Laporan Praktikum Korosi Galvanik 2 Tkpb Kel 2.docx

  • Uploaded by: dewi lutfi juliana
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Korosi Galvanik 2 Tkpb Kel 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,177
  • Pages: 17
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGENDALIAN KOROSI KOROSI GALVANIK Dosen Pebimbing: Ir. Retno Indarti, MT.

Kelas

: 2 TKPB

Kelompok

:2

Anggota

: Defina Rizkita N

171424007

Devita Utami Mardiani

171424008

Dewi Lutfi Juliana

171424009

Tanggal Praktikum

: 28 Februari 2019

Tanggal Penyerahan Laporan

: 14 Maret 2019

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2019

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Korosi merupakan proses perusakan pada logam yang diakibatkan reaksi redoks dan menghasilkan produk yang tidak diinginkan. Proses korosi mengakibatkan banyak kerugian baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Proses terjadinya korosi tidak dapat dihindari, namun dapat dikendalikan. Untuk pengendalian dengan katodik atau anodik, sebelum dilakukan pengendalian perlu diketahui terlebih dulu logam yang bertindak sebagai anoda dan katoda. Selain itu perlu diketahui juga kacepatan korosi dari masing-masing logam di berbagai larutan sebagai acuan untuk diterapkan pengendalian tersebut.

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka dalam praktikum kali ini masalah akan dibatasi dalam rumusan berikut: 1. Bagaimana cara untuk menentukan logam yang berperan sebagai katode atau anode? 2. Bagaimana cara untuk menghitung laju korosi logam dalam keadaan lingkungan yang berbeda?

1.3

Tujuan Praktikum Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan praktikum kali ini dapat dibagi menjadi 3 tujuan, yaitu: 1. Menjelaskan prinsip korosi galvanik 2. Menentukan logam yang berperan sebagai katodik dan anodic pada peristiwa galvanik 3. Menghitung

laju

korosi

logam

dalam

lingkungan

yang

berbeda

BAB II LANDASAN TEORI Korosi adalah gejala destruktif yang memengaruhi hampir semua logam. Ketika korosi berlangsung secara alami perubahan yang terjadi secara bersifat spontan sehingga disertai suatu pelepasan energi bebas. Penurunan mutu logam tidak hanya melibatkan reaksi kimia namun juga reaksi elektro-kima, yaitu bahan-bahan bersangkutan terjadi pemindahan elektron. Karena elektron adalah suatu yang bermuatan negatif, maka pengangkutnya menimbulkan arus listrik arus listrik, sehingga reaksi demikian dipengaruhi. Korosi galvanik dapat didefinisikan adanya reaksi atau kontak antara dua logam yang berbeda dalam larutan elektrolit. Dalam korosi galvanik logam yang lebih mulia atau logam yang potensialnya lebih positif akan bersifat katodik, sedangkan logam yang potensialnya lebih negatif bersifat anodik. Apabila dua buah logam yang berbeda saling kontak dan terbuka ke media yang korosif, laju korosinya akan berbeda satu dengan yang lainnya (Tim Penyusun, 2002) Dalam beberapa kasus, efek galvanik akan cenderung rendah jika perbedaan potensialnya cukup besar, karena adanya lapisan oksida yang melindungi logam-logam yang berada di deretan logam mulia. Penggabungan dua buah logam tak sejenis juga perlu diperhatikan ukuran masing-masing logam di samping perbedaan potensialnya. Besar kecilnya ukuran logam yang bertindak sebagai anode atau katode mempengaruhi kerapatan arus yang menjadi faktor pemicu laju korosi. Logam dengan potensial korosi yang lebih negatif akan terkorosi lebih intensif, sedangkan logam lainnya yang lebih mulia laju korosinya akan menurun (Kurniawan, 2016).

Gambar 2.1 Rangkaian Sel Galvanik (Sumber: http://www.caesarvery.com/2015/10/sel-elektrokimia-sel-volta-selgalvani.html, Tahun 2015)

Penyebab korosi galvanik ada beberapa macam, yaitu (Tim Penyusun, 2011) : 1. Lingkungan Tingkatan korosi galvanik tergantung pada keagresifan dari lingkungannya. Pada umumnya logam dengan ketahanan korosi yang lebih rendah dalam suatu lingkungan berfungsi sebagai anoda. Biasanya baja dan seng keduanya akan terkorosi akan tetapi jika keduanya dihubungkan maka seng akan terkorosi sedangkan baja akan terlindungi. Pada kondisi khusus, sebagai contoh dalam lingkungan air dengan temperatur 180℉, terjadi hal sebaliknya yaitu baja mengalami koroso sedangkan Zn terlindungi. Hal ini dikarenakan produk korosi pada Zn bertindak sebagai permukaan yang lebih mulia terhadap baja. Menurut Haney, Zn menjadi kurang aktif dan potensialnya menjadi kebalikannya jika ada ion-ion penghalang seperti nitrat, bikarbonat atau karbonat dalam air. 2. Jarak Laju korosi umumnya paling besar pada daerah dekat permukaan kedua logam. Laju korosi berkurang dengan makin bertambahnya jarak dari pertemuan kedua logam tersebut. Pengaruh jarak ini tergantung pada konduktivitas larutan dan korosi galvanik dapat diketahui dengan adanya serangan korosi lokal pada daerah dekat permukaan logam. 3. Luas penampang Jika luas penampang katodik jauh lebih besar dari pada katode maka makin besar rapat arus pada daerah anode sehingga laju korosi makin cepat pula. Korosi di daerah anodik akan menjadi 100-1000 kali lebih besar jika dibandingkan dengan keseimbangan luas penampang anodik dan katodik. Salah satu penentuan laju korosi adalah berdasarkan kehilangan berat. Menurut Faraday, kehilangan berat suatu logam akibat proses korosi dinyatakan dengan massa zat yang hilang sebanding dengan jumlah listrik yang dialirkan. Laju korosi logam atau suatu paduan logam dinyatakan dengan satuan massa persatuan luas persatuan waktu atau satuan panjang persatuan waktu. Menurut Indarti (2010), laju korosi dapat dihitung dengan rumus: r=

∆W A×t×ρ

ΔW = berat yang hilang (gram)

A = luas permukaan (cm2)

t = waktu (jam)

ρ = densitas (gr.cm-3)

r

=

laju

korosi

(mpy)

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1

Alat dan Bahan Praktikum Nomor

Alat

Bahan

1.

Gelas Kimia 1000 ml 6 buah

Logam Cu 3 buah

2.

Multimeter

Logam Fe 6 buah

3.

Spatula

Logam Zn 3 buah

4.

Neraca analitik

NaCl 3,56 gram per liter

5.

Elektrode acuan SCE

Aquades

6.

Batang pengaduk

Air keran

7.

Penggaris / Jangka Sorong

HCl 1 N

8.

Kawat

Isolasi

9.

Kertas abrasive

10.

PH meter

Tabel 3.1 Daftar Alat dan Bahan yang Diperlukan untuk Praktikum

3.2

Prosedur Praktikum 1. Mempersiapkan logam dan larutan untuk diuji korosi secara galvanik. 2. Menentukan logam yang berperan sebagai anode dan katode. 3. Menentukan potensial setengah sel masing-masing logam, dan potensial sel setelah kedua logam terhubung. 4. Menentukan laju korosi dari karat yang terbentuk pada logam yang dicelupkan ke dalam larutan tertentu. Catatan: Prosedur kerja lengkap disertakan pada bagian lampiran.

3.3

Keselamatan Kerja selama Praktikum 1. Menggunakan jas laboratorium dan masker pelindung selama praktikum berlangsung. 2. Berhati-hati dalam menggunakan peralatan gelas. 3. Berhati-hati

dalam

menuangkan

larutan

HCl.

BAB IV HASIL PRAKTIKUM

4.1

Tabel & Data Hasil Percobaan 4.1.1

Tabel & Data Pengamatan Larutan terhadap Logam yang Dicelupkan

Larutan

Logam Sebelum 6 Hari Setelah 6 Hari yang pH Keterangan Keterangan Digunakan 5,5 Fe Larutan Larutan menjadi berwarna Larutan A Cu berwarna bening coklat, dan terdapat banyak (NaCl) endapan berwarna coklat tua Fe Zn 0 Fe Larutan Larutan tetap bening, tetapi Larutan B Cu berwarna bening terdapat banyak gelembung (HCl) dan logam menjadi berwarna Fe coklat Zn Fe 6 Larutan Larutan menjadi berwarna Larutan C Cu berwarna bening coklat dengan sedikit (Air Keran) endapan berwarna coklat tua Fe Zn Tabel 4.1 Data Pengamatan Larutan terhadap Logam yang Dicelupkan

4.1.2

Tabel & Data Pengamatan Luas Permukaan Logam

Larutan

NaCl

HCl

Air Kran

4.1.3

Panjang Lebar Diameter Lubang (cm) (cm) Lingkaran (cm) Fe 5 2 0,2 Cu 5 2 0,2 Fe 4,9 2 0,2 Zn 3,9 1,7 0,2 Fe 5 2 0,2 Cu 5 2 0,2 Fe 5 2 0,2 Zn 4 1,8 0,2 Fe 5 2 0,2 Cu 5 2 0,2 Fe 5 2 0,2 Zn 3,4 1,7 0,2 Tabel 4.2 Data Pengamatan Luas Permukaan Logam Logam

Tabel & Data Pengamatan E° Logam Sebelum dan Sesudah Didiamkan Selama 6 Hari (Dalam SCE)

Jenis E° Logam Jenis E° Logam -1 Logam (V.SCE ) Logam (V.SCE-1) Sebelum 6 Hari Setelah 6 Hari Fe -0,227 Fe -0,220 Cu -0,276 Cu -0,276 NaCl Fe -0,227 Fe -0,429 Zn -0,756 Zn -0,274 Fe -0,246 Fe -0,230 Cu -0,212 Cu -0,214 HCl Fe -0,230 Fe -0,563 Zn -0,684 Zn -0,497 Fe -0,387 Fe -0,206 Cu 0,067 Cu 0,028 Air Kran Fe -0,4 Fe -0,546 Zn -0,665 Zn -0,576 Tabel 4.3 Data pengamatan E° logam sebelum dan sesudah

Larutan

didiamkan selama 6 hari (Dalam SCE)

4.1.4

Tabel & Data Pengamatan E° Sel Sebelum dan Setelah Didiamkan Selama 6 Hari (Hasil Pengukuran Menggunakan Voltmeter) Larutan

Jenis Logam

E° Sel (V)

Jenis Logam

E° Logam (V)

Sebelum 6 Hari Setelah 6 Hari Fe -164,5 Fe -0,555 NaCl Cu Cu Fe -0,524 Fe -0,352 Zn Zn Fe -252,4 Fe -0,233 HCl Cu Cu Fe -0,364 Fe 0,025 Zn Zn Fe -241,9 Fe -0,629 Air Kran Cu Cu Fe -0,162 Fe -0,140 Zn Zn Tabel 4.5 Data Pengamatan E° Sel Sebelum dan Setelah Didiamkan Selama 6 Hari (Hasil Pengukuran Menggunakan Voltmeter)

4.1.5

Tabel & Data Pengamatan Massa Logam Sebelum dan Setelah Dicelupkan ke dalam Larutan Korosif

Jenis Massa Jenis Massa Logam (gram) Logam (gram) Sebelum Sesudah Fe 10,44 Fe 10,32 Cu 14,86 Cu 14,84 NaCl Fe 10,48 Fe 10,44 Zn 1,15 Zn 1,00 Fe 10,24 Fe 9,50 Cu 14,89 Cu 14,87 HCl Fe 10,15 Fe 9,65 Zn 1,15 Zn 0,74 Fe 10,35 Fe 10,30 Cu 14,97 Cu 14,96 Air Kran Fe 10,56 Fe 10,56 Zn 0,95 Zn 0,93 Tabel 4.7 Data Pengamatan Massa Logam Sebelum dan Sesudah

Larutan

Dicelupkan ke dalam Larutan Korosif

4.1.6

Tabel & Data Hasil Perhitungan Laju Korosi selama 144 Jam 4.1.6.1 Perhitungan Pengurangan Massa Logam ∆W Logam = Massa Logam Awal - Massa Logam Akhir 

Fe dan Cu pada larutan NaCl : ∆W Logam Fe = 0,12 ∆W Logam Cu = 0,02



Fe dan Zn pada larutan NaCl : ∆W Logam Fe = 0,04 ∆W Logam Zn = 0,15



Fe dan Cu pada larutan HCl : ∆W Logam Fe = 0,74 ∆W Logam Cu = 0,02



Fe dan Zn pada larutan HCl : ∆W Logam Fe = 0,5 ∆W Logam Zn = 0,41



Fe dan Cu pada larutan Air Kran : ∆W Logam Fe = 0,05

∆W Logam Cu = 0,01 

Fe dan Zn pada larutan Air Kran : ∆W Logam Fe = 0,00 ∆W Logam Zn = 0,02

4.1.6.2 Perhitungan Luas Permukaan Logam: Luas Permukaan Logam = (Panjang × Lebar 

π × diameter lingkaran2 ) 4

Fe dan Cu pada larutan NaCl :

π × 0,22 ) = 9,97 Cm2 4 π Luas Permukaan Logam Cu = (5 ×2 - × 0,22 ) = 9,97 Cm2 4 Luas Permukaan Logam Fe = (5 ×2 -



Fe dan Zn pada larutan NaCl :

π × 0,22 ) = 9,77 Cm2 4 π Luas Permukaan Logam Zn = ( 3,9×1,7 - × 0,22 ) = 6,6 Cm2 4 Luas Permukaan Logam Fe = (4,9 ×2 -



Fe dan Cu pada larutan HCl : π × 0,22 ) = 9,97 Cm2 4 π Luas Permukaan Logam Cu = ( 5×2 - × 0,22 ) = 9,97 Cm2 4 Luas Permukaan Logam Fe = (5 ×2 -



Fe dan Zn pada larutan HCl : π × 0,22 ) = 9,97 Cm2 4 π Luas Permukaan Logam Zn = (4 ×1,8 - × 0,22 ) = 7,16 Cm2 4 Luas Permukaan Logam Fe = ( 5×2 -



Fe dan Cu pada larutan Air Kran : π × 0,22 ) = 9,97 Cm2 4 π Luas Permukaan Logam Cu = ( 5×2 - × 0,22 ) = 9,97|Cm2 4 Luas Permukaan Logam Fe = (5 ×2 -



Fe dan Zn pada larutan Air Kran : π × 0,22 ) = 9,97 Cm2 4 π Luas Permukaan Logam Zn = ( 3,4×1,7 - × 0,22 ) = 5,75 Cm2 4 Luas Permukaan Logam Fe = ( 5×2 -

4.1.6.3 Perhitungan Laju Korosi Logam: r= 

Fe dan Cu pada larutan NaCl : 0,12 = 1,058 x 10^-5 Cm/Jam 9,97 𝑥 144 𝑥 7,9

r Fe =

0,02 = 1,57 x 10^-6 Cm/Jam 9,97 𝑥 144 𝑥 8,9

r Cu = 









∆W A×t×ρ

Fe dan Zn pada larutan NaCl : r Fe =

0,04 = 3,6 x 10^-6 Cm/Jam 9,77 𝑥 144 𝑥 7,9

r Zn =

0,15 =2,29 x 10^-5 Cm/Jam 6,6 𝑥 144 𝑥 6,9

Fe dan Cu pada larutan HCl : r Fe =

0,74 = 6,52 x 10^-5 Cm/Jam 9,97 𝑥 144 𝑥 7.9

r Cu =

0,02 =1,56 x 10^-6 Cm/Jam 9,97 𝑥 144 𝑥 8,9

Fe dan Zn pada larutan HCl : r Fe =

0,5 = 4,408 x 10^5 Cm/Jam 9,97 𝑥 144 𝑥 7,9

r Zn =

0,41 = 5,76 x 10^-5 Cm/Jam 7,16 𝑥 144 𝑥 6,9

Fe dan Cu pada larutan Air Kran : r Fe =

0,05 = 4,408 x 10 ^-6 Cm/Jam 9,97 𝑥 144 𝑥 7,9

r Cu =

0,01 = 7,826 x 10^-7 Cm/Jam 9,97 𝑥 144 𝑥 8,9

Fe dan Zn pada larutan Air Kran : r Fe = r Zn =

0 = 0 Cm/Jam 9,97 𝑥 144 𝑥 7,9

0,02 = 3,605 x 10^-6 Cm/Jam 5,75 𝑥 144 𝑥6,7

ΔW A ρ r 2 -3 (gram) (cm ) (gram.cm ) (mil.year-1) Fe 0,12 9,97 7,9 1,058 x 10-5 Cu 0,02 9,97 8,9 1,570 x 10-6 NaCl Fe 0,04 9,77 7,9 3,600 x 10-6 Zn 0,15 6,60 6.9 2,290 x 10-5 Fe 0,74 9,97 7,9 6,520 x 10-5 Cu 0,02 9,97 8,9 1,560 x 10-6 HCl Fe 0,5 9,97 7,9 4,408 x 10-5 Zn 0,41 7,16 6,9 5,760 x 10-5 Fe 0,05 9,97 7,9 4,408 x 10-6 Cu 0,01 9,97 8,9 7,826 x 10-7 Air Kran Fe 0,00 9,97 7,9 0 Zn 0,02 5,75 6,9 3,605 x 10-6 Tabel 4.9 Data Hasil Perhitungan Laju Korosi selama 144 Jam (6 hari)

Nomor Jenis Logam

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

5.1

Pembahasan Defina Rizkita Nitimihardja 171424007 Pada praktikum kali ini praktikan melakukan praktikum yang berjudul korosi galvanic. Tujuan dari praktikum kali ini yaitu mengetehaui prinsip dari korosi galvanic, menentukan logam yang berperan sebagai katodik dan anodic pada peristiwa galvanic, dan menentukan laju korosi loga, dalam lingkungan yang berbeda.

Devita Utami Mardiani (171424008) Praktikum kali ini berjudul korosi galvanik, yang mana praktikan akan menentukan logam yang berperan sebagai katodik dan anodic dan menentukan pula laju korosi logam di berbagai lingkungan. Praktikan melakukan pengamatan sebelum enam hari dan setelah enam hari. Pada pengamatan sebelum enam hari di dapatkan larutan yang masih jernih. Setelah enam hari, logam Zn yang dihubungkan dengan logam Fe mengalami korosi terlihat dari logam Zn yang telah berwarna hitam (karat). Hal ini dapat dibuktikan dari nilai laju korosi logam Zn yang lebih besar daripada laju korosi logam Fe dan juga teori deret volta yang menyatakan bahwa Zn akan mengalami korosi terlebih dahulu (melepaskan elektron) karena logam Zn memiliki potensial yang lebih negatif dari Fe dan menandakan Zn berperan sebagai anoda dan Fe sebagai katoda. Sehingga, perbedaan potensial inilah yang menyebabkan logam Zn terkorosi. Lalu, konsentrasi larutan (pengaruh lingkungan) juga mempengaruhi laju korosi suatu logam. Terbukti dari logam Zn yang dihubungkan dengan logam Fe pada larutan HCl memilki nilai laju korosi yang paling besar dari logam Zn – Fe di larutan NaCl dan air keran. Hal ini dikarenakan, HCl 1 N memiliki pH sangat rendah yang membuat korosi berlangsung paling cepat. Selain itu pada larutan HCl, logam Zn langsung mengalami oksidasi yang dapat dilihat dari gelembung – gelembung yang muncul dari logam Zn. Hal tersebut menandakan bahwa logam Zn larut dalam HCl dan menghasilkan Cl- yang berupa gas (terdapat bau menyengat pada larutan HCl). Kemudian, NaCl yang merupakan garam membuat laju korosi lebih cepat pula

bila dibandingkan dengan air keran yang mewakili kondisi lingkungan netral. Pada larutan NaCl, terdapat endapan – endapan kecoklatan yang menandakan bahwa logam Fe mengalami korosi namun tidak terlalu cepat. Endapan tersebut merupakan Fe2O3 hasil korosi dari logam Fe. Logam Cu yang dihubungkan dengan logam Fe tidak mengalami korosi melainkan sangat kecil terjadinya korosi bahkan sebaliknya logam Fe yang mengalami korosi. Hal ini dapat dilihat dari warna logam Fe yang telah berubah menjadi warna hitam (karat). Logam Fe terkorosi dapat dibuktikan dari nilai laju korosi logam Fe yang lebih besar daripada logam Cu dan juga teori deret volta yang menyatakan bahwa, Fe akan mengalami korosi karena logam Fe memiliki potensial yang lebih rendah daripada logam Cu dan menandakan logam Fe berperan sebagai anoda dan logam Cu berperan sebagai katoda. Lalu, konsentrasi larutan (pengaruh lingkungan) juga mempengaruhi laju korosi suatu logam. Terbukti dari logam Fe yang dihubungkan dengan logam Cu pada larutan HCl memilki nilai laju korosi yang paling besar daripada logam Fe-Cu di larutan NaCl dan air keran. Dewi Lutfi Juliana (171424009) Praktikum kali inidilakukan percobaan korosi galvanik, dimana praktikan akan menentukan logam yang berperan sebagai katodik dan anodic dan menentukan pula laju korosi logam di berbagai lingkungan. Praktikan melakukan pengamatan sebelum enam hari dan setelah enam hari. Pada pengamatan sebelum enam hari di dapatkan larutan yang masih jernih. Digunakan 3 jenis logam pada praktikum ini yaakni, logam besi, zeng, serta tembaga yang akan dipasangkan satu sama lain menjadi pasangan Fe-Zn dan Fe-Cu. Ketiga pasangan logam ini akan direndam dalam tiga larutan berbeda yakni, larutan NaCl, HCl, serta air kran. sebelum dilakukan perendaman logam ditimbang, diukur potensial selnya, serta diukur pH larutannya. Dari data pengamatan diperoleh logam yang memiliki potensial sel lebih rendah akan melindungi logam yang memiliki potensial sel lebih tinggi dari korosi, karena logam yang memiliki potensial sel lebih rendah akan memberikan elektronnya kepada logam yang memiliki potensial sel lebih tinggi karena adanya kontak dengan perantara kawat serta media korosi larutan. Hal ini dibuktikan dengan pengurangan massa yang signifikan dari logam yang memiliki potensial lebih rendah, pengurangan massanya akan jauh lebih besar dibandingan logam yang memiliki potensial sel lebih tinggi dalam satu pasangan. Selain itu juga dapat diamati dari perubahan warna

larutan, endapan yang terbentuk, serta perubahan warna logam yang terjadi bahwa telah terjadi korosi. Pada larutan HCl terbentuk banyak endapan yang sangat besar berwarna coklat pada dasar gelas, namun warna larutan tetap jernih, sedangkan pada logam yang dipasangkan terdapat banyak karat yang terbentuk pada logam yang memiliki potensial sel lebih rendah dibandingkan logam yang memiliki potensial sel lebih tinggi, selain itu pada saat awal logam dikontakan dan dicelupkan kedalam larutan HCl banyak terbentuk gelembung H2 ini mengindikasikan adanya reaksi redoks yang sangat cepat sehingga reaksi korosi berlangsung cepat. Pada larutan NaCl setelah logam dikontakan dan dimasukan lalu didiamkan 6 hari larutan berubah warna menjadi berwarna coklat serta terbentuk endapan coklat. Serta pada larutan air kran larutan berubah menjadi warna coklat namun jumlah endapan yang terbentuk tidak terlalu banyak. Berdasarkan hasil perhitungan, logam pada larutan HCl memiliki laju korosi lebih tinggi dibandingkan pada larutan NaCl dan air kran. Ini membuktikan jenis media pengkorosi mempengaruhi laju korosi. Urutan larutan yang memiliki laju korosi dari yang paling besar ke kecil adalah larutan HCl, NaCl, air kran hal ini disebabkan larutan HCl memiliki pH larutan yang sangat kecil (larutan bersifat asam) sedangkan NaCl dan air kran memiliki pH larutan mendekari netral hal ini membuktikan semakin asam suatu larutan maka semakin besar laju korosi logam yang terjadi pada larutan tersebut. Selain itu juga faktor lain yang memengaruhi laju korosi pada dua logam yang dikontakan adalah jenis logamnya, semakin besar selisih potensial selnya maka logam yang memiliki potensial sel lebih rendah akan terkorosi sangat cepat dan logam yang memiliki potensial sel tinggi akan terkorosi sangat lambat.

Simpulan 1. Korosi galvanik terjadi pada dua logam yang memiliki nilai potensial sel yang berbeda. Logam dengan E°sel lebih negatif akan terkorosi lebih cepat. Media korosinya berupa larutan elektrolit. 2. Pada rangkaian logam Fe-Zn, yang berperan sebagai katodik adalah Fe dan sebagai anodik adalah Zn Pada rangkaian logam Fe-Cu, yang yang berperan sebagai katodik adalah Cu dan sebagai anodik adalah Fe.

3. Besarnya laju korosi dipengaruhi oleh nilai E°sel dan pH larutan. Laju korosi logam pada larutan H > laju korosi logam pada larutan NaCl > laju korosi logam pada air keran

DAFTAR PUSTAKA Indarti, Retno. 2011. Petunjuk Praktikum Korosi Galvanik. Bandung: Jurusan Teknik Kimia Politeknik Bandung Kurniawan, Gilang. 2016. Korosi Galvanik FU. https://dokumen.tips/documents/korosigalvanik-fu.html [Diakses tanggal 17 September 2017 pukul 20.04] Tim Penyusun. 2002. Teknik Pengendalian Korosi. Bandung: Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung

LAMPIRAN GAMBAR HASIL PRAKTIKUM

Related Documents


More Documents from "dela"