LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DAN APIKASI MIKORIZA
OLEH AYU HIDAYATI M1A116163 SILVIKULTUR
JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2019
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Eksplorai, disebut juga penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan mencari atau melakukan penjelajahan dengan tujuan menemukan sesuatu; misalnya daerah tak dikenal, termasuk antariksa (penjelajahan angkasa), minyak bumi (eksplorasi minyak bumi), gas alam, batubara, mineral, gua, air, ataupun informasi. Pengertian eksplorasi di "Abad Informasi dan Spiritual" saat ini, juga meliputi tindakan pencarian akan pengetahuan yang tidak umum atau pencarian akan pengertian metafisika-spiritual; misalnya tentang kesadaran (consciousness), cyberspace atau noosphere. Dalam konteks riset ilmiah, eksplorasi adalah salah satu dari tiga bentuk tujuan riset, sedangkan tujuan lainnya ialah penggambaran (deskripsi) dan penjelasan (eksplanasi). Dalam hal ini, eksplorasi adalah usaha untuk membentuk pengertian umum dan awal terhadap suatu fenomena. Eksplorasi merupakan suatu bentuk kegiatan penggalian informasi atau kumpulan data-data yang dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan beberapa data maupun informasi-informasi yang nantinya akan diteliti atau di informasikan kepada pihak-pihak lain yang membutuhkanya. Sedangkan pengrtian dari ekploitasi sendiri adalah upaya atau bentuk kegiatan yang sifatnya cenderung pada penggalian potensi-potesi yang terdapat pada suatu obyek sebagai tingkat lanjut dari kegatan eksplorasi. Kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum pengusahaan bahan tambang dilaksanakan mengingat keberadaan bahan galian yang penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis tergali. Sehingga
untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan serta cara pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga dan modal, disamping untuk mengurangi resiko kegagalan, kerugian materi, kecelakaan kerja, dan kerusakan lingkungan. Mikoriza merupakan salah satu bentuk hubungan mutualisme antara fungi tertentu dengan sistem perakaran tanaman. Hubungan tersebut memberikan keuntungan baik untuk fungi maupun tanaman. Salah satu je- nis fungi mikoriza yang ada yaitu Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). FMA merupakan salah satu jenis fungi tanah yang memiliki tingkat penyebaran tinggi, karena kemampuannya bersim- biosis dengan hampir 90% jenis tanaman. Fungi mikoriza pada umumnya dapat 3 ditemukan pada spesies tanaman tingkat tinggi yang tumbuh pada berbagai tipe habitat dan iklim. Adapun penyebarannya bervariasi menurut iklim, lingkungan, dan tipe penggunaan lahan. Keberadaan fungi mikoriza di alam bersifat kosmopolitan, artinya fungi mikoriza hampir pasti ada dalam kondisi tanah apapun. Keberadaan fungi mikoriza dibatasi oleh beberapa faktor antara lain kondisi tanah yang memiliki kadar salinitas yang tinggi Dari teori tersebut timbul dugaan bahwa keberadaan mikoriza membantu ketahanan mangrove terhadap salinitas, seperti yang diketahui bahwa mikoriza mampu bersimbiosis dengan berbagai jenis tana- man termasuk di tempat yang salin. Mikoriza tidak hanya berkembang pada tanah berdrainase baik, tetapi juga pada lahan tergenang. 1.2. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mendapatkan bahan analisis fungi mikoriza arbuskula.
Manfaat dari prktikum ini yaitu dapat mengetahui cara memperoleh bahan bahan analisis fungi mikoriza arbuskula 1.3. Rumusa Masalah Rumusan maalah dari praktikum ini yaitu bagaimana cara mendapatkan bahan analisis fungi mikoriza arbuskula yang baik dan benar.
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1. Waktu dan Tempat Praktikum eksplorasi alam dilakukan di ekosistem savana Kebun Raya Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, pada hari minggu, 17 Maret 2019 pada pukul 10:00 WITA- selesai. 2.2. Bahan dan Alat Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cangkul, pisau, camera, GPS, dan gunting. Bahan yang digunakan yaitu kantong plastik, spidol, kertas label, alat tulis dan bahan eksplorasi. 2.3. Prosedur kerja Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu: 1.
Menemukan luasan daerah yang akan ditelaah FMAnya dan memperhatikan sebaran nabatah, kelerangan, budidaya tanaman, dan sebagainya.
2.
Mengambil titk dengn menggunakan GPS pada setiap pohon tang akan dijadikan contoh.
3.
Mengambil contoh tanah yang akan di rizosfer setiap jenis tumbuhan yang ada dilapangan dengan menggunakan skop kecil tanah hingga kedalaman 20 cm.
4.
Contoh tanah diambil sebanyak 250 gr dari4 titik arah mata angin sehingga diperoleh 1 kg contoh tanah dari setiap jenis tumbuhan pionir.
5.
Contoh tanah dimasukan kedalam pastik sampel yang telah diberi label.
6.
Contoh akar dicuci dengan air bersih dan direndam dengan KOH 2% dan dimasukan kedalam botol vial yang telah diberi label.
7.
Kemudian contoh tanah dan akar dibawa ke laboratorium.
8.
Mengambil dokumentasi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Hasil yang diperoleh dari praktikum ini yaitu sebagai berikut: No
Gambar
Keterangan Daerah savana yang akan ditelaah FMAnya
1
Proses pengambilan titik 2
GPS
Pengambilan contoh tanah dan akar dari 4 titik arah 3
mata angin
Penyaringan
tanah
pencucian FMA 4
dan
Akar yang telah dicuci kemudian di potong5
potong sepanjang 1 cm
Pemberian KOH 2%
6
Akar dibawa kelaboratorium 7
3.2. Pembahasan Nuhamara (1994) dalam Dewi (2007) menyatakan bahwa mikoriza adalah suatu struktur yang khas yang mencerminkan adanya interaksi fungsional yang saling menguntungkan antara suatu autobion/tumbuhan tertentu dengan satu atau lebih galur mikobion dalam ruang dan waktu. Struktur yang terbentuk dari asosiasi ini tersusun secara beraturan dan memperlihatkan spektrum yang sangat luas, baik dalam hal tanaman inang, jenis fungi maupun penyebarannya. Mikoriza tersebar dari artik tundra sampai ke daerah tropis dan dari daerah bergurun pasir sampai ke hutan hujan yang melibatkan 80% jenis tumbuhan yang ada. Berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang, mikoriza dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar (tipe) yaitu ektomikoriza
dan endo- mikoriza (Rao, 1994 dalam Dewi, 2007). Namun ada juga yang membedakan menjadi 3 kelompok dengan menambah jenis ketiga yaitu peralihan dari 2 bentuk tersebut yang disebut ektendomikoriza. Pola asosiasi antara fungi dengan akar tanaman inang menyebabkan terjadinya perbedaan morfologi akar antara ektomi- koriza dengan endomikoriza. Pada ektomikoriza, jaringan hifa fungi tidak sampai masuk kedalam sel tapi berkembang diantara sel kortek akar membentuk "hartig net dan mantel dipermukaan akar. Sedangkan endomikoriza, jaringan hifa fungi masuk kedalam sel kortek akar dan membentuk struktur yang khas berbentuk oval yang disebut vesikel dan sistem percabangan hifa yang disebut arbuskula, sehing- ga endomikoriza disebut juga vesicular-arbuscular micorrhizae (VAM) (Dewi, 2007). Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) adalah fungi yang dapat bersimbiosis dengan akar tanaman dan melalui hifa eksternal mampu meningkatkan serapan hara immobil dari dalam tanah (terutama fosfor), sehingga mengurangi gejala defisiensi dan menghemat penggunaan pupuk TSP 70–90% (Wilarso 1990). FMA juga berpotensi untuk dapat menghemat penggunaan pupuk nitrogen hingga 50%, pupuk fosfat 27% dan pupuk kalium mencapai 20% (Prihastuti et al. 2010). Fungi mikoriza arbuskula (FMA) merupakan salah satu tipe fungi endomikoriza yang masuk dalam kelas Zygomycetes dengan ordo Glomales. Terdiri dari dua sub ordo yaitu sub ordo satu Gigasporineae famili Gigasporaceae dengan dua ge- nus yaitu Gigaspora dan Scuttellospora, sub ordo dua yaitu Glomineae dan terdiri dari dua famili yaitu Glomaceae dengan genus Sclerocytis dan
Glomus,
famili
Acaulosporaceae
dengan
genus
Acaulospora
dan
Entrophospora (Kramadibrata, 1999 dalam Simamora, 2015). FMA dapat
dibedakan dari ektomikoriza dengan memperhatikan karakteristik sebagai berikut : (1) sistem perakaran yang terinfeksi tidak membesar, (2) funginya membentuk struktur lapisan hifa tipis dan tidak merata pada permukaan akar, (3) hifa menyerang kedalam individu sel jaringan korteks, (4) pada umumnya ditemukan struktur khusus berbentuk oval yang disebut vesikel. Pada tipe FMA dikenal enam genus yaitu : Glomus, Sclerocytis, Giga- spora, Scutellospora, Acaulaspora, dan Entrophospora (Setiadi, 2001). Keberadaan FMA dari rhizosfer tumbuhan di alam memiliki peranan penting karena sifatnya bersimbiosis secara mutualistik dengan hampir sekitar 90% jenis tumbuhan terestrial. FMA merupakan komponen mikroorganisme yang berperan aktif membantu tanaman untuk menyerap hara dan air dari lokasi yang tidak terjangkau oleh rambut akar (Miska et al, 2016). Keanekaragaman FMA di dunia tercatat sekitar 250 jenis yang berasosiasi dengan tumbuhan yang tersebar dari daerah tropik sampai subtropik bahkan kutub utara (Schussler & Walker 2010; INVAM 2013). Di daerah tropik secara umum FMA berasosiasi dengan hampir semua tumbuhan, kecuali Dipterocarpaceae, karena kelompok tumbuhan ini berasosiasi dengan FMA ektomikoriza (Bearley 2012). Manfaat FMA secara nyata terlihat jika kondisi tanahnya miskin hara atau kondisi kering, sedangkan pada kondisi tanah yang subur peran fungi ini tidak begitu nyata (Setiadi 2001). Fungi Mikoriza Arbuskula merupakan fungi yang penyebarannya sangat luas di alam. FMA dapat ditemukan penyebarannya mulai dari daerah tropis, savana, hutan hujan, pantai, tanah gambut, tanah asam, tanah
salin, tanah bersodium, tanah kapur, bukit batu, padang pasir atau daerah kering lainnya (Brundett et al. 1996). Hasil eksplorasi FMA di bawah tegakan kelapa rozosfir Arachis pintoi adalah jenis Acaulospora-sp, Glomus-sp, Gigaspora-sp dan Sclerocystis-sp (Rumambi, 2012). Jumlah dan jenis spora mikoiza yang ditemukan dipengaruhi oleh adanya tanaman yang menjadi inangnya (Nurhatika et al., 2014). Perbedaan lokasi dan risosfir menyebabkan perbedaan keanekaragaman spesies dan populasi FMA (Baon, 2000). Mikoriza yang telah berasosiasi dengan akar tanaman untuk menyerap unsur hara P dan N (Jia et al., 2014). Eksplorasi alam FMA diharuskan untuk mengetahui keanekaragaman FMA disebaran alam savana. Dalam proses eksplorasi alam pensterilan akar dan pemerangkapan FMA sangat penting guna mengetahui jenis FMA yang ada.
IV. PENUTUP
5.1. Kesimpulan kesimpulan pada praktikum ini yaitu bahan analisisfungi mikoroza arbuskula diperoleh pada daerah savana, dengan cara eksplorasi alam yang dilakukan sesuai prosedur kerja. 5.2. Saran Saran pada praktikum ini yaitu agar para peneliti lebih banyak lagi melakukan penelitian dalam bidang ini agar lebih banyak lagi FMA yang di peroleh serta banyak menambah bahan bacaan.
DAFTAR PUSTAKA
Baon, J.B. 2000. Status Penelitian Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Pada Tanaman Perkebunan. Prosiding Seminar Mikoriza I. Bogor. Bearley FQ. 2012. Ecthomycorrhizal association of the Dipterocarpaceae. Biotropica. 4(5):637-648. Brundrett MC, Bougher N, Dell B, Grove T, Malajczuk N. 1996. Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. Canberra (AU): Australian Centre for International Agricultural Research. Dewi, I. R. 2007. Peran, prospek, dan kendala dalam pemanfaatan endomikoriza. Makalah. Universitas Padjadjaran. 54 hlm. 21 April 2014. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/06/makalah_peran_en domikoriza.pdf Jia, Y. V., M. Gray, C. J. Straker. 2014. The influence of rhizobium and arbuscular mycorrhizal fungi on nitrogen and phosphorus accumulation by Vicia faba. Animal of Botani 94:251-258. Miska.m.e.e., a. Junaedi., a.wachar dan i. Mansur. 2016. KARAKTERISASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA PADA RHIZOSFER AREN (Arenga pinnata (Wrmb) Merr.) DARI JAWA BARAT DAN BANTEN. Jurnal Silvikultur Tropika. 7 (1): 18-23 Nurhatika, S., N. Kadek, M. D. Cahyani, Anton Muhibuddin, 2014. Eksplorasi mikoriza vesikular arbuskular (mva) indigenous pada Tanah Aluvial di Kab. Pamekasan Madura. Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol 3(1): 22-25. Prihastuti, Sudaryono, Handayanto E. 2010. Keanekaragaman jenis mikoriza vesicular arbuskular dan potensinya dalam pengelolaan kesuburan lahan ultisol. Di dalam: Prihastuti, Sudaryono, Handayanto, editor. Seminar Nasional Biologi. [24–25 Sept 2010, Yogyakarta]. Yogyakarta (ID): Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Rumambi, A. 2012. Penyediaan Pakan Berkelanjutan Melalui Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula dan Aplikasi Fosfat Alam Pada Arachis pintoi cv. Amarillo dalam tumpang sari dengan jagung (Zea mays L) atau sorgum (Sorghum bicolar L, Moench). Disertasi Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Setiadi, Y . 2001. Optimalisasi Penggunaan Mikoriza Arbuskula dalam Rehabilitasi Lahan-Lahan Kritis. Disampaikan dalam Rangka “Workshop
Mikoriza untuk Pertanian Organik dan Rehabilitasi Lahan Kritis”. Balitsa, Lembang 24-29 April 2001.
DOKUMENTASI
Savana
Pengambilan 4 Titik Arah Mata Angin
Pemotongan Akar
Pemerangkapan Fma Dan Pencucian Akar
Pengambilan Sampel Tanahdan Akar
Pemberian Koh