Laporan Praktikum Kel.5 Cekdam.docx

  • Uploaded by: dela
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Kel.5 Cekdam.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,282
  • Pages: 24
LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMBILAN SAMPEL CEKDAM

Diajukan untuk memenuhi laporan praktikum produtivitas perairan

Kel.5 Aqila Mutiara M. Rezal Tanjung Delima mentari Desi Meidi Arisandi

230110160078 230110160121 230110160146 230110160099

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR 2018

KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena berkat nikmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan

lapran

praktikum

yang

berjudul

“Laporan

Praktikum

Pengambilan Sampel Cekdam”. Makalah disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan praktikum prduktivitas perairan pada Program Studi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Kami mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pambaca. Saran, kritik dan masukan yang membangun akan Penulis terima untuk perbaikan. Terimakasih. Jatinangor, Desember 2018

Penulis

i

DAFTAR ISI BAB

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii BAB 1 KONDISI UMUM PERAIRAN CEKDAM .............................................. 1 BAB 2 METODELOGI PRAKTIKUM ................................................................ 2 2.1

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum ............................................. 2

2.2

Alat dan Bahan .......................................................................................... 2

2.2.1 Alat yang Digunakan ................................................................................ 2 2.1.1 Bahan yang Digunakan ............................................................................. 3 2.3

Penentuan Stasiun Pengambilan Contoh .................................................. 4

2.4

Analisis Data ............................................................................................. 4

2.4.1 Analisis Data Enumerasi Fitoplankton dan Zooplankton ......................... 4 2.4.2 Analisis Data Biomassa Fitoplankton dan Zooplankton ........................... 5 2.4.3 Analisis Data Klorofil α ............................................................................ 5 2.4.4 Analisis Data Enumerasi dan Biomassa Benthos ..................................... 6 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 7 3.1

Hasil .......................................................................................................... 7

3.1.1 Data Hasil Enumerasi Fitoplankton dan Zooplankton .............................. 7 3.1.2 Data Hasil Biomassa Fitoplankton dan Zooplankton ............................... 8 3.1.3 Data Hasil Klorofil-A ............................................................................... 9 3.2

Pembahasan............................................................................................. 10

3.2.1 Hasil Enumerasi Fitoplankton dan Zooplankton .................................... 10 3.2.2 Hasil Biomassa Fitoplankton dan Zooplankton ...................................... 11 3.2.3 Hasil Klorofil α ....................................................................................... 12

ii

3.2.4 Hasil Enumerasi dan Biomassa Benthos................................................. 13 BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 14

iii

BAB 1 KONDISI UMUM PERAIRAN CEKDAM

Danau Cekdam Universitas Padjadjaran di Jatinangor merupakan danau buatan yang dibangun pada tahun 1998, dengan luas genangan 8000 m3 dan terletak pada ketinggian 725 m diatas permukaan laut. Danau cekdam tersebut memiliki kedalaman yang bervariasi antara 30 cm – 30 m. Perbedaan kedalaman tersebut karena terjadinya proses sedimentasi pada daerah inlet sebagai akibat dari blooming eceng gondok yang disebabkan pengkayaan bahan organik serta banyaknya erosi yang terbawa. Cekdam secara geografis terletak pada 6°55’52” LS dan 107°46’24” BT, atau secara administratif terletak di Universitas Padjadjaran yang terletak di Jatinangor. Cekdam memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai bendungan yang menampung air limbah yang berasal dari setiap fakultas, penampung air hujan, penampung aliran air dari gunung Manglayang.

Gambar 7. Danau Cekdam

Kondisi ekologi dari Cekdam ini memiliki vegetasi pepohonan di sekelilingnya, sehingga terdapat perbedaan kondisi fisik maupun kimiawi perairan. Perbedaan kondisi fisik yang nyata adalah intensitas cahaya yang masuk tidak merata yang menimbulkan terjadinya perbedaan suhu dan oksigen terlarut di perairannya.

1

BAB 2 METODELOGI PRAKTIKUM

2.1

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum Praktikum pengambilan sampel dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 5

Desember 2018 pada pukul 16.00 WIB untuk oengambilan sampel benthios dan Kamis, 6 Desember 2018 pukul 09.30 untuk pengambilan sampel plankton bertempat di Danau Cekdam Universitas Padjadjaran. Pengamatan dan identifikasi sampel yang telah didapat dilakukan di Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perairan dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. 2.2

Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunkan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 1

dan 2. 2.2.1

Alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini sebagai berikut : Tabel 1. Alat-alat praktikum Nama alat

Plankton net Gayung

Fungsi untuk menyaring sampel plankton untuk mengambil sampel air berisi plankton dari badan air

Botol air mineral 600 ml

sebagai tempat air sampel

Botol film (sampel)

sebagai tempat air sampel

Plastik

wadah untuk menyimpan sampel

Mikroskop

untuk membantu mengidentifikasi fitoplankton dan zooplankton yang diambil untuk mengambil sampel fitoplankton dan

Pipet

zooplankton

dari

botol

sampel

dan

memindahkannya ke counting chamber Counting chamber

untuk menempatkan sampel fitoplankton dan zooplankton

2

yang

akan

diidentifikasi

dan

3

Nama alat

Fungsi dihitung untuk menutup ruang hitung dan berfungsi untuk

Cover glass

mengurangi penguapan sampel fitoplankton dan zooplankton dari ruang hitung

Spektrofotometer Kertas saring dan corong

untuk mengukur panjang gelombang untuk menyaring klorofil yang ada pada sampel air

Mortar dan cawan

untuk menggerus dan menghaluskan sampel uji

Sendok spatula

untuk mengambil dan mengaduk sampel uji untuk menaruh sampel uji saat akan dilakukan

Kuvet

pengukuran panjang gelombang menggunakan spektrofotometer

Gelas ukur

untuk menakar sampel uji

Tabung reaksi

untuk menakar campuran sampel uji

Alat sentifugasi

untuk mengekstrak sampel uji untuk

Saringan

membersihkan

sampel

benthos

dari

lumpur

Cawan petri

sebagai wadah untuk benthos yang sudah dibersihkan

Pinset

untuk memisahkan jenis-jenis spesies benthos

Timbangan

untuk menimbang biomassa benthos

2.1.1

Bahan yang Digunakan Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini sebagai bertikut : Tabel 2. Bahan yang digunakan Nama alat

Fungsi

Sampel benthos

untuk diamati dan diidentifikasi

Sampel plankton

untuk diamati dan diidentifikasi

Air

untuk membersihkan benthos dari lumpur

4

Nama alat

sebagai bahan campuran sampel uji pada

Aceton 90%

2.3

Fungsi

pengukuran klorofil-α

Penentuan Stasiun Pengambilan Contoh Penentuan lokasi stasiun menggunakan metode purposive sampling yaitu

penentuan lokasi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu dan sesuai dengan pertimbangan sendiri sehingga mewakili populasi (Arikunto, 2006). Lokasi stasiun pengambilan sampel berada di daerah inlet yaitu tempat masuknya air dengan karakteristik tanah yg berlumpur dan terdapat tumbuhan/rerumputan. 2.4

Analisis Data

2.4.1

Analisis Data Enumerasi Fitoplankton dan Zooplankton Untuk menghitung kelimpahan fitoplankton dan zooplankton digunakan

persamaan sebagai berikut : Kelimpahan

= jumlah seluruh individu yang teridentifikasi x faktor pengali

Faktor pengali = volume terkonsentrasi

X

volume yang dihitung

1 liter volume yang disaring

Indeks diversitas yang paling digunakan adala indeks diversitas Shannon-Wiener dan indeks diversitas Simpson (Krebs, 1972). Persamaan dari kedua indeks tersebut adalah : 

Indeks Diversitas Shannon-Wiener H = - ∑ pi ln pi



Indeks Diversitas Simpson D = 1 – ∑ (pi)2

Ket : H = Indeks Diversitas Shannon-Wiener D = Indeks Diversitas Simpsons

5

Pi = Proporsi jumlah individu dalam satu species dibagi dengan jumlah total individu

2.4.2

Analisis Data Biomassa Fitoplankton dan Zooplankton Mengukur volume sel fitoplankton dan zooplankton secara geometrik dan

mengasumsikan bobot jenis fitoplankton dan zooplankton sama dengan satu (Wetzel, 1983) maka biomassa fitoplankton dan zooplankton dapat diperoleh melalui rumus : B = BJ x V Ket : B

= Biomassa fitoplankton/zooplankton

BJ = Bobot jenis fitoplankton/zooplankton V

= Volume plankton

Volume fitoplankton/zooplankton yang dimaksud adalah hasil perhitungan volume dari jenis fitoplankton/zooplankton yang diamati dengan menggunakan pendekatan dari bentuk sel kedalam bangun geometrik. 2.4.3

Analisis Data Klorofil α Analisis data yang dilakukan menghitung produktifitas primer dengan

klorofil-α adalah metode spektofotometri. Prinsipnya,cahaya dipancarkan melalui monokromator. Monokromator menguraikan sinar yang masuk dari sumber cahaya tersebut menjadi pita-pita panjang gelombang yang diinginkan untuk pengukuran suatu zat tertentu. dari monokrom tadi cahaya diteruskan dan diserap oleh suatu larutan yang akan diperiksa di dalam kuvet. Kemudian jumlah cahaya yang diserap oleh larutan akan menghsilkan signal elektrik pada detector, yang mana signal elektrik ini sebanding dengan cahaya yang diserap oleh larutan tersebut. Besarnya signal elektrik yang dialirkan ke pencatat dapat dilihat sebagai angka. Metode ini berdasarkan hukum Lambert-Beer yang menyatakan bahwa jumlah radiasi cahaya tampak, ultraviolet dan cahaya lain yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan. Setelah diketahui hasilnya maka dilanjutkan perhitungan klorofil α dengan rumus berikut:

6

Klorofil α

= Ca .

𝑽

𝒗.𝑳

Ket : Ca = (11,6 . D665) – (1,31 . D645) – (0,14 . D630)

2.4.4

V

= Volume aseton yang digunakan (10ml)

v

= Volume air yang tersaring untuk direaksi (l)

L

= Panjang Cuvet Analisis Data Enumerasi dan Biomassa Benthos

Analisis perhitungan enumerasi dilakukan dengan cara: 1.

Menghitung jumlah masing-masing dalam satu individu spesies.

2.

Menghitung rata-rata jumlah masing-masing spesies Analisis perhitungan biomassa benthos dilakukan dengan cara menghitung

berat dari masing-masing spesies. Sedangkan kelimpahan benthos (individu/m2) dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Kelimpahan = jumlah individu yang teridentifikasi / luas mulut ekman grab

7

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1

Hasil

3.1.1

Data Hasil Enumerasi Fitoplankton dan Zooplankton

No

Tabel 3. Data hasil enumerasi fitoplankton Faktor Spesies Jumlah H’ pengali

1

Hydrodictron sp

1

2

Spirulina sp

1

3

Nitzchia vernicularis

1

4

Characium longipes

1

5

Coelosphaerium sp

3

6

Nitzchia curvula

4

7

Gyrosigma kuetzingen

2

8

Bacteriastrum varians

1

9

Navicular brachysira

2

10

Pediastrum duplex

2

11

Plerosigma sp

2

12

Chlorella sp

21

13

Scenedesmus sp

3

14

Synedra flugens

2

15

Oschillatoria sp

5

16

Actinastrum hantzschii

8

Jumlah Kelimpahan

10

2,25

59 590 individu / liter

D

0,83

8

Tabel 4. Data hasil enumerasi zooplankton Faktor Spesies Jumlah H’ pengali

No 1

Heliospora sp

22

2

Asplanchia herricki

1

3

Eucharis diltuta

21

4

Rattulus rattus

1

Jumlah

45

0,875

0,541

450 individu / liter

Kelimpahan

3.1.2

10

D

Data Hasil Biomassa Fitoplankton dan Zooplankton

Tabel 5. Data Hasil Perhitungan Biomassa Fitoplankton dan Zooplankton pada Seluruh Stasiun No

Bentuk

Species

1.

Silinder

Nitzschia

Formula

Perhitungan 𝜋𝐴𝐵 2/ 4

vermicularis

πAB2/4

= 3,14 . 45 . 22 4 = 141,3 μm³

2.

Elipsoid

𝜋𝐴𝐵 2/ 6

Cocconeis placentula.

= 3,14 . 9 .52 𝜋𝐴𝐵 2/ 6

6 = 706,5 6 = 117,75 μm³

3.

Bola

𝜋𝐴3/6 = 3,14 . 23

Monomastix apisthostigma

6 𝜋𝐴3/6

=25,12 6 = 4,187 μm³

4.

Elipsoid

𝜋𝐴𝐵 2/ 6

Palmellopsis gelatinosa

𝜋𝐴𝐵 2/ 6

= 3,14 . 5 .22 6

9

= 62,8 6 = 10,47 μm³ 5.

Elipsoid

𝜋𝐴𝐵 2/ 6

Gomphonema apicatum

= 3,14 . 5 .22 𝜋𝐴𝐵 2/ 6

6 = 62,8 6

Volume biomassa fitoplankton dan zooplankton

= 10,47 μm³

160 140 120 100 80 60 40 20 0

Nama spesies fitoplankton dan zooplankton

Gambar 17. Grafik Volume Biomassa Plankton

3.1.3

Data Hasil Klorofil-A

Volume aseton (V) = 10 ml Volume Air yang Disaring (v) = 1000 ml (1L) Tinggi Kuvet = 5 cm D 665 = 0,032 D 645 = 0,017 D 630 = 0,015 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 − 𝑎 = 𝐶𝑎. Ca = 11,6(0,032) – 1,31 (0,017) – 0,14 (0,015)

𝑉 𝑣. 𝑙

10

Ca = 0,1464 Klorofil-a = 0,1464

10 1.5

= 0,2928

3.2

Pembahasan

3.2.1

Hasil Enumerasi Fitoplankton dan Zooplankton Berdasarkan hasil perhitungan kelimpahan yang didapatkan pada satu kali

pengambilan sampel yang telah diidentifikasi kelompok 5, diperoleh nilai kelimpahan fitoplankton sebesar 590 individu/liter dan zooplankton sebesar 450 individu / liter. Nilai kelimpahan zooplankton lebih besar dari kelimpahan fitoplankton. Hasil tersebut mengartikan bahwa prosuktivitas primer di perairan cekdam tinggi. Selain itu kelimpahan zooplankton yang ada mengindikasikan bahwa perairan tidak hanya memiliki produktivitas primer yang tinggi akan tetapi produktivitas sekunder perairannya pun dapat diduga dari adanya zooplankton yang teridentifikasi tersebut. Hal tersebut dikarenakan fitoplankton dapat melakukan fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik karena mengandung klorofil dan fitoplankton bersifat autotrof sehingga dapat menghasilkan bahan organik sebagai makanannya sendiri (Barus 2004). Karena kemampuannya ini fitoplankton disebut sebagai primer produser. Hal tersebut menandakan bahwa kelimpahan fitoplankton relatif lebih tinggi, dan menjadi indikasi bahwa produktivitas primer diperairan tersebut secara otomatis relatif tinggi (Michael 1994). Fitoplankton merupakan produsen utama (primary producer) zat-zat organik dalam ekosistem perairan, seperti tumbuh-tumbuhan hijau yang lain. Fitoplankton membuat ikatan-ikatan organik sederhana melalui fotosintesa (Hutabarat dan Evans 1986). Fitoplankton mempunyai peranan yang sangat penting didalam suatu perairan, selain sebagai dasar dari rantai pakan (primary producer) juga merupakan salah satu parameter tingkat kesuburan suatu perairan. Terdapat hubungan positif antara kelimpahan fitoplankton dengan produktivitas diperairan, jika kelimpahan fitoplankton di suatu perairan tinggi maka perairan tersebut cenderung memilki produktivitas yang tinggi pula (Raymont 1980).

11

Berdasarkan hasil perhitungan diversitas Simpson, nilai diversitas dari fitoplankton dan zooplankton masing-masing sebesar 0,83 dan 0,54. Nilai diversitas Simpson fitoplankton lebih besar dari zooplankton. Hal ini menunjukan bahwa fitoplankton terjadi dominansi. Dari ke 16 spesies fitoplankton yang teridentifikasi, Chlorella sp memiliki jumlah yang sangat besar dan berbeda dengan spesies lain yang teridentifikasi yaitu sebanyak 21 individu. Menurut Magurran (1988) bahwa apabila nilai indeks diversitas simpson mendekati 1 berarti ada dominansi dari spesies tertentu pada perairan. Spesies yang dominan dalam suatu komunitas memperlihatkan kekuatan spesies itu dibandingkan dengan spesies lain, dengan demikian terdapat jenis-jenis plankton yang mengendalikan perairan dan akan menimbulkan perubahan-perubahan penting tidak hanya pada komunitas biotiknya sendiri, tetapi juga dalam lingkungan fisiknya (Thornton 1990). Berdasarkan hasil perhitungan diversitas Shanon-Wiener pada sampel yang diidentifikasi, nilai diversitas fitoplankton sebesar 2,25 dan zooplankton sebesar 0,87. Hasil tersebut menunjukan bahwa keanekaragam dari fitoplankton sedang dan zooplankton rendah. Menurut Ludwig dan Reynolds (1988) bahwa jika nilai 1 < H < 3 maka keanekaragaman spesies sedang dan komunitasnya pun sedang; nilai H < 1 maka keanekaragaman spesies rendah dan komunitasnya pun rendah dan nilai H > 3 keragaman tinggi. Berdasarkan literature tersebut, kenekaragamna dari fitoplankon sedang, produktivitas sedang, kondisi ekosistem cukup seimbang serta tekanan ekologis sedang. Sedangkan untuk zooplankton keragamannya rendah, produktivitas rendah, ekosistem stabil dan tekanan ekologis berat.

3.2.2

Hasil Biomassa Fitoplankton dan Zooplankton Praktikum menggunakan sampel Danau Cekdam, Universitas Padjadjaran.

Dalam praktikum, didapatkan hasil praktikum yaitu pada sampel terdapat lima species plankton dengan tiga bentuk yang berbeda. Bentuk species yang didapatkan yaitu Silinder, Bola, dan Elipsoid. Species plankton yang didapatkan adalah Nitzschia vermicularis, Palmellopsis gelatinosa, Gomphonema apicatum, Coconeis placentula, dan Monomastix apisthostigma. Plankton paling besar pada data kelompok adalah Nitzschia vermicularis dengan total volume biomassa yaitu

12

141,3 μm³. Sedangkan volume biomassa terkecil adalah Monomastix apisthostigma dengan volumw biomassa 4,187 μm³. Mayoritas plankton berbentuk elipsoid. Banyaknya fitoplankton yang didapatkan dalam perairan bisa disebabkan waktu pengambilan sampel sesuai dengan waktu fitoplankton bermunculan pada permukaan. Tingginya biomassa plankton di suatu perairan disebabkan oleh pola sirkulasi air yang memberi muatan hara dan diikuti dengan meningkatnya kekeruhan. Menurut Wetzel (1983), menyebutkan bahwa biomassa diikuti dengan besarnya nutrient namun tidak diikuti dengan tingginya kelimpahan plankton, sehingga kandungan biomassa tertinggi tidak selalu akan memiliki kelimpahan plankton yang tertinggi pula. Hasil pengambilan sampel dari Danau Cekdam menunjukkan bahwa jumlah

fitoplankton

lebih

banyak

dibandingkan

dengan

zooplankton.

Perbandingan komposisi biomassa fitoplankton dan zooplankton, memperlihatkan bahwa jumlah individu dalam populasi fitoplankton jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah individu dalam populasi zooplankton, dan karena yang melakukan fotosintesa didalam ekosistem perairan adalah fitotoplankton, ini berakibat langsung terhadap tingginya produktivitas primer (Kaswadji 1976).

3.2.3

Hasil Klorofil α Berdasarkan hasil perhitungan nilai klorofil-α, didapatkan nilai konsentrasi

klorofil-α 0,2928. Sampel air yang diambil adaah pada permukaan perairan cekdam. Menurut Hatta (2001) dalam Muthalib (2009) nilai klorofil di permukaan dikelompokkan rendah, sedang, dan tinggi dengan kandungan klorofil-α secara berturut-turut rendah (<0.07 mg/L), sedang (0.07 mg/L-0.14 mg/L), dan tinggi (> 0.14 mg/L). Nilai Klorofil yang didapat dari perhitungan menunjukkan bahwa nilai klorofil tergolong ke dalam perairan dengan nilai klorofil yang tinggi karena lebih dari 0,14 mg/L. Parameter lain yang menentukan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-α didalam suatu perairan ditentukan oleh kondisi lingkungan seperti ketersediaan nutrien dan komposisi spesies fitopankton. Disamping itu, perubahan konsentrasi klorofil-α dipengaruhi oleh beberapa faktor pertumbuhan fitoplankton

13

seperti intensitas sinar matahari, konsentrasi nutrien (nitrat dan fosfat), pengadukan air, suhu, serta kualitas air. Berdasarkan data maka dapat dikatakan bahwa perairan Cekdam Unpad dikategorikan sebagai perairan yang cukup produktif karena memiliki nilai diatas 0,14 mg/L. Kandungan klorofil-α pada fitoplankton di suatu perairan dapat digunakan sebagai salah satu ukuran biomassa fitoplankton dan dijadikan petunjuk dalam melihat kesuburan perairan. Kualitas perairan yang baik merupakan tempat hidup yang baik bagi fitoplankton, karena kandungan klorofilα fitoplankton itu sendiri dapat dijadikan indikator tinggi rendahnya produktivitas suatu perairan (Ardiwijaya, 2002).

3.2.4

Hasil Enumerasi dan Biomassa Benthos

14

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1

Simpulan Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan maka diperoleh

beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Kelimpahan tertinggi fitoplankton adalah dari spesies Chlorella sp. dengan jumlah 21 ind/L. Sedangkan kelimpahan terbesar dari zooplankton adalah spesies Heliospora sp. dengan jumlah spesies 22 ind/L. 2. Kelimpahan fitoplankton lebih tinggi dibandingkan zooplankton karena fitoplankton

dapat

melakukan

fotosintesis

sehingga

pertumbuhan

fitoplankton dapat dijadikan indikasi tingkat produktivitas primer suatu perairan. 3. Rata-rata nilai indeks keanekaragaman Simpson untuk fitoplankton di perairan Cek Dam Unpad sebesar 0,83. Sedangkan nilai indeks keanekaragaman simpson untuk zooplankton sebesar 0,54. 4. Berdasarkan indeks keanekaragaman yang diperoleh ketika praktikum maka dapat dikatakan bahwa terdapat adanya dominansi pada kelimpahan keankeragaman fitoplankton. 5. Pada fitoplankton didapatkan besar indeks diversitas Shannon - Wienernya sebesar 2,25 sedangkan pada zooplankton didapatkan besar indeks diversitas Shannon - Wienernya sebesar 0,87. 6. Plankton paling besar pada data kelompok adalah Nitzschia vermicularis dengan total volume biomassa yaitu 141,3 μm³. Sedangkan volume biomassa terkecil adalah Monomastix apisthostigma dengan volume biomassa 4,187 μm³. Mayoritas plankton berbentuk elipsoid. 7. Berdasarkan perhitungan maka dapat dikatakan bahwa perairan Cekdam Unpad dikategorikan sebagai perairan yang cukup produktif karena memiliki nilai rata- rata konsentrasi klorofil-α sebesar 0,2928 μg/l. 8. Berdasarkan perhitungan dengan metode Shannon Wiener, nilai keanekaragaman makrobenthos sebesar 0,76. Hal ini menunjukan keanekaragaman rendah.

15

4.2

Saran 1. Selain mengambil sampel, sebaiknya dilakukan juga pengukuran kualitas air tempat pengambilan sampel karena faktor kualitas air juga dapat mempengaruhi keadaan plankton, klorofil, dan benthos sebagai objek uji. 2. Perhitungan untuk menghitung biomassa plankton lebih diperjelas karena perhitungan yang dilakukan hanya sampai volume per spesies saja, sehingga sulit diidentifikasi hubungannya antara biomassa plankton dan produktivitas primer perairan.

16

DAFTAR PUSTAKA Angelier E (2003) Ecology of streams and rivers.Science Publishers, Inc., Enfield &Plymouth Ardiwijaya, R.R. 2002. Distribusi Horizontal Klorofil-α dan Hubungannya Dengan Kandungan Unsur Hara Serta Kelimpahan Fitoplankton di Teluk Semangka, Lampung. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK). Institut Pertanian Bogor (IPB). Skripsi (tidak dipublikasikan). Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bachtiar, E. 2007. Penelusuran Sumber Daya hayati Laut (Alga) Sebagai Biotarget Industri. Makalah : Unversitas Padjadjaran, Bandung Barus, T.A. 2005.”Penggunaan Parameter Limnologi dalam Penentuan Daya Dukung Danau Toba untuk Budidaya Ikan Sistem Jala Apung”.Makalah, disampaikan pada seminar nasionalPenanggulangan Kematian Masal Ikan Masdi Danau Toba, 3 Maret 2005, Univ. HKBPNommensen, Medan. Bayurini, D.H. 2006. Hubungan Antara Produktivitas Primer Fitoplankton Dengan Distribusi Ikan Di Ekosistem Perairan Rawa Pening Kabupaten Semarang. SKRIPSI. Universitas Negeri Semarang : Semarang. Bold, H.C. and M.J. Wynne 1980. Introduction to the Algae, Structure and reproduction. Prentice-Hall, INC., Englewood Cliffs, New Jersey 07632 : 706 pp -------------------------------------. 1985. Introduction to The Algae, Structure and Reproduction. Prentice-Hall Inc, New Jersey. Graham, L.E & L.W Wilcox. 2000. Algae. Prentice Hall, New Jersey Gutierrez RMP, Torres GF, Flores AM, Flores JMM, 2007. Microcystis aeruginosa: pharmacology and phytochemistry, Pharmacol 1: 57–116. Herianto. 2009. Kesuburan Perairan Waduk Nagedang Desa Giri Sako Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi Riau, Ditinjau Dari

17

Kosentrasi Klorofil-a Fitoplankton. Program Studi MSP. FAPERIKA. UNRI. Pekanbaru. Skripsi (tidak dipublikasikan). Kaswadji, R. F. !976. Studi Pendahuluan Tentang Penyebaran dan Kemelimpahan Phytoplankton di Delta Upang, Sumatera Selatan. Karya Ilmiah Fakltas perikanan IPB Bogor. Bogor. Kovalak WP, 1979. Ecological Assessments of Effluent Impact on Communities of Indigenous Organism; A symposium of American Society for Testing and Material. Philadelphia. Krebs, C.J. 1978. Ecology.The Experimental Analysis of Distribution Abundance.Harper and RowPublisher. New York. Magurran AE (1991) Ecological diversity and its measurement. Chapman & Hall, New York. Mason CF (1981) Biology of Freshwater Pollution.Longman, London & New York. Michael, P. 1994. Ecological Methods for field in Laboratory Investigations. Tata McGraw –Hill, NewDelhi.404 pp. Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. W. B. Sounders Company, Phiadelphia. Pescod.M.B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for Tropical Countries. Bangkok : AIT Roback SS (1974) Insects (Arthropoda:Insecta) Dalam: Hart CW, Fuller SLH (eds) Pollution ecology of freshwater invertebrates. Academic Press, Inc., London, pp 313-376 Roshisati, I. 2002. Distribusi Spasial Biomassa Fitoplankton (Klorofil-a) di Perairan Teluk Lampung pada Bulan Mei, Juli, dan September 2001. Program Studi MSP. FPIK. IPB. Bogor. 71 hal. Skripsi (tidak diplublikasikan). Thornton, K.W., B.L Kimmel and F.E Payne. 1990. Reservoir Limnology: Ecology Perspective.John Wiley & Sons. Inc, New York. 246 p Umar, C. 2003. Struktur Komunitas dan Kelimpahan Fitoplankton dalam Kaitannya dengan Kandungan Unsur Hara (Nitrogen dan Fosfor) dari Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung di Waduk Ir. H. Juanda Jatiluhur Jawa Barat. Tesis.Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 94 p Wetzel, Robert G. 1975. Limnology, Lake and River Ecosystem, 3th Edition. Sounders College. Philadelphia.

18

Wilhm JL. 1975. Biological indicator of pollution. Dalam: Whitton BA (eds). River Ecology. Blackwell Scientific Publications, Oxford, pp 375402

Related Documents


More Documents from "Khairunnisa"