LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNOLOGI TELEMATIKA UNIT I DASAR PENGGUNAAN OSILOSKOP, SPECTRUM ANALYZER DAN SWEEP FUNCTION GENERATOR
DISUSUN OLEH : Fadhil Muhammad 16101129 Partner : 1. Dhea Ajeng Agustiningsih
(16101126)
2. Jafar Nurcahyanto Lihu
(16101135)
3. Kemuning Nenden Testy
(16101136)
Asisten : Viona Octaviani Citra Tanggal Praktikum : 20 Desember 2016
LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI SEKOLAH TINGGI TELEMATIKA TELKOM JL. DI PANJAITAN 128 PURWOKERTO 2016
UNIT 1 DASAR PENGGUNAAN OSILOSKOP, SPECTRUM ANALYZER DAN SWEEP FUNCTION GENERATOR I.
TUJUAN PRAKTIKUM 1.
Mahasiswa mampu memahami karakteristik sinyal sinusoid, dan square.
2.
Mahasiswa mampu mengoperasikan Osiloskop digital untuk analisa sinyal di domain waktu.
3.
Mahasiswa mampu mengoperasikan Spectrum Analyzer untuk analisa sinyal di domain frekuensi.
4.
Mahasiswa mampu mengoperasikan Sweep Function Generator untuk menghasilkan sinyal dengan karakteristik tertentu.
5. II.
III.
Mahasiswa mampu menganalisa karakteristik sinyal radio analog.
ALAT DAN BAHAN 1.
1 set Digital Oscilloscope
2.
1 set Spectrum Analyzer
3.
1 antena penerima
4.
1 set Sweep Function Generator (SFG)
5.
1 set speaker komputer
DASAR TEORI A. Karakteristik Sinyal Analog dan Digital Sinyal dapat didefinisikan sebagai jumlah fisik, yang berisi beberapa informasi. Ini adalah fungsi dari satu atau lebih dari satu variabel independen. Sinyal terdiri dari dua jenis, yaitu sinyal analog dan sinyal digital. [1]
Sinyal analog. Sinyal analog didefinisikan sebagai sinyal memiliki nilai-nilai yang berkelanjutan. sinyal analog dapat memiliki jumlah tak terbatas nilai yang berbeda. Dalam skenario dunia nyata, sebagian besar hal-hal yang diamati di dalam analog. Contoh sinyal analog meliputi suhu, tekanan, jarak, suara, tegangan arus dan kekuatan. Sirkuit yang memproses sinyal analog disebut sebagai sirkuit analog atau sistem. Contoh dari sistem analog meliputi filter, amplifier, penerima televisi dan kecepatan motor pengendali. Adapun kelemahan dari sinyal analog adalah kurang akurasi, kurang
fleksibilitas, efek kebisingan, banyak distorsi, terpengaruh oleh efek cuaca. [1]
Gambar 1.3.1 Sinyal Analog
Sinyal digital. Sebuah sinyal digital didefinisikan sebagai sinyal yang hanya memiliki jumlah terbatas nilai yang berbeda. Sinyal digital tidak sinyal kontinyu. Dalam kalkulator elektronik digital, input yang diberikan dengan bantuan switch. Masukan ini diubah menjadi sinyal listrik yang memiliki dua nilai diskrit atau tingkat. Salah satunya dapat disebut tingkat rendah dan lain disebut tingkat tinggi. Sinyal akan selalu menjadi salah satu dari dua tingkat. Contoh dari sinyal digital adalah sinyal biner, sinyal oktal, sinyal heksadesimal. Sirkuit yang memproses sinyal digital disebut sistem digital atau sirkuit digital. Contoh dari sistem digital adalah flip flop, counter dan mikroprosesor. Keuntungan dari system digital adalah sebagai berikut : [1] 1.
Akurasi sangat bagus.
2.
Distorsi kecil.
3.
Fleksibilitas besar.
4.
Mudah berkomunikasi.
Gambar 1.3.2 Sinyal Digital Tabel 1.3.1 Perbedaan Sinyal Analog dan Sinyal Digital [1] No.
1
2
3
4
Sinyal Analog
Sinyal Digital
sinyal analog memiliki nilai-nilai
sinyal digital memiliki jumlah
yang tak terbatas.
terbatas nilai.
sinyal analog memiliki sifat
sinyal digital memiliki sifat
kontinyu.
diskrit.
sinyal analog yang dihasilkan oleh
sinyal digital yang dihasilkan
transduser dan generator sinyal.
oleh A ke D converter.
Contoh sinyal analog - gelombang
Contoh sinyal digital - sinyal
sinus, gelombang segitiga.
biner.
B. Spectrum Analyzer Spe ctrum Analyzer dimana alat ini berfungsi sebagai sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui jumlah distribusi energi dari suatu spektrum frekuensi yang dihasilkan oleh sinyal listrik. Dengan mengetahui distribusi energi sepanjang spektrum frekuensi, maka akan diperoleh informasi yang lainnya seperti :[2]
Lebar bidang frekuensi (bandwidth).
Efek berbagai jenis modulasi.
Pembangkitan sinyal yang palsu. Spectrum Analyzer juga sangat bermanfaat dalam perencanaan dan
pengujian rangkaian frekuensi radio. Kebutuhan akan penggunaan alat ukur Spectrum Analyzer di Indonesia masih cukup tinggi, terutama pada perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang jasa telekomunikasi seperti: [2]
Operator selular.
Operator satelit.
Lembaga penelitian/laboratorium elektronika dan telekomunikasi.
Balai pengujian perangkat telekomunikasi.
Lembaga pemerintah yang mempunyai wewenang untuk memonitor penggunaan frekuensi seperti Postel (Pos Telekomunikasi) dan DisHub (Dinas Perhubungan). Pada Spectrum Analyzer kita dapat melihat pola signal yang diterima
oleh karena itu kita bisa membuat acuan untuk setiap satelit yang ada, umumnya orang memanfaatkan beacon signal untuk membedakan satelit satu dengan lainnya. Kesulitan dalam mengarahkan antena ke satelit yang benar dikarenakan letak orbit satelit di angkasa sangat berdekatan, oleh karena itu diperlukan Spectrum Analyzer untuk memonitor sinyal yang diterima. Selain untuk kebutuhan tadi, Spectrum Analyzer juga banyak digunakan untuk melakukan pengetesan performa alat transmisi satelit dan quality & control. Misalnya untuk mengukur Gain Flatness, Product Intermodulasi (Kondisi dimana sebuah ODU mengkonversi 2 signal input), Spourius (Noise yang dihasilkan pada saat penguatan sinyal). Untuk melihat beberapa kondisi diatas diperlukan Spectrum Analyzer dan tentunya kemampuan operator dalam
menggunakannya. Dengan alat yang bernama Spectrum Analyzer ini dapat mengetahui parameter-parameter yang berhubungan dengan gelombang frekuensi tinggi diantaranya adalah : [2]
Bentuk gelombang kotak/square wave.
Bentuk gelombang bergigi.
Bentuk dari tegangan arus searah.
Bentuk dari tegangan arus bolak balik.
C. Osiloskop Osiloskop adalah alat ukur Elektronik yang dapat memetakan atau memproyeksikan sinyal listrik dan frekuensi menjadi gambar grafik agar dapat dibaca dan mudah dipelajari. Osiloskop dapat digunakan untuk mengamati dan menganalisa bentuk gelombang dari sinyal listrik atau frekuensi dalam suatu rangkaian Elektronika. Pada umumnya osiloskop dapat menampilkan grafik Dua Dimensi dengan waktu pada sumbu X dan tegangan pada sumbu Y. [3] Osiloskop banyak digunakan pada industri-industri seperti penelitian, sains, engineering, medikal dan telekomunikasi. Saat ini, terdapat 2 jenis Osiloskop yaitu Osiloskop Analog yang menggunakan Teknologi CRT (Cathode Ray Tube) untuk menampilkan sinyal listriknya dan Osiloskop Digital yang menggunakan LCD untuk menampilkan sinyal listrik atau gelombang. [3]
Gambar 1.3.3 Osiloskop Digital Selain fitur-fitur dasarnya, kebanyakan Osiloskop juga dilengkapi dengan alat pengukuran yang dapat mengukur Frekuensi, Amplitudo dan karakteristik gelombang sinyal listrik. Secara umum, Osiloskop dapat mengukur karakteristik yang berbasis Waktu (Time) dan juga karakteristik
yang berbasis tegangan (Voltage). Berikut ini adalah penjelasan tentang karakteristik sinyal yang bebasis waktu dan karakteristik sinyal yang berbasis tegangan. [3]
Karakteristik Berbasis Waktu (Time) 1.
Frekuensi dan Periode Frekuensi merupakan jumlah getaran yang dihasilkan selama 1
detik yang dinyatakan dengan Hertz. Sedangkan periode adalah kebalikan dari Frekuensi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menempuh 1 kali getaran yang biasanya dilambangkan dengan t dengan satuan detik. Kemampuan Osiloskop dalam mengukur maksimum Frekuensi berbedabeda tergantung pada tipe osiloskop yang digunakan. Ada yang dapat mengukur 100MHz, ada yang dapat mengukur 20MHz, ada yang hanya dapat mengukur 5MHz. [3] 2.
Duty Cycle (Siklus Kerja) Duty Cycle adalah perbandingan waktu ketika sinyal mencapai
kondisi ON dan ketika mencapai kondisi OFF dalam satu periode sinyal. Dengan kata lain, Siklus Kerja atau Duty Cycle adalah perbandingan lama kondisi ON dan kondisi OFF suatu sinyal pada setiap periode. [3] 3.
Rise dan Fall Time Rise Time adalah waktu perubahan sinyal (durasi) dari sinyal
rendah ke sinyal tinggi, contoh dari 0V ke 5V. Sedangkan Fall Time adalah waktu perubahan sinyal (durasi) dari sinyal tinggi ke sinyal rendah, contohnya perubahan dari 5V ke 0V. Karakteristik ini sangat penting dalam mengukur respon suatu rangkaian terhadap sinyalnya. [3]
Karakteristik Berbasis Tegangan (Voltage) 1.
Amplitudo Amplitudo adalah ukuran besarnya suatu sinyal atau biasanya
disebut dengan tingginya puncak gelombang. Terdapat beberapa cara dalam pengukuran Amplitudo yang diantaranya adalah pengukuran dari Puncak tertinggi ke Puncak terendah (Vpp), ada juga yang mengukur salah satu puncaknya saja baik yang tertinggi maupun yang terendah dengan sumbu X atau Y. [3]
2.
Tegangan Maksimum dan Minimum Osiloskop dapat dengan mudah menampilkan Tegangan
Maksimum dan Minumum suatu rangkaian Elektronika. [3] 3.
Tegangan Rata-Rata Osiloskop dapat melakukan perhitungan terhadap tegangan sinyal
yang diterimanya dan menampilkan hasil tegangan rata-rata sinyal tersebut. [3]
Gambar 1.3.4 Sinyal Sinusoid di Domain Waktu Tidak Semua Osiloskop memiliki kinerja yang sama, hal ini tergantung oleh spesifikasi pada Osiloskop tersebut. Beberapa spesifikasi penting pada Osiloskop yang menentukan kinerja Osiloskop diantaranya seperti dibawah ini : [3]
Bandwidth (Lebar Pita) Bandwidth menentukan rentang frekuensi yang dapat diukur oleh Osiloskop. Contohnya 100MHz, 20MHz atau 10MHz. [3]
Digital atau Analog Osiloskop dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu Osiloskop Analog dan Osiloskop Digital. Osiloskop Analog menggunakan Tegangan yang diukur untuk menggerak berkas elektron dalam tabung gambar untuk menampilkan bentuk gelombang yang diukurnya. Sedangkan Osiloskop
Digital menggunakan Analog to Digital Converter (ADC) untuk mengubah besaran tegangan menjadi besaran digital. Pada umumnya, Osiloskop Analog memiliki lebar pita atau bandwidth yang lebih rendah, fitur lebih sedikit dibandingkan dengan Osiloskop Digital, namun osiloskop Analog memiliki respon yang lebih cepat. [3]
Jumlah Channel (Kanal) Osiloskop yang dapat membaca lebih dari satu sinyal dalam waktu yang sama dan menampilkannya di layar secara simultan. Kemampuan tersebut tergantung pada jumlah kanal yang dimilikinya. Pada umumnya, Osiloskop yang ditemukan di pasaran memiliki 2 atau 4 kanal. [3]
Sampling Rate Sampling Rate hanya untuk Osiloskop Digital yaitu berapa kali sinyal itu dibaca dalam satu detik. [3]
Rise Time Spesifikasi Rise Time pada Osiloskop menunjukan seberapa cepat Osiloskop tersebut mengukur perubahan sinyal naik dari yang terendah ke yang tertinggi. [3]
Maximum Input Voltage Setiap peralatan elektronik memiliki batas tegangan Inputnya, tak terkecuali Osiloskop. Jika sinyal melebihi batas tegangan yang ditentukan, Osiloskop tersebut akan menjadi rusak karenanya. [3]
Vertical Sensitivity Nilai Vertical Sensitivity menunjukan kemampuan penguatan vertikal untuk memperkuat sinyal lemah pada Osiloskop. Vertical Sensitivity ini diukur dengan satuan Volt per div. [3]
Time Base Time Base menunjukan kisaran Sensitivitas pada Horisontal atau Sumbu Waktu. Nilai Time base diukur dengan satuan second per div. [3]
Input Impedance Impedansi Input digunakan pada saat pengukuran Frekuensi tinggi. Kita juga dapat menggunakan Probe Osiloskop untuk kompensasi Impedansi yang kurang. [3]
D. Sweep Function Generator Function Generator adalah alat ukur elektronik yang menghasilkan, atau membangkitkan gelombang berbentuk sinus, segitiga, ramp, segi empat, dan bentuk gelombang pulsa. Function Generator umumnya menghasilkan frekuensi pada kisaran 0,5 Hz sampai 20 Mhz atau lebih tergantung rancangan pabrik pembuatnya. Frekuensi yang dihasilkan dapat dipilih dengan memutar-mutar tombol batas ukur frekuensi (frequency range). Function Generator dilengkapi dengan kontrol dan indikator yang dapat digunakan sesuai dengan fungsi Function Generator itu sendiri. [4] Function Generator terdiri dari generator utama dan generator modulasi. Generator utama menyediakan gelombang output sinus, kotak atau gelombang segitiga dengan rangkuman frekuensi 0,01 Hz sampai 13 MHz. Generator modulasi menghasilkan bentuk gelombang sinus, kotak dan segitiga dengan rangkuman frekuensi 0,01 Hz sampai 10 KHz. Generator sinyal input dapat digunakan sebagai Amplitudo Modulation (AM) atau Frequensi Modulation (FM). Selebung (envelope) AM dapat diukur dari 0% sampai 100%; FM dapat diatur frekuensi pembawanya hingga ±5%. [5] Function Generator juga memiliki pengertian sebuah instrument terandalkan yang memberikan suatu pilihan beberapa bentuk gelombang yang frekuensinya diatur sepanjang range yang lebar. Bentuk-bentuk yang digunakan adalah sinusoida, segitiga, kotak dan gigi gergaji. Frekuensi bentuk gelombang ini dapat diatur dari 1 Hz sampai beberapa KHz bahkan sampai MHz. Function Generator juga bagian dari peralatan uji coba elektronik yang digunakan untuk menciptakan gelombang listrik. Gelombang ini dapat berulang-ulang atau satu kaliyang dalam kasus ini semacam sumber pemicu diperlukan, secara internal ataupun eksternal. Tipe lain dari generator fungsi adalah sub system yang menyediakan output sebanding terhadap beberapa input fungsi matematika. Contohnya, output berbentuk kesembandingan dengan akar kuadrat dari input. Alat seperti itu digunakan dalam system pengendali umpan dan computer analog. [5]
IV.
HASIL DATA
No. 1. 2. 3. 1.
Tabel 1.4.1 Analisa Domain Waktu Sinyal Sinusoid Vp-p Vrms Vp-p Vrms Perhitungan Perhitungan Osiloskop Osiloskop /SFG /SFG 500 mV 504 mV 175 mV 172 mV 700 mV 708 mV 245 mV 244 mV 1040 mV 1000 mV 364 mV 348 mV
Vrms perhitungan /SFG
= 0,5 . 0,7 . Vp-p Perhitungan /SFG = 0,5 . 0,7 . 500 = 175 mV
2. Vrms perhitungan /SFG
= 0,5 . 0,7 . Vp-p Perhitungan /SFG = 0,5 . 0,7 . 700 = 245 mV
3. Vrms perhitungan /SFG
= 0,5 . 0,7 . Vp-p Perhitungan /SFG = 0,5 . 0,7 . 1040 = 364 mV
Tabel 1.4.2 Analisa Domain Frekuensi Sinyal Sinusoid Ref. fC fH fL Span BW Pmax level No. (MHz) (MHz) (MHz) (dBm) (KHz) (MHz) (mWatt) (dBm) 1. 2 0,06 0.025 -20 50 0,035 39 x 10−7 -54 −7 2. 6 0,06 0.025 -20 50 0,035 25 x 10 -56 −7 3. 9 0,06 0.03 -20 50 0,03 39 x 10 -54 4. 12 0,06 0.03 -20 50 0,03 39 x 10−7 -54
Gambar 1.4.1 Sinyal Sinusoid Di Domain Frekuensi Dengan fC 2 MHz
1.
Pmax (mWatt) = 10
(𝑃𝑚𝑎𝑥 (𝑑𝐵𝑚)) 10 −54
= 10 10
= 10−5,4 = 0,0000039 mWatt = 39 x 10−7 mWatt
Gambar 1.4.2 Sinyal Sinusoid Di Domain Frekuensi Dengan fC 6 MHz 2.
Pmax (mWatt) = 10
(𝑃𝑚𝑎𝑥 (𝑑𝐵𝑚)) 10 −56
= 10 10
= 10−5,6 = 0,0000025 mWatt = 25 x 10−7 mWatt
Gambar 1.4.3 Sinyal Sinusoid Di Domain Frekuensi Dengan fC 9 MHz 3.
Pmax (mWatt) = 10
(𝑃𝑚𝑎𝑥 (𝑑𝐵𝑚)) 10 −54
= 10 10
= 10−5,4 = 0,0000039 mWatt = 39 x 10−7 mWatt
Gambar 1.4.4 Sinyal Sinusoid Di Domain Frekuensi Dengan fC 9 MHz 4.
Pmax (mWatt) = 10
(𝑃𝑚𝑎𝑥 (𝑑𝐵𝑚)) 10 −54
= 10 10
= 10−5,4 = 0,0000039 mWatt = 39 x 10−7 mWatt
Gambar 1.4.5 Sinyal Square Dengan Duty Cycle 50%
Gambar 1.4.6 Sinyal Square Dengan Duty Cycle 30%
Gambar 1.4.7 Sinyal Square Dengan Duty Cycle 70% Tabel 1.4.3 Analisa Domain Frekuensi Sinyal Square Ref fC fH fL Span BW Pmax Lvl No. (MH (MHz) (MHz) (MHz) (dBm) (KHz) (mWatt) (dBm) z) 1. 2 0,06 0,025 -20 50 0,035 39x10−7 -54 1.
Pmax (mWatt) = 10
(𝑃𝑚𝑎𝑥 (𝑑𝐵𝑚)) 10 −54
= 10 10
= 10−5,4 = 0,0000039 mWatt = 39 x 10−7 mWatt Stasiun Radio ke1 2 3
Tabel 1.4.4 Scan Frekuensi FM fC Span Ref. Lvl Pmax (MHz) (KHz) (dBm) (dBm) (mW) 99,0 200 -30 -82 63 x 10−10 99,8 200 -30 -92 6 x 10−10 100,6 200 -30 -106 10−10,6
Gambar 1.4.8 Stasiun Radio ke-1 Dengan Frekuensi 99,0 MHz
1.
Pmax (mWatt) = 10
(𝑃𝑚𝑎𝑥 (𝑑𝐵𝑚)) 10 −82
= 10 10
= 10−8,2 = 0,0000000063 mWatt = 63 x 10−10 mWatt
Gambar 1.4.9 Stasiun Radio ke-2 Dengan Frekuensi 99,8 MHz 2.
Pmax (mWatt) = 10
(𝑃𝑚𝑎𝑥 (𝑑𝐵𝑚)) 10 −92
= 10 10
= 10−9,2 = 0,0000000006 mWatt = 6 x 10−10 mWatt
Gambar 1.4.10 Stasiun Radio ke-3 Dengan Frekuensi 106,0 MHz 3.
Pmax (mWatt) = 10 = 10
(𝑃𝑚𝑎𝑥 (𝑑𝐵𝑚)) 10 −106 10
= 10−10,6 mWatt
V.
ANALISA DAN PEMBAHASAN Dalam praktikum pengantar teknologi telematika unit satu ini, praktikan melakukan percobaan dengan menggunakan Osiloskop, Spectrum Analyzer dan Sweep Function Generator untuk menganalisa sinyal sinusoid dan square. Sebelum melakukan praktikum, praktikan terlebih dahulu melakukan kalibrasi terhadap Osiloskop atau mengatur ulang Osiloskop agar kembali ke pengaturan awal. Percobaan pertama menggunakan Osiloskop dan Sweep Function Generator yang dihubungkan melalui kabel BNC male – male dari output 50 Ω di Sweep Function Generator ke CH1 atau CH2 di Osiloskop. Dalam percobaan pertama praktikan akan menganalisa sinyal sinusoid di domain waktu. Praktikan mengatur Sweep Function Generator agar menampilkan sinyal sinusoid pada Osiliskop. Kemudian praktikan mengatur frekuensi sebesar 2 MHz di Osiloskop dan amplitude sebesar 0,5 – 2 volt menggunakan tuas AMPL di Sweep Function Generator. Praktikan mengambil 3 sampling amplituda, yaitu sampling pertama praktikan mendapatkan Vp-p perhitungan di SFG sebesar 500 mV dengan Vp-p Osiloskop sebesar 504 mV dapat diperoleh Vrms Osiloskop sebesar 172 mV dan Vrms perhitungan di SFG 175 mV. Sampling kedua praktikan mendapatkan Vp-p perhitungan di SFG sebesar 700 mV dengan Vp-p Osiloskop sebesar 708 mV dapat diperoleh Vrms Osiloskop sebesar 244 mV dan Vrms perhitungan di SFG sebesar 245 mV. Sampling ketiga praktikan mendapatkan Vp-p perhitungan di SFG sebesar 1040 mV dengan Vp-p Osiloskop sebesar 1000 mV dapat diperoleh Vrms Osiloskop sebesar 348 mV dan Vrms perhitungan di SFG 364 mV. Percobaan kedua dengan menggunakan Spectrum Analyzer dan Sweep Function Generator yang dihubungkan melalui kabel BNC male-male dari output 50 Ω di Sweep Function Generator
ke masukan Spectrum
Analyzer. Pada percobaan kedua ini praktikan akan menganalisa sinyal sinusoid di domain frekuensi. Praktikan mengaktifkan atenuasi sebesar -20 dB dengan menarik tuas pada AMPL di SFG dan mengatur frekuensi SFG ke 2MHz. Kemudian praktikan mengatur Spectrum Analyzer sebesar 2MHz dan reference level sebesar -20 dBm serta span sebesar 50 KHz. Pada percobaan
kedua ini, praktikan menggunakan frekuensi center (fc) yang berbeda, yaitu 2 MHz, 6 MHz, 9 MHz dan 12 MHz. Praktikan mendapatkan fH dari setiap frekuensi yang di coba yaitu sebesar 0,06 MHz. Pada percobaan dengan frekuensi 2 MHz dan 6 MHz diperoleh fL 0.025 MHz dan pada frekuensi 9 MHz dan 12 MHz diperoleh fL 0,03 MHz. Praktikan mendapatkan bandwidth pada fC 2 Mhz dan 6 MHz sebesar 0,035 MHz, kemudian pada fC 9 MHz dan 12 MHz didapat bandwidth sebesar 0,03 MHz. Dari percobaan tersebut dapat diperoleh Pmax sebesar -54 dBm dan 0,000004 mWatt yaitu pada fC 2 MHz, 9 Mhz dan 12 MHz. Namun berbeda pada fC 6 Mhz diperoleh Pmax sebesar -56 dBm dan 0,0000025 mWatt. Pada percobaan kedua, menganalisa sinyal sinusoid di domain frekuensi gambar yang ditampilkan pada Spectrum Analyzer hampir sama, perbedaan yang terletak hanya sedikit. Percobaan ketiga, praktikan menganalisa sinyal square TTL atau CMOS. Langkah pertama, praktikan menghubungkan kabel BNC male – male dari output 50 Ω di Sweep Function Generator ke CH1 atau CH2 di Osiloskop, kemudian atur Osiloskop agar menampilkan TTL dan mengatur SFG agar keluaran yang diinginkan di Osiloskop berupa sinyal square. Pada percobaan kali ini perbandingan bukit dan lembah pada sinyal square, yaitu bukit 50% dan lembah 50% atau jumlah dari bukit dan lebah sama dengan 100%. Pada percobaan ini praktikan akan mencoba dengan mengeset duty cycle, namun terlebih dahulu mengatur frekuensi maksimalnya sebesar 1 MHz. Pertama, praktikan memasukan duty cycle sebesar 50%, gambar sinyal square yang di hasilkan di Osiloskop dengan perbandingan bukit dan lembah seimbang yaitu 50% dengan lebar bukit dan lebar lembah yang sama. Kedua, praktikan memasukan duty cycle sebesar 30%, gambar sinyal square yang di hasilkan di Osiloskop dengan perbandingan bukit sebesar 70% dan lembah 30% dengan lebar bukit lebih besar daripada lebar lembah karena bukit berbanding sebesar 70%. Ketiga, praktikan memasukan duty cycle sebesar 70%, gambar sinyal square yang di hasilkan di Osiloskop dengan perbandingan bukit sebesar 30% dan lembah 70%. Pada sinyal square ketiga ini kebalikan dari sinyal square kedua dengan perbandingan bukit lebih sempit daripada lembah. Praktikan juga mengambil sampling pada sinyal square di domain frekuensi. Hasil yang
didapat dengan menggunakan fC sebesar 2 MHz akan mendapatkan fH sebesar 0,06 MHz dan fL sebesar 0,0025 MHz dengan reference level -20 dBm dan span sebesar 50 KHz. Dari data yang tersebut akan diperoleh bandwidth sebesar 0,035 MHz dan Pmax sebesar -54 dBm atau 0,000004 mWatt. Percobaan ke empat, praktikan mencoba menscan frekuensi FM. Sinyal FM hanya menjangkau frekuensi sebesar 88,0 MHz sampai 108,0 MHz jadi praktikan akan menscan frekuensi antara 88,0 MHz sampai 108,0 MHz. Langkah pertama, praktikan menghubungkan kabel input ke antena penerima dan bagian input Spectrum Analyzer, kemudian menghubungkan input speaker ke colokan phone yang ada di Spectrum Analyzer. Praktikan mengatur span sebesar 200 KHz dan reference level sebesar -30 dBm, kemudian perlahanlahan naikkan frekuensi dengan memutar tombol spinner sampai terlihat frekuensi yang jelas pada Spectrum Analyzer. Pertama praktikan mendapatkan frekuensi sebesar 99,0 MHz, kemudian praktikan mengaktifkan modus demod dan putar spinner ke posisi narrow sampai terdengar siaran radio dari frekuensi tersebut. Kedua, praktikan kembali menaikkan frekuensi dengan memutar tombol spinner, frekuensi yang didapat yaitu sebesar 99,8 MHz pada frekuensi ini sinyal yang didapat lebih lemah daripada pertama. Kemudian praktikan mengkatifkan modus demod dan memutar spinner ke posisi narrow sampai terdengar siaran radio. Pada frekuensi 99,8 MHz suara yang ditampilkan masih terlihat jelas. Ketiga, praktikan kembali menaikkan frekuensi dengan memutar tombol spinner , frekuensi yang didapat yaitu sebesar 100,6 MHz pada frekuensi sinyal ayng didapat lebih lemah daripada sinyal pertama dan kedua. Kemudian praktikan mengaktifkan modus demod dan memutar spinner ke posisi narrow sampai terdengar siaran radio. Namun, pada frekuensi 100,6 MHz suara yang terdengar tidak begitu jelas karena sinyal yang diterima sangat lemah.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1.
Karakteristik sinyal sinusoid dan sinyal square berbeda dari bentuk lembah dan bukitnya.
2.
Osiloskop dapat menganalisa sinyal sinusoid dan sinyal square di domain waktu dan domain frekuensi.
3.
Spectrum Analyzer hanya dapat digunakan untuk menganalisa sinyal di domain frekuensi.
4.
Pada frekuensi FM, frekuensi yang dapat di cari antara 88,0 MHz sampai 108,0 MHz.
B. SARAN 1.
Ketika menggunakan Osiloskop lakukanlah kalibrasi terlebih dahulu.
2.
Ketika ingin menampilkan sinyal sinusoid pada Osiloskop, pastikan pengaturan pada display di Sweep Function Generator sudah diatur dalam sinyal sinusoid.
3.
Ketika ingin menampilkan sinyal square pada Osiloskop, pastikan pengaturan pada display di Sweep Function Generator sudah diatur dalam sinyal square.
4.
Ketika mengatur amplituda di Sweep Function Generator batas minimalnya 0,5 volt dan batas maksimalnya 2 volt.
VII.
DAFTAR PUSTAKA [1]
Agung, "Mas Agung Learning Center," September 2016. [Online]. Available:
http://www.masagunglearning.com/2016/09/karakteristik-
sinyal-analog-dan-digital.html. [Accessed 24 Desember 2016]. [2]
Anonymous, "Kompasiana," 23 Juni 2015. [Online]. Available: http://www.kompasiana.com/tridinews/mengenal-spectrumanalyzer_54f7a930a33311bd208b4711. [Accessed 23 Desember 2016].
[3]
D.
Kho,
"Teknik
Elektronika,"
2015.
[Online].
Available:
http://teknikelektronika.com/pengertian-osiloskop-spesifikasi-penentukinerjanya/. [Accessed 23 Desember 2016]. [4]
Anonymous, "Teknik Elektro," 12 Juni 2015. [Online]. Available: http://teknikelektro.org/kontrol-dan-indikator-function-generator/. [Accessed 24 Desember 2016].
[5]
N.
Chamzah,
Maret
2012.
[Online].
Available:
http://dokumen.tips/documents/kampung-ilmu-makalah-functiongenerator.html. [Accessed 25 Desember 2016].