Laporan Praktikum Lichen.docx

  • Uploaded by: Iby Nadzira Anggrainy
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Lichen.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,640
  • Pages: 17
LAPORAN PRAKTIKUM LICHEN Untuk memenuhi tugas matakuliah Mikrobiologi Yang Dibina Oleh Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si

Disusun Oleh Kelompok 2 / Offering B Binazir Tuza Qiyah M

170341615065

Febby Ey Dwi Cahyani

170341615016

Karlina Syabania

170341615099

Maya Andya Garini

170341615032

Mia Agustina

170341615034

Syerly Afifatul Khorinah

170341615053

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI MARET 2019

A. Tujuan 1. Untuk mengetahui ciri umum lichen 2. Untuk mengetahui struktur lichen 3. Untuk mengetahui manfaat dan peranan lichen

B. Dasar Teori Lichen sekilas setipe atau hamper sama dengan tumbuhan lumut. Akan tetapi, jika diperhatikan dengan seksama maka lichen merupakan suatu bentuk life form yang unik serta khas. Lichenes atau lumut kerak sebenarnya merupakan gabungan antara fungi dan alga atau cyanobakteri yang dilihat secara morfologi maupun fisiologi merupakan satu kesatuan (Yurnaliza, 2017). Dua jenis organisme hidup saling berhubungan sehingga disebut simbiosis, dimana alga akan menyediakan energi malalui proses fotosintesis dan jamur meenyediakan tempat perlindungan bagi alga (Kett, Dong, Andrachuck, & Craig, 2005). Selain itu, menurut Sujetoviene (2010) menyatakan bahwa lichenes merupakan makhluk hidup simbiosis yang terdiri dari dua sampai tiga organisme hidup, tersusun atas ganggang hijau dan atau sianobakteria (fotobion) dan atau cendawan (mikrobion) berupa Ascomycota, Basidiomycota, atau Deuteromycota. Lichenes hidup secara epifit pada pepohonan, tetapi dapat pula ditemukan di atas tanah, di atas cadas maupun bebatuan, serta tidak dipengaruhi adanya ketinggian tempat di atas permukaan air laut, sehingga lichenes dapat ditemukan mulai dari tepi pantai sampai di atas gunung. Lichenes tergolong sebagai tumbuhan perintis yang berperan dalam membantu pembentukan tanah. Selain itu, menurut Yurnaliza (2017) menyatakan bahwa beberapa jenis lichenes dapat masuk pada bagian tepi atau pinggir bebatuan sehingga lichenes bersifat endolitik. Lichen dapat pula tumbuh pada pohon yang sudah tumbang dan membusuk atau kayu membusuk serta dapat bertahan dalam kondisi atau keadaan cuaca apapun baik keadaan panas, dingin, kering atau cuaca yang ekstrim sekaligus. Saat kondisi panas, lichen kekurangan air dan dapat mengering namun tidak mati. Ketika turun hujan maka lichen akan kembali hidup. Lichen hidup ditempat yang jarang terdapat organisme hidup di sana. Lichenes tidak

mengambil makanan dari organisme yang ditempelinya melainkan mengambil makanan melalui atmosfer. Lichenes berasal dari alga (biasanya golongan Cyanophyceae atau Chlorophyceae) serta fungi (Ascomycetes atau Basidiomycetes) (Tjitrosoepomo,2005). Lichen memiliki ukuran yang beragam, warna yang berbeda-beda, serta bentuk yang menunjukkan ciri khas dari lichen sehingga berbeda-beda antara satu lichen dengan lichen di daerah yang lain. Adanya kemampuan mengubah warna selam musim hujan, dimana ketika lichen terbilas air dan akan menghasilkan makanan (Kett, Dong, Andrachuck, & Craig, 2005). Fungi yang menyusun Lichenes disebut mikobion, sedangkan fungsi alga yang menyusunnya disebut fikobion. Fikobion berupa ganggang hijau atau ganggang hijau-biru baik yang uniseluler maupun yang berfilamen. Sedangkan, alga yang ikut menyusun tubuh lichenes disebut gonidium baik terdiri dari sel tunggal ataupun koloni. Pada umumnya sebagian besar lichen terdiri dari hifa cendawan yang tersusun dan terjalin rapat. Hifa khusus berupa rizoid berfungsi sebagai pelekat pada batu, kayu, atau tanah. Talusnya menyerupai spons dan menyerap air hujan serta partikel yang terbawa angin. Alga memperoleh air dan unsur esensial dari cendawan, sedangkan cendawan memperoleh makanan dari hasil fotosintesis yang dilakukan alga. Menurut Tjitrosoepomo (2005) menyatakan bahwa berdasarkan penampang melintang dari talus lichenes dapat diperoleh hasil pengamatan berupa adanya kulit luar yang terdiri atas anyaman hifa plektenkimatik yang teranyam secara rapat, apisan gonidia, yaitu lapisan di bawah kulit yang terdiri atas atas gerombolan-gerombolan sel alga dengan hifa fungi yang teranyam jarang dan adanya lapisan teras, terdiri atas lapisan gonidia serta lapisan anyaman benang-benang fungi tanpa ganggang. Berdasarkan penampang melintang talus lichenes terlihat adanya hifa cendawan membalut sel-sel ganggang serta ditemukannya haustorium yang masuk ke sel-sel ganggang. Ganggang tetap hidup, namun tidak dapat berkembangbiak dengan sel-sel lembaganya sendiri. Terdapat miselium cendawan hanya masuk ke dalam selaput lendir sel-sel ganggang.

Berdasarkan fungsinya, lichen memiliki nilai ekonomis seperti dapat digunakan sebagai obat-obatan (Permelia sulcata), beberapa spesies Usnea sp. Dapat digunakan sebagai obat batuk, serta pada Cetraria islandica dapat digunakan untuk obat diabetes, paru-paru serta katarak. Fungsi lain dari lichen dapat digunakan sebagai bioindikator, seperti pada genus Cetraria sebagai indikator adanya marmer atau pualam (Muzayyinah, 2005). Tidak hanya itu, lichen dapat digunakan pula sebagai indicator biologi pencemaran udara dengan menyerap mineral dari udara (Aptroot, Diaz, Barcenas-Pena, Caceres, Fernando & Dal-Forno, 2014).

C.

Alat dan Bahan Alat a.

Kaca benda

b.

Kaca penutup

c.

Pipet

d.

Silet

e.

Kertas hisap

f.

Mikroskop

Bahan a.

Lichen

b.

Air atau aquades

D. Prosedur kerja

Disediakan kaca benda

Diiris secara melintang lichen

Ditaruh di kaca benda

Ditetesi 2-3 tetes air atau aquades

Ditutup dengan kaca penutup, jika ada air dihisap dengan kertas hisap

Diamati di bawah mikroskop

E. Hasil Pengamatan No Tempat

Gambar

.

Lichenes

1.

Pengambil

Lapisan

Sel Gambar Literatur

Keterang an

an Sampel

Gambar

Pohon

Struktur

Pinus

tubuh

Biologi

Lichenes

FMIPA

dibagi

UM

menjadi 3 lapisan yaitu lapisan alga, lapisan hifa fungi, Lichenes

dan lapisan

Perbesaran (10x10)

tambahan yang berfungsi sebagai pelengkap.

F. Pembahasan Lumut sebenarnya terdiri dari dua organisme yang hidup bersama, jamur dan ganggang atau cyanobacteria. Lumut dapat muncul sebagai lapisan berkerak atau berdaun di tanah, batu, batang kayu, atau area lembab lainnya. Lumut adalah kelompok yang beragam dengan lebih dari 15.000 spesies yang didokumentasikan. Jadi, tidak mengherankan bahwa mereka datang dalam berbagai warna dan bentuk, dari biru pucat hingga merah terang. Beberapa lumut terikat erat pada permukaan tempat mereka tumbuh, membentuk lapisan berkerak. Yang lain lebih besar, dengan ikatan daun-berbulu yang halus. Karakteristik lumut: 1. Lumut adalah sekelompok tanaman yang bersifat komposit thalloid, dibentuk oleh asosiasi alga dan jamur. 2. Karbohidrat yang diproduksi kelompok alga melalui fotosintesis dimanfaatkan oleh keduanya dan kelompok jamur berfungsi sebagai fungsi penyerapan dan retensi air. 3. Berdasarkan pada struktur morfologi thalli, mereka adalah tiga jenis crustose, foliose dan fruticose. 4. Lumut mereproduksi dengan ketiga cara - vegetatif, aseksual, dan seksual. (a) Reproduksi vegetatif: Itu terjadi melalui fragmentasi, pembusukan bagian yang lebih tua, oleh soredia dan isidia. (B) Reproduksi aseksual: Dengan pembentukan oidia. (c) Reproduksi seksual: Dengan pembentukan askospora atau basidiospora. Hanya komponen jamur yang terlibat dalam reproduksi seksual. 5. Ascospora diproduksi di Ascolichen. (a) Organ seksual jantan adalah spermogonium berbentuk labu, menghasilkan spermatia uniseluler.

(B) Organ seksual betina adalah carpogonium (ascogonium), berdiferensiasi menjadi oogonium melingkar basal dan trichogyne memanjang. (c) Tubuh buah adalah apothecia (discshaped) atau jenis perithecial (berbentuk labu). (d) Asci berkembang di dalam tubuh buah yang mengandung 8 askospora. Setelah terbebas dari tubuh buah, askospora berkecambah dan, dalam kontak dengan alga yang sesuai, mereka membentuk lumut baru. 6. Basidiospora diproduksi di Basidiolichen, umumnya terlihat seperti braket jamur dan basidiospora diproduksi di sisi bawah tubuh buah. 7. Pertumbuhan lumut sangat lambat, mereka dapat bertahan hidup dalam kondisi buruk dengan suhu tinggi dan kondisi kering (Neelesh, 2013) Simbiosis Selama bertahun-tahun, orang biasanya berpikir lumut adalah satu spesies. Namun, dengan munculnya mikroskop, para ilmuwan dapat melihat bahwa lumut sebenarnya adalah dua atau lebih organisme yang bekerja bersama dalam suatu proses yang disebut simbiosis . Lumut terbuat dari jamur, biasanya ascomycetes dan basidiomycetes. Jamur adalah heterotrof, artinya mereka harus menelan makanannya. Jamur di lumut telah menemukan cara untuk mendapatkan makanan mereka sendiri. Mereka hidup dalam simbiosis dengan cyanobacteria atau ganggang yang mampu membuat makanan sendiri melalui fotosintesis. Alga dan cyanobacteria biasanya membutuhkan lingkungan yang lembab untuk bertahan hidup dan dengan demikian biasanya tidak ditemukan di daratan yang jauh dari air. Tapi, jamur dapat menyerap uap air untuk menjaga kelembapan pasangannya dan memberikan naungan dari hukuman radiasi UV. Cyanobacteria atau ganggang, di sisi lain, menggunakan air dan sinar matahari untuk membuat gula yang dibutuhkan jamur untuk bertahan hidup (Amanda, 2013). Peran Lichen

Dengan organisme kecil dan penutup tanah yang jarang, Anda mungkin masih bertanya-tanya mengapa kita harus peduli tentang lumut. Ternyata lumut sangat penting untuk membangun ekosistem baru, menyediakan makanan untuk hewan, mencegah erosi tanah, dan untuk memantau tingkat polusi di lingkungan kita. Lektin adalah protein atau glikoprotein yang berasal dari non-imun yang terikat secara terbalik dengan karbohidrat yang terpapar pada permukaan seluler dan memediasi proses pengenalan seluler dalam berbagai interaksi biologis. Meskipun awalnya ditemukan pada tumbuhan, lektin dari berbagai sumber termasuk lumut, telah dipelajari secara ekstensif oleh para peneliti di seluruh dunia. Interaksi simbiotik antara jamur (mycobiont) dan mitra fotosintesisnya (photobiont), biasanya alga, merupakan lichen. Beberapa lichen lektin menampilkan aktivitas pada eritrosit manusia atau hewan. Meskipun hanya beberapa lichen lektin telah diperiksa hingga saat ini, karakteristik mereka menunjukkan bahwa mereka memainkan peran penting dalam interaksi simbiosis dari asosiasi ini. Pengikatan lektin dan aktivitas enzim terkait sehubungan dengan pengenalan sel alga menggambarkan sistem mekanistik yang disesuaikan yang terlibat dalam simbiosis lichen. Ulasan ini memberikan tinjauan tentang karakteristik lichen lektin dan wawasan tentang interaksi simbiosis yang dimediasi lektin dan gen penyandi galektin. Prospek masa depan untuk penelitian lichen lectin di berbagai bidang juga disoroti (Singh, 2014). Struktur Lichen Ada tiga bentuk pertumbuhan thallus utama: crustose, foliose dan fruticose. Dalam dua yang pertama thallus memiliki permukaan atas (atau dorsal ) dan permukaan yang lebih rendah (atau perut ) sedangkan pada ketiga istilah atas dan bawah sering tidak berarti ketika berbicara tentang thallus. Biasanya hanya ada permukaan luar ke thallus fruticose. Dalam sejumlah genus, thallus memiliki komponen dari dua bentuk yang berbeda dan thallus semacam itu disebut thallus dimorfik . Cladonia adalah contoh dari genus yang sangat umum di mana spesies memiliki thalli dimorfik dan akan ada lebih banyak lagi tentang Cladonia.

Crustose

(Heino Lepp, 2011) Paling kiri adalah spesies crustose. Hitam menunjukkan korteks , pita hifa jamur padat yang berfungsi sebagai kulit pelindung. Di bawah korteks, berwarna hijau, adalah lapisan sel-sel photobiont. Jika Anda dengan hati-hati mengikis korteks atas Anda dapat melihat lapisan photobiont - hijau jika itu ganggang dan biru-hijau jika itu adalah cyanobacterial.

(Heino Lepp, 2011) Diagram ini sangat sederhana dan hanya berfungsi untuk menyampaikan posisi relatif korteks, medula, photobionts, dan rhizine dalam thali banyak lumut.

Di bawah lapisan photobiont adalah medula , tenunan longgar hifa jamur, dan ditampilkan di sini dalam warna abu-abu. Terlihat beberapa hifa abu-abu tumbuh turun dari medula dan hifa ini menembus substrat dan dengan demikian jangkar thallus sangat erat. Meskipun crustose thallus memiliki permukaan atas dan bawah yang berbeda, pengikatan yang ketat pada substrat menyebabkan permukaan bawah tidak terlihat. Rimpang pada foliose thallus mungkin padat atau jarang dan ada spesies foliosa tanpa rizin. Lichen dengan rizin disebut rizin dan yang rizin tidak memiliki rizin. Ketika rhizine hadir (dan terlepas dari apakah mereka padat atau jarang) mereka dapat ditemukan di mana saja di bawah thallus dalam beberapa spesies sementara di spesies lain rhizine terbatas pada area tertentu. Variasi dalam kepadatan rizin dan penempatan ini berarti bahwa beberapa foliose thalli cukup longgar menempel pada substratnya sementara yang lain sangat melekat erat. Podetia dan pseudopodetia Cladonia adalah genus lumut yang sangat luas dan umum di mana banyak spesies awalnya berkembang sebagai squamulose thalli. Squamule adalah thallus kecil yang menyerupai serpihan dan koloni lichen squamulose terlihat seperti serpihan serpihan kecil atau sisik pada substrat. Namun, spesies Cladonia juga menghasilkan struktur fruticose tegak yang disebut podetia - kadang-kadang dengan penampilan tangkai yang cukup sederhana, kadang-kadang berkobar di puncak dan dengan demikian menghadirkan bentuk yang agak seperti terompet.

(Heino Lepp, 2011) Cladonia sp. - menunjukkan squamules di tanah serta pertumbuhan squamulose di podetia. Pada spesies ini podetia awal melebar di apeksnya dan podetia baru tumbuh dari pinggiran area yang dilebarkan.

(Heino Lepp, 2011) Di sebelah kanan adalah pembesaran yang cukup besar dari bagian lain dari foto pertama. Di sebelah kanan adalah pembesaran yang cukup besar dari bagian foto sebelumnya. Panah kuning menunjuk ke lobus dari thallus squamulose dari mana podetium tumbuh. Podetium muda ini tingginya beberapa milimeter. Panah putih menunjuk pada apa yang terlihat sebagai thallus lain yang bersentuhan dengan yang ditunjukkan oleh panah kuning, bukan bagian dari thallus panah kuning. Squamules, seperti yang ada di tanah di sekitar pangkalan podetia sering disebut sebagai

squamules basal . Dalam sejumlah spesies Cladonia , squamules basal cepat berlalu dan tidak akan terlihat begitu podetia berkembang. Area berwarna di atas podetia adalah apothecia. Hifa yang membantu membentuk podetia terbentuk dari jaringan generatif . Dalam lumut, jaringan ini mengelilingi organ seksual dan menimbulkan struktur penghasil spora jamur (seperti apothecia). Dengan demikian, dalam istilah perkembangan keseluruhan podetium dapat dilihat sebagai bagian dari tubuh buah. Ada sejumlah genus lumut di mana apothecia diletakkan tinggi-tinggi di tangkai tetapi di mana tangkai tersusun atas jaringan vegetatif thallus dan di mana jaringan generatif hanya ditemukan di bagian atas tangkai. Dalam kasus seperti itu tangkai hanyalah perpanjangan dari thallus dan, meskipun mungkin dangkal seperti podetium, perkembangannya sangat berbeda dan disebut pseudopodetium (Lepp, 2011). Terkait dengan lichen thallus adalah struktur vegetatif tertentu lainnya yang hanya dimiliki oleh lumut yaitu: 1. Pori-pori Pernapasan Pada spesies lichen tertentu terutama bentuk foliose, sifat kompak korteks atas terganggu pada inerval. Di area-area yang terlokalisasi ini, yang disebut pori-pori pernapasan, hifa jamur terjalin secara longgar. Jaringan di bawah pori-pori pernapasan lebih bersifat meduler. Pori-pori pernapasan berfungsi untuk aerasi dan mungkin sejajar dengan permukaan atau diangkat pada ketinggian seperti kerucut di thallus. 2. Cyphellae Organ aerasi dalam bentuk istirahat terorganisir juga terjadi di korteks bawah dari beberapa bentuk foliosa (Sticta sylvatica). Untuk mata telanjang ini muncul sebagai bintik-bintik putih seperti cangkir kecil. Di bawah mikroskop, setiap titik dilihat sebagai rongga bundar atau cekung melingkar di mana medula putih terpapar.

Di sini hifa tumbuh langsung dari medula dan menjauhkan sel-sel bulat kosong dengan cara seperti spora di ujungnya. Pori-pori yang menganginkan atau bernafas seperti itu di korteks bawah mungkin atau mungkin tidak memiliki batas pasti yang dibentuk oleh tepi korteks. Dalam kasus sebelumnya mereka disebut cyphellae dan pseudocypheliae yang terakhir. 3. Cephalodia Muncul sebagai pembengkakan kecil, keras, berwarna gelap, seperti empedu pada permukaan bebas dari beberapa lichen thalli seperti Peltigera aphthosa. Sefalium mengandung hifa jamur yang sama seperti pada thailus tetapi komponen alga selalu berbeda. Sebagai contoh, dalam Peltigera aphthosa cephalodium mengandung ganggang biru-hijau tetapi komponen ganggang di thailus adalah jenis yang hijau dan cerah. 4. Isidia Ini adalah hasil kecil pada permukaan atas lichen thailus yang masing-masing terdiri dari lapisan kortikal luar diikuti oleh lapisan alga dengan jenis yang sama seperti pada thailus. Fungsi utama isidia tampaknya meningkatkan permukaan fotosintesis lichen thailus. Isidia bervariasi dalam bentuk spesies lichen yang berbeda. Di Parmelia sexuatilis mereka berbentuk batang, tetapi coralloid di Umblicaria postulata, berbentuk cerutu di Usnea comosa, tunas kecil seperti karang di Peltigora praetexta dan berbentuk skala di Collema crispum ( Kritartha S, 2014)

G. Kesimpulan 1. Lichen adalah tumbuhan taloid yang dibentuk oleh simbiosis alga dan jamur, bersifat autotrof, bereproduksi dengan 3 cara (vegetatif, aseksual, dan seksual), pertumbuhan sangat lambat, mampu bertahan hidup dalam kondisi buruk dengan suhu tinggi dan kondisi kering. 2. Struktur tubuh Lichenes dibagi menjadi 3 lapisan yaitu lapisan alga, lapisan hifa fungi, dan lapisan tambahan yang berfungsi sebagai pelengkap. 3. Peranan lichen diantaranya sebagai vegetasi perintis, atau pioneer, dan sebagai indikator alami pencemaran udara

Lampiran

Daftar Rujukan Amanda Robb, 2013. Lichen : Pentingnya Lingkungan Simbiosis & Fakta. Study Academy.Lesson Aptroot, A., Diaz, J. A., Barcenas-Pena, A., Caceres, M. E., Fernando, L., & DalForno, M. 2014. Rapid assessment of the diversity of “vehiculicolous” lichens on a thirty year old Ford Bronco Truck in Central Puerto Rico. Fungi, 22-27 Hardini, Y. 2010. Keanekaragaman Lichen di Denpasar Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara. Seminar Nasionl Biologi Fakultas Biologi UGM (pp. 790-793). Jogjakarta: UGM Press. Heino Lepp. 2011. Australian Lichens. Australian National Botanic Gardens and Australian National Herbarium, Canberra Kett, A., Dong, S., Andrachuck, H., & Craig, B. 2005. Learning with Lichens: Using Epiphytic Lichens as Bioindicators of Air Pollution. United States: Brook University. Kritartha S, 2014. Struktur Lichen Thallus(Dengan Diagram). Biology Discussions Muzayyinah. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Tak Berpembuluh. Solo, Jawa Tengah, Indonesia: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS. Neelesh T. 2013. Lumut:Makna, Karakteristik dan Klasifikasi. Biology Discussions Ram S. Singh. Karakteristik lichen lektin dan perannya dalam simbiosis 62 (3): 123134 · Maret 2014 dengan 502 Bacaan. DOI: 10.1007 / s13199-014-0278-y 38.32 Universitas Punjabi, Patiala Sujetoviene, G. 2010. Road traffic pollution eff ects on epiphytic lichens. Ekologija, 64-71 Tjitrosoepomo,

Gembong.

2005.

Taksonomi

Tumbuhan

Obat-

Obatan.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Yurnaliza, N. 2017. Lichenes: Karakteristik, Klasifikasi dan Kegunaan. Medan: USU digital library

Related Documents


More Documents from "Khairunnisa"