (mg)
1
680
30
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
600 670 650 640 640 610 680 650 650 680 660 670 650 670 600
50 20 0 10 10 40 30 0 0 30 10 20 0 20 50 19
Persen penyimpangan (%) 30 x 100 % 650 = 4,615 7,692 3,076 0 1,538 1,538 6,153 4,615 0 0 4,615 1,538 3,076 0 3,076 7,692
17 18 19 20 Rata rata bobot tablet
660 680 630 630
10 30 20 20
1,538 4,615 3,076 3,076
13000 = 650 20
20
3,07645
Bobot rata-rata 25 mg atau kurang 26 mg – 150 mg 151 mg – 300 mg Lebih dari 300 mg
Penyimpangan bobot rata-rata A (%) B (%) 15 30 10 20 7,5 15 5 10
Penyimpangan 5 % (Kolom A) 5% × 650 mg = 32,5 mg 650 mg – 32,5 mg = 617,5 mg 650 mg + 617,5 mg = 1267,5 mg Range 617,5 mg – 1267,5 mg Penyimpangan 10 % (Kolom B) 10 % × 650 mg = 65 mg 650 mg – 65 mg = 585 mg 650 mg + 585 mg = 1235 mg Range 585 mg – 1235 mg Kesimpulan : Hasil keseragaman bobot kurang baik karena erdapat 3 tablet yang melebihi penyimpangan 5 % dan tidak ada satupun tablet yang melebihi 10 % penyimpangan. 3. Uji Keseragaman Ukuran Alat : Jangka Sorong Tablet yang diuji : 10 Tablet Persyaratan : Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 4/3 kali tebalnya tablet.
20
Tablet
Tebal
Diameter
(mm)
(mm)
1
4
10 mm
2
4
10 mm
3
4
10 mm
4
4
10 mm
5
4
10 mm
6
4
10 mm
7
4
10 mm
8
4
10 mm
9
4
10 mm
10
4
10 mm
4 mm
10 mm
Rata-rata
Diameter tablet Asam Mefenamat 600 mg (tablet sedang) 10 mm = 3 x x = 10 / 3 = 3,3 mm (minimal) 10 mm = 1. 1/3 x 10 = 4/3 x x = 10 x 3 / 4 = 7,5 (maksimal)
Kesimpulan : Hasil keseragaman ukuran memenuhi syarat karena masih berada dalam batas minimal dan maksimal tablet yg diinginkan. 4. Uji Kekerasan Alat : Hardness Tester Tablet yang diuji : 5 tablet Persyaratan : 4-10 kg/cm2 Tablet
Kekerasan (kg/cm2)
1
6,5 21
2
6
3
5
4
6
5
5
Rata-rata
5,7
Kesimpulan : Hasil uji kekerasan tablet memenuhi syarat karena masih berada pada range 4 – 10 kg/cm2 5. Uji Kerapuhan Alat : Friabilator / Friability Tester Cara Kerja: Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Persyaratan : Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% Bobot total : 14,32 g Bobot setelah di uji kerapuhan : 13 g Rumus : % = Wo – W1 x 100% Wo = 14,32 g – 13 g / 14,32 g x 100% = 9,2 % Kesimpulan : Hasil yg didapati dari evaluasi uji kerapuhan melebihi range yang ditentukan yakni < 1 %
6. Uji Waktu Hancur Alat : Desintegration tester Cara Kerja : Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan 22
suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan: Waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa Tablet
Waktu Hancur (menit)
1
10 menit
2
10 menit
3
10 menit
4
12 menit
5
12 menit
6
13 menit
Rata-
11,16
rata
Kesimpulan : Hasil uji waktu hancur memenuhi syarat karena masih < 15 menit untuk tablet biasa
23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Bahan Aktif Pada praktikum ini, serbuk asam mefenamat dilakukan uji evaluasi serbuk sebelum pembuatan granul dan dilakukan pencetakkan tablet. Alasan serbuk zat aktif ini yakni Asam Mefenamat dilakukan evaluasi adalah untuk mengetahui sifat-sifat serbuk Asam Mefenamat agar didapati hasil untuk perlakuan metode pembuatan granul yang cocok. 1. Bulk Density Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat. Tujuan nya dilakukan bulk density yaitu untuk mengetahui bobot jenis serbuk dalam volume zat dan untuk mengetahui massa partikel yang menempati suatu unit volume tertentu. Alat yang digunakan pada pengujian ini yaitu: gelas ukur Hasil yang didapat dari 𝑥
praktikum kemarin yaitu: 𝑎 𝑚𝑙 =
50 𝑔𝑟𝑎𝑚 96 𝑚𝑙
= 0,5208 g/ml
2. Tap Density Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat. Tujuan nya dilakukan tap density yaitu untuk memperoleh kerapatan serbuk di dalam gelas ukur yang diketukkan dan untuk mengetahui massa partikel yang menempati suatu unit volume tertentu setelah adanya hentakan dalam periode tertentu. Hasil 3. Rasio Hausner Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat. Tujuannya untuk mengetahui rasio antara densitas bulk setelah dipadatkan dengan goncangan kecil (tapped) terhadap densitasnya tanpa pemadatan dan untuk menganalisis karakteristik laju alir serbuk. Hasil yang didapat dari praktikum kemarin yaitu:
𝑇𝐷 𝐵𝐷 𝑚𝑙
=
0,7142 𝑔/𝑚𝑙 0,5208 𝑔/𝑚𝑙
=
1,37 , Dapat disimpulkan hasil yang kami dapatkan kemarin masuk ke dalam indeks aliran yang buruk(poor/cohesive) karena berada pada range kurang dari 1,5, Jika lebih dari 1,5 maka aliran serbuk itu baik.
24
4. Kompresibilitas Tujuan dari kompresibilas adalah untuk mengetahui kemampuan granul agar kompak dengan adanya tekanan, untuk mengetahui perilaku serbuk pada saat dikempa dan dan untuk mengetahui bentuk siklus tekanan kompresi pada saat penabletan. Alat yang digunakan pada kompresibilitas ini adalah gelas ukur, mesin tablet yang dilengkapi “strain gauge” dan “oscilloscope”. Rumus yang gunakan dalam mengetahui hasil dari kompresibilitas yaitu, % Kompresibilitas =
𝐵𝐷−𝑇𝐷 𝑇𝐷 𝑚𝑙
x 100%
Hasil dari % Kompresibilitas yang di dapat =
0,7142−0,5208 0,7142
x 100% = 30,97%
Dapat di simpulkan % kompresibilitas yang didapat yakni 30,97%, dan masuk kedalam kategori 28 – 35% dimana kompresibilitas buruk (Fluid Cohesive Powders) dan sesuai dengan literatur, dimana asam mefenamat mempunyai kompresibilitas yang buruk (Romilda, 2005).
5. Sifat alir/Sudut henti Tujuan dari sifat alir atau sudut henti adalah untuk menentukan kecepatan aliran suatu sediaan baik atau tidaknya. Alat yang digunakan pada sifat alir atau sudut henti ini adalah flow rate tester, corong, statif. Rumus yang digunakan dalam mengetahui hasil dari sudut henti atau sifat alir, yaitu ; Tan α =
2h diameter
Hasil yang didapat adalah Tan α =
2 x 4,3 9,6
= 0,895, 𝛼 = 41,828
Dapat disimpulkan sudut henti yang didapat yakni, 41,828. Dimana masuk kedalam range 25 – 45, yang menandakan asam mefenamat memiliki sifat alir yang mudah mengalir.
6. Susut Pengeringan dan Kadar Lembab Susut Pengeringan dan Kadar Lembab bertujuan untuk memberikan batas maksimal atau rentang tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Untuk susut pengeringan dan kadar lembab digunakan alat yaitu Moisture Content Balance. Rumus untuk menghitung susut pengeringan adalah Susut Pengeringan (LoD/Loss on Drying)
25
% LoD =
bobot basah−bobot kering bobot basah
× 100%
Sedangkan menghitung Kadar Lembab MC/Moisture content %MC =
bobot basah−bobot kering bobot kering
× 100%
Hasil dari susut pengeringan yang didapat % LoD = kadar lembab %MC =
5−4,89 4,89
5−4,89 5
× 100% = 2,2%, dan hasil dari
100% = 2,24%.
Dapat disimpulkan susut pengeringan asam mefenamat menurut FI V, tidak lebih dari 1,0%. Hal ini mungkin terjadi karena zat sudah terlalu lama kontak dengan udara. 7. Distribusi Ukuran Partikel (DUP) Tujuan dari Distribusi ukuran partikel adalah mengukur partikel zat dengan metode mikroskopi dan pengayakan atau sieving. Sebagai alat yang digunakan untuk distribusi ukuran partikel adalah sieving analyzer atau ayakan dengan mesh 12, 14, 16, 18, 20. Rumus %Mesh =
bobot serbuk pada masing−masing mesh (×gram) bobot serbuk total yang tersisa (y gram)
× 100%.
Hasil dari perhitungan tiap mesh yaitu : Mesh 12 = 0,215%, Mesh 14 = 0,291%, Mesh 16 = 0,334%, Mesh 18 = 0,312%, dan Mesh 20 = 1,25%. Kesimpulan yang didapat dari distribusi ukuran partikel yang telah didapat, hasil grafik dari setiap mesh didapati hasil yang berbeda berdasarkan ukuran dari setiap mesh-nya, sehingga hasil grafik yang didapati kurang baik, ini perlu diberi zat tambahan untuk memperbaiki distribusi partikel menjadi baik.
4.2 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Granul Pada praktikum ini, hasil granul yang didapat dilakukan uji evaluasi granul sebelum pembuatan tablet dan dilakukan pencetakkan tablet. Alasan granul ini dilakukan evaluasi adalah untuk mengetahui sifat-sifat granul agar didapati hasil untuk perlakuan metode pembuatan tablet yang cocok.
26
1. Bulk Density Pada uji ini dilakukan menggunakan granul, tujuan dilakukan uji bulk density ini adalah untuk menjamin aliran granul baik. Dilakukan dengan cara bahan ditimbang sebanyak 50 gram, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml. Volume yang didapati setelah granul dimasukkan ke dalam gelas ukur adalah 83 ml. Hasil yang didapati untuk uji bulk density adalah 0,6024 g/ml.
2. Tap Density Pada uji ini dilakukan menggunakan granul, tujuan dilakukan uji tap density ini adalah untuk memperoleh kerapatan serbuk di dalam gelas ukur yang diketukkan dan untuk mengetahui massa partikel yang menempati suatu unit volume tertentu setelah adanya hentakan dalam periodete tertentu. Dilakukan dengan cara bahan ditimbang sebanyak 50 gram, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml lalu diketukkan sebanyak 300 kali. Volume yang didapati setelah dilakukan pengetukkan 300 kali adalah 72 ml. Hasil dari perhitungan uji tap density adalah 0,694 g/ml.
3.Rasio Hausner Pada rasio hausner dilakukan untuk mengetahui rasio antara densitas bulk setelah dipadatkan dengan goncangan kecil (tapped) terhadap densitasnya tanpa pemadatan dan menganalisis karakteristik laju alir granul. Hasil rasio hausner yang didapati adalah 1,15. Berdasarkan persyaratan hasil rasio hausner ini masuk ke dalam range 1,12 – 1,18 yang memiliki rasio hausner baik.
4. Uji Kompresibilitas Pada uji kompresibilitas dlakukan untuk mengetahui kemampuan granul agar kompak dengan adanya tekanan, mengetahui perilaku serbuk pada saat dikempa dan untuk mengetahui bentuk siklus tekanan kompresi pada saat penabletan. Hasil uji kompresibilitas yang didapati adalah 13,19 %. Berdasarkan persyaratan hasil rasio hausner ini masuk ke dalam range 11 – 15 yang memiliki kompresibilitas baik.
5. Uji Susut Pengeringan dan Kadar Air Pada uji susut pengeringan dan kadar air dilakukan untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses 27
pengeringan. Pada uji ini dilakukan menggunakan alat Moisture Content Balance. Didapati hasil dari susut pengeringan adalah 4,2 %, sementara untuk hasil kadar air adalah 4,3 %.
6. Uji Sifat Alir Pada uji sifat alir dilakukan untuk mengetahui sifat alir serbuk pada waktu mengalami proses penabletan dan untuk menentukan kecepatan aliran suatu sediaan baik / tidak. Pada uji ini dilakukan menggunakan alat Flow Rate Tester. Dengan cara memasukkan granul tersebut ke dalam alat Flow Rate Tester lalu α
dihitung tinggi dan diameter dan hasil
= 25,50. Dari hasil tersebut masuk
ke dalam range 25 – 30 adalah baik untuk uji sifat alir.
7. Distribusi Ukuran Partikel Distribusi ukuran partikel untuk mengukur partikel tablet dengan metode mikroskopi dan pengayakan/shieving menggunakan ayakan mesh no 12, 14, 16, 18 dan 20. Persentase mesh yang didapat adalah sebagai berikut : % mesh 12 = 0,23 / 82,44 X 100 % = 0,278 % % mesh 14 = 14,50 / 82,44 x 100 = 17,58 % % mesh 16 = 11,31 / 82,44 x 100 % = 13,71 % % mesh 18 = 8,1 / 82,44 x 100 % = 9,82 % % mesh 20 = 11,25 / 82,44 x 100 % = 13, 64 % Grafik :
Distribusi Ukuran Partikel 20 15 Distribusi Ukuran Partikel
10 5 0 12
14
16
18
20
28
4.3 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Tablet Pada praktikum kali ini tablet asam mefenamat yang telah dibuat menggunakan metode granulasi basah dilakukan evaluasi tablet, berikut evaluasi tablet yang dilakukan : 1. Uji Organoleptis Hasil dari uji organoleptis pada tablet Asam Mefenamat terhadap rasa, bau, warna, dan bentuknya dapat dikatakan bahwa tablet terlihat baik secara fisik, tanpa adanya kerusakan. 2. Uji Keseragaman Bobot Uji sifat fisik tablet berupa keseragaman bobot dengan hasil % penyimpangan bobot di mana bobot rata-rata dari tablet yang kami miliki sebesar 650 mg. Uji ini dilakukan dengan jalan menimbang 20 tablet satu persatu kemudian dihitung rataratanya dan penyimpangan tiap tablet terhadap bobot rata-ratanya. Sehingga dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa keseragaman bobot dari tablet yang diuji memiliki 3 tablet yang melebihi penyimpangan 5 % yang telah ditentukan, sementara untuk nilai 10 % penyimpangan bobot tidak ada satupun tablet yang lebih dari 10% penyimpangannya. Sehingga nantinya dapat menghasilkan pelepasan kadar obat yang sama. Uji keseragaman bobot ini menentukan nilai keseragaman mesin kempa dalam menghasilkan tablet dan juga menentukan keseragaman dosis yang diberikan untuk setiap terapi. Pengujian ini sangat penting untuk tablet dan sediaan padat lainnya, karena pengaruhnya pada dosis terapi nilai variasi tablet yang kecil menunjukan semakin baik tablet tersebut dalam dosis pemberiannya. 3. Uji Keseragaman Ukuran Uji keseragaman ukuran penting dilakukan karena memudahkan tablet untuk dapat dikemas karena memiliki ukuran yang seragam, meningkatkan keyakinan pasien terhadap keaslian obat sehingga obat dapat diterima (acceptable) oleh pasien, serta dapat dikatakan bahwa tablet memiliki keseragaman kadar yang seragam. Uji keseragaman ukuran ini menggunakan jangka sorong. Menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979), persyaratan keseragaman ukuran tablet yaitu diameter tablet tidak boleh kurang dari 4/3 dan tidak boleh lebih dari 3 kali tebal tablet. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel menunjukkan bahwa tablet Asam Mefenamat generik pada praktikum ini memenuhi syarat karena masih berada dalam batas minimal dan maksimal tablet yang diinginkan yakni rata-rata keseragaman ukuran dengan tebal tablet 4 mm dan diameter tablet 10 mm. Hasil 29
tersebut sesuai dengan persyaratan range ketetapan tebal tablet yang digunakan untuk ukuran 600 mg yakni tebal tablet tidak kurang dari 3,3 mm dan tidak lebih dari 7,5 mm
4. Uji Kekerasan Uji kekerasan diartikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Uji kekerasan ini menggunakan alat Hardness Tester. Uji kekerasan pada tablet bertujuan untuk mengetahui seberapa besar ketahanan tablet terhadap guncangan atau kekuatan yang diberikan dari luar saat tablet didistribusi dan penyimpanan sehingga tablet dapat sampai pada pasien dalam keadaan baik. Menurut Sulaiman (2007), tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4-10 kg/cm2 Berdasarkan hasil uji kekerasan, seperti yang terlihat pada tabel menunjukkan bahwa kekerasan tablet Asam Mefenamat masih berada pada range 4 – 10 kg/cm2 yakni dengan rata-rata kekerasan tablet 5,7 kg/cm2. Sehingga kekerasan dari tablet ini memenuhi persyaratan dan sesuai dengan teori yang berarti “tekanan yang diberikan pada saat pembuatan tablet memiliki peranan penting, semakin besar tekanan yang diberikan maka kekerasan tablet yang dihasilkan akan meningkat dan sebaliknya bila tekanan yang diberikan kecil maka tablet tidak terlalu keras dan dapat menyebabkan tablet cendrung rapuh”. 5. Uji Kerapuhan Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan pengikisan pada permukaan tablet. Uji kerapuhan tablet menggunakan alat Friability Tester. Uji kerapuhan bertujuan untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap adanya pengikisan maupun guncangan pada waktu pengemasan dan pengiriman. Tablet yang dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1%. Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentasi kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Berdasarkan hasil uji kerapuhan yang diperoleh menunjukkan bahwa tablet Asam Mefenamat memiliki persentase lebih dari 1% yang berarti tidak memenuhi syarat dan tidak sesuai dengan teori dimana persentase yang diperoleh sebesar 30
9,2%. Ketidaksesuaian ini akan mempengaruhi konsentrasi atau kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Faktor yang mempengaruhi
persentase uji
kerapuhan yang tidak sesuai yaitu pengikat yang digunakan tidak terdistribusi dengan homogen di dalam tablet atau dapat diakibatkan kesalahan saat proses kompresi, dan tablet yang terbentuk kurang kompak sehingga tablet menjadi mudah rapuh. 6. Uji Disolusi / Waktu Hancur Uji waktu hancur menggambarkan suatu tablet utuh (liberasi) yang mengalami deagregasi menjadi partikel-partikel kecil hingga tidak mempunyai inti yang jelas. Semakin cepat tablet hancur maka akan semakin cepat pula tablet terdisolusi melepaskan zat aktif. Uji disolusi atau waktu hancur ini menggunakan alat Desintegration Tester. Semakin cepat waktu hancur maka semakin cepat pula obat menimbulkan efek. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979) menyatakan bahwa waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah tidak lebih dari 15 menit dan untuk tablet bersalut adalah tidak lebih dari 60 menit. Tablet Asam Mefenamat merupakan tablet yang tidak bersalut. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel menunjukkan bahwa tablet Asam Mefenamat memenuhi syarat yaitu tidak lebih dari 15 untuk tablet yang tidak bersalut.
31
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil yang didapat dari pembuatan tablet Asam Mefenamat dengan metode pembuatan granulasi basah adalah : 1. Uji Organoleptis Hasil yang didapati rasa pahit, tidak berbau, warna putih, bentuk bulat 2. Uji Keseragaman Bobot Hasil uji keseragaman bobot didapati terdapat 3 tablet yang melebihi 5 % penyimpangan dan tidak ada satupun tablet yang melebihi penyimpangan dari 10 %. 3. Uji Keseragaman Ukuran Hasil uji keseragaman ukuran yang telah dilakukan adalah diameter rata-rata yang didapat 10 mm dan tebal tablet yang diperoleh 4 mm. Hasil sesuai dengan range ketetapan tebal tablet yang digunakan untuk ukuran 600 mg yakni tebal tablet tidak kurang dari 3,3 mm dan tidak lebih dari 7,5 mm 4. Uji Kekerasan Tablet Hasil uji kekerasan tablet yang telah didapat dengan rata-rata 5,7 kg/cm2. Hasil sesuai dengan range ketetapan kekerasan tablet yang baik adalah 4-10 kg/cm2. 5. Uji Kerapuhan Tablet Hasil uji kerapuhan yang didapat 9,2 %, hasil ini tidak memenuhi syarat yang seharusnya kerapuhan tablet tidak boleh lebih lebih dari 1 % atau yang baiknya tidak boleh lebih dari 0,8 % 6. Uji Disolusi / Waktu Hancur Hasil uji disolusi / waktu hancur tablet sesuai syarat yakni 11,16 menit yang masih dibawah 15 menit untuk syarat waktu hancur tablet biasa
5.2 Saran Dalam proses pembuatan tablet membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai agar praktikan dapat melakukan praktikum dengan baik.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta : UGM. Press.
Ansel, H. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed ke 4. Penerjemah: Farida. Jakarta : UI Press. Terjemahan dari : Introduction to Pharmaceutical Dosage Form.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Ed ke 3. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Ed ke 4. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Goth A. Medical Pharmacology, Principles and concept. Saint Louis : The CV.Mosby Co, 1978:340.
Lachman, L., Lieberman, HA. Kanig J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Ed ke 3. Penerjemah : Siti Suyatmi. Jakarta : UI Press. Terjemahan dari: The Teory and Practice of Industrial Pharmacy.
Reynold James E.F. Martindale The Extra Pharmacopoiea.London : The Pharmaceutical Press, 1982 : 263 Voigt, R. 1995. Pelajaran Teknologi Farmasi. Ed ke 5. Penerjemah: Noerono. Yogyakarta : UGM Press.
33
LAMPIRAN
34