Laporan Potensial Osmotik Sel Dgn Cara Plasmolisis.docx

  • Uploaded by: Ade Irawan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Potensial Osmotik Sel Dgn Cara Plasmolisis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,203
  • Pages: 13
I. TOPIK PRAKTIKUM “ MENGUKUR POTENSIAL OSMOTIK (PO) SEL DENGAN CARA PLASMOLISIS” II.TUJUAN PRAKTIKUM Menghitung Potensial Osmotik Cairan Sel dengan Cara Plasmolisis III. DASAR TEORI Lingkungan suatu sel meliputi sel-sel di sekitarnya dan lingkungan luar yang meliputi air, tanah dan udara tempat tumbuh dan hidup tumbuhan tersebut. Sel-sel yang bersinggungan langsung dengan lingkungan luar antara lain sel-sel yang ada di akar, batang dan daun yang kemudian meluas ke suluruh tubuh tumbuhan melalui ruang-ruang dalam sel (Tjitrosomo, Gembong 1987: 2). Molekul atau partikel air, gas dan mineral masuk ke dalam sel tumbuhan melalui proses difusi dan osmosis. Melalui proses-proses tersebut tumbuhan dapat memperoleh zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Proses difusi berlangsung dari daerah yang memilki konsentrasi partikel tinggi ke daerah yang konsentrasi partikelnya rendah. Difusi memiliki peranan penting dalam sel-sel tumbuhan yang hidup. Sel tumbuhan dapat mengalami kehilangan air, apabila potensial air di luar sel lebih rendah daripada potensial air di dalam sel. Jika sel kehilangan air cukup besar, maka ada kemungkinan volume isi sel akan menurun besar sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Artinya, membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, peristiwa ini disebut plasmolisis. Sel yang sudah terplasmolisis dapat disehatkan kembali dengan memasukkannya ke dalam air murni (Tjotrosomo, 1987: 2). Potensial air daun mempengaruhi transpirasi terutama melalui pengaruhnya terhadap membukanya stomata, tetapi juga mempengaruhi kadar uap air dalam ruang udara daun. Pengurangan potensial air sedikit tidak akan mempengaruhi transpirasi secara nyata, terutama apabila kadar uap air udara tinggi (Buana, Eqi .2011). Potensial osmosis menunjukkan status suatu larutan dan menggambarkan perbandingan proporsi zat terlarut dengan pelarutnya. Makin pekat suatu larutan akan makin rendah potensial osmosisnya. Potensial osmosis dari suatu sel dapat diukur dengan berbagai metoda. Metoda yang digunakan adalah dengan menggunakan suatu seri larutan yang konsentrasi dan PO nya diketahui, misalnya dengan larutan sukrosa. Metoda ini didasarkan pada adanya peristiwa plasmolisis, yaitu dengan menentukan suatu larutan yang hanya menyebabkan terjadinya kondisi incipient plasmolisis (Campbell. 2008). Di dalam proses osmosis, disamping komponen potensial air (PA) dan potensial tekanan (PT), komponen lain yang juga penting adalah potensial osmotik (PO). Potens

osmotik dari suatu larutan lebih menyatakan status larutan, dan status larutan dapat menyatakan konsentrasi, satuan tekanan atau satuan energi. (Sasmitamihardja, 1996 : 54) PA = PO + PT Faktor – faktor yang mempengaruhi potensial osmotik : 1. Konsentrasi, meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurukan nilai potensial osmotiknya 2. Ionisasi molekul zat terlarut, Potensial osmotik suatu larutan tidak ditentukan oleh macamnya zat, tetapi ditentukan oleh jumlah partikel yang terdapat di dalam larutan tersebut. 3. Hidrasi molekul zat terlarut Air hidrasi adalah air yang berasosiasi dengan partikel zat terlarut 4. Suhu, potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu 5. Imbibisi Imbibisi adalh peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat – zat yang hidrofilik, seperti protein, pati, selulosa yang menyebabkan zat – zat tersebut dapat mengembang setelah menyerap air tadi. (Sasmitamihardja, 1996 : 55-59) Plasmolisis adalah perisiwa lepasnya plasmalemma atau membran plasma dari dinding sel karena dehidrasi (sel kehilangan air). Peristiwa ini terjadi bila jaringan ditempatkan pada larutan yang hipertonis atau memiliki potensial osmotik lebih tinggi (Kimball, J. W. 1983). Plasmolisis merupakaan keadaan membran dari sitoplasma akan terlepas dari dinding sel. Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat permiabelnya. Permiabel dinding sel terhadap terhadap gula diperlihatkan oleh sel sel yang terplasmolisis. Plasmolisis adalah contoh kasus trasportasi sel secara osmosis. Osmosis pada hakikatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa difusi air melalui selaput permiabel secara diferensial dari suatu tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Tekana yang terjadi karena difusi disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadiinya osmosis maka semakin besar juga tekanan osmosisnya. Proses osmosis akan

berhenti jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh pebedaan konsentrasi (Campbell, 2008). Plasmolisis adalah peritstiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membrane pellasma dari dinsing sel tumbuhan jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik (larutan garam lebih dari 1%) (Rahayu, Yuni Sri.2014). Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel, sebagai unit terkecil kehidupan, terjaid sirkulasi keluar masuk suatu zat. Adanya sirkulasi ini menjelaskan bahwa sel dinamis denga lingkungannya. Jika memerlukan materi dari luar maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya dengnan mengatur tekanan agar terjadi perbedan tekanan sehinggga materi dari luar bias masuk(Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992). Plasmolisis merupakan dampak dari peritiwa osmosis. Jika sel tumbuhan dileteakkan pada larutan hipertonik. Sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut layu. Kehilangan air lebih banyak lagi meenyebabkan terjadinya plasmolisis, dimana tekanan harus berkurang sampai di suatu titik dimana sitoplasma mengerut dan menjauhi dinding sel, sehingga dapat terjadi cytorhysis – contohnya dinding sel (Suyitno. 2014) Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plamolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik (Tjitrosomo, Gembong.1987). Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalnitas tinggi ataupun larutan gula untuk menyebabkan eksosmosis (Wilkins, M. B. 1992).

IV. ALAT DAN BAHAN VI.1 Tabel Alat No

NamaAlat

Jumlah

1.

Mikroskop

1 buah

2.

Kaca Benda

1 buah

3.

KacaPenutup

1buah

4.

Silet

2buah

5.

TabungReaksi

6buah

7

RakTabung Reaksi

1buah

8.

Piring Kecil

1 buah

VI.2 Tabel Bahan No

NamaBahan

Jumlah

1.

Larutansukrosa

Secukupnya

2.

Kertas Label

3.

Rhoeo discolor

Secukupnya

4.

Air

Secukupnya

6 buah

V. PROSEDUR KERJA 1. Menyiapkan 6 buah tabung reaksi, selanjutnya isilah masing-masing tabung dengan larutan glukosa atau sukrosa hingga 1/3 tabung sesuai kadar larutan yang telah disiapkan. 2. Menyayat lapisan epidermis bawah daun Rhoeo discolor yang masih berwarna ungu (paling sedikit mengandung 25 sel) dan periksa di bawah mikroskop apakah sayatan sudah cukup baik untuk digunakan. 3. Memasukkan 2-3 sayatan pada masing-masing tabung yang sudah diisi larutan sukrosa. 4. Merendam sayatan tersebut selama 30 menit,memeriksa sayatan epidermis tadi dibawah mikroskop. 5. Mencari konsentrasi sukrosa dimna 50% dari jumlah sel mengalami plasmolisi. Larutan yang menyebabkan separo dari jumlah sel mengalami plasmolisis dianggap mempunyai potensial osmotik sama dengan cairan sel. 6. Menghitung berapa Potensial Osmotik larutan tersebut dengan menggunakan rumus: 22,4 M T PO = 273

VI .HASIL PENGAMATAN A. Data Hasil Pengamatan No. KonsentrasiLarutan JumlahSelNormal

Jumlahsel yang Persentase (%)sel Terplasmolisis yang Terplasmolisis 16 36,4 %

1.

0,14 M

96

2.

0,16 M

32

16

96,8 %

3.

0,18 M

25

15

64 %

4.

0,20 M

18

12

66,6 %

5.

0,22 M

38

31

39,4 %

6

0,24 M

50

35

32 %

Perhitungan Potensial Osmotik larutan yang terplasmolisis sebanyak 64 % : 22,4 M.T PO = 273 Maka penyelesaiannya yaitu: 22,4 M.T PO = 273 22,4. 0,18.300 PO = 273 4.43 = 273 = 0.16 atm

B. Gambar Hasil Pengamatan No.

KonsentrasiSukrosa

Sebelum direndam

Setelah direndam sel

Larutan sukrosa

(Terplasmolisis)

Keterangan

Perbesaran 1.

0,14 M

Perbesaran

2.

3.

100x

0,16 M

100x

0,18 M

Perbesaran 100x

4.

0,20 M

Perbesaran 100x

5.

0,22 M

Perbesaran 100x

Perbesaran

6. 0,24 M

100x

VII.PEMBAHASAN Klasifikasi tumbuhanRhoeo discolorsebagai berikut: Regnum

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Class

: Monocotyledoneae

Ordo

: Commelinales

Family

: Commelinaceae

Genus

: Rhoeo

Spesies

: Rhoeo discolor

Sel epidermis bawah daun Rhoeo discolor dimasukkan ke dalam larutan seri sukrosa 0,14, 0,16, 0,18, 0,20, 0,22, 0,24 M. Hal ini untuk mengetahui berapa potensial osmosis daun tersebut.Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan terlihat pada mikroskop, pada sayatan pertama sel daun Rhoeo discolor dengan jumlah sel normalnya adalah 96 yang dimasukkan kedalam larutan sukrosa 0,14 M terdapat 35 sel berplasmolosis dan 61 sel tidak berplasmolisis.Berdasarkan hasil pengamatan persentase sel yang terplasmolisis pada larutan sukrosa 0,14 M adalah 36,4%. Sedangkan sel daun Rhoeo discolor yang kedua dengan jumlah sel normalnya adalah 32 yang dimasukkan kedalam larutan sukrosa 0,16 M sel yang mengalami plasmolisis adalah 31 dan yang tidak mengalami plasmolisis ada 1 sel. Berdasarkan hasil pengamatan persentase sel yang terplasmolisis pada larutan sukrosa 0,16 M adalah 96,8%. Hal inimenyatakanbahwakeadaandimanasetengahseldarijumlahseluruhsel yang dimasukkankedalamlarutansukrosamenunjukkantanda-tandaplasmolisis. Peristiwainiterkenaldenganistilah Osmosis. Osmosis merupakanperistiwaperpindahan air daridaerah

yang

konsentrasiairnyatinggikedaerah

yang

konsentrasiairnyarendahmelaluimembransemipermeabel. Pada hasil praktikum yang ketiga dengan konsentrasi sukrosa 0, 18 M dengan jumlah sel normalnya adalah 25 dan jumlah sel yang terplasmolisis adalah 16 serta jumlah sel yang tidak terplasmolisis adalah 9 sel.

Berdasarkan hasil pengamatan persentase sel yang terplasmolisis pada larutan sukrosa 0,18 M adalah 64 %. Kemudian yang ke keempat pada konsentrasi o,22 M terdapat jumlah sel normalnya 38 sel dan jumlah sel yang terplasmolisis adalah 15 sel sedangkan jumlah sel yang tidak terplasmolisis adalah 23 sel. Berdasarkan hasil pengamatan persentase sel yang terplasmolisis pada larutan sukrosa 0,22 M adalah 39,4 %. Selanjutnya pada konsentrasi 0,20 M dengan jumlah sel normalnya adalah 18 dan jumlah sel yang terplasmolisis adalah 12, sedangkan jumlah sel yang tidak terplasmolisis adalah 6 sel. Berdasarkan hasil pengamatan persentase sel yang terplasmolisis pada larutan sukrosa 0,20 M adalah 66,6

%. Pada

konsentrasi sukrosa 0,24 M jumlah sel yang normal adalah 50 sel dan jumlah sel yang terplasmolisis adalah 16, sedangkan jumlah sel yang tidak terplasmolisis adalah 34 sel. Berdasarkan hasil pengamatan persentase sel yang terplasmolisis pada larutan sukrosa 0,24 M adalah 32 %.Berdasarkan teori semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis. Pada gambar ada sel yang terdapat warna ungu ada yang berwarna putih. Warna ungu merupakan protoplasma. Apabila mengalami plasmolisis, protoplasma akan lepas dari dinding sel sehingga warna ungu tersebut akan lepas dan akhirnya sel berwarna putih. Adapun cara kerja dari percobaan plasmolisis sel adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, mengiris setipis mungkin sampel, yaitu daun Rhoeo discolor dengan menggunakan silet lalu diletakkan di atas kaca benda dan ditutup dengan kaca penutup, setelah itu mengamatinya di bawah mikroskop kemudian foto hasil pengamatannya setelah itu menyiapkan larutan glukosa dengan konsentrasi yang berbeda yaitu : 0,16 m, 0,18 m, 0,20 m, 0,22 m, 0,24 m, 0,26 m dan 0,28 m. Lalu mengambil irisan daun Rhoeo discolor tadi yang telah diamati sebelumnya dari kaca benda dengan menggunakan pinset, kemudian rendam daun itu pada masing-masing larutan dengan konsentrasi yang berbeda beda. Perendaman membutuhkan waktu selama 30 menit. Lihat perubahan yang terjadi selama perendaman. Setelah 30 menit ambil kembali sayatan daun rhoeo discolor kemudian diletakkan lagi ke tabung reaksi, Lalu diamati kembali di bawah mikroskop, lalu melihat perubahan yang terjadi dengan mengamati sel yang mana yang plasmolisis dan mengamati berapa sisa sel yang tidak terplasmolisis pada masing-masing konsentrasi larutan. Serta menentukan larutan mana yang 50% sel-selnya mengalami plasmolisis, dengan membandingkan sampel sebelum direndam dan setelah direndam.

Mengenai waktu yang digunakan untuk merendam daun Rheo discolor adalah selama 30 menit dengan tujuan agar plasmolisis sel diamati kembali dan dibandingkan sel sebelum dan sesudah direndam dilarutan glukosa yang berkonsentrasi tinggi sampai yang terendah dan dapat diperkirakan bahwa dalam waktu 30 menit, sel sudah terplasmolisis untuk mencapai keadaan setimbangnya. Dalam percobaan plasmolisis digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor memiliki pigmen berwarna ungu (antosiatun), hal ini dimasukkan untuk mempermudah proses pengamatan. Selain itu, juga digunakan larutan glukosa berbagai konsentrasi yang berperan sebagai larutan hipertenis terhadap sel. Sebelum direndam pada larutan glukosa, sel-sel yang berwarna ungu terlihat lebih banyak dan jelas dibandingkan kloroplas yang pada saat normal, pigmen antosianin berada pada vakuola tumbuhan yang cukup besar, sedangkan kloroplas cenderung tersebar mengambang pada sitoplasma. Setelah direndam selama 30 menit terjadilah keadaan yang sangat bertolak dengan keadaan yang sebelumnya. Sel-sel berwarna ungu terlihat lebih sedikit dan kloroplas jelas terlihat. Hal ini terjadi Karen apada saat sel dan Rhoeo discolor ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka air keluar dari vakuola sehingga membrane sitoplasma akan mengkerut. Sebagaimana teori yang merupakan pengertian dari plasmolisis, sehingga pigmen antosianium di dalam vakuola tidak terlalu jelas dilihat. Saat sitoplasma mengkerut, kloroplas yang tersebar di dalam sitoplasma akan merapat sehingga bisa terlihat lebih jelas.

VIII. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa perendaman epidermis bawah daun Rhoeo discolor paling banyak mengalami plasmolisis adalah 0,18 M dengan jumlah yang terplasmolisis dengan jumlah sel yang terplasmolisis adalah 15 sel dan persentase sel yang terplasmolisis 64 %.Sel tumbuhan yang dimasukan dalam larutan sukrosa akan mengalami plasmolisis, dan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.Faktor yang menetukan nilai potensial air, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. IX.SARAN Sebaiknya praktikan lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan praktikum agar hasil yang di peroleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan meningkatkan kerjasama antara sesama anggota kelompok. Praktikan juga harus mengikuti prosedur kerja yang telah ditentukan. Sebaiknya kakak asisten membimbing sepenuh hati, dengan memberikan penjalasan yang berhubungan dengan kegiatan praktikum, menjelaskan langkah-langkah praktikum yang salah sehingga perlu diperbaiki, untuk memperoleh data praktikum sesuai yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA Buana, Eqi, .2011. Struktur dan inti sel Rhoeo discolorsaat normal dan Plasmolisis. Bogor: Regina. Campbell. 2008. Biologi Jilid I Edisi VIII. Jakarta : Erlangga. Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jakarta : Erlangga. Rahayu, Yuni Sri.2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa. Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992. Plant Physiology.Wadswovth Publishing co: California. Sasmitamihardja, Dardjat, dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi ITB, Bandung. Suyitno,.2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.FMIPA UNY: Yogyakarta. Tjitrosomo, Gembong.1987. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa: Bandung. Wilkins, M. B. 1992. Fisiologi Tanaman. Jakarta : Bumi Angkasa. Anonim.2016. Osmosis. http://id.wikipedia.org/wiki/Osmosis. (Diakses pada hari sabtu 23 Maret 2019, pada pukul 08: 30 WIB).

;

Related Documents


More Documents from "margareth Datang"