Laporan Praktikum 2 Kel 7

  • Uploaded by: Lia Hufa
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum 2 Kel 7 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,556
  • Pages: 13
LAPORAN PRAKTIKUM II PATOLOGI KLINIS

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 7

Dosen Pembimbing: dr. Bastiana, Sp.PK.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA 2019

KELOMPOK PENYUSUN 

Reina Ulfa Aprilia

NIM. 6130017008



Salsabil Nabila Wigayana Putri

NIM. 6130017009



Aulia Adila Akhmad

NIM. 6130017021



Nur Alimah Priambodo

NIM. 6130017023



Vera Saskia Prima Salsabila

NIM. 6130017033



Noor Aulia Hatikhah

NIM. 6130017042



Widya Dio Kharisma

NIM. 6130017051



Muhammad Rizal

NIM. 6130017053

Pembuatan Sediaan Hapusan Darah Tepi A. Metode Slide (Objek Glass) B. Alat dan Bahan 1. Objek glass 2. Pipet tetes 3. Tissue 4. Spesimen darah EDTA C. Prosedur kerja 1. Sediakan sebuah objek glass yang bersih, kering, bebas dari lemak dan goresan. 2. Sediakan pula objek glass yang lain, yang akan berfungsi sebagai penghampar darah (spreader) dengan pinggiran ujung yang lurus (halus) dan kedua sudutnya membulat. 3. Teteskan darah EDTA di atas objek glass. 4. Objek glass penghampar dipegang antara ibu jari dan telunjuk, kemudian ujungnya ditempatkan pada permukaan objek glass di sebelah tetesan darah sebelah dalam. 5. Dengan keadaan tetap melekat pada objek glass, penghampar ditarik ke arah tetesan darah dan tunggu sampai darah melebar ke seluruh ujung penghampar. 6. Dengan gerakan yang langsung (tidak tersendat-sendat) dan ujung tetap melekat pada penghampar didorong ke arah yang berlawanan dari arah yang semula, sudut antara penghampar dengan objek glass kurang lebih 25°. 7. Keringkan dalam suhu kamar. D. Hasil Praktikum Preparat hapusan darah dengan pewarnaan Gimsa - Wright

Pewarnaan Sediaan Hapus Darah Tepi A. Sistem pewarnaan 1. Cat giemsa 2. Cat wright B. Alat dan Bahan 1. Sediaan hapus darah tepi 2. Cat giemsa a) Pewarnaan giemsa (Giemsa stock) b) Larutan buffer pH 6,8 c) Larutkan 1 tetes giemsa stock ke dalam 19 tetes buffer Ph 6,8 d) Giemsa kerja e) Metanol f) Rak pewarna g) Pipet tetes h) Aquadest 3. Cat wright a) Pewarnaan wright b) Larutan buffer pH 6,4 c) Sediaan hapuskan darah d) Metanol e) Rak Pewarna f) Pipet tetes C. Prosedur kerja Teknik pewarnaan metode Giemsa 1. Letakkan preparat sediaan hapuskan darah yang sudah kering di atas rek pewarna, bagian hapusan menghadap ke atas. 2. Teteskan metanol ke atas sediaan hapuskan darah hingga menggenangi seluruh hapuskan darah. 3. Biarkan metanol menggenangi selama 5 menit atau hingga mengering. 4. Jika ada kelebihan metanol, buang dan biarkan sampai sediaan mengering di udara. 5. Teteskan larutan giemsa kerja di atas sediaan hapusan darah. 6. Biarkan selama 20 menit. 7. Bilas dengan aquadest. 8. Keringkan preparat di udara.

Teknik Pewarnaan Metode Wright 1. Letakkan preparat sediaan hapuskan darah yang sudah kering di atas rek pewarna bagian elusan menghadap ke atas. 2. Teteskan cat wright pada seluruh permukaan sediaan apusan darah hingga menggenangi pada permukaan. 3. Tunggu selama 2 menit untuk memberi kesempatan sel-sel darah menyerap warna. 4. Tanpa membuang cat wright yang ada, sediaan di tetesi larutan buffer pH 6,4 hingga menggenangi pada permukaan. 5. Campur larutan buffer dan cat wright ini dengan jalan meniup pelan-pelan dari ujung ke ujung sampai rata dan terdapat lapisan metalic sheen di atas cat. 6. Biarkan selama 20 menit, kemudian cat dibuang dengan jalan mengangkat ujung sediaan sampai tegak, sehingga lapisan metalic terbuang seluruhnya. 7. Segera di cuci dengan aquadest. 8. Keringkan dalam keadaan berdiri pada suhu kamar. D. Hasil Praktikum

Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit A. Sistem pewarnaan 1. Cat giemsa 2. Cat wright B. Alat dan Bahan 1. Sediaan hapusan darah yang telah diwarnai 2. Mikroskop 3. Oil Immersi 4. Counter 5. Tissue C. Prosedur kerja 1. Amati sediaan hapusan darah di bawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif dan okuler 1000x menggunakan oil immersi. 2. Tentukan wilayah perhitungan pada bagian eritrosit yang tersebar merata. 3. Hitung jenis leukosit pada tiap lapang pandang sediaan hapusan darah secara zigzag. D. Penilaian Hapusan Darah 

Pemeriksaan dengan obyektif 10 kali: a. Penilaian hapusan darah b. Kualitas hapusan darah harus baik. Lapisan darah cukup tipis sehingga sel darah merah dan leukosit terpisah. Hapusan tidak boleh mengandung endapan cat. Sel darah merah dan leukosit tercat dengan baik, tidak ada yang menggerombol pada bagian ekor hapusan. c. Penaksiran jumlah leukosit (didaerah perhitungan). d. Penaksiran proporsi jenis leukosit. e. Pemeriksaan ada tidaknya sel-sel abnormal.



Pemeriksaan dengan obyektif 100 kali menggunakan minyak imersi dengan urutan pemeriksaan sebagai berikut: a. Sel darah merah Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendapatkan kesan bagaimana warna, ukuran dan bentuk sel darah merah. b. Leukosit

Pemeriksaan leukosit dilakukan untuk mendapatkan kesan bagaimana morfologi leukosit, normal atau adakah bentuk-bentuk yang abnormal. Kesan proporsi jenis leukosit (Hitung jenis sel leukosit). c. Trombosit Pemeriksaan trombosit dilakukan untuk mendapatkan kesan jumlah maupun morfologi trombosit.

E. Hasil Praktikum Hasil dengan Metode Wright. Jenis Leukosit

1

Eosinofil

1

Basofil

1

Netrofil Stab Netrofil Segmen Limfosit

2

3

4

6

7

8

9

10

%

1

1 2

5

2

6

4

6

5

8

4

3

1 3

4

1

10

7

5

10

9

2

Monosit Jumlah

5

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

100

4

5

6

7

8

9

10

%

Hasil dengan Metode Giemsa. Jenis Leukosit Eosinofil Basofil Netrofil Stab Netrofil Segmen Limfosit

1

2

3

Monosit Jumlah

Dari Hasil-Hitung Jenis, dapat ditentukan bahwa: LIMFOSITOSIS F. Kesimpulan Dari hasil percobaan pengambilan darah di atas dapat disimpulkan bahwa didapatkan Kadar Limfosit ...%, Kadar Monosit ...%, Kadar Eosinofil ...%. Hal tersebut jika disesuaikan dengan morfologi dan kadar normal darah maka dapat dikatakan hasilnya Normal. Leukosit (White Blood Cell) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah

putih

berfungsi

untuk

membantu

tubuh

melawan

berbagai penyakit

infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Nilai normal Leukosit berbedabeda pada masing-masing usia manusia. Berdasarkan terdapatnya butiran atau granula dalam sitoplasmanya, leukosit terbagi menjadi dua, yaitu: Granulosit (Eosinofil, Basofil, Neutrofil) dan Agranulosit (Limfosit dan Monosit). Kadar sel darah putih atau leukosit dapat dipicu karena naiknya produksi leukosit guna melawan infeksi, reaksi obat-obatan, penyakit pada sumsum tulang, sehingga produksi leukosit menjadi abnormal. Namun dari perhitungan jenis leukosit di atas maka dapat dipastikan sampel darah yang diambil tidak mengalami kelainan apapun. G. Diskusi Kelompok Morfologi Sel Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Rata-rata jumlah leukosit dalam darah manusia normal adalah 5000-9000/mm3, bila jumlahnya lebih dari 10.000/mm3, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000/mm3 disebut leukopenia (Effendi, Z., 2003). Leukosit terdiri dari dua golongan utama, yaitu agranular dan granular. Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak homogen, dan intinya berbentuk bulat atau berbentuk ginjal. Leukosit granular mengandung granula spesifik (yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair) dalam sitoplasmanya dan mempunyai inti yang memperlihatkan banyak variasi dalam bentuknya. Terdapat 2 jenis leukosit agranular yaitu: limfosit yang terdiri dari sel-sel kecil dengan sitoplasma sedikit, dan monosit yang terdiri dari sel-

sel yang agak besar dan mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat 3 jenis leukosit granular yaitu neutrofil, basofil, dan eosinofil. Jenis Leukosit A. Granular Neutrofil Neutrofil (Polimorf), sel ini berdiameter 12–15 µm memilliki inti yang khas padat terdiri atas sitoplasma pucat di antara 2 hingga 5 lobus dengan rangka tidak teratur dan mengandung banyak granula merah jambu (azuropilik) atau merah lembayung. Granula terbagi menjadi granula primer yang muncul pada stadium promielosit, dan sekunder yang muncul pada stadium mielosit dan terbanyak pada neutrofil matang. Kedua granula berasal dari lisosom, yang primer mengandung mieloperoksidase, fosfatase asam dan hidrolase asam lain, yang sekunder mengandung fosfatase lindi dan lisosom. (Hoffbrand, A.V & Pettit, J.E, 1996) Kadar Normalnya neutrophil: 50-70% dari total leukosit.

Eosinofil Sel ini serupa dengan neutrofil kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar dan berwarna lebih merah gelap (karena mengandung protein basa) dan jarang terdapat lebih dari tiga lobus inti. Mielosit eosinofil dapat dikenali tetapi stadium sebelumnya tidak dapat dibedakan dari prekursor neutrofil. Waktu perjalanan dalam darah untuk eosinofil lebih lama daripada untuk neutropil. Eosinofil memasuki eksudat peradangan dan nyata memainkan peranan istimewa pada respon alergi, pada pertahanan melawan parasit dan

dalam pengeluaran fibrin yang terbentuk selama peradangan (Hoffbrand, A.V & Pettit, J.E, 1996). Kadar Normalnya eosnophil: 1-4% dari total leukosit

Basofil Basofil hanya terlihat kadang-kadang dalam darah tepi normal. Diameter basofil lebih kecil dari neutrofil yaitu sekitar 9-10 µm. Jumlahnya 1% dari total sel darah putih. Basofil memiliki banyak granula sitoplasma yang menutupi inti dan mengandung heparin dan histamin. Dalam jaringan, basofil menjadi “mast cells”. Basofil memiliki tempat-tempat perlekatan IgG dan degranulasinya dikaitan dengan pelepasan histamin. Fungsinya berperan dalam respon alergi (Hoffbrand, A.V & Pettit, J.E, 1996) Kadar Normalnya basophil: 0-1% dari total leukosit

B. Agranular Monosit

Sitoplasma yang melimpah berwarna biru pucat dan mengandung banyak vakuola halus sehingga memberi rupa seperti kaca. Granula sitoplasma juga sering ada. Prekursor monosit dalam sumsum tulang (monoblas dan promonosit) sukar dibedakan dari mieloblas dan monosit. (Hoffbrand, A.V & Pettit, J.E, 1996) Kadar Normalnya monosite : 2-10% dari total leukosit

Limfosit Intinya yang gelap berbentuk bundar atau agak berlekuk dengan kelompok kromatin kasar dan tidak berbatas tegas. Nukleoli normal terlihat. Sitoplasmanya berwarna biru-langit dan dalam kebanyakan sel, terlihat seperti bingkai halus sekitar inti. Kira-kira 10% limfosit yang beredar merupakan sel yang lebih besar dengan diameter 12-16µm dengan sitoplasma yang banyak yang mengandung sedikit granula azuropilik. Bentuk yang lebih besar ini dipercaya telah dirangsang oleh antigen, misalnya virus atau protein asing. Kadar Normalnya Limfosit : 25-40 % total dari leukosit

Daftar Pustaka Effendi Zukesti. 2003 . Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam Tubuh. Sumatera utara: Universitas sumatera utara ) Hoffbrand A.V., Pettit JE. 1996. Leukemia. Dalam: Essential Haematology. (Kapita Selekta Haematology). Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Related Documents


More Documents from "elsera"

Laporan Praktikum 2 Kel 7
August 2019 37
Hiv Smt 3 Edit
August 2019 32
Snh Lia.docx
December 2019 41
Faktur Pajak Rp.pdf
October 2019 51
Digi Tales Flyer
June 2020 33
Lp Halusinasi.docx
December 2019 41