LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PERCOBAAN IV SIFAT KOLIGATIF LARUTAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA NON ELEKTROLIT DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU
OLEH NAMA
:
: 1. GAMALIEL H.T. SIMANUNGKALIT (ACC 118 024) 2. MARIANI (ACC 118 035) 3. NINA F SIMANULLANG (ACC 118 019) 4. NORSAINDAH ( ACC 118 034) 5. NOLA FRANSISKA (ACC 118 003)
PRODI
: PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS : FKIP KEL.
: IV (EMPAT)
ASISITEN
: HERIANI, S.Pd, M.Pd.
I.
TOPIK PERCOBAAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN PENENTUAN
BERAT
MOLEKUL
SENYAWA
NON
ELEKTROLIT DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU II.
TUJUAN PERCOBAAN 1. Menentukan berat molekul naftalen dengan menggunakan metode penurunan titik beku 2. Menentukan berat molekul zat x dengan menggunakan metode penurunan titik beku
III.
DASAR TEORI Sifat koligatif larutan adalah sifat-sifat larutan yang tidak bergantung pada
jenis zat terlarut,tetapi bergantung pada
banyaknya partikel zat yang terlarut dalam larutan.Kegunaan praktis sifat-sifat koligatif banyak dan beragam.Juga,penelitian sifat-sifat koligatif memainkan peranan penting dalam metoda penetapan bobot molekul dan pengembangan teori larutan. Sifat-sifat koligatif larutan meliputi: 1. Penurunan tekanan uap 2. Kenaikan titik didih 3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmotic. 1. Penurunan tekanan uap Tekanan uap larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak mudah menguap,dinyatakan oleh Kimiawan Prancis F.M.Raoult mendapati bahwa melarutkan suatu zat terlarut mempunyai efek penurunan tekanan uap dari pelarut. Hukum Raoult menyatakan bahwa: Tekanan uap pelarut diatas suatu larutan sama dengan hasil kali tekanan uap pelarut murni dengan fraksi mol dalam larutan. 2. Kenaikan titik didih Titik didih suatu cairan ialah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan pada permukaan cairan).Suatu larutan mempunyai titik didih yang lebih tinggi
bila
dibandingkan
dengan
titik
didih
pelrut
murninya.Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut disebut kenaikan titik didih larutan. 3. Penurunan titik beku Gejala penurunan titik beku terjadi karena zat terlarut tidak larut dalam fase padat terlarut,misalnya es murni selalu terpisah ketika larutan
dalam
air
membeku.Dengan
demikian,diperlukan
temperature lebih rendah lagi untuk mengubah seluruh larutan ke fase padatnya.
Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titiik beku. 4. Tekanan osmotic Proses berpindahnya air (molekul) dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat melalui membrane semipermeable disebut osmosis.Osmosis dapat dihentikan apabila pada permukaan larutan diberi tekanan.Tekanan yang diberikan ini disebut tekanan osmotic larutan,telah diselidiki oleh Vanit,Hoff.
Sifat koligatif larutan dibedakan antara dua bagian,yaitu sifat koligatif nonelektrolit dan elektrolit.Bila konsentrasi zat terlarut sama,sifat koligatif larutan elektrolit mempunyai harga lebih besar dari pada siifat larutan nonelektrolit.Larutan elektrolit memberi sifat koligatif yang lebih besar dari pada sifat larutan nonelektrolit yang konsentrasinya sama. Perbandingan antara harga sifat koligatif larutan yang diharapkan suatu larutan nonelektrolit pada konsentrasi yang sama disebut factor Vann hoffdan dinyatakan dengan lambing harga I Larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan
nonelektrolit.Karena
dalam
larutan
tersebut
tidak
mengandung ion,sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik pada larutan nonelektrolit molekul-molekulnya tidak terionisasi
dalam larutan sehingga tidak ada ion yang bermuatan yang dapat menghantarkan arus listrik. IV.
ALAT DAN BAHAN
a. Alat b. NO
Nama alat
Ukuran
Jumlah
1
Erlenmeyer
50mL
2
2
Spatula
-
1
3
Pipiet tetes
-
1
4
Termometer
-
1
5
Tabung reaksi
2
6
Neraca
1
b. Bahan No
Nama bahan
satuan
jumlah
1
Naftalen
Gram
2
2
Aquadest
Gram
secukupnya
3
Es
-
secukupnya
4
Asam asetat glacial
mL
15
5
V.
PROSEDUR KERJA 1. 5 Ml dan 10 mL larutan asam asetat glacial dan dimasukkan ke dalam masing-masing Erlenmeyer 50Ml 2. 1 gram dan 2 gram naftalen dimasukkan ke masing-masing Erlenmeyer yang berisikan asam asetat glacial 3. Campuran yang ada dierlenmeyer diaduk dengan kecepatan tetap dengan menggunakan spatula 4. Jika temperature sudah tetap,diamati pelarut telah membeku atau tidak 5. Temperature saat Kristal es terbentuk dicatat 6. Percobaan diulangi dengan prosedur yang sama tetapi dengan menggunakan 10 mL asam asetat glacial dan 2 gram naftalen
VI.
DATA HASIL PENGAMATAN
No
Langkah percobaan
Hasil pengamatan
1
Diambil 5 mL dan 10 mL larutan V1=5 mL asam asetat glacial dan dimasukkan ke
dalam
V2=10 mL
masing-masing
Erlenmeyer 50 mL 2
Diambil 1 gram dan 2 gram naftalen M1=1 gram
dan dimasukkan ke masing-masing M2=2 gram Erlenmeyer yang berisikan asam asetat glacial 3
Diaduk
campuran
dierlenmeyer
dengan
yang
ada Naftalen mulai larut
kecepatan didalam asam asetat
tetap menggunakan spatula 4
Jika temperature sudah tetap, lalu diamati pelarut telah membeku atau belum
5
Dicatat temperatur saat Kristal es terbentuk
6
Diulang
percobaan
dengan
mengambil 10 ml asam asetat glacial dan 2 gram naftalen dengan prosedur yang sama. 7
Ditentukan berat molekkul rata rata naftalen
VII.
PERHITUNGAN,
PEMBAHASAN
DAN
JAWABAN
PERTANYAAN a. PERHITUNGAN
b. PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini pertama tama kita menyiapkan alat dan bahannya. Bahannya itu yaitu asam asetat glacial sebanyak 5 mL dan sebanyak 10mL. Asam asetat ini dimasukkan ke sebuah Erlenmeyer yang bervolume 50 ml jadi, sehingga ada 2 erlenmeyer. Lalu didalam Erlenmeyer tersebut dimasukkan lah 1 gram naftalen kedalam 5 mL asam asetat glacial, dan 2 gram naftalen kedalam 10mL asam asetat glacial.
Disini kita mengamati apa yang terjadi ketik naftalen dan asam asetat glacial bercampur dengan naftalen. Disini naftalen nya larut di dalam asam asetat glacial saat di aduk secara konstan. Kemudian kita buat pada bungkusan es yang lalu diletakkan Erlenmeyer. Kita amatilah berapa titik bekunya. Menurut dari pengamatan kami titik beku pada Erlenmeyer yang pertama yang dimana isinya itu 5mL asam asetat glacial yaitu 9 derajat selsius, dan pada Erlenmeyer kedua itu suhu nya itu 11 derajat selsius. Kami mendapatkan suhunya itu ketika temperaturnya itu sudah tetap. Disini kami mendapatkan bahwa setiap adanya penambahan zat pelarut itu maka titik bekunya akan semakin meningkat. Tetaapi ada juga kemungkinan bahwa karena kami melakukan percobaan pada Erlenmeyer yang pertama titik bekunya lebih kecil karena es yang digunakan pada saat itu baru keluar dari penangas es yang dimana suhunya itu masih dingin sekali. Jadi suhu es itu semakin lama kan semakin meningkat sehingga pada Erlenmeyer yang kedua suhunya meningkat karena esnya itu sudah terlalu lama diluar. Itu lah mungkin penyebab mengapa Erlenmeyer yang pertama suhu titik bekunya lebih rendah dariapada Erlenmeyer yang kedua. Jadi kami menyimpulkan ada dua penyebab penurunan titik beku itu berubah.
VIII. KESIMPULAN Jadi dari percobaan ini kita dapat menentukan berat dari suatu senyawa yaitu naftalen dapat ditentukan dengan cara penurunan titik beku. IX.
LAMPIRAN Fotokopi laporan sementara.