Laporan Praktikum Dasar-dasar Agronomi KOMPOS
Nama
: Ita Rezkiah Bakri
Nim
: G021181364
Kelas
: Dasar-dasar Agronomi A
Kelompok
: 13
Asisten
: Uzair Muhammad Syaputra
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara untuk menjaga kesuburan tanah adalah dengan melakukan pemupukan. Pemupukan adalah pemberian bahan kepada tanah untuk memperbaiki atau meningkatkan kesuburan tanah, serta mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dengan tujuan mendapatkan produktivitas pertanian yang maksimal. Di masa sekarang ini banyak petani yang menggunakan pupuk anorganik karena mereka berpendapat bahwa pupuk anorganik sangat praktis. Mereka belum banyak menyadari bahwa pupuk anorganik justru bisa menurunkan kualitas tanah dan produktivitasnya dimasa mendatang jika pemakaiannya berlebihan. Selain itu masalah lain dari pupuk anorganik adalah harganya yang relatif mahal,serta ketersediaannya yang kadang menyulitkan petani hingga terjadi kelangkaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengubahan pola penggunaan pupuk anorganik dengan pupuk organik, salah satunya yaitu dengan menggunakan kompos. Pertanian organik menjadi hal yang saat sedang dikembangkan dengan pesat. Hal ini dilatarbelakangi oleh masalah dimana semakin jenuhnya pemberian pupuk yang berasal dari industri. Tanah semakin kering, struktur tanah menjadi rusak dan semakin miskin kandungan hara organik yang pada akhirnya akan merugikan petani dan pertanian saat ini. Atas dasar itulah diperlukan upaya dalam peningkatan kebutuhan bahan organik bagi tanaman. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan sisa-sisa bahan organik untuk diolah menjadi kompos. Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahanbahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Kompos sendiri dapat dibuat dari bahanbahan organik seperti kotoran ternak baik kotoran sapi, kambing, ayam, kuda, kerbau dan sebagainya, sisa-sisa pertanian seperti hasil pangkasan sisa tanaman (tanaman kacang-kacangan/legum), jerami padi, sampah kota, sampah rumah tangga, sampah pasar, hijau-hijauan,dan limbah industri.
Selain itu, kehadiran kompos pada tanah menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah dan meningkatkan meningkatkan kapasitas tukar kation. Hal yang terpenting adalah kompos justru dapat memperbaiki sifat-sifat tanah dan lingkungan. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diadakan praktikum pembuatan kompos untuk
mengurangi
penggunaan
pupuk
anorganik.
Selain
itu,
pertanian
organik merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan pertanian dengan sistem pertanian
berkelanjutan
dengan
menerapkan teknologi atau
teknik
yang
menyesuaikan agar ekosistem tetap berjalan seperti apa adanya dan tidak mengganggu keseimbangan lingkungan. 1.1 Tujuan dan Kegunaan Adapun tujuan dari praktikum pembuatan kompos ini adalah untuk mengetahui apa itu kompos, metode yang digunakan dalam pembuatan kompos, proses pembuatan kompos dan perubahan-perubahan yang terjadi pada pengomposan . Kegunaan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui apa manfaat dari pupuk kompos, kunci dari proses pembuatan pupuk kompos, cara mengaplikasikan kompos pada tanaman dan yang paling penting adalah meningkatkan hasil produksi pertanian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kompos Kompos adalah hasil akhir suatu proses dekomposisi tumpukan sampah/serasah tanaman dan bahan organik lainnya. Keberlangsungan proses dekomposisi ditandai dengan nisbah C/N bahan yang menurun sejalan dengan waktu. Bahan mentah yang biasa digunakan seperti : daun, sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai nisbah C/N yang melebihi 30 (Sutedjo, 2002). Kompos yang dibuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam sumber. Dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik dan sekaligus nutrisi tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15-60%, enzim hemiselulosa 10-30%, lignin 5-30%, protein 5-30%, bahan mineral (abu) 35%, di samping itu terdapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea, garam amonium) sebanyak 2-30% dan 1-15% lemak larut eter dan alkohol, minyak dan lilin ( Sutanto, 2002). Menurut pendapat Crawford (2003), kompos adalah hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Kompos merupakan zat akhir suatu proses fermentasi, tumpukan sampah/ seresah tanaman dan ada kalanya pula termasuk bingkai binatang. Sesuai dengan humifikasi fermentas suatu pemupukan, dirincikan oleh hasil bagi C/N yang menurun. Perkembangan mikrobia memerlukan waktu agar tercapai suatu keadaan fermentasi yang optimal. Pada kegiatan mempercepat proses dipakai aktifator, baik dalam jumlah sedikit ataupun banyak, yaitu bahan dengan perkembangan mikrobia dengan fermentasi maksimum. Aktifator misalnya: kotoran hewan. Akhir fermentasi untuk C/N kompos 15 – 17 (Sutedjo, 2002). Melalui proses biologis dengan bantuan organisme pengurai. Organisme pengurai atau
dekomposer
bisa
berupa
mikroorganisme
ataupun
makroorganisme.
Mikroorganisme dekomposer bisa berupa bakteri, jamur atau kapang. Sedangkan makroorganisme dekomposer yang paling populer adalah cacing tanah. Dilihat dari proses pembuatannya, ada dua metode membuat pupuk kompos yaitu proses aerob (melibatkan udara) dan proses anaerob (tidak melibatkan udara) (Indriani,2000). 2.2 Metode Pengomposan Karena peranannya yang sangat penting terhdap perbaikan sifat fisk, kimia dan biologi tanah, namun bila sisa hasil tanaman tidak dikelol dengan baik maka akan berdampak
negatif
terhadap
lingkungan,
seperti
megakibatkan
rendahnya
keberhasilan pertumbuhan benih karena imobilisasi hara, allelopati, atau sebagai tempat berkembangbiaknya patogen tanaman. Bahan-bahan ini menjadi lapuk dan busuk apabila berada dalam keadaan basah dan lembab, seperti halnya daun-daun yang menjadi lapuk bila jatuh ke tanah dan menyatu dengan tanah. Selama proses perubahan dan penguraian bahan organik, unsur hara akan bebas menjadi bentuk yang larut yang dapat diserap tanaman. Sebelum mengalami proses perubahan, sisa hewan dan tumbuhan ini tidak berguna bagi tanaman, karena unsur hara masih dama bentuk terikat dan tidak dapat diserap oleh tanaman. Di lingkungan alam terbuka, proses pengomposan bisa terjadi dengan sendirinya tanpa bantuan manusia. Lewat proses alami, rumput, daun-daun dan kotoran hewan serta sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena adanya kerja sama antara mikoorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan manusia, yaitu dengan memambahkan mikroorganisme pengurai sehingga dalam waktu yang singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik (Sentana, 2010) Dekomposisi secara anaerobik merupakan modifikasi biologis pada struktur kimia dan biologi bahan organik tanpa kehadiran oksigen (hampa udara). Proses tersebut merupakan proses yang dingin dan tidak terjadi fluktuasi suhu, seperti yang terjadi pada proses pengomposan aerobik. Proses pengomposan yang dilakukan secara anaerobik akan menghasilkan metana (alkohol), CO2, dan senyawa lain seperti asam organik yang memiliki berat molekul rendah (asam asetat, asam propionat, asam butirat, dan asam laktat) (Sentana, 2010)
Proses anaerobik umumnya dapat menimbulkan bau yang tajam. Sisa hasil pengomposan anaerobik berupa lumpur yang mengandung air sebanyak 60% dengan warna cokelat gelap sampai hitam. Kehilangan unsur hara pada proses pengomposan secara anaerobik sedikit, sehingga umumnya mempunyai kandungan unsur hara yang lebih tinggi dari proses pengomposan secara aerobik (Samekto, 2006) 2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan 2.4 Indikator Kematangan Kompos Ketika kadar air terlalu sedikit, dikhawatirkan akan mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme sehingga mempengaruhi proses dekomposisi. Kadar air yang terlalu tinggi juga akan memberi dampak negatif pada kompos. Pada proses pengomposan terjadi pengurangan kadar air karena mikroorganisme pada kompos akan mengkomsumsi air untuk pertumbuhannya. 2.5 Manfaat Kompos Menurut pendapat Isroi (2008), kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek yakni sebagai berikut: a.
Aspek Ekonomi : 1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah 2. Mengurangi volume/ukuran limbah 3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
b.
Aspek Lingkungan : 1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah 2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
c.
Aspek bagi tanah/tanaman: 1. Meningkatkan kesuburan tanah 2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah 3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman 7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman.
BAB III METODOLOGI 3. 1 Waktu dan Tempat Praktikum pembuatan Kompos dilaksanakan di lahan percobaan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, pada hari Rabu, 24 Oktober 2018 pukul 16.00 WITA sampai selesai. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah karung besar 2 buah, pisau, cutter, gunting, alat ayakan, sekop, botol plastik kecil, spidol dan camera. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah EM4, limbah sayur kol, dedak, kedebong pisang, pupuk kandang, rumput gajah, enceng gondok, gula merah cair dan air. 3.3 Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Dedaunan hijau seperti rumput gajah, enceng gondok,limbah sayur kol dan kedebong pisang dicacah atau dipotong kecil-kecil dengan menggunakan pisau / cutter. Setelah itu dicuci bersih. 3. Cairkan gula merah dengan air sebanyak 250 gram ke dalam sebuah botol air mineral. Kocok atau aduk hingga rata. 4. Kemudian, larutkan larutan EM4 sebanyak 10 ml dengan air sebanyak 250 ml di botol bekas air mineral yang lainnya. 5. Dedak dimasukkan ke dalam karung secukupnya. Kemudian masukkan dedaunan yang telah dicacah tersebut. Masukkan juga pupuk kandang ke dalam karung. Siram dengan larutan gula pasir dan larutan starter sekitar 50ml. 6. Setelah itu, lakukan hal yang sama hingga beberapa lapis dan karungnya hampir penuh. Dan aduk hingga merata. 7. kemudian tutup masing-masing empat bagian sisi karung dengan kuat menggunakan batu, hingga tertutup rapat. Dan simpan di tempat yang teduh.
8. Secara berkala sekitar 2-3 hari, amati perubahan yang terjadi pada kompos, dan aduk kembali hingga merata. Penutup kompos ditutup kembali.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tabel.1 Hasil Pengamatan Pembuatan Kompos Indikator
Minggu I
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
Warna
Coklat kehitama n
Coklat kehitaman
Coklat kehitama n
Coklat kehitaman
Aroma
Beraroma (Berbau)
Beraroma (Berbau)
Berarom a (Berbau)
Beraroma (Berbau)
Tekstur
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Bobot total
-
-
-
-
Sumber : Data Primer, 2018 4.2 Pembahasan Berdasarka hasil percobaan kami dalam membuat kompos, terjadi beberapa perubahan dari segi fisik kompos disetiap minggunya. Perubahan diawal yang paling nampak adalah perubahan warna, bau dan suhu kompos. Di pekan pertama, warna kompos berwarna hijau terang, berbau menyengat, salah satu penyebabnya adalah
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pupuk kompos terbuat dari bahan organik seperti daun. Proses pembuatan kompos di bantu dengan mikroba agar pengomposan dapat lebih cepat. Pengomposan sangat di pengaruhi oleh kelembapan udara, suhu udara, keasaman, kandungan unsur hara dan oksigen, dan tidak lupa pula di aduk agar oksigen dapat merata di setiap di setiap sisi kompos agar tidak terjadi pembusukan yang mengakibatkan kompos gagal. 5.2 Saran Saran saya agar mahasiswa memperhatikan setiap hal-hal yag dilakukan dalam praktikum agar pengetahuannya dapat diterapkan dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Indriani, Y.H., 2000. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta. Sentana, Suharwaji. 2010. Pupuk Organik, Peluang dan kendalanya Jurnal Prosiding seminar Nasional Teknik Kimia Kujuangan . Volume 2, no 5. Hal 4-5. ISSN 1693-4393