PEMERIKSAAN URIN SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS
DISUSUN OLEH Yesy Pratama Ariyanti 061711134 Kelompok 5
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK UNIVERSITAS BINAWAN
I.
Judul Praktikum
Pemeriksaan Urin Secara Makroskopis dan Mikroskopis II.
Tujuan
Membantu tegakan diagnosis.
Mendapatkan informasi tentang fungsi organ dan metabolisme tubuh.
Mandeteksi kelainan asimtomatik.
Mengikuti perjalanan penyakit dan hasil pengobatan.
Untuk mengetahui volume, warna, kekeruhan, keasaman atau reaksi, berat jenis dan bau dari urine.- Untuk mengetahui unsur-unsur patologis dalam urine
III.
Metode Pemeriksaan
Makroskopis dan Mikroskopis IV.
Prinsip Pemeriksaan
Makroskopik
Adanya kelainan pada gnjal dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan urin secara makroskopis. Analisa penyakkit secara makroskopis menggunakan masing-masing alat sesuai pemeriksaan yang akan dilakukan.
Mikroskopis
Melihat adanya elemen-elemen (sel-sel, kristal-kristal, dan sebagainya) dalam urin maka dilaukannya pemeriksaan dibawah mikroskop. Hal ini dikerjakan melakukan pemurnian pada kecepatan tertentu dan waktu tertentu sehingga elemen-elemen tersebut terpisah dari larutan supernatannya. V.
Dasar Teori Sistem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra. Sistem ini membantu
mempertahankan homeostasis dengan menghasilkan urine yang merupakan hasil sisa metabolisme (Soewolo, 2005). Ginjal juga berfungsi dalam pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh dan merupakan tempat pembuangan hormon renin dan eritropitin. Renin ikut berperan dalam pengaturan tekanan darah dan eritropitin berperan dalam merangsang produksi sel darah
merah. Urin juga dihasilkan oleh ginjal berjalan melalui ureter ke kantung kemih melalui uretra (Juncquiera, 1997). Sistem kemih (urinarysystem) terdiri dari sepasang ginjal dan uretra, serta kandung kemih dan uretra. Ginjal berperan utama memelihara keseimbangan cairan serta elektrolit dan mengatur tekanan darah. Hasil metabolisme (metabolit) dibuang dari tubuh melalui ginjal dalam bentuk kemih (urine), dialirkan melalui ureter, dan ditampung sementara dalam kandung kemih (vesica urinaria), untuk selanjutnya dibuang keluar melalui uretra (Hartono, 1992: h. 411). Menurut (Hartono, 1992: h. 436-437) aliran – aliran kemih terdiri atas sebagai berikut: 1.
Pelvis Renalis merupakan ujung peroksimal yang lebar dari ureter yang menghadap apeks papilla renalis, pelvis renalis dibalut oleh epitel peralihan yang khas yang menopong pada propria submukosa yang terdiri dari jaringan ikat longgar.
2.
Tunika muskularis biasanya terdiri dari tiga yaitu lapis dalam, lapis luar, yang tersusun melingkar. Tunika adventisia tipis terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung pembuluh darah dan sel–sel lemak.
3.
Ureter, ureter meninggalkan ginjal di daerah hilus dan memasuki kandung kemih, kemudian menembus tunika muskularis dengan posisi miring. Saat ureter menembus kantung kemih terdapat semacam katup yang akan menutup kantung kemih. Katup merupakan mekanisme penyelamat untuk meghindari aliran kembali kemih.
4.
Kandung kemih adalah penampung kemih. Secara histologik kandung kemih ureter yang meluas, sebab lapis yang terdapat pada ureter dan terdapat pula pada kandung kemih. Urine merupakan hasil metabolisme yang dikeluarkan melalui ginjal. Setelah
mengalami filtrasi, reabsorpsi, difusi dan ekskresi terbentuklah 1 ml urin/menit. Urin tidak
hanya
berguna
untuk
mengetahui
kelainan
pada
ginjal,
juga
digunakan untuk mengetahui fungsi organ tubuh lain. Urin dibentuk oleh penggabungan 3 proses yaitu fikrasi plasma darah oleh glomerulus, absorpsi kembali selektif zat-zat seperti garam, air, gula sederhana dan asam amino oleh tubulus yang diperlukan untuk mempertahankan lingkungan internal atau untuk membantu proses-proses metabolik dan sekresi zat-zat oleh tubulus dari darah ke dalam lumen tubulus untuk dieksresikan ke dalam urin. Proses ini mengikutsertakan penahanan kalium, asam urat, anion organik, dan ion
hidrogen. Tugasnya untuk memperbaiki komponen buffer darah dan untuk mengeluarkan zatzat yang mungkin merugikan (Probosunu, 1994). Urin terdiri dari air yang mengandung zat terlarut berupa sisa metabolisme tubuh diantaranya adalah urea, garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Sifat dan susunan urin dipengaruhi oleh faktor fisiologis (misalkan masukan diet, berbagai proses dalam tubuh, suhu, lingkungan, stress, mental, dan fisik) dan faktor patologis (seperti pada gangguan metabolisme misalnya diabetes mellitus dan penyakit ginjal) (Scanlon dan Sanders, 2000). Zat tertentu yang terdapat didalam urin, meskipun dalam keadaan normal zat tersebut tidak tampak. Seperti glukosa, asaton, albumin, darah dan nanah. Berbagai keadaan ketidaknormalan komponen urin adalah : (a) Glikosuria, yaitu terdapatnya glukosa dalam air kemih. Hal ini merupakan gejala terlalu banyak makan gula, meningkatkan aktifitas kelenjar adranal yang mengakibatkan banyak penguraian glikogen dan pembebasan glukosa dari hati, hipoinsulin, yaitu berkurangnya jumlah insulin (b) Aseonaria, adalah terdapatnya senyawa keton dalam urin karena terlalu banyak mengkonsumsi lemak atau jumlah karbohidrat yang tersedia untuk pembakaran berkurang. Aseton juga terbentuk saat keadaan lapar. (c) Proteinuria, adalah salah satu keadan dimana satu macam protein plasma yang terdapat dalam urin. Seperti terdapatnya albumin dalam urin (albuminaria). Hal ini menunjukan gejala penyakit (d) hematuria, yaitu terdapatnya darah dalam urin karena infeksi pada ginjal atau salah satu air kemih (Walungi, 1990).
VI.
Alat Alat yang digunakan untuk pemeriksaan urin secara makroskopis dan mikroskopis
antara lain yaitu, Pot Urin, Tabung Reaksi, Strip Urin, Sentrifuge, Mikroskop, Kaca Objek, Cover Glass, dan Pipet Pasteur.
VII.
Bahan Pemeriksaan
Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis antara lain yaitu, Specimen Urin dan Tissue. VIII. Prosedur Kerja Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dimasukkan urin ke dalam tabung urinalis/reaksi, kemudian mengamati warna urin tersebut. Stripe urin tidak boleh digunakan jika sudah kadaluarsa, periksalah pada kemasannya. Diambil 1 strip urin dan bandingkan dengan standar nilai negatif untuk menilai kelayakan carik celup tersebut. Jika warna sesuai dengan standar maka boleh digunakan. Kemudian dimasukkan atau dicelupkan strip urin carik celup ke dalam urine sampai semua parameter terendam dan tidak boleh lebih dari 1 detik. Setelah itu letakkan pada kertas penyerap atau tissue dengan posisi tegak horizontal. Peletakkan pada kertas serap atau tissue berfungsi untuk menghindari kelebihan urine dan juga menghindari urine mengenai parameter lain karena bila terjadi dapat mengakibatkan kesalahan baca. Pembacaan hasil dibandingkan dengan warna standar parameter lain. IX.
Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Warna
Kuning
Kuning
Kejernihan
Jernih
Jernih
Protein
Positif (++++)
(negatif)
Glukosa
Positif (++++)
(negatif)
Bj
1.020
(1.003 – 1.030)
pH
6,0
5,0 – 7,0
Bilirubin
Negatif (-)
(negatif)
Darah Samar
Positif (+)
(negatif)
Urobilinogen
0,2
0,0 – 0,1
Keton
Negatif (-)
(negatif)
Nitrit
Negatif (-)
Sedimen Urin Epitel
Positif (+)
Leukosit
2 – 5 / lpb
1 – 6 / lpb
Eritrosit
0 – 1 / lpb
0 – 1 / lpb
Silinder Kristal
Sil. Granulosit (+) Tripelfosfat (+) Asam Urat (+)
Bakteri
X.
Negatif (-)
Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan terhadap urin dengan beberapa macam
uji, yaitu : pengukuran volume dan berat jenis, pengamatan warna, kekeruhan, bau, keasaman (pH), urobilinogen, nitrit, darah samar, leukosit, glukosa, protein dengan metode carik celup, serta juga pemeriksaan sediemn urin. Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urine pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal. Besarnya volume urine seseorang amat
tergantung pada intake cairan (makan/minum), kehilangan cairan (keringat), suhu badan, suhu sekitarnya. Pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya diuresis, makin besar diuresis makin muda warna urin. Biasanya warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna urin disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu.Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti Urobilin menyebabkan warna coklat. Semua sampel urin berwarna normal yaitu kuning muda Pemeriksaan terhadap bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit. Misalnya pada penderita diabetes dan busung lapar, urin cenderung berbau manis, sementara jika seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli, urinnya cenderung berbau menyengat. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan, obat-obatan, dan buah-buahan seperti pada ketonuria. Sampel urin menunjukkan bau yang agak menyengat seperti bau amonia. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih. Bobot jenis urin berhubungan erat dengan dieresis. Semakin kecil atau rendah bobot jenis, maka semakin besar diuresis, dan sebaliknya. Bobot jenis urin adalah 1,005 – 1,026 pada suhu kamar. BJ rendah biasanya dijumpai pada penyakit ginjal seperti glomerunofritis , defisiensi ADH , gangguan metabolik pada DM , hidrasi berat berkepanjangan , sebaliknya BJ urin tinggi di jumpai pada keadaan puasa dan glukosuria. Pada pengukuran berat jenis, berat jenis sampel urin yang diperoleh adalah hanya berdasarkan suhu karena kadar gula dan protein tidak diketahui sehingga berat jenis yang didapat belum berat jenis yang sebenarnya. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003-1,030. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari
1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun. Berat jenis urine tertinggi terdapat pada urine pertama pagi hari, sedangkan berat jenis terendah terdapat dalam urine yang dihasilkan 1 jam setelah intake cairan yang cukup banyak. Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0 dengan rata-rata 6. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. PH pada masing-masing sampel urin menunjukkan pH yang normal yaitu 6 tetapi urin malam lebih bersifat netral hal ini dipengaruhi oleh makanan, sedangkan urin diabetes bersifat lebih asam karena terjadi ketosis. Pembacaan pH hendaknya segera dilakukan (urine dalam kondisi segar), karena urine yang lama cenderung menjadi alkalis (karena perubahan ureum menjadi amonia). Penentuan pH dapat dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus dan pH-meter. PH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Sebelum menilai hasil analisa urine, perlu diketahui tentang proses pembentukan urine. Urine merupakan hasil metabolism tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urine per menit. Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urine selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan di pelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain (dr.Wirawan, Tanpa Tahun). Urinalisis, istilah untuk tes urine umum, dilakukan untuk mengevaluasi kesehatan seseorang, mendiagnosis kondisi medis seseorang, atau untuk memonitor penyakit seseorang. Tidak semua tes pada urine disebut urinalisis, misalnya tes kehamilan dan tes narkoba. Berdasarkan hasil urinalisis, kita akan mengetahui apakah kondisi kita baik atau buruk secara medis, biasanya dibuat berdasarkan tiga pemeriksaan, yaitu analisis fisik, analisis kimiawi, dan analisis mikroskopis (Husada, 2010).
Urine yang normal memiliki cirri-ciri antara lain: warnanya kuning atau kuing gading, transparan, pH berkisar dari 4,6-8,0 atau rata-rata 6, berat jenis 1,001-1,035, bila agak lama berbau seperti amoniak (Basoeki, 2000). Unsur-nsur normal dalam urine misalnya adanya urea yang lebih dari 25-30 gram dalam urine. Urea ini merupakan hasil akhir dari metabolisme protein pada mamalia. Ekskresi urea meningkat bila katabolisme protein meningkat, seperti pada demam, diabetes, atau aktifitas korteks adrenal yang berlebihan. Jika terdapat penurunan produksi urea misalnya pada stadium akhir penyakit hati yang fatal atau pada asidosis karena sebagian dari nitrogen yang diubah menjadi urea dibelokkan ke pembentukan amoniak (Soewolo, 2003). Reaksi urine biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (berkisar 4,7-8). Bila masukan protein tinggi, urine menjadi asam sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil katabolisme protein. Keasaman meningkat pada asidosis dan demam. Urine menjadi alkali karena perubahan urea menjadi ammonia dan kehilangan CO2 di udara. Urine menjadi alkali pada alkalosis seperti setelah banyak muntah. Pigmen utama pada urine adalah urokrom, sedikit urobilin dan hematofopirin (Soewolo, 2003). Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah bagian padat yang terkandung di dalam air. Ini dapat dibedakan berdasarkan ukuran ataupun kelektrolitanya, diantaranya adalah : 1. Molekul Organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang reativ besar, didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau (NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, Dan subtansi lainya seperti hormon. 2. Ion : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl–), Magnesium (Mg2+, Calcium (Ca2+). Dalam Jumlah Kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-), Phosphates (H2PO4-, HPO42, PO43). 3. Warna :
Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit. 4. Bau : Normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. 5. Berat jenis : Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml. Normal berat jenis : 1010 – 1035. 6. Kejernihan : Normal urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus. 7. pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5). Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Vegetarian urinennya sedikit alkali (Irga, 2010). Dari hasil pemeriksaan sediemn urin pada endapan urine sampel terdapat sel epitel, asam uric, silinder granulosit, kristal tripelfosfat, leukosit dan eritrosit. Apabila elemen-elemen tersebut jumlahnya meningkat atau berlebihan maka urine mengalami abnormalitas. Adanya elemen-elemen dalam jumlah yang abnormal tersebut disebabkan oleh berbagai hal antara lain ketidaknormalan organ-organ yang berperan dalam system urinearia misalnya pada ginjal. Kristal-kristal yang terdapat dalam urine (pada praktikum ini sel epitel, kristal tripelfosfat dan asam uric). Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urine. Diperkuat pula bahwa fosfat di urine adalah gabungan dari natrium dan kalium fosfat, ini berasal dari makanan yang mengandung protein berikatan dengan fosfat (Soewolo, 2003).
Menurut Riswanto (2010), pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri, virus) maupun yang bukan karena infeksi misalnya perdarahan, disfungsi endotel dan gagal ginjal.
XI.
Kesimpulan Urine yang saya amati menunjukkan warna kuning jernih. Berat jenis urine yang normal
berkisar antara 1,003-1,030 g/cm3, maka dapat disimpulkan bahwa urine yang diuji memiliki berat jenis yang termasuk dalam range yang normal yaitu 1.020. Urin sampel memilki pH 6,0 dan dapat dikatakan normal karena umumnya pH urin dalam manusia bervariasi dari 5,0-7,0. Urine yang diamati mengandung glukosa karena memberi hasil positif (++++). Urine yang diamati oleh mengandung protein karena memberikan hasil positif (++++). Perlu dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk memastikan dan menyamakn hasil pada hasil glukosa dan protein pada pemeriksaan urinalisa ini. Pada parameter darah samar didapatkan hasil positif (+), dan juga ditemukannya leukosit dan eritosit pada semien urin. Dengan hasil negatif (-) pada pemeriksaan keton, nitrit dan bilirirubin. Sedimen urin yang ditemukan dalam urine subjek adalah sel-sel epitel, kristal asam urat, kristal tripelfosfat, silinder granulosit, leukosit dan eritrosit dalam jumlah sedkit. Sehingga dapat dikatakan bahwa urine subjek masih dalam kondisi normal. XII.
Daftar Pustaka
a. Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. b. Kimball, John W. Siti Soetarmi Tjitrosomo, dan Nawangsari Sugiri. Biologi Jilid 2Jakarta: Erlangga, 1983 c. Pearce, Evelyn C, Anatomi dan Fisiologis Untuk Paramedis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. d. Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta. e. Soewolo. 2005. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA UM f. Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi
Hewan. Jakarta:
Departemen
Pendidikan
Nasional. g. Villee,Claude A. Warren F. Walker, Jr. dan Robert D. Barnes, Zoologi UmumJakarta: Erlangga, 1984.