MAKALAH PRAKTIKUM “DENTAL MATERIAL GLASS IONOMER CEMENT (GIC)”
DOSEN PEMBIMBING PRAKTIKUM: drg. M. Yanuar Ichrom Nahzi, Sp. KG
DISUSUN OLEH KELOMPOK A1 Mikael Manggala Silaen
1711111110014
Ridwan Ichshalul Fuadi
1711111110019
Adela
1711111120001
Amalda Ayu Utami Hasibuan
1711111120002
Ariany Ainun Habibah
1711111120003
Asphia Rahmah
1711111120004
Dinda Chesya
1711111120005
Fauziah
1711111120006
Firda Damayanti
1711111120007
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2018
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya lah maka penyusun dapat menyelesaikan makalah praktikum dental material yang berjudul ”Glass Ionomer Cement (GIC)” dengan pembimbing praktikum drg. M. Yanuar Ichrom Nahzi, Sp. KG. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaian makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada drg. M. Yanuar Ichrom Nahzi, Sp.KG selaku pembimbing praktikum yang membimbing kami sehingga praktikum berjalan baik dan lancar. Pembuatan makalah ini bertujuan memenuhi tugas praktikum dental material. Dengan selesainya makalah ini semoga dapat menjadi referensi baik pada institusi pendidikan dokter gigi guna kelancaran kegiatan belajar mengajar. Penyusun menyadari keterbatasan akan literatur dan sumber informasi terkait kajian dalam makalah, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi kita semua.
Banjarmasin, Oktober 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. .1 1.1 Latar Belakang …………………………………………………..
1
1.2 Rumusan Masalah………………………..…………………..…….. 1 1.3 Tujuan Penulisan………………………….…………………..……..2 1.4 Manfaat Penulisan…………………………..……………………….2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….…....3 2.1 Definisi Glass Ionomer Cement (GIC)……………….……....……3 2.2 Klasifikasi Glass Ionomer Cement (GIC)…………………...….… 3 2.3 Komposisi Glass Ionomer Cement (GIC)………………….….….. 5 2.4 Sifat Glass Ionomer Cement (GIC)……………………………..….6 2.5 Mekanisme Manipulasi Glass Ionomer Cement (GIC) .………….. 7 BAB III METODE PRAKTIKUM……..………………………………….…..10 3.1 Alat………………………….…………………………………….. 10 3.2 Bahan ………………………….………………………………….. 10 3.3 Cara Kerja ………………………….…………………………...…12 BAB IV PEMBAHASAN…………...…..…………………………………...…14 4.1 Hasil Percobaan…………………….…………………………...…14 4.2 Pembahasan ……………………….…………………………....…14
iii
BAB V PENUTUP…………...…..……………………………...……………16 5.1 Kesimpulan ………….………………………………………...…16 5.2 Saran ……..……………………….…………………………...…16 DDAFTAR PUSTAKA…......................................................................17 44
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semen Ionomer Kaca atau GIC adalah bahan restorasi yang digunakan di bidang kedokteran gigi yang melekat pada enamel dan dentin melalui reaksi kimia. GIC terdiri dari campuran bubuk/powder dan cairan/liquid. GIC powder memiliki komposisi utama yaitu kaca aluminosilikat sedangkan untuk GIC liquid memiliki komposisi utama asam poliakrilik. GIC memiliki beberapa sifat diantaranya biokompabilitas melepas fluor sehingga dapat mencegah karies lebih lanjut, estetis, daya larut rendah, translusen dan bersifat antibakteri (Roeroe et al., 2015). Bahan GIC yang pertama kali diperkenalkan di bidang kedokteran gigi oleh Wilson dan kent pada tahun 1972. Mereka menggabungkan keunggulan dari sifat translusen dan pelepasan ion fluor dari semen silikat serta biokompatibilitas serta sifat adhesive dari semen polikarboksilat. Pada awalnya, GIC hanya digunakan untuk restorasi karies servikal atau lesi abrasi yang disebabkan tekanan mekanis yang rendah. GIC terus mengalami perbaikan dalam beberapa sifat fisik dan mekanik dalam upaya untuk memperluas aplikasi GIC di bidang kedokteran gigi (Septishelya et al.,2016). GIC bersifat adhesive terhadap enamel dan dentin, melepaskan ion fluor dala, jangka waktu yang lama, biokompatibel, memiliki koefisien ekspansi termal yang kurang lebih sama dengan struktur gigi dan toksisitas yang rendah. Namun GIC memiliki beberapa kelemahan dibandingkan dengan amalgam dan bahan resin komposit seperti waktu kerja yang pendek, mudah patah (kekuatan rendah), daya tahan yang rendah terhadap pemakaian, rentan terhadap kontaminasi kelembaban atau dehidrasi selama tahap awal pengerasan (Astrid, 2017). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari Glass Ionomer Cement (GIC)? 2. Apa saja klasifikasi dari Glass Ionomer Cement (GIC)? 3. Apa saja komposisi dari Glass Ionomer Cement (GIC)?
1
4. Apa saja sifat dari Glass Ionomer Cement (GIC)? 5. Bagaimana mekanisme manipulasi Glass Ionomer Cement (GIC)?
1.3 Tujuan penulisan 1. Mengetahui definisi dari Glass Ionomer Cement (GIC) 2. Mengetahui klasifikasi dari Glass Ionomer Cement (GIC) 3. Mengetahui komposisi dari Glass Ionomer Cement (GIC) 4. Mengetahui sifat dari Glass Ionomer Cement (GIC) 5. Mengetahui mekanisme manipulasi Glass Ionomer Cement (GIC)
1.4 Manfaat Penulisan 1. Diketahuinya definisi dari Glass Ionomer Cement (GIC) 2. Diketahuinya klasifikasi dari Glass Ionomer Cement (GIC) 3. Diketahuinya komposisi dari Glass Ionomer Cement (GIC) 4. Diketahuinya sifat dari Glass Ionomer Cement (GIC) 5. Diketahuinya mekanisme perlekatan dari Glass Ionomer Cement (GIC)
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Glass Ionomer Cement (GIC) Glass Ionomer Cement atau yang disebut GIC merupakan material restorasi yang terdiri dari bubuk (powder) kaca dan cairan (liquid) asam polialkenoat. GIC digunakan sebagai restorasi intermediate, bahan pelapis adhesif pada kavitas (sandwich technique), sementasi mahkota, mahkota jembatan, fissure sealent, serta sebagai pelapis komposit. Sifat GIC yang adhesif ke permukaan enamel dan dentin, melepaskan fluor ke jaringan gigi, biokompatibel pada jaringan pulpa, dan koefisien termal ekspansi sama dengan gigi membuat GIC banyak digunakan oleh dokter gigi dan terus dikembangkan (Suprastiwi E, 2009). 2.2 Klasifikasi Glass Ionomer Cement (GIC) Pengertian glass ionomer cement harus diterapkan hanya untuk bahan yang menggunakan cara reaksi asam dasar sebagai bagian dari pengaturan reaksi dan menunjukkan flourida yang terlepas. Dalam penggunananya , ada beberapa aplikasi untuk glass ionomer cement
dan dapat
diklasifikasi
sebagai
berikut:
(Suprastiwi E., 2009) (Sulastri S., 2017) a. Type I Luting cements Sebagai perekatan mahkota, jembatan, veneer dan lainnya. Berikatan dengan dentin, enamel, logam mulia, dan porselen, translusensi dengan tekanan yang tinggi.
b. Type II Restorasi Digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi servikal, berdasarkan cara pengaplikasiannya terdapat dua jenis, yaitu semen restorative estetik dan semen restorative reinforced.
3
c. Type III lining dan base Pada teknik sandwich, GIC digunakan sebagai pengganti dentin, dan komposit sebagai pengganti enamel.
d. Type IV Fissure sealant Pencampuran bahan dengan konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir kedaerah yang sempit seperti celah gigi posterior.
e. Type V Orthodontic cement GIC memiliki ikatan langsung kejaringan gigi oleh interaksi ion polyacrylate dan Kristal hidroksiapatit untuk menghindari etsa asam.
f. Type VI Core Build-Up Beberapa dokter gigi menggunakan GIC sebagai inti (core) karena kemudahannya jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik dalam koefisien ekspansi termal.
g. Type VII Fluoride Releasing h. Type VIII ART (atraumatic restorative technique) i. Type IX Deciduous Teeth. (Suprastiwi E., 2009) (Sulastri S., 2017) Pada dasarnya semua kelompok tersebut mempunyai struktur kimia yang sama hanya saja memiliki ratio powder/liquid dan ukuran partikel powder yang berbeda untuk menunjang fungsi yang diharapkan. Standarnya semen tidak menyebabkan kerusakan pada gigi , mempunyai kesamaan sifat fisik tujuan penggunaanya, dan menyediakan sifat pasif dan aktiv (bioaktiv), sehingga tubuh tidak mendeteksi sebagai benda asing, bertujuan untuk penyembuhan luka pada jaringan dapat dimulai secepat mungkin. Semen gigi merupakan bahan bertujuan untuk mengatur intra oral dan biasanya digunakan sebagai penambal gigi dan prosthesis. Dapat diklasifikasikan berdasarkan reaksi komponen kimia untamanya, yaitu:
4
1. Semen Ionomer kaca konvensional Semen ionomer kaca konvensional pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Wilson dan Kent. Bahannya berasal dari asam polialkenoat cair seperti asam poliakrilik dan komponen kaca yang biasanya adalah fluoroalumino silicat. Reaksi asam basa terjadi saat powder dan liquid dicampur menjadi satu. 2. Resin –modified glass ionomer cement Sement ini mengkombinasikan reaksi asam-basa ionomer kaca tradisional dengan reaksi polimerisasi amine-peroksida (self-cured). Resin-modified glass ionomer cement dikembagkan pada tahun 1992 dalam bentuk paling sederhan adalah semen ionomer kaca yang mengandung sedikit komponen resin larut dalam air, yang dapat dipolimerisasi. Bahan yang lebih kompleks telah dikembangkan dengan memodifikasi asam polialkenoat dengan rantai samping yang dapat dipolimerisasi
menggunakan
mekanisme light-cured dengan adanya photon initiators, namun pengerasan tetap terjadi melalui reaksi asam-basa.
3. Metal- reinforced glass ionomer cements Metal- reinforced glass ionomer cements pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977. Penambahan bubuk campuran perak-amalgam pada bahan konvensional meningkatkan kekuatan fisik sement dan memberikan radiopasitas. Partikel perak dilelehkan sehingga membentuk serpihanserpihan seperti kaca, dan sejumlah produk kemudian muncul dimana kandungan campuran amalgam telah ditetapkan untuk memperbaiki keluhan sampai tingkat yang dikatakan menghasilkan sifat mekanis optimum untuk metal-reiforced glass ionomer cement (Annusavice., 2012) 2.3 Komposisi Glass Ionomer Cement (GIC) GIC terdiri dari bubuk (powder) kaca yang dikombinasikan dengan cairan (liquid) asam. Bubuk pada GIC yaitu calcium flouroalumino silicate glass yang di dalamnya terkandung Silica (SiO 2 ) 35,2-41,9%, Alumina (Al 2 O 3 ) 20,1-28,6%,
5
Aluminium Flouride (AlF 3 ) 1,6-8,9%, Calsium Flouride (CaF 2 ) 15,7-20,1%, Na3 AlF 64,1-9,3%, dan Aluminium Fosfat (AlPO 4 ) 3,8-12,1% yang larut dalam cairan asam. Ditambahkan pula Lanthanum, stronsium, barium, dan oksida seng untuk mendapatkan sifat radiopak. Kemudian, cairan GIC mengandung air dan polyacrylic acid dengan konsentrasi 40 – 50 %, terkadang ditambahkan asam maleic atau asamfumarik (Septishelya et al., 2016).
2.4 Sifat Glass Ionomer Cement (GIC) 2.4.1 Sifat Fisik a. GIC lebih elastis dan lebih rentan terhadap deformasi elastis karena modulus elastisitasnya ½ dari seng fosfat. b. GIC bersifat adhesive (pelekatan) ke permukaan dentin dan email (juga pada base metal alloy tuang) c. Sifat translusensi kurang baik, bahan-bahan yang terbaru memberikan estetik yang baik d. Karena perbedaan kekuatan dan tegangan tariknya, GIC tidak digunakan untuk membuat crown seperti semen seng fosfat lakukan (Sheridan, 2010). 2.4.2 Sifat Biologis a. GIC memiliki biokompabilias yang baik sehingga banyak digunakan b. Lutting cement menyebabkan sensitivitas pada gigi c. GIC melepaskan ion fulorida (jangka waktu yang lama) ke jaringan gigi dan dapat hilangkan kesensitifan gigi dan mencegah terjadinya karies pada gigi (anti karsiogenik) d. Sebab inflamasi e. Memiliki efek terhadap jaringan gingiva (Sheridan, 2010).
6
2.4.3 Sifat Mekanik a. GIC memiliki sifat kekerasan yang baik b. Memiliki sifat anti karies karena kemampuannya melepaskan fluor c. Memiliki sifat ketahanan bahkan setelah 10 tahun d. Kekuatan/ strength yang lemah sehingga rentang terhadap fraktur (Annusavice, 2012)
2.4 Mekanisme Perlekatan Glass Ionomer Cement (GIC) Retensi semen ionomer kaca terhadap jaringan gigi berupa ikatan fisiko kimia tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimia berupa ikatan ion kalsium yang berasal dari jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil). Gugus Karboksil multiple membentuk ikatan hydrogen yang kuat. Dan memungkinkan pasta semen untuk membasahi, adaptasi dan melekat pada permukaan email. Air memegang peran penting selama proses pengerasan dan apabila terjadi penyerapan air maka akan mengubah sifat fisik GIC. Kontaminasi dengan saliva akan menyebabkan GIC mengalami pelarutan dan daya adhesinya terhadap gigi akan menurun dan juga rentan terhadap kehilangan air beberapa waktu setelah penumpatan (Sulastri; 2017). Pada pencampuran bubuk dan cairan atau bubuk dan air asam perlahan mendegradasi bagian luar lapisan partikel kaca yang melepaskan ion Ca2 + dan Al3 +. Selama tahap awal setting, Ca2+ dirilis lebih cepat dan terutama bertanggung jawab untuk bereaksi dengan polyacid untuk membentuk reaksi produk. Al3 + dilepaskan lebih lambat dan terlibat pada tahap selanjutnya, sering disebut sebagai sekunder tahap reaksi. Bahan yang diatur terdiri dari inti kaca yang tidak bereaksi dan tertanam dalam matriks polyacid cross-linked. Tahap kedua dari reaksi setting melibatkan penggabungan jumlah yang signifikan aluminium dalam struktur matriks dan menghasilkan kematangan yang ditandai dari sifat fisik dari materi. Sebelum tahap ini, materi tetap sangat lemah dan larut. Untuk memastikan bahwa
7
reaksi berlangsung menuju kematangan penuh penting bahwa semen pengaturan dilindungi dari kontaminasi kelembaban yang berlebihan sejak kehadirannya jumlah air yang tidak proporsional di tahap ini dapat mengganggu pembentukan garam.
Kehadiran
asam
tartarat
memainkan
signifikan
bagian
dalam
mengendalikan karakteristik setting dari bahan. Ini membantu memecah lapisan permukaan partikel kaca, aluminium yang dengan cepat dibebaskan ion yang mengalami pembentukan kompleks. Oleh karena itu ion aluminium tidak segera tersedia untuk reaksi dengan polyacid sehingga waktu kerja semen dipertahankan. Setting awal selanjutnya dihambat oleh asam tartarat yang menghambat pelepasan dan ionisasi dari rantai polyacid. Saat konsentrasi aluminium terlarut mencapai tingkat tertentu tahap kedua dari hasil reaksi pengaturan dengan cepat. Asam tartarat membantu pembentukan kompleks antara polyacid dan trivalen ion aluminium dengan mengatasi rintangan masalah yang mungkin terjadi ketika sebuah aluminium ion mencoba pembentukan garam dengan tiga karboksilat kelompok asam. Makanya banyak garam aluminium link terdiri dari ion aluminium yang terikat ke dua kelompok karboksilat dan satu grup tartrat. Ini mekanisme didukung oleh fakta yang ada sangat sedikit asam tartarat yang tidak terikat tersisa di set semen. Pelepasan ion fluoride dari kaca hasil partikel dalam fase matriks dari himpunan material menjadi reservoir untuk fluoride. Setelah pengaturan matriks mampu melepaskan fluoride ini ke lingkungan sekitarnya atau untuk menyerap fluoride dari lingkungan ketika ambient konsentrasi fluoride tinggi (misalnya dari fluoride mengandung pasta gigi). Selain potensi efek pengobatan dari fluoride terkonsentrasi dalam fase matriks, kehadirannya juga dianggap untuk berkontribusi terhadap mengoptimalkan karakteristik pengaturan dengan mempertahankan kemampuan kerja lebih lama periode diikuti oleh peningkatan yang relatif tajam viskositas (Walls et al; 2008). Pada bagian akhir pengunaan semen ionomer kaca berbasis air dan karenanya sangat rentan terhadap kekeringan atau kontaminasi kelembaban yang berlebihan selama awal fase reaksi setting GIC. GIC klinis tercapai dengan berikatannya semua bagian melalui proses kimia formasi semen. Pematangan berlanjut untuk pada setidaknya satu jam dengan beberapa bahan, hingga 24 jam. Permukaan semen harus dilindungi selama periode waktu itu. Untuk mendapatkan
8
hasil yang maksimum, maka selama proses pengerasan GIC perlu dilakukan perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan saliva dan udara dengan isolasi dan bahan yang kedap air (Walls et al; 2008).
9
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan a. Bubuk dan cairan glass ionomer tipe II
b. Vaselin
3.2 Alat a. Pengaduk plastic
b. Paper pad
c. Celluloid strip
10
d. Lempeng kaca
e. Cetakan plasik ukuran diameter 10 mm, tebal 1 mm f. Plastic filling instrument
g. Sonde
11
3.3 Cara Kerja a. Permukaan cetakan dan pita seluloid diolesi dengan vaselin, kemudian cetakan diletakkan di atas pita seluloid dan lempeng kaca.
b. Bubuk ambil 1 sendok takar, letakkan di atas paper pad.
c. Cairan diteteskan 1 tetes, dengan cara memegang botol secara vertikal kemudian ditekan perlahan-lahan, diteteskan di dekat bubuk (P : L = 3,8 : 1 merk Chem Flex).
(1)
(2)
d. Waktu awal pencampuran dicatat menggunakan stopwatch. Bubuk dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama dicampur dengan cairan selama 5 detik, kemudian ditambahkan bubuk bagian kedua dan diaduk kurang lebih
12
selama 10 detik sampai homogen. Total waktu pencampuran adalah 20 detik.
(1)
(2)
e. Adonan dimasukkan kedalam cetakan menggunakan plastic filling instrument kemudian permukaan diratakan. Permukaan adonan ditutup dengan pita seluloid. Working time mulai awal pengadukan sampai 1,5 menit.
Setting time diukur dengan menusuk permukaan adonan glass ionomer menggunakan ujung sonde, hingga sonde tidak dapat menembus permukaan adonan. Setting time dicatat yang dihitung sejak awal pencampuran hingga semen mengeras.
13
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan Setting Time Glass Ionomer Cement (GIC) No.
Rasio Bubuk 1 Sendok dan
Rasio Cairan Lebih Banyak
Cairan 1 Tetes
1.
3 Menit 2 Detik
3 Menit 24 Detik
4.2 Pembahasan Pada praktikum ini, kami melakukan percobaan menggunakan GIC sebagai bahan uji dan percobaan.
Percobaan dilakukan dengan mencampurkan 1 sendok bubuk dengan 1 tetes cairan. Bubuk dibagi menjadi 3 bagian, lalu dicampurkan dengan cairan dan diaduk dengan cara gerakan melipat agar adonan tidak menempel di spatula. Perbandingan bubuk dan cairan mempengaruhi setting time.
(1)
(2)
(3)
(4) 14
Gambar 1.1 (1) Sebelum dilakukan pencampuran (2) Bubuk dibagi menjadi 3 bagian (3) Pengadukan campuran bubuk dan cairan (4) Setelah selesai pengadukan
Setelah selesai dilakukan pengadukan, adonan dimasukkan ke dalam cetakan menggunakan plastic filling instrument dan kemudian permukaan diratakan. Adonan harus segera diapliakasikan karena working time setelah mixing time hanya sekitar 2 menit. Setelah itu tunggu sampai adonan mengeras hingga sonde tidak dapat menembus permukaan adonan.
(1) Gambar 1.2
(2)
(1) Adonan dimasukkan ke cetakan menggunakan plastic
filling instrument (2) Mengecek kekerasan menggunakan sonde
Setting time yang didapatkan dari praktikum manipulasi GIC adalah tiga menit dua detik. Setting time diukur dari awal pencampuran hingga mengeras sampai sonde tidak dapat menembus permukaannya. Setting time dipengaruhi oleh perbandingan rasio bubuk dan cairan, apabila jumlah bubuk lebih banyak dari cairan maka waktu setting akan semakin cepat sehingga GIC akan setting sebelum dimasukkan ke dalam cetakan. Sebaliknya, bila jumlah bubuk lebih sedikit dari cairan maka waktu setting semakin lambat. Semen GIC dengan konsistensi encer akan lebih lama mencapai setting time karena sisa reaksi lebih banyak terbentuk, sebagai akibat dari banyaknya poliakriliat. Hal ini berakibat pada pembentukan salt gel matrix yang akan menjadi berjauhan karena banyaknya sisa reaksi yang berada diantara celah partikel. GIC yang encer akan menyebabkan kesusahan dalam pengaplikasian pada cetakan karena akan meluber ke tempat yang lain.
15
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dalam percobaan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Glass Ionomer Cement (GIC) terdiri dari bubuk dan cairan yang melakukan perlekatan secara kimia selama pengerasan. Dalam manipulasi GIC, waktu yang dibutuhkan dari awal pencampuran hingga mengeras (setting time) dapat dipengaruhi oleh perbandingan rasio bubuk dan cairan. Konsistensi GIC yang terlalu encer (banyak cairan) akan lebih lama mencapai setting time, sedangkan semakin kental konsistensi GIC (banyak bubuk) maka setting time akan semakin cepat. 5.2 Saran Diperlukan percobaan yang lebih lanjut.agar mengetahui sejauh mana pengaruh perubahan rasio bubuk / cairan terhadap setting time GIC. Penentuan rasio bubuk / cairan sesuai aturan produk sangat dianjurkan agar GIC dapat setting di waktu yang tepat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice, Kenneth J. 2012. Phillip’s Science of Dental Materials 11th Edition. Pennsylvania: Saunders Company. Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. 2013. Phillip’s Science of Dental Material 12th Edition. China: Elsevier. Astrid. 2017. Pengaruh Obat Kumur Beralkohol terhadap Kekerasan Permukaan Semen Ionomer Kaca Konvensional. Jurnal Material Kedokteran Gigi; 6(1). Roeroe VM, Wicaksono DA, Juliatri. 2015. Gambaran Kekuatan Tekan Bahan Tumpatan Semen Ionomer Kaca yang Direndam dalam Minuman Beralkohol. Jurnal e-GiGi; 3(1). Septishelya PF, Nahzi MYI, Dewi N. 2016. Kadar Kelarutan Fluor Glass Ionomer Cement Setelah Perendaman Air Sungai dan Akuades. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia; 2(2): 95-96. Sheridan, Carmen S. 2010. Basic guide to dental materials. Willey-blackwell. Sulastri S. 2017. Bahan Ajar Keperawatan Gigi Dental Material. Jakarta: Badan Pengembangan dan Perberdayaan Suber Daya Manusia Kesehatan. Suprastiwi E. 2009. Potensi Semen Ionomer Kaca sebagai Material Bioaktif. Jurnal PDGI; 58(2): 32-39. Walls AWG, Mccabe JF. 2008. Applied dental materials. 9th edition. Munksgaard: Blackwell.
17