Laporan Pendahuluan Zein.docx

  • Uploaded by: Ratna Windari Waluyo
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Zein.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,459
  • Pages: 14
LAPORAN PENDAHULUAN 1.1 Definisi Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Tidur adalah suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Sedangkan istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidaknyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012:522). Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (NANDA NIC-NOC,2013:603). 2.1 Sistem Fisiologi Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklus. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi.Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi. 2.1.1 Non Rapid Eye Movement (NREM) Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat tahapan yaitu: a.

Tahap I Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur.Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan : 1) Mata menjadi kabur dan rileks. 2) Seluruh otot menjadi lemas. 3) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan. 4) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun. 5) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.

6) Dapat terbangun dengan mudah. 7) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.

b. Tahap II Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan : 1) Kedua Bola mata berhenti bergerak. 2) Suhu tubuh menurun. 3) Tonus otot perlahan-lahan berkurang. 4) Tanda-tanda vital turun dengan jelas. 5) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut gelombang tidur.

c. Tahap III Merupakan awal tahap tidur nyenyak.Tahap ini berlangsung 15-30 menit. Tahap III ini ditandai dengan: 1) Relaksasi otot menyeluruh. 2) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur. 3) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik. 4) Sulit dibangunkan dan digerakkan.

d. Tahap IV Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai dengan : 1) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan. 2) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun pagi. 3) Tonus Otot menurun (relaksasi total). 4) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %. 5) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2 siklus/detik. 6) Gerak bola mata mulai meningkat.

7) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis (mengompol).

2.1.2

Rapid Eye Movement (REM) Tahap tidur yang sangat nyenyak.Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 % dari tidurnya. a. Tahap REM ditandai dengan: 1) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya. 2) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul. 3) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai. 4) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi. 5) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang

berfluktuasi,

serta

peningkatan

tekanan

darah

yang

berfluktuasi. 6) Metabolisme meningkat. 7) Lebih sulit dibangunkan. 8) Sekresi ambung meningkat. 9) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.

b. Karakteristik tidur REM 1) Mata : Cepat tertutup dan terbuka. 2) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi. 3) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea. 4) Nadi : Cepat dan ireguler. 5) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi. 6) Sekresi gaster : Meningkat. 7) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik. 8) Gelombang otak : EEG aktif. 9) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi gangguan tidur 1.2.1

Penyakit Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.

1.2.2

Lingkungan Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.

1.2.3

Motivasi Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

1.2.4

Kelelahan Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.

1.2.5

Kecemasan Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya.

1.2.6

Alkohol Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.

1.2.7

Obat-obatan Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain diuretik (menyebabkan

insomnia),

anti

depresan

(supresi

REM),

kaffein

(meningkatkan saraf simpatis), beta bloker (menimbulkan insomnia), dan narkotika (mensupresi REM).

1.3 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem tidur dan istirahat : Gangguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari (Maslow, 2005).

1.3.1

Insomnia Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur non retoratif (Edinger dan Sarana, 2005).Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.Umumnya ditemui pada individu dewasa.Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah.Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, Terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.

1.3.2

Parasomnia Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).

1.3.3

Hipersomnia Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari.

1.3.4

Narkolepsi Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari.Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur.Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari kenyataan.Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminaultt dan Fromberz, 2005).

1.3.5

Apnea saat tidur dan Mendengkur Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA).OSA mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah (Groth, 2005), Namun sering terjadi juga pada wanita menopause, serta wanita muda dan anak-anak (Mendez, dan Olson, 2006).OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur.Saluran napas

tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan Bassiri, 2005).Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga sering menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau mendengkur.Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan terbuka.Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah. 1.3.6

Mengigau Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

A.

Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan 1. Riwayat Keperawatan 2.1.1 Riwayat keperawatan 1. Keluhan

Utama

:

Perawat

memfokuskan

pada

hal-hal

yang

menyebabkan klien meminta bantuan seperti : a. Apa yang dirasakan klien b. Apa masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan c. Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari d. Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan

sekarang khususnya

gangguan

yang mungkin

sudah

berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit keturunan. 4. Riwayat Penyakit Dahulu Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur.

2.1.2

Pemeriksaan fisik : data focus 1. Keadaan Umum Meliputi tingkat kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit. 2. Gejala Kardial Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas. 3. Keadaan fisik Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut, telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas.Secara umum, teknik

pemeriksaan

fisik

yang

dapat

dilakukan

dalam

memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah: inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

2.1.3

Pemeriksaan penunjang Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.

2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa 1 :Gangguan Pola Tidur 2.2.1 Definisi Gangguan pola tidur adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai risiko mengalami perubahan dalam jumlah dan kualitas yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan. 2.2.2

Batasan karakteristik 1. Dewasa a. Mayor b. Kesulitan jatuh atau tertidur c. Minor d. Lelah pada saat bangun atau sepanjang hari e. Agitasi f. Perubahan alam perasaan g. Mengantuk sepanjang hari

2. Anak-anak Gangguan tidur pada anak biasanya berhubungan dengan rasa takut, enurasis, atau respon yang tidak konsisten dari orangtua terhadap permintaan perubahan peraturan tidur seperti permintaan untuk lambat pergi tidur.

2.2.3

Faktor yang berhubungan 1. Patofisiologis Berhubungan dengan sering terbangun sekunder terhadap : a. Kerusakan transport oksigen 1) Angina 2) Gangguan pernafasan 3) Arteriosklererosis perifer 4) Gangguan sirkulasi b. Kerusakan eliminasi : defekasi atau berkemih 1) Diare 2) Retensi 3) Konstipasi 4) Disuria 5) Inkontinensia 6) Frekuensi c. Gangguan metabolism 1) Hipertiodisme 2) Ulkul gastric 3) Gangguan hati 2. Tindakan yang berhubungandengan memerlukan waktu yang berlebihan sekunder terhadap obat-obatan: a. Sedative b. Soporifics c. Obat tidur d. Inhibitor MAO e. Hipnotis f. Barbiturate g. Antidepresi

h. Kortikosteoid i. Antihipertensi j. Amfetamin 3. Situasional (personal, lingkungan) a. Berhubungan dengan hiperaktif yang berlebihan sekunder terhadap : 1) Gangguan bipolar 2) Ansietas panic 3) Kelainan kurang-perhatian b. Berhubungan dengan waktu tidur siang berlebihan c. Berhubungan dengan depresi d. Berhubungan dengan tidak adekuatnya aktifitas siang hari e. Berhubungan dengan nyeri f. Berhubungan dengan respons ansietas g. Berhubungan dengan ketidaknyaman sekunder terhadap kehamilan h. Berhubungan dengan terganggunya gaya hidup 1) Pekerjaan 2) Emosi 3) Sosial 4) Seksual 5) Pendapatan i. Berhubungan dengan perubahan lingkungan 1) Hospitalisasi (kebisingan,takut,teman sekamar menggangu) 2) Perjalanan j. Berhubungan dengan rasa takut k. Berhubungan dengan perubahan irama sirkadian 4. Maturasional a. Pada anak-anak berhubungan dengan takut gelap b. Pada wanita dewasa berhubungan dengan perubahan hormonal

Diagnosa2 : Ansietas 2.2.4

Definisi Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini merupakan kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

2.2.5

Batasan karakteristik 1. Perilaku : a. Penurunan produktivitas b. Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa hidup c. Gelisah d. Insomnia 2. Afektif : a. Kesedihan yang mendalam b. Distress c. Perasaan tidak adekuat d. Gugup e. Peningkatan kekhawatiran 3. Fisiologis : a. Wajah tegang b. Peningkatan keringat c. Peningkatan ketegangan d. Terguncang e. Gemetar atau tremor di tangan f. Suara bergetar 4. Parasimpatis : a. Nyeri abdomen b. Penurunan tekanan darah c. Diare d. Pingsan

e. Keletuhihan f. Mual 5. Simpatis : a. Anoreksia b. Eksitasi kardiovaskular c. Peningkatan tekanan darah d. Peningkatan nadi e. Peningkatan pernapasan f. Kesulitan bernapas

6. Kognitif : a. Penurunan lapang pandang b. Blocking pikiran c. Konfusi d. Kesulitan berkonsentrasi e. Keterbatasan kemampuan untuk menyelesaikan masalah f. Takut terhadap konsekuensi yang tidak spesifik

2.2.6

Faktor yang berhubungan 1. Terpajan toksik 2. Hubungan keluarga/ heriditas 3. Transmisi dan penularan interpersonal 4. Krisis situasi dan maturasi 5. Stress 6. Penyalahgunaan zat 7. Ancaman kematian 8. Ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi peran, lingkungan, status kesehatan, status ekonomi, atau pola interaksi 9. Konflik yang tidak disadari tentang nilai dan tujuan hidup yang esensial 10. Kebutuhan yang tidak terpenuhi

2.3 Perencanaan Diagnosa 1 :Gangguan Pola Tidur 2.3.1

Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria) : 1. Pola tidur klien efektif a 2. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat 3. Pola tidur, kualitas dalam batas normal 4. Jumlah jam tidur dalam normal 6-8 jam/hari

2.3.2

Intervensi keperawatan dan rasional : Intervensi a. Kaji rutinitas tidur yang biasa dilakukan klien b. Ciptakan lingkungan yang nyaman

Rasional a. Mengidentifikasi kebiasaan tidur klien b. Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis

c. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat d. Kolaborasi pemberian obat tidur

c. Istirahat adekuat dan tidur dapat meningkatkan status emosional d. Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur/istirahat selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru.

Diagnosa 2 : Ansietas 2.3.3

Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria) : 1. Ansietas berkurang, dibuktikan oleh bukti tingkat ansietas hanya ringan sampai sedang, dan selalu menunjukkan Pengendalian-Diri Terhadap Ansietas, Konsentrasi, dan Koping 2. Menunjukkan menunjukkan Pengendalian-Diri Terhadap Ansietas, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut : (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu): a. Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan b. Mempertahankan performa peran

c. Memantau distorsi persepsi sensori d. Memantau manifestasi perilaku ansietas e. Melakukan teknik relaksasi untuk meredakan ansietas

2.3.4

Intervensi keperawatan dan rasional : Intervensi

Rasional

a. Gunakan pendekatan yang

a. Memungkinkan waktu untuk

menenangkan

mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas, dan

b. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi c. Jelaskan prosedur dan apa

perilaku adaptasi b. Meningkatkan relaksasi/istirahat dan menurunkan rasa cemas

yang dirasakan selama prosedur d. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

c. Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosa dan prognosis

d. Membantu pasien rileks secara fisik mampu untuk membuat strategi koping adekuat

I.

Daftar Pustaka

A, Aziz Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Doengoes, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC Herdman, T.Heather.(2012).Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional. Jakarta: EGC Mubarak,.(2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik.Jakarta: EGC Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi.(2013). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA.Jakarta: EGC Potter&Perry, (2005).Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4.Vol 2.Jakarta: EGC Tarwoto & Wartonah.(2006). Kebutuhan Dasar Manusia danProses KeperawatanEdisi 4. Jakarta: Salemba Medika Potter, Patricia A., Perry, Anne G. (2009).Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.Jakarta: Salemba Medika Potter, Perry. (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4.Jakarta: EGC. Vaughans, Bennita W. (2011). Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Banjarmasin,

Preseptor akademik,

Preseptor klinik,

September 2018

Related Documents


More Documents from "Dwi suci rhamdanita"

Mini Cex Vk.docx
November 2019 16
Lp Stroke Non Hemoragik.docx
November 2019 20
Makalah Facebook
June 2020 38
Sk-kebijakan-mutu.docx
June 2020 43
Cover Uny.docx
November 2019 54