Laporan Praktikum Sanitasi dan Higiene
Hari/Tanggal Dosen Asisten
: Selasa, 2 Oktober 2018 : Made Gayatria STP, MSi : - Dhara Saraswati - Rizki Agung
SANITASI UDARA DAN PEKERJA Kelompok 3 / AP2
Aziz Ahmad Arsyad
J3E216174
Monika tarania
J3E116082
Putri Nadya Salsabila
J3E217
Windi Hasrini Hasibuan
J3E117003
SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN SEKOLAH VOKASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2018
TUJUAN Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa memahami metode pengujian sanitasi ruang dan pekerja (rambut, mulut, dan tangan)
HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1. Hasil 2.1.1. Sanitasi Udara
NA APDA
1 80 70 6 3
Kelompok 3 4 25 92 28 40 TBUD 17 10 9
2 96 12 18
5 207 194 19 18
6 94 70 39 19
7 74 44 8 7
8 121 66 9 6
Keterangan:
Kelompok 1: lab cb mikro Kelompok 2 : cb olah 2 Kelompok 3 : cb olah 4 Kelompok 4 : mushola wanita jmp Kelompok 5 : kamar mandi mushola wanita jmp Kelompok 6 : kamar mandi CB Kelompok 7 : mushola LT Kelompok 8 : kamar mandi LT 2.1.2 Sanitasi Tangan Pengenceran
1 198 34 3
100 10-1 10-2
2 65 4 1
3 158 29 18
Kelompok 4 5 6 77 302 231 48 54 18 9 9 4
7 8 166 TBUD 47 462 5 79
2.1.3. Sanitasi Pekerja (Kebersihan Mulut) 1
2
3
Kelompok 4 5
6
7
8
Mulut Sehat
++
+
++
+
+
++
+
+
Mulut Sakit
+
++
++
++
+
+
+
+++
Keterangan: +++ = banyak mikroba ++ = sedang +
= sedikit atau tidak sama sekali 2.1.4. Sanitasi Pekerja (Rambut) Kelompok 1 2 3 4 5 + ++ + + +++ + ++ ++ ++ + +++ -
Media NA (keramas) NA (tidak keramas) APDA(keramas) APDA(tidak keramas)
6 +++ ++ +++ ++
7
8
+ +
+ ++ +
Keterangan +++ = banyak mikroba ++ = sedang +
= sedikit
-
= tidak ada sama sekali
Catatan : kelompok 2 menggunakan agar PCA sebagai pengganti agar NA yang telah habis. 2.1.5. Sanitasi Tangan Pekerja secara Kualitatif Media
EMBA
MSA
tangan kotor cuci air cuci air + sabun cuci air + sabun + antiseptik tangan kotor cuci air cuci air + sabun cuci air + sabun + antiseptik
1
2
Kelompok 4
3
+++ +++ ++
+++ +++ +
+
5
6
7
+++ + ++
-
8 +++ +++ ++
+++
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2.2. Pembahasan Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sedangkan sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang mendefinisikan sanitasi sebagai pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut. 2.2.1. Sanitasi Udara Pengujian sanitasi udara dilakukan dengan membuat agar steril APDA dan NA (ada satu kelompok menggunakan NA secara simplo) dan membiarkannya dalam keadaan terbuka di dalam ruangan yang telah ditentukan selama 20 menit. Agar tersebut diinkubasi pada suhu ruang selama 2 hari. Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumberkontaminasi udara. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitar mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi, daripenderita yang mengalami infeksi saluran pencernaandan dari ruangan yang digunakan untuk fermentasi.Mikroorganisme yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam droplet air. Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya bakteri thermogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh.Bakteri dapat pula mengubah pH dari media tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Jumlah mikroba yang terdapat di udara tergantung padaaktivitas lingkungan misalnya udara di atas padangpasir atau gunung kering, dimana aktivitas kehidupanrelatif sedikit maka jumlah mikroba juga sedikit. Contohlain udara di sekitar rumah, pemotongan hewan,kandang hewan ternak, tempat pembuangan sampahmaka jumlah mikroba relatif banyak 2.2.2. Sanitasi Tangan Pekerja (Kuantitatif) Pengujian sanitasi pekerja dilakukan pada tangan. Pengujian sanitasi tangan ini untuk mengetahui total bakteri pada tangan menggunakan media PCA. Agar diinkubasi pada suhu 37°C selama 2 hari, selanjutnya diamati adanya bakteribakteri tersebut. Sanitasi tangan didefinisikan sebagai semua tindakan yang bertujuan untuk membersihkan tangan. Sehubungan dengan kegiatan ini, maka sanitasi tangan terdiri dari mencuci tangan dengan sabun dan air serta penggunaan cairan antiseptik tanpa menggunakan air dan tanpa tindakan pengeringan dengan alat, yang bertujuan untuk mengurangi atau menekan tumbuhnya mikroorganisme.
Kesehatan dan kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan dengan demikian dapat meminimalisasi kontaminasi silang. Hal ini bisa di lihat dari hasil biakan koloni yang didapatkan dari tangan praktikan masing – masing kelompok. Masing – masing kelompok melakukan beberpa perlakuan pada tangan sebelum di uji. kelompok 1 tangankotor, kelompok 2 dicuci air, kelompok 3 dicuci handsoap, kelompok 4 dicuci + gel antiseptic, kelompok 5 dicuci gel antiseptic + pegangrambut, kelompok 6 dicucitisubasah, kelompok 7 dicuci tisubasah + pegangrambut, kelompok 8 dicuci handsoap+pegang rambut. Setelah inkubasi selama dua hari, didapatkan hasil kelompok dua mempunyai jumlah koloni yang sedikit disbanding yang lain diawal pengnceran. Hal ini bisa jadi dikarenakan cara mencuci tangan sudah sesuai dengan prosedur walau hanya menggunakan media air saja. Pada kelompok 8, hasil yang di dapatkan adalah jumlah koloni yang lebih dibandngkan kelompok lain. Hal ini di karenakan walupun sudah menggunakan berbagai macam alat sanitasi tangan seperti hand soap, antiseptic gel, akan tetapi bila kontak lagi dengan anggota tubuh lain dan atau kontak dengan benda lain, akan tetap terkontaminasi oleh mikroorganisme yang terdapat pada benda melalui kontak tersebut. 2.2.3. Sanitasi Mulut Pekerja Beberapa bakteri ditemukan dalam mulut dan bibir. Pada saat bersin, bakteri tersebut tersembur ke udara dan mungkin mendarat pada makanan yang diolah,kecuali jika saat bersin ditutup. Pada saat merokok, Bakteri pada bibir dapat menempel pada ujung jari dan berpindan pada bahan pangan. Oleh karena itu meludah , merokok, mulut terasa teriritasi, atau mendapatkan flu seharusnya tidak dilakukan dalam area kerja. Dalam praktikum ini dilakukan 2 perlakuan yaitu menghembuskan nafas pada media NA oleh mulut yang sehat, dan mulut yang tidak sehat atau sedang mengalami gangguan terhadap sistem pernafasan seperti pilek, batuk dan lain sebagainya. Dapat diketahui bahwa hasil dari pengaatan adalah bahwa mulut yang sehat lebih sedikit atau tidak ada sama sekali terdapat bakteri dibandingkan dengan ulut orang sakit. Hal ini disebebkan oleh kondisi mulut yang tidak sehat atau mengalami ketidaksehatan sehingga menyebabkan bakteri yang ada dalam mulut saat menhembuskan nafas di media NA menyebabkan banyak tumbuhnya bakteri pada media tersebut.Selain itu juga bisa disebabkan karena mulut orang yang sakit tersebut juga tidak bersih atau masih terdapat plak pada gig yang dapat menyebabkan bertumbuhnya mikroorganisme tertentu di bagian sela-sela email gigi .Dalam Rongga mulut sediri terdapat banyak bakteri,kurang lebih terdapat 250 jenis bakteri.Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa dalam rongga mulut baik gigi,gusi dan laij sebagainya merupakan salah satu spot yang banyak mengandung bakteri yang dapat membahayakan kesehatan pekerja.
2.2.3. Sanitasi Rambut Rambut juga merupakan sumber kontaminasi mikroba karena rambut mengandung banyak protein sehingga cenderung disenangi oleh bakteri. Rambut yang tidak terawat dengan baik dapat menjadi sumber kontaminasi mikroba. Untuk mengurangi jumlah kontaminasi, maka perlu dilakukan pencucian rambut secara berkala agar rambut tetap bersih dan terawat atau dengan pemakaian tutup kepala saat bekerja mengolah bahan pangan agar rambut tidak terkontaminasi debu/kotoran dari udara serta agar rambut tidak jatuh dan mengontaminasi bahan pangan karena rambut juga mengandung mikroba. Berdasarkan hasil praktikum, disetiap kelompok tidak semua rambut yang tidak di keramas ditumbuhi oleh mikroorganisme, namun sebagian ada juga yang tumbuh. Dan pada rambut yang sudah di keramas, tidak disemua kelompok tidak ditumbuhi, namun ada beberapa kelompok yang ada ditumbuhi mikroorganisme. agar cawan yang sudah terkontaminasi dan terjadi penyimpangan. Penyimpangan pada kegiatan praktikum kali ini juga dapat disebabkan karena beberapa faktor, yaitu: 1. Kesalahan saat menghitung jumlah mikroba (tidak teliti dan tidak cermat saat menghitung) karena ukuran mikroorganismenya sangat kecil dan banyak 2. Kesalahan saat mengidentifikasi jenis-jenis mikroba, kurang cermat dalam membedakan mana mikroba yang termasuk jenis bakteri, kapang, dan khamir karena ukurannya sangat kecil sehingga terlihat hampir sama/mirip. 3. Teknik yang dilakukan praktikan saat praktikum yang kurang aseptis sehingga banyak terjadi kontaminasi dari luar. Saat praktikum bisa jadi membuka tutup cawan petri terlalu lebar saat memasukkan sampel dalam cawan 4. Penggunaan peralatan yang kurang bersih dan steril, seperti tidak menggunakan pinset steril untuk mengambil dan meletakkan rambut pada cawan 5. Perlakuan praktikan saat praktikum dan sebelum menginkubasikan mikroba (perlakuan pra proses). Pada saat praktikum berlangsung, praktikan selalu mengobrol di sekitar area praktikum sehingga mikroba dari udara pernafasan atau mulut praktikan dapat mengontaminasi sampel dan terjadilah kontaminasi dari luar. 6. Adanya kontaminasi ulang pada sampel ketika beraktivitas sebelum dilakukan pengujian sanitasi ini.
2.2.4. Sanitasi Tangan Pekerja (Kualitatif) Uji ini dilakukan dengan cara menempelkan jari pada media yang sudah diberi empat perlakuan yakni tangan kotor, tangan dicuci dengan air, tangan dicuci dengan air dan sabun, dan tangan dicuci dengan air, sabun, dan diberi antiseptik. Media yang digunakan adalah MSA (untuk kelompok ganjil) dan untuk EMBA (untuk kelompok genap) secara duplo. Kemudian diinkubasi selama 2 hari. MSA (Manitole Salt Agar) adalah media yang digunakan untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus. Dimana media ini mengandung konsentrasi garam yang cukup tinggi yaitu 7,5% yang mana hanya bisa ditumbuhi oleh bakteri tersebut. Ciri positif nya ialah berwarna putih kekuningan karena memfermentasi manitol. EMBA (Eosine Methylene Blue Agar) media ini berguna untuk isolasi dan identifikasi bakteri gram negatif. Eosin dan pewarna biru metilen menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Ciri positifnya adalah tumbuh koloni berwarna hijau metalik (E. Coli) Berdasarkan hasil data pengamatan pada semua media MSA tidak ada yang tumbuh koloni, hal ini menandakan tidak ada S. aureus yang tumbuh. Hal tersebut dapat disebabkan memang tidak adanya S. aureus atau mungkin juga dapat disebabkan penuangan media yang masih terlalu panas. Media yang cepat membeku mungkin menyebabkan mahasiswa terburu-buru menuangkan agar yang masih terlalu panas kedalam cawan yang berisi sampel. S. aureus tergolong sebagai mikroba mesofil yang dapat tumbuh pada suhu 7-48⁰C dengan suhu optimum 20-37⁰C. Pada media EMBA hampir semua media dengan perlakuan tangan tidak dicuci dan hanya dicuci dengan air ditumbuhi banyak koloni sedangkan pada perlakuan tangan dicuci dengan sabun dan gel anseptik hanya tumbuh sedikit atau bahkan tidak ada. Akan tetapi, pada media EMBA kelompok 6 untuk perlakuan dicuci dengan sabun dan gel anseptik ditumbuhi banyak mikroba. Hal ini mungkin dikarenakan adanya kontaminasi, bisa saat menuangkan media dengan cara yang tidak steril atau mungkin dari air yang digunakan saat mencuci tangan tersebut.
PENUTUP 3.1. Kesimpulan Berdasarkan data hasil pengamatan dan pembahasannya, pada sanitasi udara untuk media NA ruangan yang paling banyak tumbuh bakteri adalah kamar mandi mushola wanita yang secara tidak sengaja ada seseorang yang menggunakan kamar mandi tersebut. Hal ini yang mungkin menjadi penyebab banyaknya bakteri yang tumbuh pada media NA tersebut. Pada sanitasi tangan secara kualitatif hasilnya hampir semua media sesuai dengan perlakuannya, akan tetapi ada satu kelompok yang tidak sesuai, hal ini dapat disebabkan kontaminasi akibat media yang tidak steril atau air yang sudah tercemar. Pada sanitasi rambut untuk media APDA terdapat satu kelompok yang tampaknya terkontaminasi, hal ini dikarenakan seharusnya tidak ada kapang dan khamir yang tumbuh pada sanitasi rambut.
3.2. saran Hendaknya mahasiswa menuangkan bekerja secara aseptik agar tidak terjadi kontaminasi yang terjadi akibat pekerjaan yang tidak steril.
DAFTAR PUSTAKA Dirjen POM . Persyaratan Cemaran Mikroba Dalam Makanan. Jakarta : Depker RI. 2006. Rahmawati. Faktor yang berhubungan dengan kontaminasi E.Coli pada Makanan jajanan di Warung jajanan Sekolah Dasar Kota tangerang Selatan. Universitas Indonesia. 2011. Wahniyathi dkk. 2014. Praktek Sanitasi Higiene pada Usaha Pengolahan Dangke Susu Sapi di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
PERTANYAAN 1. Sebutkan jenis mikroba yang mungkin terdapat di udara? Jawab: Kelompok mikroba yang paling banyak berkeliaran di udara bebas adalah bakteri, jamur (termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalge. 2. Apakah yang dapat dilakukan untuk meminimalisirkan mikroba di udara? Jawab: Mikroba di udara dapat diminimalisir dengan cara menyiram tanah dengan air sehingga mengurangi debu yang berterbangan, menyemprot udara dengan desinfektan sehingga udara berkurang mikrobanya atau dengan menggunakan radiasi sinar ultraviolet, serta menutup ventilasi udara. 3. Bagian bagian mana kah pada tubuh yang dapat menjadi sumber kontaminasi mikroba selain tangan dan rambut? Jawab: Sumber kontaminasi dari tubuh selain tangan dan rambut adalah mulut, kulit, hidung, mata, dan kuku. 4. Cara apakah yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi yang bersumber dari pekerja pengolahan pangan? Jawab: Kontaminasi yang bersumber dari pekerja dapat dihindari dengan mencuci tangan dengan ketentuan WHO, serta menggunakan hairnet dan masker. Pekerja juga hendaknya menjaga kebersihan diri sendiri.
LAMPIRAN