LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOKIMIA
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 NURUL ARIFATUNNISA CLAUDIA RIFEGA NOOR OKTARISA TESSA WULANDARI RAYDITHO LAZUARDI NOOR JUREAN TRIABDI ERALD GIOVANNY HASIHOLAN SIMATUPANG MEGUMI WILHELMINA PAULA PALAR VANIA BELINDA SUWARNO NALTRI SILVIA NINGSIH AZHAR PUTRA PRATAMA
FASILITATOR : drg. HELENA JELITA, MM., MDSc., Sp.Perio
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA TAHUN 2015
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Setiap sel hidup dalam organisme memerlukan tenaga (energi) untuk kelangsungan hidupnya. Tenaga tersebut diperoleh dari serangkaian reaksi pembongkaran (katabolisme) bahan-bahan manakan (nutrisi) yang utamanya adalah glukosa (sumber energi utama hasil konversi energi matahari menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis). Energi tersebut selanjutnya digunakan untuk melakukan seluruh proses-proses fisiologi dan biokimia di dalam sel dan sistem tubuh melalui berbagai reaksi. Seluruh proses dan reaksi tersebut dilakukan dalam kondisi terjaga, dan memerlukan katalisator yang disebut enzim. Enzim adalah polimer biologis yang mengatalisis reaksi kimia yang memungkinkan berlangsungnya kehidupan seperti yang kita kenal. Keberadaan dan pemeliharaan rangkaian enzim yang lengkap dan seimbang merupakan hal yang esensial untuk menguraikan nutrien menjadi energi dan chemical building block (bahan dasar kimiawi); menyusun bahan – bahan dasar tersebut menjadi protein,DNA, membran, sel, dan jaringan; serta memanfaatkan energi untuk melakukan motilitas sel, fungsi saraf, dan kontraksi otot. Dengan pengecualian molekul RNA katalitik atau ribozim,enzim adalah protein. Enzim yang mengatalisis perubahan satu atau lebih senyawa (substrat) menjadi satu atau lebih senyawa lain (produk) meningkatkan laju reaksi setidaknya 106 kali dibandingkan jika dikatalisis. Seperti semua katalis lain, enzim tidak berubah secara permanen atau dikonsumsi sebagai konsekuensi dari keikutsertaannya dalam reaksi yang bersangkutan. Selain sangat efisien, enzim juga merupakan katalis yang sangat selektif. Tidak seperti kebanyakan katalis yang digunakan dalam bidang kimia sintetik, enzim bersifat spesifik baik bagi tipe reakksi yang dikatalisis maupun substrat atau substrat-substrat yang berhubungan erat. Enzim juga merupakam katalis stereospesifik dan biasanya mengatalisis reaksi dari hanya satu stereoisomer suatu senyawa, misalnya, D-gula, tetapi bukan L-gula, asam L-amino, tetapi bukan asam D-amino. Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk berbagai reaksi kimia dalam sistem biologik. Hampir setiap reaksi kimia dalam sistem biologis 2
dikatalisis oleh enzim. Sintesis enzim terjadi di dalam sel dan sebagian besar enzim dapat diekstrasi dari sel tanpa merusak fungsinya. Enzim terdistribusi di tempat – tempat tertentu di dalam sel, kurang lebih sesuai dengan golongan dan fungsinya. Meskipun jumlah enzim ada ribuan yang bersumber dari makhluk hidup. Reaksi – reaksi yang dikatalisis oleh enzim ternyata dapat digolongkan ke dalam 6 macam reaksi, yaitu : 1. Oksidoreduktase 2. Transferanse
: mengkatalisis reaksi – reaksi oksidasi reduksi. : mengkatalisis reaksi pemindahan berbagai gugus seperti amina, karboksil, karbonil, metil, asil, glikosil, atau fosforil.
3. Hidrolase
: mengkatalisis
pemutusan
ikatan
kovalen
sambil
mengikat air. 4. Liase
: mengkatalisis reaksi pemecahan ikatan kovalen tanpa mengikat air.
5. Isomerase
: mengkatalisis reaksi isomerisasi
6. Ligase (sintetase)
: mengkatalisis pembentukan ikatan kovalen.
Kespesifikan enzim dibedakan dalam kespesifikan optik dan gugus. Kespesifikan optik tampak pada enzim – enzim yang bekerja terhadap karbohidrat. Kespesifikan gugus menunjukkan bahwa enzim hanya dapat bekerja terhadap gugus tertentu. Faktor – faktor yang mempengaruhi kerja enzim antara lain suhu, pH, oksidasi oleh udara atau senyawa lain, penyinaran ultraviolet. Disamping itu,enzim dan kecepatan reaksi enzimatik dipengaruhi pula oleh konsentrasi enzim maupun substratnya. 1.2 Tujuan 1. Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim Tujuan : Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu sebanding dengan kenaikan suhu. Reaksi enzimatik mempunyai suhu optimum 2. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim
3
Tujuan : Membuktikan bahwa keasaman (pH) mempengaruhi reaksi enzimatik 3. Pengaruh Kadar Enzim terhadap Aktivitas Enzim Tujuan : Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik berbanding lurus dengan konsentrasi enzim 1.3 Dasar Teori Enzim adalah protein yang pada hakekatnya mengkatalisis semua reaksi biokimia. Enzim ini berubah menjadi sangat khas, seperti misalnya terhadap jenis reaksi yang dikatalisisnya dan bahkan tempat pada substrat khusus dimana enzim itu dapat berfungsi. Enzim memulai kegiatan dengan membentuk suatu kompleks dengan substratnya. Kompleks enzima-substrat dapat digabung menjadi satu oleh tarikan van der Waals dan tarikan elektrostatik oleh ikatan hidrogen, atau yang kurang umum oleh pembentukan ikatan kovalen. Kompleks terbentuk pada sisi aktif dari enzim. Sebagai mana protein pada umumnya, molekul enzim juga mempunyai struktur tiga dimensi. Diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, hanya satu saja yang mendukung fungsi enzim sebagai biokatalisator, diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, diperlukan suhu dan pH yang sesuai. Apabila kedua faktor tersebut tidak terpenuhi, enzim akan kehilangan sifat dan kemampuannya (Sadikin, 2002). Secara dingkat, sifat-sifat enzim tersebut antara lain (Dwidjoseputro, 1992) : 1. Berfungsi sebagi biokatalisator 2. Merupakan suatu protein 3. Bersifat khusus atau spesifik 4. Merupakan suatu koloid 5. Jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak 6. Tidak tahan panas Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik didalam maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu.Enzim menyusun sebagian besar dari protein total dalam sel. Suatu sel dapat memuat 3.000 jenis molekul enzim dan sejumlah besar molekul dari tiap jenis. Enzim dapat mempercepat reaksi kimia, sedangkan protein lain tak dapat. Oleh karena itu, enzim adalah katalis. Selain mampu meningkatkan reaksi, enzim memiliki dua sifat lain sebagai katalis sejati. Pertama, enzim tak berubah oleh reaksi yang dikatalisnya. Kedua (dan yang penting), walaupun dapat
4
mempercepat reaksi, enzim tidak mengubah kedudukan normal dari kesetimbangan kimia. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim, yaitu : a. Suhu Setiap enzim memiliki aktivitas maksimum pada temperatur tertentu, aktivitas enzim akan semakin meningkat dengan bertambahnya temperatur hingga temperatur optimum tercapai. Kenaikan temperatur di atas temperatur optimum akan menyebabkan aktivitas enzim menurun (Baehaki, 2008). Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim tidak dapat bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum. Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimum sekitar 37oC. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai ±60oC, karena terjadi denaturasi. Suhu yang tinggi akan menaikkan aktivitas enzim namun sebaliknya juga akan mendenaturasi enzim (Martoharsono, 1994). Peningkatan temperatur dapat meningkatkan kecepatan reaksi karena molekul atom mempunyai energi yang lebih besar dan mempunyai kecenderungan untuk berpindah. Ketika temperatur meningkat, proses denaturasi juga mulai berlangsung dan menghancurkan aktivitas molekul enzim. Hal ini dikarenakan adanya rantai protein yang tidak terlipat setelah pemutusan ikatan yang lemah sehingga secara keseluruhan kecepatan reaksi akan menurun (Lee, 1992).
b. pH Enzim merupakan suatu protein yang memiliki aktifitas biokimiawi sebagai katalis suatu reaksi. Karena merupakan suatu protein, enzim ini sangat rentan terhadap kondisi lingkungan. Adanya perubahan pH lingkungan akan mengakibatkan aktivitas enzim ikut mengalami perubahan meskipun masih banyak juga hal lain yang dapat mempengaruhi aktivitas enzyme misalnya temperature atau komposisi media. Karena itu tiap enzim yang mempunyai pH dan temperatur tertentu yang menyebabkan aktifitasnya mencapai keadaan optimum. Kondisi pH dan temperatur yang optimum akan mendukung enzim dalam melakukan katalisa suatu reaksi dengan baik. Sedangkan temperatur dan pH yang kurang sesuai akan mengakibatkan kerusakan atau tidak aktifnya protein dalam suatu enzim sehingga menyebabkan fungsi dan aktifitas dari enzim tersebut berkurang.
5
pH optimal enzim adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika medium menjadi sangat asam atau sangat alkalis enzim mengalami inaktivasi. Akan tetapi beberapa enzim hanya beroperasi dalam keadaan asam atau alkalis. Sebagai contoh, pepsin, enzim yang dikeluarkan ke lambung, hanya dapat berfungsi dalam kondisi asam, dengan pH optimal 2 (Gaman & Sherrington, 1994). Enzim memiliki konstanta disosiasi pada gugus asam ataupun gugus basa terutama pada residu terminal karboksil dan asam aminonya. Namun dalam suatu reaksi kimia, pH untuk suatu enzim tidak boleh terlalu asam maupun terlalu basa karena akan menurunkan kecepatan reaksi dengan terjadinya denaturasi. Sebenarnya enzim juga memiliki pH optimum tertentu, pada umumnya sekitar 5,0 – 9,0 dan pada kisaran pH tersebut enzim mempunyai kestabilan yang tinggi. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. Disamping pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH rendah atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim. c. Kadar Enzim Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik. Dapat dikatan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim [E]. Makin besar konsentrasi enzim reaksi makin cepat. v (Laju Reaksi) [E]
Laju reaksi enzimatis hingga konsentrasi tertentu akan berbanding lurus terhadap peningkatan konsentrasi enzim namun, setelah melewati daerah linier, aktivitas enzim terhambat atau menurun. Dengan demikian daerah tersebut tidak 6
tepat digunakan dalam pengkajian aktivitas enzim. Aktivitas enzim didefinisikan sebagai ukuran jumlah berkurangnya substrat (atau terbentuknya produk) per satuan waktu yang dipengaruhi oleh jumlah enzim yang digunakan untuk pengujian. Pada konsentrasi substrat tertentu, bertambahnya konsentrasi enzim secara bertingkat akan menaikkan kecepatan reaksi enzimatis. Dengan kata lain, semakin besar volume atau konsentrasi enzim, semakin tinggi pula aktivitas enzim untuk memecah substrat yang dikatalis. d. Hemolisis Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dan lain-lain. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahanlarutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung (Masters, 2002).
7
BAB II ISI 2.1 Alat dan Bahan 2.1.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivias Enzim Bahan dan pereaksi : 1. Liur, sebagai sumber amylase. Tampunglah 2 mL liur dalam gelas kimia atau tabung reaksi yang bersih atau kering. 2. Larutan pati 0,4 mg/mL 3. Larutan iodium 2.1.2 Pengaruh pH Terhadap Aktivias Enzim Bahan dan pereaksi : 1. Liur, sebagai sumber amylase. Tampunglah 2 mL dalam gelas kimia atau tabung reaksi yang bersih dan kering. 2. Larutan pati 0,4 mg/mL dilarutkan dalam berbagai pH (1,3,5,7, dan 9) 3. Larutan iodium
2.1.3 Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Aktivias Enzim Bahan dan pereaksi : 1. Liur sebagai sumber amylase. Tampunglah 2 mL dalam gelas kimia atau tabung reaksi yang bersih dan kering. 2. Larutan pati 0,4 mg/mL 3. Larutan iodium
8
2.2 Cara Kerja 2.2.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Cara kerja: 1. Encerkan liur 100 x dengan air suling. 2. Siapkan 6 tabung reaksi yang bersih. a. Pasangan pertama ditempatkan dalam bejana berisi es (0oC) b. Pasangan kedua ditempatkan dalam bejana berisi air, yang suhunya dipertahankan tetap pada 25oC c. Pasangan ketiga ditempatkan di rak tabung, pada suhu ruang. d. Pasangan keempat ditempatkan dalam pengas air yang suhunya dipertahankan tetap pada 37oC. e. Pasangan kelima ditempatkan dalam penangas air yang suhunya dipertahankan tetap pada 60oC. f. Pasangan keenan ditempatkan dalam penangas air mendidih (100oC). Tiap pasangan tabung diberi tanda B untuk blanko dan U untuk uji. Keram pasangan tabung pada setiap suhu selama paling sedikit 5 menit. 3. Pipetkan ke dalam tiap-tiap tabung. LARUTAN Larutan pati
TABUNG B
TABUNG U
1 mL
1 mL
Keram pasangan tabung dari tiap tiap suhu paling sedikit 5 menit Liur (diencerkan 100x)
-
200 mL
Campurkan baik-baik, keram tepat 1 menit
4.
S Larutan iodium (untuk suhu
1 mL
1 mL
8 mL
8 mL
o o e 60 C dan 100 C penambahan
g dilakukan di luar penangas) e Air suling
ra baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung sel serapan (∆ A) antara tabung B (A pada t = 0 menit) dengan tabung U tiap suhu. 9
4. Buatlah tabel berikut ini: SUHU
AB
0oC
0,39
AU
∆ A/menit (v)
25oC Suhu ruang 37oC 60oC
0,021
0,003
100oC
0,39
0,002
5. Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan kecepatan reaksi enzimatik (v = ∆ A/menit) dengan suhu. 2.2.2 Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Cara kerja: 1. Encerkan liur 100 x dengan air suling 2. Siapkan 6 pasang tabung reaksi yang bersih. Tiap pasangan tabung diberi tanda B untuk blanko dan Uuntuk uji. 3. Pipetkan ke dalam tiap tiap tabung. LARUTAN
TABUNG B
TABUNG U
Larutan pati dalam berbagai pH
1 mL
1 mL
Keram pada suhu 37oC paling sedikit 5 menit Liur (diencerkan 100x)
-
200μL
Campurkan baik-baik, keram tepat 1 menit 4. S Larutan iodium e Air suling
1 mL
1 mL
8 mL
8 mL
gera baca serapan (A) pada 680 nm. Hitung ∆ A antara tabung B (A pada t = 0 menit) dengan tabung U.
10
5. Buatlah tabel berikut ini: pH
AB
AU
1
0,017
0,016
3
0,018
0,037
5
0,028
0,028
7
0,012
0,019
9
0,054
0,17
∆ A/menit (v)
5. Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan antara kecepatan reaksi enzimatik ( v = ∆A/menit) dengan pH. 2.2.3 Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Aktivitas Enzim Cara kerja : 1. Encerkan liur 100x, 200x, 300x, 400x, dan 500x dengan air suling. 2. Siapkan 5 pasang tabung reaksi yang bersih dan kering. Tiap pasangan tabung diberi tanda B untuk blanko dan U untuk uji. 3. Pipetkan ke dalam tiap-tiap tabung. LARUTAN
TABUNG B
TABUNG U
1 mL
1 mL
Larutan pati
Keram pada suhu 37oC paling sedikit 5 menit Liur
(diencerkan
100x-
-
200μL
500x) Campurkan baik-baik, keram tepat 1 menit Larutan iodium
1 mL
1 mL
Air suling
8 mL
8 mL
4. Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan antara tabung B (A pada t = 0 menit) dengan tabung U dari tiap pengenceran enzim.
11
5. Buatlah tabel sebagai berikut: Pengenceran enzim
AB
AU
∆ A/menit (v)
500x 400x 300x 200x 100x
4. Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan antara kecepatan reaksi enzimatik ( v = ∆A/menit) dengan konsentrasi atau pengencaran enzim. 2.3 Hasil dan Pembahasan 1. Pengaruh Suhu terhadap Aktifitas Enzim SUHU
AB
AU
∆ A/menit (v)
0oC
0,39
0,30
0,041 nm/menit
Suhu ruang
0,248
0,184
0,064 nm/menit
60oC
0,021
0,03
0,111 nm/menit
100oC
0,39
0,30
0,059 nm/menit
12
2. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim pH
AB
AU
∆ A/menit (v)
1
0,008
0,007
0,0135 nm/menit
3
0,005
0,014
0,015 nm/menit
5
0,018
0,004
0,118 nm/menit
7
0,020
0,010
0,099 nm/menit
9
0,003
0,009
0,1835 nm/menit
3. Pengaruh Kadar Enzim terhadap Aktivitas Enzim Pengenceran enzim
AB
AU
∆ A/menit (v)
500x
0,248
0,2445
0,0035 nm/menit
400x
0,259
0,2165
0,0425 nm/menit
300x
0,252
0,179
0,073 nm/menit
200x
0,284
0,1795
0,1045 nm/menit
100x
0,234
0,0125
0,2215 nm/menit
13
a. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Suhu optimal enzim ini akan bervariasi, tergantung pada tiap jenis organisme. Enzim amilase umumnya bekerja maksimal pada suhu tubuh normal dan aktivitasnya akan menurun seiring terjadinya penyimpangan dari suhu normal. Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalis untuk reaksi kimia, sebagian besarintrasel. Pada suhu rendah mendekati titik beku, yaitu suhu 0°C tidak akan merusak enzim tetapi enzim bersifat inaktivasi atau enzim tidak dapat bekerja. Dari hasil praktikum terlihat bahwa, dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan mencapai suhu maksium pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus menerus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi.Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimum sekitar 37oC. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada suhu 100oC, karena terjadi denaturasi.
14
b.Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Bila aktivitas enzim diukur pada pH yang berlainan, maka sebagian besar enzim didalam tubuh akan menunjukan aktivitas optimum antara pH 5,0 - 9,0, kecuali beberapa enzim misalnya pepsin (pH optimum = 2). Ini disebabkan oleh : 1. Pada pH rendah atau tingi, enzim akan mengalami denaturasi. 2. Pada pH rendah atau tinggi, enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik dengan akibat perubahan aktivitas enzim. Dari grafik hasil percobaan terlihat semakin tinggi pH semakin tinggi nilai absorbansi yang menandakan semakin tingginya laju reaksi. Namun kerja enzim juga mempunyai pH optimum yang apabila pH lingkungan dalam hal ini yaitu pH substrat sudah melebihi pH optimum maka aktivitas enzim justru akan menurun. Di luar nilai pH optimum tersebut, struktur 3 dimensi enzim mulai berubah, sehingga substrat tidak dapat lagi duduk dengan tepat di bagian molekul enzim yang mengolah substrat. Akibatnaya, proses katalisis berjalan tidak optimum. Oleh karena itu, struktur 3 dimensi berubah akibat pH yang tidak optimum. Pada percobaan ini diperoleh hasil serapan sampel (Ab dan Au) dan delta A/menit (v). Hasil praktikum pengaruh pH pada kecepatan reaksi enzimatis menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 680nm pada kelima variasi pH, dan penambahan akuades adalah tanda sebagai pengenceran. C.Pengaruh Kadar Enzim terhadap Aktivitas Enzim Semakin besar konsentrasi enzim maka makin banyak pula produk yang terbentuk dalam tiap waktu pengamatan. Dari pengamatan tersebut dapat dikatakan bahwa konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan enzim.Dengan bertambahnya waktu, pada tiap konsentrasi enzim pertambahan jumlah produk akan menunjukkan defleksi, tidak lagi berbanding lurus sejalan dengan berlalunya waktu tersebut. Sebaliknya, pada konsentrasi enzim yang rendah, dalam jangka waktu pengamatan yang sama hubungan waktu dengan jumlah produk yang dihasilkan masih berbanding lurus. Dalam volume yang sama, air liur yang mengalami pengenceran lebih banyak (500x) maka konsentrasi enzim amilasenya lebih rendah dibandingkan dengan yang sedikit mengalami pengenceran (100x).
15
Dalam volume yang sama, air liur yang mengalami pengenceran lebih banyak (500x) maka konsentrasi enzim amilasenya lebih rendah dibandingkan dengan yang sedikit mengalami pengenceran (100x). 2.4 Hemolisis NaCl
10 %
Terjadi Hemolisis
NaCl
20%
Terjadi Hemolisis
NaCl
0,9%
Tidak terjadi hemolisis
NaCl
0,1%
Tidak terjadi hemolisis
16
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari hasil praktikum ini, membuktikan bahwa suhu, pH, dan kadar enzim atau konsentrasi enzim sangat berpengaruh terhadap aktivitas atau kerja enzim. Enzim akan bekerja optimum pada suhu dan pH optimum, sedangkan kecepatan reaksi enzimatik berbanding lurus terhadap konsentrasi enzim.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Pedoman Praktikum Biologi Molekuler. Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya. 2015 2. Murray, RK., Granner,DK., Radwell, VW. Ed.Brahmn. Biokimia Harper. Ed 27. Jakarta : EGC, 2009 3. Meiyanto Edi. Konsep Dasar Enzim. Diaskes pada http://edymei.blog.ugm.ac.id/files/2008/12/vi-konsep-dasar-enzim.pdftanggal 13 April 2015. 4. http://eprints.undip.ac.id/36573/4/BAB_II_Rosi.pdfdiakses pada tanggal 12 April 2015. 5. Noviyanti, Tri., Ardiningsih, Puji ., Rahmalia, Winda. Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Daun Sansakng (Pynarrhena cauliflora Diels). Vol. 1. 2012 6. Budiman, Albar., Setyawan,Sigit. Pengaruh Konsentrasi Substrat, Lama Inkubasi dan pH dalam Proses Isolasi Enzim Xylanase dengan Menggunakan Media Jerami Padi. Semarang : Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
18
LAMPIRAN
19
20