LAPORAN PRAKTIKUM METABOLIT SEKUNDER PERCOBAAN III TANIN
OLEH : NAMA
: NURLELA
STAMBUK
: F1E1 17 045
KELOMPOK
: II (DUA)
AISTEN PEMBIMBING
: MEGAWATI
PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Teh merupakan hasil pertanian dari daun pucuk tanaman Camellia sinensis. Tanaman tersebut umumnya dapat tumbuh dengan baik pada daerahdaerah pegunungan ataupun dataran tinggi yang memiliki iklim tropis maupun subtropis, dengan sintesis sinar matahari yang cukup dan juga hujan sepanjang tahun. Teh mengandung unsur-unsur yang berkhasiat bagi tubuh misalnya sebagai antioksidan, mampu memperbaiki sel-sel yang rusak, menghaluskan dan melangsingkan tubuh, mencegah kanker dan penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam darah, melancarkan sirkulasi darah, mampu mencegah serangan influenza dan lain-lain. Teh ini banyak mengandung senyawa tanin yang baik bagi kesehatan tubuh dan dapat menangkal radikal bebas Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada beberapa tanaman. Tanin mampu mengikat protein, sehingga protein pada tanaman dapat resisten terhadap degradasi oleh enzim protease. Tanin selain mengikat protein juga bersifat melindungi protein dari degradasi enzim mikroba maupun enzim protease pada tanaman, sehingga tanin sangat bermanfaat dalam menjaga kualitas silase. Tanin memiliki senyawa kimia yang tergolong dalam senyawa polifenol. Tanin mempunyai kemampuan mengendapkan protein, karena tanin mengandung sejumlah kelompok ikatan fungsional yang kuat dengan molekul protein yang selanjutnya akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan komplek yaitu protein tanin.
Tanin pada tanaman diklasifikasikan sebagai tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin terhidrolisis merupakan jenis tanin yang mempunyai struktur poliester yang mudah dihidrolisis oleh asam atau enzim, dan sebagai hasil hidrolisisnya adalah suatu asam polifenolat dan gula sederhana. Golongan tanin ini dapat dihidrolisis dengan asam, mineral panas dan enzim-enzim saluran pencernaan. Sedangkan tanin terkondensasi, yang sering disebut proantosianidin, merupakan polimer dari katekin dan epikatekin. Tanin yang tergolong tanin terkondensasi, banyak terdapat pada buah-buahan, biji-bijian dan tanaman pangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan praktikum tanin. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cara mempelajari isolasi tanin dari tumbuhan? 2. Bagaimana cara membandingkan kadar tanin dar berbagai jenis the? C. Tujuan Praktikum Tujuan yang dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui cara isolasi tanin dari tumbuhan 2. Untuk mengetahui cara membandingkan tanin dari berbagai jenis the
D. Manfaat Praktikum Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui cara isolasi tanin dari tumbuhan 2. Dapat mengetahui cara membandingkan kadar tanin dari berbagai jenis the
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teh Teh merupakan salah satu minuman yang sangat bermanfaat untuk kesehatan. Teh sebagai salah satu produk yang unik karena diolah dari pucuk teh Camelia sinensis var assmica. Teh hijau memiliki kandungan senyawa polifenol termasuk di dalamnya flavonoid terutama flavonols yang setara 30% dari berat daun kering. Polifenol sendiri mengandung senyawa aktif berupa katekin yang berperan untuk mengurangi daya serap sel darah terhadap zat besi sebanyak 64%. Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 g. Zat besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh, yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Lubis, dkk., 2016). B. Tanin Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, antidiare, antibakteri dan antioksidan. Tanin juga memiliki komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut. Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks mulai dari
pengendap protein hingga pengkhelat logam. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis (Malangngi dkk., 2012). C. Manfaat tanin Manfaat dari tanin adalah sebagai antibakteri yang dapat menghambat sintesis protein bakteri, sebagai antifirus dan antitumor. Tanin tertentu dapat menghambat selektivitas replikasi HIV dan juga digunakan sebagai diuretik. Tanaman yang mengandung tanin telah diakui memiliki efek farmakologi. Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat logam. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan. Sebagai anti hama untuk mencegah serangga dan fungi pada tanaman dan sebagai pelindung tanaman ketika masa pertumbuhan dari bagian tertentu tanaman, misalnya pada bagian buah, saat masih muda akan terasa pahit dan sepat (Noriko, 2013). D. Jenis-jenis tanin Tanin mempunyai berat molekul 500-3000 dan mengandung sejumlah besar gugus hidroksi fenolik memungkinkan membentuk ikatan silang yang efektif dengan protein dan molekulmolekul lain seperti polisakarida, asam amino, asam lemak dan asam nukleat. Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin yang mudah terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin yang mudah terhidrolisis merupakan polimer gallic dan ellagic acid yang berikatan ester dengan sebuah molekul gula, sedangkan tanin terkondensasi merupakan
polimer senyawa flavonoid dengan ikatan karbon-karbon berupa cathecin dan gallocathecin (Hidayah, 2016). E. Metode Pemisahan Senyawa Tanin Metode yang digunakan dalam pemisahan senyawa tanin yaitu dengan metode ekstrasi. Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, flavanoida, dan lain-lain, salah satu metode ekstraksi adalah maserasi. Maserasi merupakan suatu kegiatan dengan merendam serbuk dalam pelarut agar dapat menembus dinding sel dan masuk dalam rongga sel yang mengandung zat aktif perbedaan kosentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel yang terpekat akan didesak keluar (Mabruroh, 2015).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil pengamatan kadar tanin sebagai asam tanat No.
Sampel
1 1.
2 Teh sari murni
2.
Teh poci
3. 4.
Teh gunung mas Teh melati
5.
Teh sariwangi
Perbedaan Warna Sebelum Sesudah 3 4 Kuning Biru kecoklatan kehitaman Kuning Biru kehitaman Coklat Biru kemerahan kehitaman Biru kehitaman Biru kehitaman Kunig Biru kecoklatan kehitaman
B. Grafik Kurva Standar
Grafik 1. Kurva standar tanin sebagai asam tanat
Nilai Absorbansi (nm) 5 2,376 2,19 2,164 2,845 2,075
C. Analis Data
Tanin sebagai asam tanat % = Dik : Pengencer mg asam tanat
: 100 ml : 100 mg/cc
mL sampel yg diukur : 1 ml Berat sampel
: 10 gram
Dit : Tanin sebagai asam tanat ? Tanin sebagai asam tanat % = = = 100 % D. Pembahasan Tanin adalah senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Tumbuhan yang banyak mengandung tanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya sepat, sehingga mungkin mempunyai arti sebagai pertahanan bagi tumbuhan. Tanin mempunyai sifat sebagai agen pengkelat logam karena adanya pengaruh fenolik. Proses pengkhelatan logam dapat terjadi karena adanya kesesuaian pola subtitusi dan pH senyawa fenolik tersebut dan dengan demikian tanin akan terhidrolisis. Khelat dari senyawa tanin akan membuat logam dapat stabil dan aman di dalam tubuh (Noriko, 2013).
Praktikum ini menggunakan beberapa jenis teh berbeda yaitu teh sarimurni, teh sariwangi, teh poci, teh melati dan teh gunung mas. Kadar tanin
dianalisis
menggunakan
pereaksi
Follin
dennis
dan
diukur
menggunakan spektrofotometer. Tanin harus direaksikan dengan folin denis agar dapat dibaca serapannya pada daerah panjang gelombang ultraviolet. Folin denis berfungsi sebagai reagen pembentukan warna yang berdasarkan reaksi reduksi oksidasi, dimana tanin sebagai reduktor. Tanin yang teroksidasi akan mengubah fosmolibdat dalam folin denis menjadi fosfolibdenim yang berwarna biru yang dapat menyerap sinar pada daerah panjang gelombang ultraviolet visibel. Semakin banyak tanin yang terkandung semakin banyak fosmolibdat yang tereduksi menjadi molibdenim sehingga terbentuk warna biru dengan nilai serapan yang semakin besar (Andriyani, 2010). Analisis kadar tani juga menggunakan larutan lainnya yaitu larutan asam tanat yang merupakan salah satu senyawa polifenol alami yang mengandung gugus hidroksi fenolik dan gugus karboksil yang berfungsi sebagai pengikat tanin (Physka, 2018). Penambahan Na2CO3 pada uji fenolik bertujuan untuk membentuk suasana basa agar terjadi reaksi reduksi folin oleh gugus hidroksil dari fenolik didalam sampel. Uji kandungan total fenol dilakukan dengan metode FollinCiocalteu yang didasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna biru dari fosfomolibdatfosfotungsat yang direduksi senyawa fenolik dalam suasana basa.
Gugus hidroksil (OH) pada fenol bereaksi dengan pereaksi follin ciocalteu membentuk kompleks fosfotungstat fosfomolibdat (Gambar 1). Kompleks
tersebut
berwarna
biru
sehingga
dapat
diukur
dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Warna biru yang terbentuk apabila semakin pekat, maka setara dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk. Warna biru yang dihasilkan semakin pekat, maka semakin banyak ion fenolat yang mereduksi asam heteropoli (Rudiana, 2017). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil yaitu pada teh sari murni dengan nilai absorbansi sebesar 2,376, teh sari wangi sebesar 2,075, teh poci sebesar 2,19, teh melati sebesar 2,845, dan teh gunung mas dengan nilai absorbansi sebesar 2,164. Sampel yang memiliki nilai absorbansi paling tinggi yaitu pada sampel teh melati dengan nilai absorbansi sebesar 2,845 dan sampel yang paling rendah yaitu sampel teh sari wangi dengan nilai absorbansi sebesar 2,075.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayah, N., 2016, Pemanfaatan Senyawa Metabolit Sekunder Tanaman (Tanin dan Saponin) dalam Mengurangi Emisi Metan Ternak Ruminansia, Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 11(2): 89-98 Lubis, T.M., Zuhrawati, Susanti, F., Rusli, Asmilia, N dan Muttaqien, 2016, Pengaruh Pemberian Ekstrak Teh Hijau (Camelia sinensis) terhadap Penurunan Kadar Hemoglobin dan Nilai Hematokrit pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus), Jurnal Medika Veterinaria, 10(2): 141-143 Mabruroh, A.I., 2015, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Tanin dari daun Rumput Bambu (Lophatherum gracile Brongn) dan Identifikasinya, Skripsi, Universitas Islam Negri, Malang. Malangngi, L.P., Meiske S.S., dan Jessy J.E.P., 2012, Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.), Jurnal Mipa Unsrat Online, 1(1): 5-10 Noriko,N., 2013, Potensi Daun Teh (Camellia sinensis) dan Daun Antinganting acalypha indica L. dalam Menghambat Pertumbuhan Salmonella typhi, Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, 2(2): 104-110 Physka, D. M., 2018, Studi Analisis Pb(Ii) Menggunakan Asam Tanat Ekstrak Gambir (Uncaria Gambir Roxb.) secara Spektrofotometri Ultra unguTampak, Skripsi,