BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang PH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan, ia didefinisikan sebagaikologaritma aktivitas ion hydrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hydrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga didasarkan perhitungan teoritis. Skala PH bukanlah skala absolut, ia bersifat relative terhadap sekumpulan larutan standard yang PH nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional (Ditjen POM, 2014). Dalam penetapan PH, harga PH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiomutrik (PH meter) yang sesuai, yang telah dilakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga PH sampai 0,02 unit PH menggunakan electrode indicator yang peka, elektroda kaca, dan electrode pembanding yang sesuai (Ditjen POM, 2014). Alat harus mampu menunjukkan potensial ini pasangkan electrode dan untuk pembakuan PH menggunakan potensial yang dapat diukur oleh sirkuit dengan menggunakan “ pembakuan nol “, “ asinutri “ atau “ kalibrasi “ dan harus mengontrol perubahan dalam melivolt per perubahan unit ada pembacaan PH melalui kendali suhu atau kemiringan, pengukuran dilakukan dengan suhu 25o lebih kurang 2o kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi skala PH yang ditetapkan dengan pemanasan sebagai berikut: PH= PHs + (E1- Es) /K. Jika PH meter dilakukan menggunakan larutan dapar dalam air, kemudian digunakan untuk mengukur “ Ph” larutan atau suspense dalam pelarut bukan air maka tetapan pengionan dari asam atau basa, tetapan dieliktif dari medium, potensial sambungan cairan ( yang dapat memberikan kesalahan lebih kurang 1 unit PH ), dan respon ion hydrogen dari electrode kaca, semua akan berubah. Pada semua pengukuran PH, diperlukan waktu-waktu yang cukup untuk mencapai kestabilan (Ditjen POM, 2014).
1.2. Prinsip percobaan Pada pratikum kali ini menggunakan metode kalibrasi pH meter, dimana Ph meter dicelupkan di dalam larutan dapar netral (Ph = 7.01) sampai batas pencelupan. Kemudian dicuci dengan aquadest agar residu tidak tertinggal pada pH meter. Lalu dicelupkan kembali ke larutan dapar basa (pH = 10.01) dan dicuci kembali dengan aquadest. Kemudian masukkan pH meter ke sampel yang akan diuji.
1.3. Tujuan percobaan a. Mengetahui cara pengukuran PH dari sediaan farmasi b. Untuk mengetahui PH salah satu sediaan farmasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA PH adalah suatu bilangan yang menyatakan keasaman atau kebasaan suatu zat yang larut dalam air, penetapan umumnya dilakukan secara potensiometri. Untuk penetapan yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi dapat dilakukan secara kolorimetridengan menggunakan indicator (Ditjen POM, 1979). Penetapan PH dilakukan dilakukan dengan cara potensiometri atau cara kolorimetri semua larutan untuk penutupan Ph menggunakan air bebas karbon dioksida (Ditjen POM, 1979). Idealnya, sediaan ophthalmic harus diformulasikan pada PH setara dengan nilai fluida air mata 7,4. Praktis, formulator jarang mencapai ini. Sebagian besar bahan aktif yang di gunakan dalam oftalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. Sifat ini umumnya berlaku untuk susupensi kortikosteroid tidak larut (Felton, 2012). Penyesuaian ph optimal umumnya memerlukan kompromi pada bagian formulator, yang harus memilih tidak hanya ph yang optimal untuk stabilitas tetapi
sistem
buffer
yang
memiliki
kapasitas
yang
memadai
untuk
mempertahankan ph dalam kisaran stabilitas selama masa simpan produk. . kapasitas penyangga adalah kunci dalam situasi ini (Felton, 2012). Secara umum dapat diterima bahwa kebutuhan (asam) pH yang rendah tidak akan menyebabkan sengatan atau ketidaknyamanan saat berangsur-angsur. Jika keseluruhan pH air mata, setelah berangsur-angsur, kembali dengan cepat ke pH 7,4, ketidaknyamanan minimal. Di sisi lain, jika kapasitas buffer cukup untuk menahan penyesuaian dengan cairan air matadan keseluruhan mata tetap asam untuk jangka waktu yang cukup lama maka rasa sakit dan ketidaknyamanan dapat terjadi. Akibatnya, kapasitas buffer harus memadai untukstabilitas tetapi diminimalisir, sejauh mungkin, untuk memungkinkan hanya gangguan sesaat dari keseluruhan Ph cairan air mata. Diperlukan upaya khusus dalam merumuskan produkintraokular yang berkenaan dengan kapasitas pH dan buffernya. Endoter
kornea dapat mentelorir penyimpangan yang jauh lebih sedikit dari kondisi fisiologis, dibandingkan dengan epitel koral eksternal (Felton, 2012). Elektroda dibersihkan dengan air destilasi dan di lap dengan kertas serap, larutan dapar dan larutan uji ditempatkan pada temperature yang sama. Untuk ini atur dial temperature pada PH meter, beberapa PH meter dilengkapi dengan pengatur tempertur otomatis hingga dial temperature tidak perlu diatur-atur (Martin, dkk, 1990). Elektroda tidak boleh langsung dikeringkan setelah digunakan. Elektroda gelas yang baru harus dicelupkan dalam air atau asam encer selama beberapa jam sebelum digunakan direndam dalam air atau larutan dapar bila tidak digunakan (Martin, dkk, 1990). Elektroda dapat dilapisi dengan silicon untuk mencegah pengotoran, dan agar didapat aliran permukaan elektroda yang baik bila dipakai bahan berviskositas. Kesalahan dapat timbul bila elektroda dicelupkan dalam larutan yang berisi zat-zat koloid seperti protein atau bila digunakan untuk mengukur PH suspense, emulsi, dan salep (Martin, dkk, 1990). Nilai-nilai PH yang diperoleh dengan mengukur suatu larutan yang mengandung koloid dan pelarut-pelarut bukan air mempunyai hubungan yang kecil dengan PH pada skala keaktifan dan digolongkan sebagai angka PHsembarang. Telah diketahui bahwa PH tidak berhubungan dengan cara pengerjaannya. Dengan memakai elektroda membrane ini selektivitas yang sempurna tidak dapat dicapai karena respon gelas tidak dapat dibuat batas sama sekali dengan adanya hydrogen atau ion-ion lain dalam larutan itu. Walaupun demikian selektivitas biasanya cukup berbagai penerapan. Elektroda ion-ion selektif, elektroda yang menghasilkan respon yang selektif dan selektif terhadap ion-ion tertentu dalam suatu larutan yang dikenal sebagai elektroda ion selektif. Eletroda gelas yang baru saja dibahas adalah sebuah elektroda ion selektif karena elektroda tersebu sensitive terhadap ion H2O+.
Sekat pada elektroda ion selektif bekerja karenapenukaran ion yang selektif diantara dua larutan pada masing-masing potensial timbul karena perbedaan konsentrasi antara larutan-larutan dan tatanan sekat tersebut, Kristal garam, berbagai cairan dan enzim. Enzim sebagaimana hanya membrane-membran gelas sudah memiliki sekak baik terjadi dengan sendirinya atau membentuk suatu susunan matrik seperti plastik. Penilaran indicator untuk titrasi dapat dilakukan dengan memperkirakan PH pada titik akhir titrasi, ini dapat dilakukan secara akurat dengan membuat perhitungan lengkap preporsi masing-masing komponen pada akhir titrasindengan menggunakan persamaaan dan juga penentuan PH (Martin, 1998). PH meter pada tahap awal dikelompokkan sebagai (a) pembacaan langsung, (b) pengukur tipe potensiometri. Dalam pengukur tipe (a) e.M.F. sel yang berisi elektroda kaca itu dikenakan tahanan tinggidan arus yang mengalir dalam tahanan itu kemudian digandakan dan diterapkan pada pengukur peka berupa komparan yang bergerak. Pemgukur ini dikalibrasikandalam millivolt sehingga e.M.f, sel terekam langsung dank arena kualitas yang diukur memang PH. Skala itu juga dikalibrasi dalam suatuan PH, dengan dipasang suatu saklar pemilihan untuk memungkinkan pemilihan pembacaan skala. Dalam pengukur tipe (b) digunakan rangkain potensiometri bersama dengan suatu pengganda elektronik dan miliometer sebagai detector titik berimbang (Hadyana, 1994). Dengan telah menyederhanakan masalah pengukuran potensial arus searah yang kecil dalam rangkaian ipendasi tinggi, maka PH-meter tipe pembacaan langsung sekarang sudah merupakan standard, dan dalam tipe termodernya digunakan voltmeter digital, yang skalanya di ubah sehingga langsung menunjukkan nilai PH, instrument macam itu dibikin oleh pabrik (Hadyana, 1994 ). Karena konsentrasi ion H+ dan OH- dalam larutan air sering kali sangat kecil dan karenanya sulit diukur. Prokimiawan Denmark soren Sorensen pada tahun 1909 mengajukan cara pengukuran yang lebih praktis yang disebut PH. PH suatu
larutan didefinisikan sebagai logaritma negative dan konsentrasi ion hydrogen ( dalam mol per liter ) (Chang, 2008). Pengaruh PH terhadap penguraian, besarnya laju reaksi hidrolitik yang katalisis
oleh ion
hydrogen dan
hydrogen menonjolkan katalisis
ion
hidriksilberlangsung pada kisaran PH menegah, laju reaksi mungkin tidak berpengaruh oleh PH atau terkatalisis oleh ion hydrogen dan ion hidroksi. Tetapi konstanta laju reksinya nilai PH terhadap reaksi penurunan penguraiannya di ukur pada berbagai konsentrasi ion hydrogen (Lachman, 1994). Pilih dua dapar standard dengan PH yang lebih rendah dan yang lebih tinggi dari PH larutan uji, dengan elektroda-elektroda tercelup dengan dapar standard pertama, putat tombol standarisasi atau tombol kalibrasi hingga meteran menunjukkan PH dapar dalam temperature pengujian itu. Prosedur ini diulang samapai terbaca besarnya PH dalam lebih kurang 0,02 satuan untuk dua buah sampel standard berturut- turut tanpa mengubah tobol standarisasi. Elektrodaeletroda dicuci dan dilap dengan kertas tisu. Wadah diganti dengan wadah yang berisi dapar, kedua PH meter harus dalam keadaan stand by bila elektroda sedang dibilas atau PH meter tidak sedang dipakai, PH beberapa sampel larutan dapar standard kedua diukur dengan cara berupa tanpa mengubah standarisasi (Martin, 1990). Pemilihan indicator untuk titrasi dapat dilakukan dengan perkiraan PH pada titik akhir titrasi ini dapat dilakukan secara akurat dengan membuat perhitungan lengkap proporsi masing-masing komponen akhir titrasi dengan menggunakan persamaan, dan juga menentukan PH akibat proses hidrolisis berbagai macam garam yang ada (Cairns, 2008). Jika PH pada titik larutan asam dengan pra asam atau asam konjungasiyang terlibat, akan dapat keseimbangan konsentrasi antara bentuk teriasi dan tidak terionsenyawa-senyawa yang terlibat, ini terjadi jika PH pra nilai logaritma pada persamaan Henderson-Hasselbalev adalah 1 unit di pka asam ( atau 1 unit dibawah pka asam 1 unit dijungasi ). Presentase senyawa yang terion meningkat hingga sekitar 90%, jika PH meningkat hingga 2 unit di bawah pka ( atau 2 unit
dibawah pka untuk suatu basa ). Presentase yang terion meningkat hingga 99% karena PH dan pka mempunyai hubungan logaritma, dan kiraan seterusnya hingga 99,9%, dan sebagaimananya. Perkiraan “ kaidah ibu jari “ diringkas dibawah ini (Cairns, 2008). Untuk asam lemah :
PH : pka senyawa terionisasi kira-kira 50%
PH : pka + 1 senyawa terionisasi kira-kira 90%
PH : pka + 2 senyawa terionisasi kira-kira 99%
PH : pka + 3 senyawa terionisasi kira-kira 99,9%
PH : pka + 4 senyawa terionisasi kira-kira 99,9%
Untuk basa lemah :
PH : pka senyawa terionisasi kira-kira 50%
PH : pka – 1 senyawa terionisasi kira-kira 90%
PH : pka – 2 senyawa terionisasi kira-kira 99%
PH : pka – 3 senyawa terionisasi kira-kira 99,9%
PH : pka – 4 senyawa terionisasi kira-kira 99,9% ( cairns, D, 2008 )
Perlu ditekankan bahwa definisi PH, skala PH, dan harga yang ditunjukkan oleh larutan dapat untuk pembekuan ditunjukkan untuk memperoleh system operasional yang praktis, sehingga hasil dapat dibandingkan antar laboratorium. Harga PH yang diukur disini tidak persis sama dengan yang diperoleh dengan definisi klasik, bahwa PH: _[log H+ (dalam air)]. Jika PH larutan yang diukur mempunyai komposisi yang cukup mirip dengan larutan dapar yang
yang
digunakan untuk pembekuan. PH yang diukur mendekati PH teoristis, meskipun tidak ditegaskan hubungan pengukuran kesesuaian system untuk aktivitas yang atau kadarion hydrogen (Ditjen POM, 1995).
BAB III METODE PERCOBAAN 3.1. Alat yang digunakan Pada praktikum kali ini, alat yang digunakan yaitu : PH meter Hanna dan beaker glass
3.2. Bahan yang digunakan Pada praktikum kali ini, bahan – bahan yang digunakan yaitu: Sediaan Antasida, larutan dapar netral, larutan dapar basa, larutan dapar basa, air suling, povidom iodium.
3.3. Spesifikasi bahan
Sediaan Mylanta
a. Magnesium Hidroksida Pemerian : Serbuk putih, ringan. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam encer Khasiat
: Sebagai antasida (Ditjen POM, 2014).
b. Aluminium Hidroksida Pemerian : serbuk putih; tidak berbau, hampir tidak berasaa Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan garam, etanol (95%) P Khasiat
: Sebagai antasida (Ditjen POM, 1979).
c. Simetikon Pemerian : Cairan kental, tembus cahaya, warna abu-abu. Kelarutan : Tidak larut dalam air, dan dalam etanol, fase cair larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzen, tetapi silikon dioksida
tertinggal sebagai sisa dalam pelarut-pelarut itu. Khasiat
: Sebagai antasida (Ditjen POM, 2014).
3.4. Prosedur percobaan a. Cara pemakaian PH meter Lepaskan penutup elektroda, Celupkan elektroda hingga batas pencelupan maksimum, Nyalakan PH meter dengan menggeser tombol kekiri, Diaduk perlahan hingga angka yang tertera dilayar stabil b. Kalibrasi PH meter PH meter dicelupkan dalam dapar netral ( PH 7,01 ) sampai batas pencelupan, Dibiarkan beberapa menit hingga angka yang tertera pada PH meter stabil, Lakukan kembali dengan menggunakan buffer asam atau basa ( tergantung sampel ). 3.5. Formula dan perhitungan bahan -
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.
Hasil
Pada praktikum yang telah dilakukan, hasil yang didapatkan adalah: Sampel
PH
Sifat
Mylanta
8,4
Basa
Povidon iodum
1,5
Asam
4.2.
Pembahasan
Sediaan Mylanta PH adalah suatu bilangan yang menyatakan keasaman atau kebasaan suatu zat yang larut dalam air, penetapan umumnya dilakukan secara potensiometri. Untuk penetapan yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi dapat dilakukan secara kolorimetridengan menggunakan indicator (Ditjen POM, 1979). Pada pratikum kali ini, untuk kalibrasi pH meter menggunakan sampel mylanta dan povidon iodium. Sediaan mylanta diukur dengan pH meter hanna dan menghasilkan pH= 8,4 bersifat basa. Menurut FI III, larutan Mylanta mempunyai pH = 5,5-8,0 Sedangkan povidon iodium pH = 1,5 dan bersifat asam. Menurut FI III, larutan povidon iodum mempunyai pH antara 1,5 sampai 6,5 (Ditjen POM, 1979).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan a. Dapat disimpulkan bahwa PH dari sediaan farmasi dapat diukur PH nya dengan menggunakan/pengukuran oleh elektroda yang terdapat pada alat PH meter. Alat PH meter akan dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengukur PH sampe. ( mylanta, povidon iodum ). b. Pada percobaan kali ini kami telah mengukur dan mendapat angka PH dari sampel yang digunakan, dari sampel gastrucid didapat PH 8,4 dan dari PH tersebut disimpulkan bahwa gastrucid bersifat basa, pada sampel povidon iodum didapat PH 1,5 dan disimpilkan bahwa povidon iodum bersifat asam. 5.2. Saran Dalam percobaan kali ini dalam pengukuran PH harus dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kesalahan pada hasil percobaan. Praktikan juga harus memahami prosedur dengan baik agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA Chang. R. (2008). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti jilid 2. Jakarta: Erlangga. Halaman: 99 Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Kemenkes RI. Halaman: 640, 756, 1039 Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Kemenkes RI. Halaman: 1039 Ditjen POM. (2014). Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta: Kemenkes RI. Halaman: 802, 1193, 1683 Felton, L. (2012). Essential of Pharmaceutics. USA: University of New Mexico Handyana, dkk. (1994). Buku Ajar Vogel: Kimia Analisa Kuantitatis Anorganik. Jakarta: EGC. Halaman: 683-687 Lachman, L. Dkk. (1994). Teori dan Praktek Industri edisi III. Jakarta: VI- Press Halaman: 1533 Martin, A. dkk. (1990). Farmasi Fisik edisi III. Jakarta: VI- Press. Halaman: 532, 533, 534