BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menemui fenomenafenomena IPA yang menimbulkan pertanyaan dalam diri kita. Misalnya yaitu fenomena pensil yang dicelupkan ke dalam gelas yang berisi air. Pensil tersebut seolah-olah patah jika kita lihat dari samping gelas. Dalam ilmu IPA, peristiwa tersebut dinamakan sebagai pembiasan atau pembelokan. Pembiasan atau pembelokan terjadi ketika suatu benda terdapat pada medium dengan kerapatan yang berbeda, misalnya medium udara dan air. Istilah pembiasan tentu tidak lepas dengan sudut datang, sudut bias, dan garis normal. Sudut datang adalah sudut yang dibentuk suatu cahaya yang datang terhadap garis normal suatu medium. Sedangkan sudut bias adalah sudut yang dibentuk dari pembiasan cahaya datang (cahaya pantul) terhadap garis normal. Dari sudut datang dan sudut bias akan diperoleh sudut deviasi dan sudut deviasi minimum, untuk mengetahui lebih jelas cara menentukan sudut deviasi minimum tersebut kita melakukan percobaan tentang sudut deviasi minimum pada prisma. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh sudut datang (i) terhadap sudut bias (r)? 2. Bagaimana pengaruh sudut datang (i) dan sudut bias (r) terhadap sudut deviasi minium prisma? 3. Bagaimana pengaruh sudut pembias terhadap sudut deviasi minimum prisma? C. Tujuan Adapun tujuan dari percobaan cepat rambat gelombang pada tali adalah sebagai berikut : 1
Untuk mengetahui pengaruh sudut datang (i) terhadap sudut bias (r)?
1
2
Untuk mengetahui pengaruh sudut datang (i) dan sudut bias (r) terhadap sudut deviasi minium prisma?
3
Untuk mengatuhi pengaruh sudut pembias terhadap sudut deviasi minimum prisma?
2
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Prisma Prisma adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati dan mengukur sudut deviasi cahaya datang karena pembiasan dan dispersi. Ketika cahaya ini jatuh pada sisi prisma, panjang gelombang yang berbeda ini dibelokkan dengan derajat yang berbeda pula sesuai dengan Hukum Snellius. Pada pembiasan cahaya tersebut pada sudut datang tertentu, akan dihasilkan sudut deviasi minimum. Untuk sudut pembias, atau yang sering disebut, sudut puncak prisma dengan bahan prisma atau indeks bias berbeda akan dihasilkan sudut deviasi minimum yang berbeda Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati garis normal, sebab sinar datang dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar dibiaskan menjauhi garis normal, sebab sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik kurang rapat yaitu dari kaca keudara. Sehingga seberkas sinar yang melewati sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari arah semula. Prisma banyak digunakan untuk menguraikan cahaya atas komponenkomponen panjang gelombangnya sehingga diperoleh spektrum dari berkas cahaya yang digunakan deviasi yang terjadi atau daya urai warna sangat tergantung pada sifat bahannya, khususnya indeks biasnya untuk berbagai panjang gelombang. Salah satu cara untuk menentukan indeks bias prisma adalah dengan cara deviasi minimum. Sudut deviasi (D) adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang (i₁) dengan sinar bias (r₂) yang keluar dari prisma. Jika sudut datang (i1) berubah maka (D) akan berubah pula. Sudut deviasi terkecil yang dapat dihasilkan dengan mengubah sudut datang disebut sudut deviasi minimum (Dm).Besarnyasudut deviasi sinar bergantung
3
pada sudut datangnya cahaya ke prisma. Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun akan semakin kecil. B. Sudut Deviasi Minimum Cahaya yang melalui prisma akan mengalami dua kali pembiasan, yaitu saat memasuki prisma dan meninggalkan prisma. Jika sinar datang mula-mula dan sinar bias akhir diperpanjang, maka keduanya akan berpotongan di suatu titik dan membentuk sudut yang disebut sudut deviasi. Jadi, sudut deviasi (δ) adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang mula-mula dengan sinar yang meninggalkan bidang pembias atau pemantul. Perhatikan Gambar 1.
Gambar 1 Pembiasan cahaya pada prisma Sumber : jurnal.polban.ac.id Sudut di antara dua bidang permukaan tersebut disebut sudut pembias (β) sedangkan dua bidang pembatas disebut bidang pembias. Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati garis normal, sebab sinar datang dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar dibiaskan menjahui garis normal, sebab sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik kurang rapat yaitu dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang melewati sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari arah semula. Dalam pembiasan cahaya terdapat suatu hukum yang dikenal dengan Hukum
Snellius.
Hukum
Snellius adalah
rumus matematika
4
yang memberikan hubunganantara sudut datang dan sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua medium isotropik berbeda, seperti udara dan gelas atau kaca. Nama hukum ini diambil dari matematikawan Belanda Willebrord Snellius, yang merupakan salah satu penemunya. Hukum ini juga dikenal sebagai Hukum Descartes atau Hukum Pembiasan. Hukum Snellius terdiri atas dua hukum, yaitu: 1. Hukum Snellius I “Jika suatu cahaya melalui perbatasan dua jenis zat, maka garis semula tersebut adalah garis sesudah sinar itu membias dan garisnormal di titik biasnya, ketiga garis tersebut terletak dalam satu bidang datar.”
Gambar 2 Pembiasan melalui dua jenis zat Sumber : pdfcoke.com 2. Hukum Snellius 2 “Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias selalu konstan. Niali konstanta dinamakan indeks bias.”
Jika sudut yang dibentuk oleh perpotongan dari perpanjangan cahaya datang dengan perpanjangan cahaya bias yang meninggalkan prisma disebut sudut deviasi. Berdasarkan Gambar 1 diperoleh: =(
=(
) )
(
) (1)
bernilai minimum bila : (2)
5
Oleh karena sudut deviasi bergantung pada sudut datang, maka harga deviasi juga bervariasi. Sudut deviasi minimum terjadi jika i1 sama dengan r2. Dengan menggunakan persamaan Snell tentang pembiasan, didapat: (
)
(3)
Berkas sinar dalam prisma mengalami dua kali pembiasan sehingga antara berkas sinar masuk ke prisma dan berkas sinar keluar dari prisma tidak lagi sejajar. Sudut yang dibentuk antara arah sinar datang dengan arah sinar yang meninggalkan prisma disebut sudut deviasi diberi lambang D. Besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut datangnya sinar. Untuk segiempat AFBE, maka : β + ∠AFB = 180o Pada segitiga AFB, r1 + i2 + ∠AFB = 180o, sehingga diperoleh β + ∠AFB = r1 + i2 + ∠ AFB β = r1 + i 2 Pada segitiga ABC, terdapat hubungan ∠ABC + ∠BCA +∠CAB = 180o, di mana ∠ABC = r2 – i2 dan ∠CAB = i1 – r1, sehingga ∠BCA + (r2 – i2) + (i1 – r1) = 180o ∠BCA = 180o + (r1 + i2) – (i1 + r2) Besarnya sudut deviasi dapat dicari sebagai berikut. D = 180o – ∠BCA = 180o – {(180o + (r1 + i2) – (i1 + r2)} = (i1 + r2) – (i2 + r1) D = i1+ r2 – Keterangan : D = sudut deviasi i1 = sudut datang pada prisma
6
r2 = sudut bias sinar meninggalkan prisma β = sudut pembias prisma Besarnya sudut deviasi sinar bergantung pada sudut datangnya cahaya ke prisma. Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun akan semakin kecil. Sudut deviasi akan mencapai minimum (Dm) jika sudut datang cahaya ke prisma sama dengan sudut bias cahaya meninggalkan prisma atau pada saat itu berkas cahaya yang masuk ke prisma akan memotong prisma itu menjadi segitiga sama kaki, sehingga berlaku i1 = r2 = i (dengan i = sudut datang cahaya ke prisma) dan i2 = r1 = r (dengan r = sudut bias cahaya memasuki prisma). Karena β = i2 + r1 = 2r atau
dengan
demikian besarnya sudut deviasi minimum dapat dinyatakan: D = i1 + r2 – β = 2i – β atau i = (Dm + β) Menurut hukum Snellius tentang pembiasan berlaku (
)
dengan : n1 = indeks bias medium di sekitar prisma n2 = indeks bias prisma β = sudut pembias prisma Dm = sudut deviasi minimum prisma Untuk sudut pembias prisma kecil (β≤ 15o), maka berlaku sin ( = (
) dan
)
. Sehingga besarnya sudut deviasi
minimumnya dapat dinyatakan :
7
(
)
(
)
Apabila medium di sekitar prisma berupa udara maka n1 = 1 dan indeks bias prisma dinyatakan dengan n, maka berlaku : Dm = (n – 1) β Berikut adalah grafik hubungan sudut datang terhadap sudut bias:
Gambar 3 Grafik hubungan sudut datang terhadap sudut bias Sumber : nafiun.com Sumber : Fisikastudycenter.com C. Indeks Bias Berkas cahaya yang melewati dua medium yang berbeda menyebabkan cahaya berbelok. Di dalam medium yang lebih rapat, kecepatan cahaya lebih kecil dibandingkan pada medium yang kurang rapat. Oleh sebab itu cahaya membelok. Perbandingan laju cahaya dari dua medium tersebut disebut indeks bias dan diberi simbol n. Jika cahaya merambat dari udara atau hampa ke suatu medium indeks biasnya disebut indeks bias mutlak. Secara matematis dituliskan :
Keterangan : 8
n = indeks bias c = laju cahaya (m/s) v = laju cahaya dalam medium (m/s) Pembiasan cahaya terjadi apabila cahaya melewati medium berbeda yang memiliki indeks bias berbeda pula. Cahaya dari medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal dan sebaliknya. Sesuai dengan hukum snellius :
Indeks bias mutlak dan beberapa medium dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Indeks Bias Mutlak sebagai Medium
Sumber : fisikabc.com Pembiasan terjadi apabila cahaya melewati batas dua medium. Seberkas cahaya (sinar) yang datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat akan dibiaskan mendekati garis normal. Ini berarti, sudut datang (θi) lebih besar daripada sudut bias (θr). Sudut datang adalah sudut yang dibentuk oleh sinar datang dengan garis normal permukaan. Sementara, sudut bias adalah sudut yang dibentuk oleh sinar bias dengan garis normal. D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori diatas, dapat dibuat hipotesis seperti berikut : 9
1. Semakin besar sudut datang maka sudut bias akan semakin kecil sampai suatu titik kemudian semakin besar sudut datang maka semakin besar pula sudut bias 2. Jika nilai sudut datang dan sudut bias sama besar maka akan terbentuk sudut deviasi minimum prisma 3. Jika semakin besar sudut pembias maka sudut deviasi minimum akan semakin kecil
10
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Percobaan Adapun jenis praktikum yang kami lakukan adalah percobaan karena menggunakan variabel dan definisi operasional B. Waktu dan Tempat Percobaan Pada praktikum ini kami melaksanakan praktikum di Tempat
: Laboratorium IPA FMIPA UNESA
Waktu
: 07.00 WIB
Tanggal praktikum
: 20 Februari 2019
C. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Alat : 1. Prisma kaca 90o
1 buah
2. Prima kaca 60o
1 buah
3. Jarum pentul
10 buah
4. Penggaris 30 cm mika
1 buah
5. Busur derajat 180o
1 buah
6. Ballpoint warna
2 buah
7. Sterofom
1 buah
Bahan : 1. Kertas putih HVS A4
10 lembar
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Manipulasi Definisi Operasional
: Sudut datang : Pada percobaan ini sudut datang yang digunakan adalah 35o, 40o , 45o, 50o, 55o , 60odan 65o
2. Variabel Kontrol Definisi Operasional
: Jenis prisma : Pada percobaan ini jenis prisma yang digunakan adalah prisma kaca
3. Variabel Respon
: Sudut bias 11
Definisi Operasional
: Pada percobaan ini responnya adalah sudut bias.
. E. Rancangan Percobaan
𝛽
sudut deviasideviasi
n1 i1 Sinar datang
n1
𝛿
r1
i2
r2
sinar keluar
n2 Sumber : Fisikazone.com F. Langkah Kerja 1. Meletakkan kertas HVS A4 diatas styrofom 2. Meletakkan prisma diatas kertas HVS A4 3. Menggambar prisma diatas kertas HVS A4 4. Membuat garis normal (N1) pada sisi bidang pertama 5. Membuat sudut sinar datang sesuai yang diinginkan 6. Menancapkan jarum pentul pada garis sinar datang 7. Membuat garis normal (N2) yang kedua 8. Mengamati pembiasan yang terjadi 9. Mengetahui pembiasaannya lalu menancapkan jarum pentulnya sesuai dengan pembiasan yang diketahui 10. Menghitung deviasi prisma dan sudut bias cahaya 11. Mengulang percobaan sebanyak 14 kali dengan 7 kali prssma 60ᵒ dan 7 kali prisma 90ᵒ
12
BAB IV DATA DAN ANALISIS A. Data Berdasarkan percobaan terkait “Deviasi Minimum Prisma” yang telah dilakukan, diperoleh data seperti pada tabel berikut : Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Deviasi Minimum Prisma No
Sudut Prisma (β)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Sudut Datang (ι)
Sudut Bias (r)
Sudut Deviasi (δ)
35⁰ 40⁰ 45⁰ 50⁰ 55⁰ 60⁰ 65⁰ 35⁰ 40⁰ 45⁰ 50⁰ 55⁰ 60⁰ 65⁰
60⁰ 50⁰ 47⁰ 40⁰ 37⁰ 36⁰ 32⁰ 33⁰ 27⁰ 28⁰ 34⁰ 35⁰ 33⁰ 33⁰
35⁰ 30⁰ 32⁰ 30⁰ 32⁰ 36⁰ 37⁰ 23⁰ 22⁰ 28⁰ 39⁰ 45⁰ 48⁰ 53⁰
60⁰
45⁰
B. Analisis Berdasarkan data yang dibuat grafik sudut datang (i) terhadap sudut deviasi (δ) sebagai berikut :
Grafik i terhadap δ pada β 60⁰ 40 35 30 25 20 15 10 5 0 35
40
45
50
55
60
65
13
Pada grafik terlihat bahwa besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut datangnya sinar. Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun semakin kecil. Sudut deviasi akan mencapai minimum jika sudut datang cahaya sama dengan sudut bis. Dilihat pada grafik sudut deviasi minimum terletak pada sudut 40⁰ dan 50⁰ yang sudut biasnya 50⁰ dan 40⁰. Grafik tersebut pada prisma β 60⁰
Grafik i terhadap δ pada β 45⁰ 60 50
40 30 20 10 0
35
40
45
50
55
60
65
Pada grafik prisma dengan β 45⁰ tersebut dapat dilihat bahwa sudut deviasi bertambah besar seiring dengan bertambahnya besar sudut datang (i) tetapi jika sudut datang (i) terus diperbesar sudut deviasi tidak lagi ikut mengecil justru kembali membesar. Dikatakan sudut deviasi minimum pada saat sudut datang sama dengan sudut bias (r2). Terlihat pada ketika sudut datang 35⁰ deviasi 23⁰, ketika sudut datang bertambah menjadi 40⁰ deviasi semakin kecil 22⁰, dan ketika sudut datangnya 45⁰ sudut deviasinya menjadi 28⁰, pada sudut datangnya 50⁰ sudut deviaisi tidak lagi menjadi kecil namun nilainya 39⁰, pada sudut datangnya 55⁰ sudut deviaisinya sebesar 45⁰, pada sudut datang 60⁰ sudut deviasi 48⁰, sudut datang 65⁰ deviasi menjadi 53⁰. C. Pembahasan 1. Buat grafik terhadap i1. Berdasarkan grafik tersebut, lakukan intrapolasi (memperkirakan berdasarkan kecenderung-an kurva) untuk mendapatkan harga deviasi minimum.
14
a. Prisma dengan sudut prisma (β) sebesar 45⁰ Dari data percobaan pertama yaitu pada prisma dengan sudut prisma (β) sebesar 45⁰ dapat dibuat grafik hubungan antara δ terhadap i2 yaitu sebagai berikut :
Grafik i terhadap δ pada β 60⁰ 40 35 30 25 20 15 10 5 0 35
40
45
50
55
60
65
Dari grafik tersebut, dapat diketahui bahwa garis grafik ada peningkatan pada data sudut datang. Grafik tersebut menunjukkan bahwa besar sudut datang maka belum tentu sudut deviasi semakin besar. Hal ini tidak sesuai dengan dasar teori yang ada yang menyatakan bahwa semakin besar sudut datang maka sudut deviasi juga semakin besar b. Prisma dengan sudut prisma (β) sebesar 60⁰ Dari data percobaan pertama yaitu pada prisma dengan sudut prisma sebesar 60⁰ dapat dibuat grafik hubungan antara δ terhadap i 2 yaitu sebagai berikut
Grafik i terhadap δ pada β 45⁰ 60 40
20 0 35
40
45
50
55
60
65
15
Dari grafik tersebut, dapat diketahui bahwa semakin besar nilai sudut datang maka semakin besar nilai sudut deviasi. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang ada. 2. Bandingkan hasil deviasi minimum Anda dengan hasil perhitungan berdasarkan nilai indeks bias prisma dan sudut pembias prisma tersebut. Pada percobaan pertama yaitu pada prisma dengan sudut deviasi minimum prisma 450, diperoleh nilai sudut deviasi minimum prisma (δm) ( ) dengan rumus didapatkan hasil 21,9 lalu sinar datangnya sebesar 33,5. Pada sudut deviasi minimum prisma 60 0 sebesar 37,18 dan sudut datangnya sebesar 48,5 3. Lakukan analisis, mengapa hasilnya seperti yang Anda temukan. Hal tersebut dikarenakan pada saat hasil percobaan pada praktikum kali ini nilai antara sudut datang dengan sudut bias prisma (baik pada prisma 45⁰ ataupun 60⁰) besarnya tidak sama. Sehingga tidak didapatkan nilai indeks bias minimum prisma, yang menurut teoritis menyatakan bahwa indeks bias minimum pada prisma akan didapatkan jika nilai sudut datang sama besarnya dengan sudut dan sudut bias prisma. Namun data yang kelompok kami peroleh tidak menemukan hasil yang sama antara sudut datang dan sudut bias. Perolehan nilai sudut bias yang tidak sama dengan sudut datang tersebut dikarenakan tidak telitinya pengamat ketika melihat garis bias, kurang terampilnya pengamat menggunakan alat percobaan. Dari percobaan yang telah kelompok kami lakukan pada kedua prisma tersebut didapatkan taraf ketelitian pada percobaan pertama yaitu sudut deviasi 60 0 sebesar 88% , sedangkan pada percobaan kedua sudut deviasi 45 0 adalah sebesar 52% .
16
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data dan analisis tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai sudut deviasi minimum dapat diperoleh dengan mengetahui nilai sudut datang, sudut bias, indeks medium, dan nilai β prisma terlebih dahulu. Kemudian dari data tersebut digunakan rumus
(
)
untuk memperoleh nilai sudut deviasi minimumnya. Besarnya sudut datang akan mempengaruhi besarnya sudut bias yang dihasilkan, artinya semakin besar nilai sudut datang maka semakin besar pula nilai sudut bias yang dihasilkan. Sedangkan, sudut deviasi minimum akan dicapai ketika nilai sudut datang dan sudut bias besarnya sama. B. Saran Untuk memperoleh sudut deviasi minimum, maka antara sudut datang dan sudut biasnya seharusnya sama besar. Oleh karena itu sebaiknya praktikan harus lebih teliti dan seksama ketika melihat sudut bias yang terbentuk, lebih tepat ketika menandai dengan jarum pentul, lebih terampil dalam menggunakan busur dan membaca skala.
17
DAFTAR PUSTAKA Elvika.
Tanpa tahun. Indeks bias prisma. (https://www.pdfcoke.com/doc/245579347/Indeks-Bias-Prisma) pada tanggal 26 Februari 2019
(daring), diakses
Fisika Zone. 2014. Sudut Deviasi Pembiasan Cahaya Pada Prisma. (daring), (http://fisikazone.com/pembiasan-cahaya-pada-prisma/.) diakses pada 17 Februari 2019 Giancoli, D.C. 2001. Fisika jilid 1 edisi kelima. Jakarta : Erlangga. H., Kunlestiowati dkk. 2016. Penentuan Sudut Deviasi Minimum Prisma Melalui Peristiwa Pembiasan Cahaya Berbantuan Komputer. [pdf] MIPA,
Survivor.
2017.
Indeks
Bias.
(daring),
(www.fisikabc.com/2017/10/indeks-bias.html) diakses pada 19 Februari 2019 Nafiun. 2014. Pengertian dispersi fisika pembiasan cahaya pada prisma, sudut dispersi, sifat gelombang cahaya, rumus dan contoh soal. (daring) ,(http://www.nafiun.com/2014/06/pengertian-dispersi-fisika-pembiasancahaya-pada-prisma-sudut-dispersi-sifat-gelombang-cahaya-rumuscontoh-soal-jawaban.html) diakses pada 26 Februari 2019 Tippler, Paul. 2004 . Physics for Scientists and Engineers:Mechanics, Oscillations and Waves, Thermodynamics (5thed.ed). W.H.Freeman
18
Lampiran Perhitungan 1. Sudut deviasi minimum prisma 600 (
)
(
) (
)
(
) (
)
(
) (
)
(
) (
)
Sudut datang (
)
(
)
2. Sudut deviasi minimum prisma 450 (
)
(
)
(
)
(
)
19
(
)
Sudut datang (
)
(
)
TARAF KETELITIAN 1. Sudut deviasi prisma 600 d2
d 35
1,86
3,4596
30
-3,14
9,8596
32
-1,14
1,2996
30
-3,14
9,8596
32
-1,14
1,2996
36
2,86
8,1796
37
3,86
14,8996
Jumlah
48,8572
Jumlah = 232 Rata-rata = 33,14
20
∑
SD = √ =√ =√
= 2,85 Ketidakpastian = Ketelitian = 100% - 12% = 88% 2. Sudut deviasi prisma 450 d2
d 23
-13,85
191,8225
22
-14,85
220,5225
28
-8,85
78,3325
39
2,15
4,6225
45
8,15
66,4225
48
11,15
124,3225
53
16.15
260,8225
Jumlah
946,8675
Jumlah = 258 Rata-rata = 36,85 ∑
SD = √ =√ =√
= 12,56 Ketidakpastian = Ketelitian = 100% - 48% = 52%
21
Lampiran Foto
Meletakkan prisma di atas kertas HVS A4 dan menggambar prisma tersebut dikertas HVS A4
lalu menancapkan jarum pentulnya sesuai dengan pembiasan yang diketahui
Membuat garis normal pada sisi bidang pertama dan membuat sudut dating sesuai dengan yang diinginkan
Menancapkan jarum pentul pada garis sinar datang dan membuat garis normal (N2) dan mengamati pembiasannya
Mengamati kembali sudut datang dan sudut pembias melalui jarum pentul yang ditancapkan kemudian diulang 14 kali
22