BAB I PENDAHULUAN 1.1
Tujuan praktikum Memahami pengaruh suhu, pH, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim.
1.2
Dasar Teori Enzim merupakan biokatalis. Enzim meningkatkan keepatan reaksi dengan cara
menyediakan jalur reaksi alternatif yang memerlukan sedikit energi. Pada awalnya semua enzim dianggap protein, namun penelitian terakhir menunjukkan bahwa ribosom juga bertindak sebagai biokatalis. Ribosom adalah molekul asam ribonukleat (RNA) yang mengkatalisis reaksi pada ikatan fosfodiester dari RNA lainnya. Enzim diklasifikasikan ke dalam 6 kelas berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisis: 1.
Oksidoreduktase, enzim yang mengkatalisis perpindahan atom hidrogen atau oksigen atau elektron. Contohnya: Dehidrogenase, Oksigenase, Peroksidase, dll.
2.
Transferase, enzim yang mengkatalisis perpindahan gugus fungsi tertentu dari satu molekul ke molekul lain. Contohnya: Transkarboksilase, Transaminase, Transmetilase, dll.
3.
Hidrolase, enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis, di mana pemutusan ikatan melibatkan penambahan molekul air. Contohnya: Esterase, Fosfatase, Peptidase, dll.
4.
Lipase, enzim yang mengkatalisis reaksi (selain hidroisis) di mana gugus (seperti H2O, CO2 dan NH3) dihilangkan dan membentuk ikatan rangkap atau ditambahkan ke ikatan rangkap. Contohnya: Dekarboksilase, Dehidratase, Deaminase, dll.
5.
Isomerase, enzim yang mengkatalisis beberapa tipe reaksi yang terjadi dalam proses penataan intramolekul. Contohnya: Mutase, Epimerase, dll.
6.
Ligase, enzim yang mengkatalisis pembentukan ikatan antara dua molekul substrat. Contohnya: Sintetase, Karboksilase, dll.
Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pH dan suhu. 1.
pH, enzim sangat sensitif terhadap perubahan pH dan berfungsi dengan baik dalam
kisaran sempit pada pH optimum. Pengaruh dari pH adalah karena perubahan-perubahan keadan ionik pada residu-residu asam amino dan enzim (pada sisi aktif) dan pada molekul substrat. Perubahan ini dapat mempengaruhi pengikatan substrat dan kecepatan reaksi. Perubahan pH yang drastis/ekstrim dapat menyebabkan denaturasi atau kehilangan fungsi biologis.
2.
Suhu, semua reaksi kimia dipengaruhi oleh suhu. Kecepatan reaksi meningkat karena
banyak molekul memiliki energi yang cukup untuk memasuki keadaan transisi. Kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim juga meningkat seiring dengan meningkatnya suhu, namun kenaikan suhu juga dapat meningkatkan kecepatan denaturasi enzim. Setiap enzim memiliki suhu optimum. Enzim juga merupakan protein, sehingga nilai suhu optimum bergantung pada pH dan kekuatan ionik. Suhu optimum protein bergantung pada suhu di mana organisme itu berada. Contohnya, suhu optimum untuk enzim-enzim hewan/manusia berada pada kisaran 370C, sedangkan organisme yang hidup pada daerah bersuhu tinggi (sumber air panas atau kawah gunung berapi) mempunyai suhu optimum di atas 500C. 3.
Konsentrasi enzim, Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang
menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim. Semakin besar konsentrasi enzim semakin cepat pula reaksi yang berlangsung. Dengan kata lain, konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi. 4.
Konsentrasi substrat, Bila jumlah enzim dalam keadaan tetap, kecepatan reaksi akan
meningkat dengan adanya peningkatan konsentrasi substrat. Namun, pada saat sisi aktif semua enzim bekerja,penambahan substrat tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzim lebih lanjut. Kondisi ini disebut konsentrasi substrat pada titik jenuh atau disebut dengan kecepatan reaksi telah mencapai maksimum (V max). 5.
Zat-zat penghambat, Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh terhadap
penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan. Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa menjadi melibiosa dan fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut akan terurai menjadi sukrosa dan galaktosa. Enzim merupakan katalisator protein untuk reaksi reaksi kimia dalam sistem biologi. Katalisator adalah zat yang mempercepat reaksi kimia. Selama proses reaksi, meskipun katalisator mengalami perubahan fisik, tetapi bila reaksi telah selesai keadaan katalisator akan kembali ke bentuk semula. Enzim disebut katalisator protein, karena tersusun atas protein dan senyawa lain. Hampir semua reaksi kimia dalam sel hidup akan berlangsung sangat lama bila reaksi tersebut tidak dikatalisis oleh enzim. Berbeda dengan katalisator non protein (H+ OH-, atau ion-ion logam), setiap enzim mengkatalis sejumlah kecil reaksi, bahkan kebanyakan satu enzim hanya mengkatalis satu reaksi saja. Jadi enzim adalah katalisator yang bersifat spesifik.
Pada hakekatnya semua reaksi di dalam biokimia dikatalisis oleh enzim. Hampir setiap senyawa organik di alam dan juga banyak senyawa anorganik, terdapat satu enzim yang mampu mengkatalisis perubahan kimia dan juga mampu bereaksi dengan senyawa anorganik tersebut (Suwono 2001). Dengan adanya enzim, molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk (Smith, 1997; Grisham et al., 1999). Keunggulan enzim sebagai biokatalisator antara lain memiliki spesifitas tinggi, mempercepat reaksi kimia tanpa pembentukkan produk samping, produktivitas tinggi dan dapat menghasilkan produk akhir yang tidak terkontaminasi sehingga mengurangi biaya purifikasi dan efek kerusakan lingkungan (Chaplin and Bucke, 1990). Berdasarkan cara terbentuknya enzim dibedakan menjadi dua, yaitu Enzim konstitutif, yaitu enzim yang jumlahnya dipengaruhi kadar substratnya, misalnya enzim amilase. Enzim adaptif, yaitu enzim yang pembentukannya dirangsang oleh adanya substrat, contohnya enzim β-galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E.coli yang ditumbuhkan di dalam medium yang mengandung laktosa (Lehninger, 1982). Sifat -sifat enzim adalah sebagai berikut : 1.
Enzim aktif dalam jumlah yang sangat sedikit. Dalam reaksi biokimia hanya sejumlah kecil enzim yang dibutuhkan untuk mengubah sejumlah besar substrat menjadi produk hasil.
2.
Enzim tidak terpengaruh oleh reaksiyang dikatalisnya pada kondisi stabil. Karena sifat protein dan enzim, aktivitasnya dipengaruhi antara lain oleh pH dan suhu. Pada kondisi yang dianggap tidak optimum suatu enzim merupakan senyawa relatif tidak stabil dan dipengaruhi oleh reaksi yang dikatalisisnya.
3.
Walaupun enzim mempercepat penyelesaian suatu reaksi, enzim tidak mempengaruhi kesetimbangan reaksi terse but. Tanpa enzim reaksi dapat balik yang biasa terdapat dalam sistem hid up berlangsung ke arah kesetimbangan pada laju yang sangat lambat. Suatu enzim akan menghasilkan kesetimbangan reaksi itu pada kecepatan yang lebih tinggi.
4.
Kerja katalis enzim spesifik. Enzim menunjukkan kekhasan untuk reaksi yang dikatalisnya. Suatu enzim yang mengkatalisis satu reaksi, tidak akan mengkatalis reaksi yang lain.
BAB II METODOLOGI 2.1
Alat dan Bahan Alat : 1. Beaker glass 2. gelas ukur 3. statif dan biuret 4. Erlenmeyer 5. pipet volume 6. pipet tetes. Bahan : 1. Gelatin 1%, 2%, 3% 2. HgCl2 3. 0,1 N NaOH 4. NaOH 10% 5. NH4OH 6. Na2CO3 7. indikator pp 8. Papain 0,1%, 0,05%, 0,01% 9. HCl 10% 10. Formalin 11. aquades.
2.2
Cara Kerja
A. Enzim 1 1. Uji Pengaruh Suhu a. Menyiapkan 3 erlenmeyer 250 mL, mengisi Gelatin 1% ke dalam masingmasing erlenmeyer sebanyak 3 mL. b. Meletakkan erlenmeyer A pada suhu kamar (250C), erlenmeyer B pada suhu 400C, erlenmeyer C pada suhu 750C. Masing-masing erlenmeyer mendapat perlakuan selama 5 menit. c. Menambahkan 1 mL enzim Papain 0,1% kedalam masing-masing tabung erlenmeyer dalam waktu 5 menit kemudian menambahkan HgCl 10% beberapa tetes. d. Menentukan kadar protein dengan Metode Formol. 2. Uji Pengaruh Keasaman a. Menyiapkan 3 erlenmeyer 250 mL, mengisi Gelatin 1% ke dalam masingmasing erlenmeyer sebanyak 3 mL. b. Menambakan 1 mL enzim Papain 0,1% pada masing-masing erlenmeyer, kemudian menambahkan air pada erlenmeyer A, menambahkan HCl 10% pada erlenmeyer B, dan menambahkan Na2CO3 sebanyak 1 mL ke dalam erlenmeyer C. c. Mengoyang-goyangkan dan menbiarkan selama 15 menit.
d. Menentukan kadar protein terlarut dengan Metode Formol. 3. Uji Pengaruh Basa a. Menyiapkan 3 erlenmeyer 250 mL, mengisi Gelatin 1% ke dalam masingmasing erlenmeyer sebanyak 3 mL. b. Menambahkan 1 mL enzim Papain 0,1% pada masin-masing erlenmeyer, kemudian menambahkan air pada erlenmeyer A, menambahkan NaOH 10% pada erlenmeyer B, dan menambahkan NH4OH sebanyak 1 mL pada erlenmeyer C. c. Mengoyang-goyangkan dan membiarkan selama 15 menit d. Menentukan kadar protein terlarut dengan Metode Formol. 4. Uji Pengaruh Konsentrasi Enzim a. Menyiapkan 3 erlenmeyer 250 mL, mengisi 3 mL Gelatin 2% ke dalam masing-masing erlenmeyer. menambahkan enzim Papain 0,01% pada erlenmeyer A, menambahkan enzim papain 0,05% pada erlenmeyer B, menambahkan enzim papain 0,1% pada erlenmeyer C masing-masing sebanyak 1 mL. b. Menggoyang-goyangkan dan membiarkan selama 15 menit. c. Menentukan kadar protein terlarut dengan metode formol. 5. Uji Pengaruh Konsentrasi Substrat a. Menyiapkan 3 erlenmeyer 250 mL, mengisi Gelatin 1% ke dalam erlenmeyer A, mengisi Gelatin 2% ke dalam erlenmeyer B, dan mengisi Gelatin 3% pada erlenmeyer C. b. Menambahkan enzim Papain 0,1% pada masing-masing erlenmeyer. c. Menentukan kadar protein terlarut dengan Metode Formol. B. Enzim 2 Penentuan kadar protein terlarut dengan Metode Formol: 1. Menyiapkan semua bahan seperti pada acara Enzim 1. 2. Memindahan masing-masing bahan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian ditambah aquades sebanyak 50 mL dan mengencerkan sampai tanda batas, kemudian menggoyang-goyangkan sampai homogen 3. mengambil 10 mL larutan dan memasuk ke dalam tabung reaksi, menambahkan 2 tetes indikator pp, titrasi dengan 0,1 N NaOH sampai berwarna merah jambu. 4. Menambahkan 5 mL formalin 10%, titrasi dengan 0,1 N NaOH sampai berwarna merah jambu. 5. Membuat blanko dari 10 mL aquades dan menambahkan 2 tetes pp, titrasi dengan 0,1 NaOH.
2.3 No
Skema Kerja Uji Pengaruh Konsentrasi Enzim Gambar tangan
keterangan
BAB III HASIL PENGAMATAN 3.1
Tabel Hasil Pengamatan A. Enzim 1
1.
Uji Pengaruh Suhu Bahan
Hasil A= 3 mL gelatin 1% + 1mL
Keterangan
papain 0,1 % kemudian meneteskan H2Cl sebanyak 3 tetes. B = 3 mL gelatin 1%+ 1 mL Gelatin 1% + Papain 0,1% H2Cl
Bau
gelatin
sebelum
di
panaskan pada erlenmeyer A, B, C berbau tidak sedap
papain 0,1% kemudian
(terasi)
meneteskan H2Cl sebanyak 3
kekuningan.
tetes. C= 3 mL gelatin 1%+ 1 mL
dipanaskan tetap berbau tidak
papain 0,1 %, kemudian
sedap
dan
warnanya Sesudah
dan
berwarna
kekuningan.
meneteskan H2Cl sebanyak 3 tetes. 2.
Uji Pengaruh Keasaman Bahan
Hasil Erlenmeyer A = meneteskan 3 mL gelatin 1%, 1 mL enzim papain
Gelatin 1% + Papain 0,1% Aquades HCl Na2CO3
0,1%,
dan
1
mL
aquades. Erlenmeyer B = meneteskan 3 mL gelatin 1%, 1 mL enzim papain 0,1%, dan 1 mL HCl. Erlenmeyer C = meneteskan 3 mL gelatin 1%, 1 mL enzim papain 0,1%, dan 1 mL Na2CO3.
3.
Uji Pengaruh Basa
Keterangan Dari
label
mempunyai
A, bau
B,
C yang
menyengat, kemudian emiliki warna kekuningan dan cair. Kemudian setelah di diamkan selama 10 menit bau tetap menyengat dan memiliki sifat cair
dan
kekuningan.
berwarna
Bahan
Hasil Tabung A = meneteskan gelatin 60 tetes + 20 tetes papain + 20
Keterangan Sebelum 15 menit tabung A,
B, C berwarna keruh, berbau tetes air. Tabung B = meneteskan gelatin tidak sedap pada tabun B dan Gelatin 1% + Papain 0,1%
60 tetes + 20 tetes papain + 20 C. Pada tabung A tidak tetes NaOH berbau. Setelah 15 menit Tabung C = meneteskan 60 tabung A, B, C berwarna tetes gelatin + 20 tetes papain putih. + NH4OH 20 tetes.
4.
Uji Pengaruh Konsentrasi Enzim Bahan
Hasil
Keterangan Masing-masing tabung A, B,
Tabung A = meneteskan 60 C berbentuk cair. Pada tabung tetes gelatin 1 % + 20 tetes A berwarna putih
Gelatin 2%
enzim papain 0,01% kekuningan, tabung B Tabung B = meneteskan 60 berwarna bening, tabung C tetes gelatin 1 % + 20 tetes berwarna putih kekuningan. enzim papain 0,05 % . Tabung C = meneteskan 60 Pada tabung A tidak berbau, tetes gelatin 1 % + 20 tetes pada tabung B baunya sangat enzim papain 0,1 %.
menyegat, pada tabung C baunya menyengat.
5.
Uji Pengaruh Konsentrasi Substrat Bahan
Hasil Tabung A = meneteskan 60 papain 0,1 % + 20 tetes gelatin
Enzim Papain 0,1%
Keterangan
Pada tabung A tidak berbau 1% Tabung B = meneteskan 35 dan berwarna putih pekat. Pada tabung B berbau dan tetes papain 0,1 % + 20 tetes warnanya tetap yaitu bening gelatin 2 % Pada tabung C berbau dan Tabung C = meneteskan 40 berwarna bening kekuningan. tetes papain 0,1 % + 20 tetes gelatin 3 %.
B. Enzim 2 1.
Hasil Titrasi Pengaruh Suhu
0
Bahan
0C
Suhu Kamar (250C)
Keterangan 0
0
40 C
75 C Sebelum dicampurkan dan
Gelatin 1% + Papain 0,1%
Gagal
3 tetes gelatin 1%. 3 mL papain 0,1%.
3 tetes gelatin 1%. 3 mL papain 0,1%
3 tetes gelatin 1% 3 mL papain 0,1%.
didiamkan selama 5 menit warna nya bening keruh untuk label A, untuk label B berwarna kuning encer,untuk label C berwarna kuning kental.
2.
Hasil Titrasi Pengaruh Keasaman
Bahan
Air
Gelatin 1% + Papain 0,1%
10 mL + 50 mL aquades + 2 tetes indikator PP + tittrasi I 15 tetes 0,1 NaOH + 5 mL formalin + titrasi II 15 tetes 0,1 NaOH
3.
HCl 10 mL + 50 mL aquades + 2 tetes indikator PP + tittrasi I 20 tetes 0,1 NaOH + 5 mL formalin + titrasi II 20 tetes 0,1 NaOH
Na2CO3 10 mL + 50 mL aquades + 2 tetes indikator PP + tittrasi I 15 tetes 0,1 NaOH + 5 mL formalin + titrasi II 20 tetes 0,1 NaOH
Keterangan Masing-masing tabung A, B, C memiliki warna bening merah mudan dan tidak memiliki bau setelah melakukan pengujian dengan metode formol.
Hasil Titrasi Pengaruh Basa
Bahan Gelatin 1% + Papain 0,1%
Air NaOH Menambahkan 50 mL Menambahkan 10 aquades pada masing- tetes NaOH engan masing tabung A, B, C. V = 0,1, Menambahkan
Keterangan setelah masing masing tabung diteteskan bahan kimia warnanya berubah menjadi merah jambu dan
formalin ke dalam tabung A, B, C. Setelah itu berbau tidak menyengat. menambahkan 15 tetes NaOH. 4.
Hasil Titrasi Pengaruh Konsentrasi Enzim
Bahan
Enzim Papain 0,01%
Enzim Papain 0,05%
Enzim Papain 0,1%
Keterangan
Pada tabung A dan C setelah meneteskan NaOH warnanya berubah menjadi merah muda pekat. Pada tabung B Gelatin 2%
Meneteskan 26 tetes NaOH pada tabung A
Meneteskan Meneteskan 15 setelah 48 tetes tetes NaOH menambahkan NaOH pada pada tabung C NaOH berwarna tabung B menjadi merah muda pudar. setelah ketiga tabung dtambahkan formalin warnanya berubah menjadi pudar
5.
Hasil Titrasi Pengaruh Konsentrasi Substrat
Bahan Enzim Papain 0,1%
Gelatin 1% 10 mL + 50 mL aquades + 2 tetes indikator PP + titrasi I 15 tetes 0,1 NaOH +
Gelatin 2% 10 mL + 50 mL aquades + 2 tetes indikator PP + titrasi I 15 tetes 0,1 N NaOH + 5
Gelatin 3% 10 mL + 50 mL aquades + 2 tetes indikator PP + titrasi I 15 tetes 0,1 NaOH
Keterangan Pada tabung A, B, C memliki warna merah
muda bening, + 5 mL dan tidak mL formalin + titrasi II 10 tetes formalin + titrasi II 10 tetes memliki bau 0,1 N NaOH titrasi II 10 tetes 0,1 N NaOH. yang 0,1 NaOH. menyengat. PERHITUNGAN 1.
Hasil Perhitungan pengaruh suhu NA
V titrasi sampel−Vtitrasi su h u ¿ = ¿ x 0,1 x 14,008 x 100 berat sample x 1000
( 4−1,5 ) x 0,1 x 14,008 x 100 1 x 1000 = N x FK = 0,3502 x 6,25 = 2,18875% =
P
NB
=
2,5 x 0,1 x 14,008 x 100 1000
V titrasi s ampel−Vtitrasi suhu ¿ = ¿ x 0,1 x 14,008 x 100 berat sample x 1000
(7−1,5 ) x 0,1 x 14,008 x 100 5,5 x 0,1 x 14,008 x 100 = 1000 1 x 1000 P = N x FK = 0,77044 x 6,25 = 4,81525% V titrasi sampel−Vtitrasi su h u ¿ NC = ¿ x 0,1 x 14,008 x 100 berat sample x 1000 ( 8−1,5 ) x 0,1 x 14,008 x 100 6,5 x 0,1 x 14,008 x 100 = = 1000 1 x 1000 P = N x FK = 0,91052 x 6,25 = 5,69075% Hasil perhitungan pengaruh keasaman =
2.
NA
= 0,3502
= (V akhir - V awal) – V titrasiblanko x 0,1 x 14,008 x 100 Berat sampel x 1000
= (16,59 ml – 5 ml) – 1,5 x 0,1 x 14,008 x 100 1 x 1000 = (11,59 – 1,5) x 0,1 x 14,008 x 100 1000 = 1413,4072 1000
= 0,77044
= 0,91052
%P
NB
= 1,4134072 = N x 6,25 = 1,4134072 x 6,25 = 8,833795 % = (V akhir - V awal) – V titrasiblanko x 0,1 x 14,008 x 100 Beratsampel x 1000 = (16,7 – 5 ml) – 1,5 x 0,1 x 14,008 x 100 1 x 1000 = (11,7 – 1,5) x 0,1 x 14,008 x 100 1000 = 1428,816 1000 = 1,428816
%P
= N x 6,25 = 1,428816 x 6,25 = 8,9301 %
NC
= (V akhir - V awal) – V titrasiblanko x 0,1 x 14,008 x 100 Beratsampel x 1000 = (16,7 – 5 ml) – 1,5 x 0,1 x 14,008 x 100 1 x 1000 = (11,7 – 1,5) x 0,1 x 14,008 x 100 1000 = 1428,816 1000 = 1,428816
%P
= N x 6,25 = 1,428816 x 6,25 = 8,9301 %
3. Hasil perhitungan pengaruh basa
(16−4 )−1,5 x 0,1 x 14,008 x 100 1 x 1000
NA
=
P%
= N x Fk
=
11 x 0,1 x 14,008 x 100 =1,47084 1000
=
11 x 0,1 x 14,008 x 100 =1,47084 1000
= 1,54088 x 6,25 = 9,19275% NB
=
(16−4 )−1,5 x 0,1 x 14,008 x 100 1 x 1000
P%
= N x Fk = 1,54088 x 6,25 = 9,19275%
(16−4 )−1,5 x 0,1 x 14,008 x 100 1 x 1000
NC
=
P%
= N x Fk
=
11 x 0,1 x 14,008 x 100 =1,47084 1000
= 1,54088 x 6,25 = 9,19275% 4. Hasil perhitungan pengaruh konsentrasi enzim V Titrasi Sampel A = V Akhir – V awal = 20,4 – 4 = 16,4 NA = ( V Titrasi Sampel – V Totrasi Blanko) x 0,1 x 14,008 x 100 Berat Sampel x 1000 14,9 x 0,1 x 14,008 x 100 (16,4−1,5 ) x 0,1 x 14,008 x 100 NA = = 1000 1 x 1000
=
2,087192 P%
= N x Fk = 2,087192x 6,25 = 13,04495
V Titrasi Sampel B = V Akhir – V awal
NB NB P%
= 23,5 – 4 = 19,5 = ( V Titrasi Sampel – V Totrasi Blanko) x 0,1 x 14,008 x 100 Berat Sampel x 1000 18 x 0,1 x 14,008 x 100 (19,5−1,5 ) x 0,1 x 14,008 x 100 = = 1000 1 x 1000
= 2,52144
= N x Fk = 2,52144x 6,25 = 15,759
V Titrasi Sampel C = V Akhir – V awal = 19,85 – 4 = 15,85 NC = ( V Titrasi Sampel – V Totrasi Blanko) x 0,1 x 14,008 x 100 Berat Sampel x 1000 14,35 x 0,1 x 14,008 x 100 (15,85−1,5 ) x 0,1 x 14,008 x 100 NC = = 1000 1 x 1000 2,010148 P%
= N x Fk = 1,54088 x 6,25 = 12,563425
5.
Hasil perhitungan uji pengaruh konsentrasi substrat
=
N a=
¿
¿
(16,45ml – 4 ml)−1,5 ×0,1 ×14,008 ×100 1000
(12,45 – 1,5)× 0,1× 14,008× 100 1000
1533,876 1000
= 1533,876 %P = N x 6,25 = 1,533876 x 6,25 = 9.586725 Nb=
(16,45 ml – 2,75 ml)– 1,5 x 0,1 x 14,008 x 100 1000
¿
(13,7 ml – 1,5 ml) x 0,1 x 14,008 x 100 1000
= %P = = = Nc=
1,708976 N x 6,25 1,708976 x 6,25 10.6811
(16,45ml – 3 ml)– 1,5 x 0,1 x 14,008 x 100 1000
¿
−( 13,45ml – 1,5 ml) x 0,1 x 14,008 x 100 1000
= %P = = =
1,673956 N x 6,25 1,673956 x 6,25 10,462225
3.2
Dokumentasi A.
Enzim 1 No 1. A.
Sebelum Uji Pengaruh Suhu
Sesudah
Keterangan Sebelum di diamkan warna bening dan tidak berbau setelah di diamkan tidak ada perubahan warna dan berbau agak menyengat (tidak terdefinisi). Sebelum di panaskan warna bening dan tidak berbau setelah di panaskan maka warna berubah menjadi kuning keruh dan berbau seperti terasi. Sebelum di panaskan warna bening dan tidak berbau setelah di panaskan maka warna berubah menjadi kuning kental dan berbau seperti terasi yang lebih menyengat.
B.
C.
2. A
Uji Pengaruh keasaman
A Warna kekuningan cair dan tidak berwarna.
B
B. Warna bening cair dan bau tidak sedap.
C
3. A
C Warna bening kekuningan cair dan tidak berbau.
Uji Pengaruh Basa
Tidak berbau dan berwarna merah jambu
B
Tidak berbau dan berwarna merah jambu
C
Tidak berbau dan berwarna merah jambu
4.
Uji Pengaruh Konsentrasi Enzim
A
B
C
5. A
Uji Pengaruh konsentrasi substrat
Sebelum melakukan percobaan, gelatin 2% berbentuk cair, berwarna putih, dan tidak berbau. Setelah menambahkan Papain 0,01%, percobaan tersebut berbentuk cair, berwarna putih kekuningan, dan tibak berbau. Sebelum melakukan percobaan, gelatin 2% berbentuk cair, berwarna putih, dan tidak berbau. Setelah menambahkan Papain 0,05%, percobaan tersebut berbentuk cair, berwarna bening, dan berbau sangat menyengat. Sebelum melakukan percobaan, gelatin 2% berbentuk cair, berwarna putih, dan tidak berbau. Setelah menambahkan Papain 0,1%, percobaan tersebut berbentuk cair, berwarna putih kekuningan, dan berbau menyengat. 60 tetes papain + 20 tetes gelatin. Tidak berbau dan berwarna putih pekat
B.
B
35 tetes papain + 20 tetes gelatin. Berbau dan berwarna bening
C
40 tetes papain + 20 tetes gelatin. Berbau dan berwarna bening kekuningan
Enzim 2 No
Sebelum
1. A.
Hasil titrasi Pengaruh Suhu
Sesudah
Keterangan Sebelum
gelatin
+
papain dicampurkan dengan bahan pada metode formol warna bening
dan tidak
berbau
setelah
dicampurkan berubah
warna menjadi
hijau kehitaman dan berbau seperti kelapa tua.
B
Sebelum gelatin +
papain
dicampurkan dengan pada
bahan metode
formol agak
warna mendekati
warna
merah
jambu
dan
berbau
seperti
terasi,
setelah
dicampurkan maka
warna
berubah menjadi hijau
kehitaman
dan
berbau
seperti
kelapa
muda. C.
Sebelum gelatin +
papain
di
campurkan dengan pada
bahan metode
formol
warna
merah
jambu
dan seperti
berbau terasi
yang
lebih
menyengat, setelah
di
campurkan maka warna menjadi
berubah hijau
kehitaman berbau
dan seperti
kelapa muda.
2. A
Hasil titrasi pengaruh keasaman
Larutan berwarna merah jambu dan tidak memiliki bau.
Larutan
B
berwrana merah jambu dan tidak memiliki bau
Larutan
C
berwarna merah jambu dan tidak memiliki bau.
3. A
Hasil titrasi pengaruh basa
Berubah warna ketika diberi tetesan ke 5
B
Berubah warna ketika diberi tetesan ke 5
C
Berubah warna ketika diberi tetesan ke 5
4. A
Hasil titrasi pengaruh konsentrasi enzim
Sebelum mencampurkan Gelatin + Papain dengan Aquades, NaOH, Indikator pp, dan Formalin berwarna bening dan tidak berbau. Setelah melakukan pencampuran, warna berubah menjadi merah jambu pekat
B
Sebelum mencampurkan Gelatin + Papain dengan Aquades, NaOH, Indikator pp, dan Formalin berwarna bening dan tidak berbau. Setelah
melakukan pencampuran, warna berubah menjadi merah jambu pudar
C
Sebelum mencampurkan Gelatin + Papain dengan Aquades, NaOH, Indikator pp, dan Formalin berwarna bening dan tidak berbau. Setelah melakukan pencampuran, warna berubah menjadi merah jambu pekat
5. A
Hasil titrasi pengaruh konsentrasi substrat
Berwarna bening merah jambu dan tidak berbau.
B
Berwana bening merah jambu dan tidak berbau.
Berwana bening merah jambu dan tidak berbau.
C
BAB IV PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dengan acara yang berjudul enzim dengan tujuan mahasiswa mampu memahami pengaruh suhu, pH, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat terhadapat aktivitas enzim. Disini kami akan menjelaskan percobaan yang sudah kami lakukan dengan lima uji yaitu uji pengaruh suhu, uji pengaruh keasaman, uji pengaruh basa, uji pengaruh konsentrasi enzim, uji pengaruh konsentrasi substrat. Pada percobaan pertama dengan ENZIM I yaitu Prinsip uji pengaruh suhu adalah berdasarkan pada semakin tinggi suhu sampai batas optimum maka aktivitas enzim semakin tinggi akan tetapi apabila melewati batas optimum aktivitas enzim menurun. Pada perlakuan uji pengaruh suhu kami menyiapkan 3 erlenmeyer berukuran 250 mL dan memasukkan 3 mL Gelatin 1% pada masing-masing erlenmeyer, pada erlenmeyer A kami meletakkannya pada suhu kamar (250C), pada erlenmeyer B kami meletakkannya pada suhu 400C, pada erlenmeyer C kami meletakkan nya pada suhu 750C . masing-masing erlenmeyer mendapatkan perlakuan yang sama selama 5 menit. Setelah itu kami menambahkan 1 mL enzim Papain 0,1% pada masing-masing erlenmeyer dan mendiamkannya selama 5 menit, setelah 5 menit kami menambahkan HgCl 10% sebanyak 3 tetes pada masing-masing erlenmeyer. Hasil yang diperoleh dari perlakuan uji pengaruh suhu yaitu. Bau gelatin sebelum di panaskan pada erlenmeyer A, B, C berbau tidak sedap (terasi) dan warnanya kekuningan. Sesudah dipanaskan tetap berbau tidak sedap dan berwarna kekuningan. Berdasarkan literatur yang kami dapat. Yang pertama kami menyiapkan 4 erlenmeyer berukuran 250 mL yang sudah di beri label A, B, C, D. Kemudian masing-masing tabung diberi gelatin 1% sebanyak 3 ml kemudian meletakkan tabung A pada suhu 00, tabung B pada suhu kamar 250,tabung C pada suhu 400, tabung D pada suhu 750,dan masing-masing ditambah 1 ml enzim papain 0,1% kemudian ditambah HgCl 10% 3 tetes dan hasilnya yaitu
pada saat suhu 00 tabung A terjadi perubahan warna dan terdapat endapan, pada suhu 250 pada tabung B warna berubah menjadi keruh, pada suhu 400 tabung C terjadi perubahan warna menjadi keruh dan terdapat endapan, pada suhu 750 tabung D terjadi perubahan warna menjadi keruh. Namun pada percobaan yang kami lakukan terjadi kegagalan karena pada saat pemanasan terlalu lama sehingga menyebabkan suhu pada termometer melebihi batas maksimum. Pada perlakuan uji pengaruh keasaman kami menyiapkan 3 erlenmeyer berukuran 250 mL , masing-masing erlenmeyer diisi gelatin 1% , pada masing-masing erlenmeyer kami menambahkan 1 mL enzim papain 0,1%, kemudian pada erlenmeyer A kami menambahkan air sebanyak 1 mL , pada erlenmeyer B kami menambahkan HCL 10% sebanyak 1 mL, pada erlenmeyer C kami menambahkan Na2CO3 sebanyak 1 mL. Setelah itu kami menggoyanggoyangkan dan membiarkannya selama 10 menit. Hasil yang diperoleh dari uji pengaruh keasaman yaitu sebelum di diamkan erlenmeyer A, B, C menimbulkan bau yang menyengat dan memiliki warna kekuningan dan berbentuk cair, setelah didiamkan selama 10 menit tidak ada perubahan warna, bau ataupun bentuk. Berdasarkan literatur yang kami dapat menunjukkan bahwa pada percobaan uji pengaruh keasaman yang pertama mengisi 5 mL gelatin 0,05% pada masing-masing erlenmeyer dimana membutuhkan 3 erlenmeyer, yang masing-masing erlenmeyer diberi label A, B, C. Kemudian menambahkan 1 ml enzim papain 0,1% pada masing-masing erlenmeyer. Pada tabung A ditambah air, tabung B ditambah HCl 10%, tabung C ditambah Na2C03 sebanyak 1 ml, kemudian mengoyang-goyangkan selama 15 menit, perubahan yang terjadi yaitu pada tabung A meskipun telah ditambah air hasilnya tetap atau tidak terjadi perubahan warna, pada tabung B terjadi perubahan warna dari yang semula putih menjadi putih keruh, kemungkinan ini kesalahan dari praktikan akibat dari kelebihan HCl 10%, pada tabung C tidak terjadi perubahan warna setelah ditetesi Na2CO3. Pada perlakuan uji pengaruh basa kami menyiapkan 3 erlenmeyer berukuran 250 mL yang sudah diberi label A, B, C. Pada masing-masing erlenmeyer kami memasukkan 3 mL gelatin 1%, kemudian kami menambahkan 1 mL enzim papain 0,1% pada masing-masing erlenmeyer. Pada tabung A kami menambahkan air sebanyak 1 mL, pada tabung B kami menambahkan NaOH 10% sebanyak 1 mL dan pada tabung C kami menambahkan NH4OH sebanyak 1 mL. Setelah itu kami menggoyang-goyangkan nyadan membiarkannya selama 15 menit. Hasil yang diperoleh dari ujipengaruh basa yaitu sebelum didiamkan selama 15 menit tabung A, B, C berwarna putih keruh dan berbau tidak sedap pada tabung B dan C. Setelah didiamkan selama 15 menit tabung A, B, C menunjukkan perubah warna yaitu berubah menjadi putih kekuningan, pada tabung A tidak menimbulkan bau, pada tabung B dan C
menimbulkan bau yang semakin menyengat dari sebelumnya. Berdasarkan literatur yang kami dapatkan dalam uji ini kami menyiapkan 3 erlenmeyer berukran 250 mL yang sudah diberi label A, B, C. Kemudian pada masing-masing tabung diisi 5 ml gelatin 1% kemudian ditambah 1 ml enzim papain 0,1%, setelah itu pada tabung A ditambah air, pada tabung B ditambah NaOH 10%, tabung C ditambah NH4OH sebanyak 2 ml ,kemudian digoyanggoyangkan selama 15 menit. Dari literatur yang didapat perubahan yang terjadi yaitu pada tabung A setelah digoyang-goyangkan akan menghasilkan perubahan warna menjadi keruh dan mengeluarkan bau yang menyengat, pada tabung B menghasilkan perubahan warna menjadi keruh tetapi baunya tidak menyengat, pada tabung C warna menjadi keruh dan baunya menyengat. Pada perlakuan uji pengaruh konsentrasi enzim langkah awal yang kami lakukan yaitu menyiapkan 3 erlenmeyer berukuran 250 mL yang sebelumya sudah diberi label A, B, C, kemudian kami memasukkan 3 mL gelatin 2% pada masing-masing erlenmeyer, pada tabung A kami menambahkan enzim papain 0,01% sebanyak 1 mL, pada enzim B kami menambahkan enzim papain 0,05% sebayak 1 mL, pada erlenmeyer C kami menambahkan enzim papain 0,1% sebanyak 1 mL. Setelah itu kami menggoyang-goyangkan masing masing erlenmeyer agar homogen dan membiarkannya selama 15 menit. Setelah didiamkan selama 15 menit pada cairan pada tabung A yang semula berwarna putih berubah menjadi warna putih kekuningan namun tidak menimbulkan bau, pada tabung B tidak trjadi perubahan warna namun menimbulkan bau yang sangat menyengat, pada tabung C mengalami perubahan warna yang semula putih berubah menjadi putih kekuningan dan menimbulkan bau yang menyengat. Berdasrkan literatur yang kami dapat pada uji ini pertama menyiapkan 3 tabung erlenmeyer kemudian masing-masing tabung diisi 3 ml gelatin 2% kemudian ditambah 1 ml enzim papain 0,1%,tabung A ditambahkan enzim papain 0,01%,tabung B ditambah papain 0,05%,tabung C ditambah papain 0,1% sebanyak 1 ml,kemudian menggoyang-goyangkan selama 15 menit dan akan menghasilkan yaitu pada tabung A setelah digoyang-goyangkan akan menghasilkan perubahan warna bening kebiruan,pada tabung B terjadi perubahan warna menjadi bening,pada tabung C warna menjadi bening pink dan baunya menyengat. Pada perlakuan uji pengaruh konsentrasi substrat langkah awal yang kami lakukan yaitu menyiapkan 3 erlenemeyer ukuran 250 mL, pada erlenmeyer A kami mengisi gelatin 1% sebanyak 20 tetes, pada erlenmeyer B kami mengisi gelatin 2% sebanyak 20 tetes dan pada erlenmeyer C kami mengisi gelatin 3% sebanyak 20 tetes. Kemudian kami menambahkan enzim papain 0,1% pada masing masing erlenmeyer sebanyak 60 tetes. Hasil
yang diperoleh dari perlakuan ini yaitu pada erlenmeyer A terjadi perubahan warna yang awalnya putih berubah menjadi putih pekat dan tidak menimbulkan bau, pada erlenmeyer B tidak terjadi perubahan warna namun menimbulkan bau, pada erlenmeyer C menimbulkan perubahan warna menjadi bening kekuningan dan menimbulkan bau. Berdasarkan literatur yang kami dapat langkah awal yaitu menyiapkan 3 erlenmeyer ukuran 250 mL, dalam uji ini dilakukan dengan cara mengisi gelatin 3% pada masing-masing tabung. Kemudian masingmasing tabung ditambah enzim papain 1 ml,dan hasilnya yaitu tidak terjadi perubahan warna pada ketiga tabung tersebut. Kemungkinan kesalahan dari praktikan dalam mencuci alatnya kurang bersih. Pada percobaan selanjutnya yaitu denga ENZIM II,dimana melihat hasil titrasi terhadap penagruh suhu, hasil titrasi pengaruh keasaman, hasil titrasi pengaruh basa, hasil titrasi pengaruh konsentrasi enzim, hasil titrasi pengaruh konsentrasi substrat. Pada percobaan pertama dimana melihat hasil titrasi pengaruh suhu, pertama yaitu kami menyiapkan semua bahan seperti pada acara enzim I, kemudian kami memindahkan bahan tersebut ke dalam labu ukur berukuran 10 mL dan menambahkan 50 mL aquades, kemudian mengencerkannya sampai tanda batas lalu di goyang-goyangkan sampai homogen. Kemudian kami mengambil larutan sebanyak 10 mL dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi, lalu manambahkan 2 tetes indikator pp, kemudan di titrasi dengan 0,1 N NaOH, sampai berwarna merah jambu. Pada percobaan ini kami meneteskan sebanyak 70 tetes 0,1% N NaOH pada masing-masing label. Hasil yang di dapatkan yaitu pada tabung A tidak ada perubahan warna, pada tabung B berubah menjadi sedikit berwarna merah jambu dan pada tabung C berubah menjadi merah jambu. Setelah itu kami menambahkan 5 mL formalin 10 % dan menitrasi lagi dengan 0,1 N NaOH sampai berwarna merah jambu. Disini kami meneteskan 77 tetes NaOH pada masing-masing tabung A, B, C sampai menghasilkan warna hijau kehitaman pada setiap tabung A, B, C dan masing-masing berbau seperti kelapa muda. Kadar protein pada tabung A 2,18875%, kadar protein pada tabung B 4,81525%, kadar protein pada tabung C 5,69075%. Berdasarkan literatur yang kami dapat dalam uji ini menentukan hasil titrasi dengan cara memindahkan bahan yang sudah di siapkan ke dalam labu ukur 100 mL ,kemudian mengencerkan sampai tanda batas,lalu menggoyang-goyangkan sampai homogen,dan menambahkan 2 tetes indikator pp kemudian di titrasi dengan 0,1 NaOH,lalu menambahkan formalin 10% 1ml, dan dititrasi dengan NaOH, sehingga akan menghasilkan pada suhu 00 warna berubah menjadi merah jambu setelah ditetesi NaOH sebanyak 13 tetes,pada suhu 250 akan berubah warna merah jambu setelah ditetesi 6 tetes NaOH,pada suhu 400 warna akan berubah menjadi merah jambu setelah ditetesi 15 tetes
NaOH,pada suhu 750 warna berubah merah jambu setelah ditetesi NaOH sebanyak 39 tetes. Hal ini tidak sama dalam setiap tetesannya untuk berubah warna merah jambu,karena suhu yang ditentukan itu berbeda-beda itulah sebabnya kadar tetes NaOH masing-masing tabung tidak sama.Kadar protein pada tabung A 1,81%,,tabung B 1,01%,tabung C 1,62%,tabung D 9,1%. Pada percobaan kedua dimana melihat hasil titrasi pengaruh keasaman, pertama yaitu kami menyiapkan semua bahan seperti pada acara enzim 1, kemudian kami memindahkan bahan tersebut kedalam labu ukur berukuran 10 mL dan menambahkan 50 mL aquades dan mengencerkannya sampai tanda batas kemudian kami menggoyang-goyangkannya hingga homogen. Setelah itu ami mengambil 10 mL larutan tersebut dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi , kemudian menambahkan 2 tetes indikator pp, menitrasi dengan 0,1 N NaOH sampai berwarna merah jambu. Setelah itu kami menambahkan 5 mL formalin 10% dan menitrasi lagi dengan 0,1 N NaOH sampai berwarna merah jambu. Kemudian kami melihat perubahan warna yang terjadi pada tabung A, B, dan C setelah meneteskan 15 tetes, 20 tetes, dan 20 tetes 0,1 N NaOH berubah menjadi bening merah jambu, dan pada masing-masing tabung tidak menimbulkan bau. Kadar protein yang diperoleh dari uji ini yaitu pada tabung A 8,833795 %, pada tabung B 8,9301%, pada tabung C 8,9301%. Berdasarkan literatur yang kami dapat dalam uji ini menentukan titrasi dengan cara memindahkan bahan tersebut kedalam labu ukur berukuran 100 mL, kemudian mengencerkan sampai tanda batas,lalu menggoyang-goyangkan sampai homogen,dan menambahkan 2 tetes indikator pp kemudian di titrasi dengan 0,1 NaOH,lalu menambahkan formalin 10% 1ml,dan menititrasi dengan NaOH, sehingga menghasilkan pada tabung A tetap atau tidak terjadi perubahan warna,tabung B terjadi perubahan dari putih keruh menjadi kuning keorengan,tabung C tetap atau tidak terjadi perubahan warna.Kadar protein pada tabung A 2,62%,,tabung B 2,36%,tabung C 6,5%, Pada percobaan ketiga dimana melihat hasil titrasi pengaruh basa yaitu kami menyiapkan semua bahan seperti pada acara enzim 1, kemudian kami memindahkan bahan tersebut kedalam labu ukur berukuran 10 mL dan menambahkan 50 mL aquades dan mengencerkannya sampai tanda batas kemudian kami menggoyang-goyangkannya hingga homogen. Setelah itu ami mengambil 10 mL larutan tersebut dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi , kemudian menambahkan 2 tetes indikator pp, menitrasi dengan 0,1 N NaOH sampai berwarna merah jambu. Setelah itu kami menambahkan 5 mL formalin 10% dan menitrasi lagi dengan 0,1 N NaOH sampai berwarna merah jambu. Kemudian kami melihat perubahan warna yang terjadi yaitu pada tabung A, B, C setelah dicampurkan warnanya
brubah menjadi merah jambu dan pada tabung A dan B baunya tidak menyengat sedangkan pada tabung C baunya menyengat. Kadar protein yang diperoleh pada uji ini yaitu pada tabung A, B dan C sama yaitu 9,19275%. Berdasarkan literatur yang kami dapat dalam uji ini menentukan titrasi dengan cara memindahkan bahan tersebut kedalam labu ukur berukuran 100 mL, kemudian mengencerkan bahan sampai tanda batas,lalu menggoyang-goyangkan sampai homogen,dan menambahkan 2 tetes indikator pp kemudian di titrasi dengan 0,1 NaOH, lalu menambahkan formalin 10% 1 ml,dan menitrasi dengan NaOH sehingga menghasilkan tabung A berwarna hitam, hal ini karena bahan dalam tabung A terkontaminasi dengan bahan lain sehingga menghasilkan warna hitam,tabung B berwarna keunguan,tabung C berwarna keunguan. Kadar protein pada tabung A 8,12%,tabung B 3,75%,tabung C 3,75%. Pada percobaan kempat dimana melihat hasil titrasi pengaruh konsentarsi enzim yaitu kami menyiapkan semua bahan seperti pada acara enzim 1, kemudian kami memindahkan bahan tersebut kedalam labu ukur berukuran 10 mL dan menambahkan 50 mL aquades dan mengencerkannya sampai tanda batas kemudian kami menggoyang-goyangkannya hingga homogen. Setelah itu kami mengambil 10 mL larutan tersebut dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi , kemudian menambahkan 2 tetes indikator pp, menitrasi dengan 0,1 N NaOH sampai berwarna merah jambu. Setelah itu kami menambahkan 5 mL formalin 10% dan menitrasi lagi dengan 0,1 N NaOH sampai berwarna merah jambu. Pada tabung A kami meneteskan NaOH sebanyk 26 tetes dan menimbulkan perubahan warna menjadi merah jambu pekat setelah itu kami menambakhkan formalin kemudian warnanya berubah menjadi pudar, pada tabung B kami meneteskan NaOH sebanyak 48 tetes dan menimbulkan perubahan warna menjadi merah muda pudar setelah itu kami menambahkan formalin kemudian warnanya berubah menjadi pudar, pada tabung C kami meneteskan NaOH sebanyak 15 tetes an menimbulkan perubahan warna menjadi merah muda pekat setelah itu kami menambahkan formalin kemudian warnanya berubah menjadi pudar. Kadar protein yang diperoleh dari uji ini yaitu pada tabung A 13,04495%, pada tabung B 15,759%, pada tabung C 12,563425%. Berdasarkan literatur yang kami dapat dalam uji ini menentukan titrasi dengan cara memindahkan bahan tersebut kedalam labu ukur berukuran 100 mL, kemudian mengencerkan sampai tanda batas,lalu menggoyang-goyangkan sampai homogen,dan menambahkan 2 tetes indikator pp kemudian di titrasi dengan 0,1 NaOH,lalu menambahkan formalin 10% 1ml,dan titrasi dengan NaOH sehingga menghasilkan tabung A menjadi berubah warna pink tua,tabung B berwarna bening,tabung C berwarna pink bening.Kadar protein pada tabung A 1,25%,tabung B 18,06%,tabung C 30,75%.
Pada percobaan kelima dimana melihat hasil titrasi pengaruh konsentrasi substrat yaitu kami menyiapkan semua bahan seperti pada acara enzim 1, kemudian kami memindahkan bahan tersebut kedalam labu ukur berukuran 10 mL dan menambahkan 50 mL aquades dan mengencerkannya sampai tanda batas kemudian kami menggoyanggoyangkannya hingga homogen. Setelah itu ami mengambil 10 mL larutan tersebut dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi , kemudian menambahkan 2 tetes indikator pp, menitrasi dengan 0,1 N NaOH sampai berwarna merah jambu. Setelah itu kami menambahkan 5 mL formalin 10% dan menitrasi lagi dengan 0,1 N NaOH sampai berwarna merah jambu. Kemudian kami melihat perubahan warna yang terjadi yaitu pada tabung A, B dan C berubah menjadi bening merah jambu dan tidak menimbulkan bau. Kadar protein yang diperoleh dari uji ini yaitu pada tabung A 9,586725%, pada tabung B 10,6811%, padang tabung C 10,462225%. Berdasarkan literatur yang kami dapat dalam uji ini menentukan titrasi dengan cara memindahkan bahan tersebut kedalam labu ukur berukuran 100 mL, kemudian mengencerkan sampai tanda batas, lalu menggoyang-goyangkan sampai homogen, dan menambahkan 2 tetes indikator pp kemudian di titrasi dengan 0,1 NaOH,lalu menambhakan formalin 10% 1ml,dan titrasi dengan NaOH sehingga menghasilkan pada tabung A terjadi perubahan warna menjadi pink pekat,tabung B terjadi perubahan warna menjadi merah jambu,tabung C terjadi perubahan warna pink pekat.Dalam hal ini ada yang tidak terjadi perubahan warna,kemungkinan disebabkan karena akibat dari praktikan kelebihan kadar dalam melakukan praktikum Kadar protein pada tabung A 6,12%,,tabung B 3,12%,tabung C 2,06%. Faktor kegagalan pada semua percobaan baik itu enzim 1 maupun enzim 2 adalah terletak pada uji pengaruh suhu, yaitu pada enzim 1 saat melakukan pemanasan campuran gelatin + papain kami mendapatkan suhu yang kelewat batas yang diperlukan yang seharusnya hanya membutuhkan suhu 400̊ C pada label B, dan 750̊ C pada label C semuanya melebihi suhu yang diharapkan karena pemanasan yang terlalu lama, pada cara kerja di modul, yaitu rata rata lama pemanasan dalam mendapatkan suhu 400̊ C dan suhu 750̊ C yaitu 510 menit. Pada percobaan ini di menit ke 3 lebih 45 detik suhu sudah mencapai 850̊ C pada kedua erlenmeyer, hal ini merupakan ketidak sengajaan dan murni kesalahan kami karena tidak memperhatikan dengan teliti perubahan suhu pada termometer. dari kegagalan ini kami dapat menyimpulkan bahwa penyebab suhu cepat meningkat dalam waktu yang singkat yaitu karena faktor besar kecilnya api yang menyala yang membakar tabung erlenmeyer itu dan jarak jauh dekatnya tabung erlenmeyer dengan api yang di menyala.
Enzim sangat senstitif terhadap perubahan pH,karena enzim tersusun dari protein yang tersusun dari protein yang bersifat bipolar,mudah melepas atau menerima ion sehigga aktivitasnya menurun. Perubahan pH yang drastis/ekstrim dapat menyebabkan denatursi atau kehilangan fungsi biologis. Mikroorganisme tertentu dapat hidup pada lingkungan bersuhu tinggi,karena mikroorgansme tersebut dapat berkomunikasi dengan sesmanya dan mengkoordinasikan aktivitas mereka,mislalnya kemampuan untuk hidup di lingkungan dengan tingkat sanalitas tinggi,tekanan kuat,kadar asam yang tinggi,atau bahkan di lingkungan hampa udara sekalipun. Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi semua makhluk hidup. Khususnya bagi bakteri, suhu lingkungan yang berbeda lebih tinggi dari suhu yang dapat ditoleransi akan menyebbkan denaturasi protein dan komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati . demikian pula bila suhu lingkungannya beradadibawah batas toleransi, membran sitoplasma tidak akan berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan proses kehiduapn sel akan terhenti. Berdasarkan koisaran suhu aktivitasnya bakteri dibagi menjadi 4 golongan: 1. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C. 2. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C. 3. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C 4. Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.
BAB V PENUTUPAN KESIMPULAN Dari percobaan kali ini dapat disimpulkan yaitu enzim sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor utama yaitu suhu, Setiap enzim memiliki suhu optimum. Enzim juga merupakan protein, sehingga nilai suhu optimum bergantung pada pH dan kekuatan ionik. Suhu optimum protein bergantung pada suhu di mana organisme itu berada. Namun apabila kenaikan suhu terjaid terus menerus dapat menyebabkan denaturasi enzim seperti perocobaan yang kami lakukan terejadi kegagalan pada saat uji pengaruh suhu dikarenakan pemanasan yang terlalu lama. Faktor kedua yaitu pH, enzim sangat sensitif terhadap perubahan pH dan berfungsi dengan baik dalam kisaran sempit pada pH optimum. Faktor ketiga yaitu konsentrasi enzim, Semakin besar konsentrasi enzim semakin cepat pula reaksi yang berlangsung. Dengan kata lain, konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.
DAFTAR PUSTAKA Tim mata kuliah biokimia.2017. Petunjuk Praktikum Biokimia. Jember. Universitas Muhammadiyah Jember. Internet online : https://www.pdfcoke.com/doc/242185774/LAPORAN-BIOKIMIA-ENZIM. diakses pada tanggal 31 Maret 2018 pukul 21: 15 WIB Fessenden,R.J. and Fessenden, J.S. 1992. Kimia Organik Jilid II. Erlangga.Jakarta. 395-396. Bahri, S. 2012. Karakteristik Enzim Amilase Dari Kecambah Biji Jagung Ketan,Jurnal Natural Science, Vol 1 (1) : 1-2 Novitasari,Y. E. 2014. Screening Bakteri Termofilik Penghasil Enzim Amilase Dari Sumber Air Panas Singgahan Tuban Jawa Timur. Unesa Journal Of Chemistry. Vol 3 (3) : 1