Laporan Perwan Unit Fertilisasi.docx

  • Uploaded by: Friska Upriana
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Perwan Unit Fertilisasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,265
  • Pages: 15
HALAMAN PENGESAHAN Laporan Lengkap Perkembangan Hewan dengan judul praktikum “Fertilisasi” yang disusun oleh: nama

: Friska Novia Upriana

NIM

: 1714041016

kelas

: Pendidikan Biologi A

kelompok

: III (Tiga)

Setelah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/ Koordinator maka dinyatakan diterima.

Makassar,

November 2018

KoordinatorAsisten

Asisten

Suhardi Aldi NIM : 1614042011

Suhardi Aldi NIM : 1614042011

Mengetahui Dosen Penanggung Jawab

Dr. Adnan, M.S NIP :19650201 198803 1 003

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sebagai manusia, kita cenderung berpikir tentang reproduksi dalam hal perkawinan laki-laki dan perempuan. Reproduksi hewan, bagaimanapun dari banyak spesies yang ada. Ada spesies yang dapat bereproduksi tanpa bentuk perkawinan dan spesies di mana individu tidak mengalami perkawinan selama masa hidup mereka. Ada juga spesies, termasuk karang tertentu, di mana individu memiliki organ jantan dan betina. Beberapa serangga , seperti lebah madu, menampilkan variasi lebih lanjut dengan reproduksi hanya melibatkan beberapa individu dalam populasi besar. Sebuah populasi hidup lebih lama dari anggotanya hanya dengan reproduksi, generasi individu baru dari yang sudah ada. Fertiliasi pada hewan aquatic dilakukan secara eksternal sedangkan pada hewan darat fertilisasi dilakukan secara internal. Seperti pada mamalia melakukan fertilisasi secara internal, contohnya pada mencit. Mencit atau Mus musculus ialah salah satu hewan mamalia yang melakukan proses fertilisasi internal atau terjadi di dalam tubuh individu betina. Mencit betina dewasa siap kawin pada fase estrus, mencit betina siap menerima jantan hanya pada fase estrus diluar fase ini mencit betina akan menolak mencit jantan. Setelah melakukan perkawinan mencit betina akan hamil dengan masa kehamilan selama 20 hari dengan ditandai adanya sumbat vagina. Fertilsasi sangat dipengaruhi oleh siklus reproduksi pada hewan betina. Oleh karena itu penting bagi kita sebagai mahasiswa untuk melakukan pengamatan terhadap fertilisasi tersebut. Pengamatan dilakuakn dimulai dari pengamatan terhadap siklus reproduksi betina yakni siklus estrus pada mencit betina. Begitu pun jika mencit telah hamil, mencit tersebut akan menunjukkan ciri khusus, seperti terbentuknya sumbat vagina. Pengamatan secara langsung tersebut akan memudahakan kita untuk dapat lebih memahami proses fertilisasi yang terjadi pada makhluk hidup, khususnya pada mencit.

B. Tujuan Praktikum 1. Dapat memahami dan memiliki keterampilan dalam mengawinkan mencit. 2. Memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai proses fertilisasi pada mamalia.

C. Manfaat Praktikum 1. Mahasiswa bisa memahami dan memiliki keterampilan dalam mengawinkan mencit dengan baik dan benar. 2. Mahasiswa memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai proses fertilisasi pada mamalia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tahap

yang

mengawali

proses

perkembangan

hewan

setelah

gametogenensis adalah fertilisasi. Proses ini mempertemukan kedua macam gamet dan sekaligus mempertahankan jumlah kromosom anakan tetap diploid seperti induknya. Pada mamalia fertilisasi terjadi secara internak. Pertemuan kedua macam gamet terjadi didalam saluran reproduksi betina. Dalam hubungan ini gamet jantan (spermatozoa) dipindahkan kedalam saluran reprodksi betina melalui proses kawin (coitus) untuk dapat bertemu dengan gamet betina (sel telur). Proses perkawinan pada mamalia melibatkan perilaku seksual yang khas yang dikendalikan oleh hormone seks. Selain itu, hormone seks juga mengatur siklus reprosukdi pada hewan betina. Hewan betina pada umumnya menjadi reseptif terhadap hewan jantan saat berada pada tahap/masa estrus. Setelah diketahui bahwa mencit betina berada pada tahap/ masa estrus, maka mencit betina dipelihara dalam satu kandang dengan seekor mencit jantan agar terjadi perkawinan. Mencit betina yang bunting dipisahakn dari mencit betina dan dipelihara hingga melahirkan. Fertilisasi betina diamati berdasarkan jumlah implantasi dan jumlah anakan (Adnan, 2016). Persatuan sperma dan telur pembuahan dapat bersifat eksternal atau internal. Pada spesies dengan fertilisasi eksternal, betina melepaskan telur ke lingkungan, di mana laki-laki kemudian membuahi mereka. Pada spesies dengan fertilisasi internal, sperma disimpan di dalam atau di dekat saluran reproduksi wanita yang menyuburkan telur di dalam saluran. Habitat basah hampir selalu diperlukan untuk pemupukan eksternal, baik untuk mencegah gamet mengering dan memungkinkan sperma untuk berenang ke telur. Banyak invertebrata air hanya membuang telur dan sperma mereka ke sekitarnya, dan pembuahan terjadi tanpa orang tua melakukan kontak fisik. Namun, pengaturan waktu sangat penting untuk memastikan sperma dan telur matang bertemu satu sama lain. Di antara beberapa spesies dengan fertilisasi eksternal, individu yang berkerumun di daerah yang sama melepaskan gamet mereka ke dalam air pada saat yang sama, sebuah proses yang dikenal sebagai pemijahan (Campbell dkk, 2016).

Fertilisasi memiliki beberapa fungsi anatar lain (i) transimisi gen dari paternal dan maternal kepada keturunannya, (ii) merangsang sel telur untuk berkembang lebih lanjut, (iii) menghasilkan terjadinya syngami, yaitu peleburan sifat genetis paternal dan maternal, (iv) mempertahankan kondisi diploiditas suatu species tertentu dan jenisnya, (v) penentuan jenis kelamin secara genetis (Adnan, dkk, 2016). Dengan memicu pelepasan sperma dan telur, perilaku ini meningkatkan kemungkinan keberhasilan pembuahan. Pemupukan internal adalah adaptasi yang memungkinkan sperma mencapai sel telur bahkan ketika lingkungan eksternal kering. Ini biasanya membutuhkan sistem reproduksi yang canggih dan kompatibel, serta perilaku kooperatif yang mengarah ke persetubuhan. Organ kelamin jantan menghasilkan sperma, dan saluran reproduksi betina sering memiliki wadah penyimpanan dan pengiriman sperma ke telur matang. Tidak peduli bagaimana pembuahan terjadi, hewan kawin dapat menggunakan feromon, bahan kimia yang dilepaskan oleh satu organisme yang dapat mempengaruhi fisiologi dan perilaku individu lain dari spesies yang sama. Pheromones adalah molekul kecil, mudah menguap atau larut dalam air yang menyebar ke lingkungan dan, seperti hormon, aktif pada konsentrasi yang sangat rendah. Banyak feromon berfungsi sebagai atraktan pasangan, memungkinkan beberapa serangga betina dideteksi oleh pejantan lebih dari satu kilometer jauhnya (Campbell dkk, 2016). Tahap praimplantasi yaitu tahap kebuntingan dimana embrio belum menempel pada endometrium uterus, yaitu pada kebuntingan hari pertama dan berakhir pada hari ke tiga. Selama 2-3 hari pertama pasca pembuahan zigot berkembang dari satu sel menjadi 16 kelompok sel. Tahap praimplantasi dimulai dari fertilisasi, pembelahan awal (cleavage), blastula hingga gastrulasi awal karena pada tahap ini diferensisai sel belum lanjut. Jika satu atau kelompok sel rusak oleh gangguan toksik masih memungkinkan bagi sel-sel sekitarnya membelah dan menggantikan posisi dan peran sel yang rusak tadi. Dengan demikian embrio pulih dan perkembangan dapat berlanjut tanpa ada efek gangguan yang menetap. Sebaliknya jika embrio tidak dapat mentoleransi kerusakan itu maka embrio tidak dapat melanjutkan perkembangan dan mati . Menurut Manson dan Kang

menyatakan bahwa embrio yang berada pada periode praimplantasi lebih rentan terhadap kematian (Harlis dkk, 2018). Pada mamalia, sel telur merupakan satu-satunya sel yang secara alami memiliki kemampuan untuk menghasilkan individu baru melalui perkembangan embrio di dalam uterus. Walaupun demikian, sel telur yang telah mencapai tingkat kematangan yang sempurna akan memasuki masa istirahat ketika berada pada tahap metaphase II. Berkembang atau tidaknya sel telur menjadi embrio tergantung pada keberadaan stimulan yang berasal dari spermatozoa melalui proses fertilisasi di dalam ampula tuba Fallopii. Spermatozoa mengaktifkan sel telur dengan memicu osilasi kalsium dalam sitoplasma sel telur. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa kalsium yang diinduksi oleh spermatozoa dipicu oleh sperm-derived protein factor yang berdifusi ke dalam sitoplasma sel telur setelah terjadi fusi membran gamet jantan dan betina. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa phospholipase C (PLC)- zeta terlihat sebagai kandidat utama yang bereran sebagai sperm factor mamalia. Sperm factor memobilisasi pelepasan kalsium intraseluler sel telur terutama melalui reseptor inositol tri-sphosphate/InsP3 (Nalley dan Hine, 2015). Kegagalan fertilisasi ini disebabkan oleh motilitas dan ketahanan hidup sperma. Selanjutnya Risnawati dalam katili menyatakan bahwa konsentrasi cairan sperma yang tinggi dapat menghambat aktivitas sperma yaitu berkurangnya daya gerak. Cairan sperma sangat kental dan mengandung kadar potassium yang tinggi dapat menghambat pergerakan dalam menembus dinding sel telur. Energi yang dibutuhkan oleh spermatozoa ini disediakan oleh gula sederhana seperti fruktosa. Penambahan fruktosa dalam pengencer berguna untuk mendukung daya hidup spermatozoa pasca pengenceran. Karena proses pembentukan Adenosin Trifosfat (ATP) dan Adenosin Difosfat (ADP) harus terus dilakukan agar motilitas dapat terus berlangsung. Monosakarida yang dibutuhkan oleh spermatozoa terkandung dalam madu. Berdasarkan data USDA dalam Rahardianto et al, madu mengandung 38% fruktosa; 31% glukosa; 17,1% air; 7,2% maltosa; 4,2% trisakarida; beberapa polisakarida, 1,5% sukrosa; 0,5% mineral, vitamin dan enzim. Penambahan madu dalam pengenceran sperma diharapkan dapat mendukung daya hidup dan pergerakan spermatozoa (Nainggolan dkk, 2015).

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Hari/tanggal

: Rabu / 7 Novomber 2018

Waktu

: Pukul 13.00 - 14.10 WITA

Tempat

: Laboratorium Kebun Percobaan Biologi (LKPB) FMIPA UNM.

B. Alat dan Bahan a. Alat 1. Cawan petri

1 buah

2. Mikroskop

1 buah

3. Mistar

1 buah

4. Kaca benda

1 buah

5. Kaca penutup

1 buah

6. Kandang mencit

1 buah

7. Timbangan

1 buah

8. Alat bedah

1 set

9. Papan bedah

1 buah

b. Bahan 1. Mus musculus Jantan

1 ekor

2. Mus musculus Betina

1 ekor

3. Sekam

Secukupnya

4. Makanaan mencit

Secukupnya

5. NaCl Fisiologis

Secukupnya

6. Pakan ikan

Secukupnya

C. Prosedur Kerja Terlebih dulu mencit betina dan jantan dikawinkan lalu dipelihara selama kurang lebih 18 hari. Lalu mencit betina yang hamil di diskolasi leher.

Meletakkan mencit mati di papan

Kemudian, melakukan pembelahan

bedah

bagian dalam mencit

Angkat fetus ke papan bedah lalu

Bersihkan fetus dari plasenta yang

amati, dan ukur lalu catat.

melekat.

Di tempat amati korpus luteum pada Ukur berat fetus menggunakan timbangan.

ovarium kiri dan kanan mencit.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan a. Tabel Berat Fetus Pada Uterus Kiri No

Berat (gr)

Fetus Ke-

1

1,55

2

1,67

b. Tabel Berat Fetus Pada Uterus Kanan No

Berat (gr)

Fetus Ke-

1

1,50

2

1,60

B. Analisis Data a. Presentase implantasi (%) ⅀implantasi ⅀korpus luteum

4

x 100 % = 4 x 100 % = 100 %

b. Presentase kehilangan gestasi (%) ⅀ korpus luteum−⅀implantasi ⅀korpus luteum

x 100 % =

4−4 4

x 100 % = 0

c. Presentase kematian pasca implantasi (%) ⅀ embrio yang direabsorbsi – ⅀ fetus mati ⅀implantasi

x 100 % =

0−0 4

x 100 % = 0

d. Presentase embrio yang di reabsobsi (%) ⅀rebsorbsi ⅀implantasi

0

x 100 % = 4 x 100 % = 0

e. Presentase fetus mati (%) ⅀fetus mati ⅀implantasi

0

x 100 % = 4 x 100 % = 0

f. Presentase fetus hidup (%) ⅀fetus hidup ⅀implantasi

4

x 100 % = 4 x 100 % = 100 %

C. Grafik

Tabel Berat badan mencit selama kehamilan

Berat badan (gr)

45

40

35

30 1

2

3

4

5

6

7

8

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Hari ke-

D. Pembahasan Mencit betina hanya akan berkopulasi dengan mencit jantan selama fase estrus, yaitu ketika sel telurnya telah siap untuk dibuahi. Kadang-kadang kopulasi

dapat terjadi pada waktu antara 5 jam sebelum ovulasi sampai 8 jam setelah ovulasi. Perkawinan yang terjadi pada mencit dapat diketahui dengan memeriksa adanya sumbat vagina (vaginal plug) pada mencit betina. Sumbat ini merupakan cairan seminal (semen) yang mengental dan berasal dari sekresi kelenjar khusus mencit jantan. Telur yang berkembang akan menjadi matang sehingga mampu mengadakan penyatuan dengan sperma, proses ini disebut fertilisasi.

Fertilisasi

adalah proses peleburan sel spermatozoa dengan ovum membentuk zigot, yang merupakan proses awal pembentukan suatu individu. Pada embrio ditemukan adanya selaput amnion yang menyelimuti embrio tersebut. Selain itu juga ditemui placenta yang berfungsi sebagai saluran atau transport nutrisi dan oksigen dari induk. Selaput amnion merupakan membran tipis yang berasal dari somatoplora berbentuk suatu kantung yang menyelubungi embrio dan bersifat umum, karenanya mencit dalam kelompok amniota. Adanya amnion ini berfungsi sebagai pekindung embrio terhadap kekeringan, penawar goncangan pengaturan suhu intrauterus dan anti adhesi. Ditinjau dari placenta, maka termasuk dalam tipe diskoidal, yaitu pada daerah terbatas dan berbentuk cakram. Placenta merupakan organ yang sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup embrio. Beberapa fungsi dari placenta yaitu respirasi, pengambilan oksigen dari induk melalui sawar placenta berlangsung dengan cara difusi dan CO2 berdifusi melalui sawar placenta dari fetus ke induk. Berfungsi untuk nutrisi yaitu pengambilan air, garam mineral, karbohidrat, protein dan vitamin dari induk ke fetus. Berfungsi sebagai proteksi terhadap virus dan bakteri. Berfungsi sebagai estrogen dan progesteron. Ketika mencit telah melakukan fertilisasi maka sitoplasma sel telur yang di dalamnya terdapat pronukleus bergerak dengan akrosom di sebelah depan. Kemudian akan bergerak dengan akrosom terjadi perputaran 180o dan sentrosom menjadi sebelah delapan, sehingga terjadi perubahan benang-benang kromatin pada pronukleus jantan. Sentrosom dari sperma akan membelah menjadi dua, akromatik spindel terbentuk, setelah itu terbentuk dinding inti dari dua ari yang baru. Proses yang terkait langsung dengan fertilisasi meliput kapasitasi, reaksi akrosom sperma, fusi gamet jantan dan betina, pencegahan polispermi, dan

penyelesaian pembelahan meiosis II. Pada praktikum kali ini mencit dibedah pada kehamilan hari ke 18, sehingga terlihat pembentukan organ fetus telah sempurna. Fetus yang terbentuk adalah 4 dan semua fetus hidup sehingga presentase fetus hidup adalah 100%. Begitupula dengan presentase implantasi yaitu 100% karena tidak ditemukan bintik hitam yang menandakan adanya embrio yang diresorbsi.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1) Perkawinan yang terjadi pada mencit dapat diketahui dengan memeriksa adanya sumbat vagina (vaginal plug) pada mencit betina. 2) Fertilisasi adalah proses peleburan sel spermatozoa dengan ovum membentuk zigot, yang merupakan proses awal pembentukan suatu individu. Proses yang terkait langsung dengan fertilisasi meliputi: kapasitasi, reaksi akrosom sperma, fusi gamet jantan dan betina, pencegahan polispermi, dan penyelesaian pembelahan meiosis II.

B. Saran Sebaiknya

praktikum

selanjutnya

bisa

lebih

memahami

cara

mengawinkan mencit terlebih dahulu agar praktikum yang dilakukan sukses dan berhati hati dalam proses membedah mencit.

DAFTAR PUSTAKA Adnan. 2016. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM. Adnan., Arifah, N.A., A.Irma, S. 2016. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM. Campbell, N.A., Lisa, A.U., Jane, B.R., Michael, L.C., Steven, A.W., & Peter, V.M. 2016. Biology Eleventh Edition. United States of America: Pearson Education. Harlis, W.O., Nurhayu, M., Nufrianti. 2018. Efektivitas Ekstrak Rimpang Jahe Putih (Zingiber officinale var.Amarum) sebagai antifertilitas terhadap kebuntingan mencit (Mus musculus L.) tahap praimplantasi. Biowallacea. 5 (1) : 762. Nainggolan, R., Revol, D.M., Winda, M. 2015. Penambahan Madu dalan Pengenceran Sperna Untk Motilitas Spermatozoa, Fertilisasi dan Daya Tetas Telur Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Budidaya Perairan. 3 (1): 132. Nalley, W.M., dan Thomas, M.H. 2015. Aktivitas dan Tingkat Perkembangan Embrio Patogenetik Mencit Setelah Dipapar Calcimycin dan Ionomicym. Jurnal Veteriner.16 (4) : 577.

Related Documents


More Documents from "KAI"