Laporan Pendahuluan Tonsilitis

  • Uploaded by: LilisQodariah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Tonsilitis as PDF for free.

More details

  • Words: 1,720
  • Pages: 12
LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS

Disusun Oleh : Nama

: Lilis Qodariah

NIM

: 1811040095

Ruang

: Dahlia

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2018

I.

Pengertian Tonsillitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel (Reeves, 2001). Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang terjadi karena virus, bakteri, atau jamur (Black, 2006). Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsil dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam kripta (Derricson, 2009). Macam-macam tonsillitis menurut Reeves (2001) : 1. Tonsillitis Akut Dibagi menjadi 2, yaitu : a. Tonsilitis Viral Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorokan Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr. b. Tonsilitis Bakterial Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat,pneumococcus, streptococcus viridian dan streptococcus piogenes. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati. 2. Tonsilitis membranosa a. Tonsilitis Difteri Penyebab yaitu oleh kuman coryne bacterium diphteriae, kuman yang termasuk gram positif dan hidung disalurkan napas bagian atas yaitu hidung, faring dan laring. b. Tonsilitis Septik Penyebab sterptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi seningga menimbulkan epidemi. Oleh karena itu di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara paste urisasi sebelum di minum maka penyakit ini jarang di temukan. c. Angina plout Vincent Penyebab penayakit ini adalah bakteri spinachaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita dengan hygiene mulut yang kurang dan difiensi vitamin C. Gejala berupa demam samapai 39° C, nyeri kepala, badan lemah dan kadang gangguan pencernaan.

II.

Etiologi Penyebab utama tonsilitis adalah kuman golongan streptokokus (streptokus α

streptokokus ß hemolycitus, viridians dan pyogeneses),

penyebab yang lain yaitu infeksi virus influenza, serta herpes (Nanda, 2008). Infeksi ini terjadi pada hidung / faring menyebar melalui sistem limpa ke tonsil hiperthropi yang disebabkan oleh infeksi bisa menyebabkan tonsil membengkak sehingga bisa menghambat keluar masuk udara. 50% bakteri merupakan penyebabnya. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, dan juga menyebabkan tonsilitis (Reeves, 2001) III.

Manifestasi Klinis 1. Gejala tonsilitis antara lain : sakit tenggorokan, demam, dan kesulitan dalam menelan. 2. Gejala tonsilitis akut : gejala tonsilitis akut biasanya disertai rasa gatal / kering ditenggorokan, lesu, nyeri sendi, anoreksia, suara serak, tonsil membangkak. 3. Di mulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga parah, sakit menekan terkadang muntah. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada lekukan tonsil. 4. Gambaran tonsilitis kronis : nyeri telan, bahkan dapat menginfeksi telinga bagian tengah, misal proses berjalannya kronis, tingkat rendahnya yang pada akhirnya menyebabkan ketulian permanen

IV.

Patofisiologi Bakteri atau virus menginfeksi pada lapisan epitel. Bila epitel terkikis, maka

jaringan

limpofid

superficial

menandakan

reaksi,

terdapat

pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonukuler. Proses ini secara klinis tampak pada kriptus tonsil yang berisi bercak kuning disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas. Akibat dari proses ini akan terjadi pembengkakan atau pembesaran tonsil ini, nyeri menelan, disfalgia. Kadang apabila terjadi pembesaran melebihi uvula dapat menyebabkan kesulitan bernafas. Apabila kedua tonsil bertamu pada garis tengah yang disebut kidding tonsil dapat terjadi penyumbatan pengaliran udara dan makana. Komplikasi

yang sering terjadi akibat disflagia dan nyeri saat menelan, klien akan mengalami malnutrisi yang ditandai dengan gangguan tumbuh kembang, malaise, mudah mengantuk. Pembesaran adenoid mungkin dapat menghambat ruang samping belakang hidung yang membuat kerusakan lewat udara dari hidung ke tenggorokan, sehingga akan bernafas melalui mulut. Bila bernafas terus lewat mulut maka mukosa membarne dari orofaring menjadi kering dan teriritasi, adenoid yang mendekati tuba eustachus dapat meyumbat saluran mengakibatkan berkembangnya otitis media (Nanda, 2008 )

V.

Pathways Bakteri (dalam udara&makanan)

Virus (dalam udara & makanan)

Streptococcus hemoliticus tipe A Virus hemoliticus influenza

Reaksi antigen dan antibodi dalam tubuh Antibody dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman Virus dan bakteri menginfeksi tonsil Epitel terkikis Produksi sekret berlebih

Peradangan tonsil Tonsilitis

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Pembesaran tonsil

Peningkatan suhu tubuh

Benda asing di jalan nafas

Diprose

Obst. Jalan nafas Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Kekurangan volume cairan Obs.mekanik

Tonsilektomi Kurang pemahaman

Kurang pengetahuan

Resiko perdarahan Darah di saluran nafas

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Nyeri

Resiko kerusakan menelan Anoreksia Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

VI.

Penatalaksanaan Penatalaksanaan umum menurut Soepardi, 2001: 1. Menjaga hygiene mulut 2. Pemberian antibiotik (penicilin) 3. Vit. C & B kompleks 4. Obat kumur Penatalaksanaan tonsilitis akut : 1. Antibiotik golongan peneliti anti sulfanamid selama 5 hari. 2. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder dan untuk

mengurangi edema pada laring. 3. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring untuk menghindari komplikasi

kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 x negatif. 4. Pemberian antipiretik. Penatalaksanaan tonsilitis kronis : 1. Terapi lokal untuk hygine mulut. 2. Teori radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa Pemeriksaan Penunjang : 1. Usap tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Usapan

bias teenggorokan, hidung. 2. Biopsy dilakukan pada semua kasus dengan pembesaran tonsil unuilateral. 3. Pemeriksaan darah lengkap 4. Radiologi. 5. Thorak VII.

Fokus Pengkajian Pengkajian fokus pada pasien tonsilitis : 1. Wawancara : a. Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya b. Kapan gejala itu muncul c. Apakah mempunyai kebiasaan merokok d. Bagaimana pola makan e. Apakah rajin membersihkan mulut 2. Pengkajian pola :

a. Data dasar pengkajian : Intergritas ego Gejala : perasaan takut, khawatir bila pembedahan mempengaruhi kemampuan kerja Tanda : ansietas, depresi, menolak. b. Makanan cair Gejala : kesulitan menelan. Tanda : kesulitan menelan, tersedak. c. Nyeri / keamanan Gejala : sakit tenggorokan kronis. Tanda : gelisah, perilaku berhati- hati. d. Pernafasan Gejala : riwayat merokok, bekerja dengan serbuk kayu (Charlene J. Reeves, 2001). VIII.

Diagnosa yang mungkin muncul

1. Pre Operasi : a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi. b. Hipertemi berhubungan dengan proses penyakit. c. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanisme tonsilitis. d. Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan tonsilektomi. 2. Post Operasi : a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan. b. Resiko ketidak seimbangan nurisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan asupan sekunder akibat nyeri saat menelan. c. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan. d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka terbuka (Carpenito, 2006).

IX.

Rencana Tindakan 1. Pre Operasi

No 1

2

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Keperawatan Hasil Nyeri akut NOC : berhubungan  Pain Level, dengan agen injuri Pain control, biologi  Comfort level Kriteria Hasil: 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri 3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 5. Tanda vital dalam rentang normal Hipertemi NOC : berhubungan dengan Thermoregulation proses penyakit

Kriteria Hasil : 1. Suhu tubuh dalam rentang normal 2. Nadi dan RR dalam rentang normal 3. Tidak ada

Intervensi NIC : Pain Management 1. Kaji nyeri secara kompehensif 2. Monitor perkembangan nyeri 3. Monitor tanda-tanda vital darah dan nadi. 4. Berikan tindakan nyaman 5. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri 6. Kolaborasi pemberian analgetik.

NIC : Fever treatment 1. Monitor suhu sesering mungkin 2. Monitor warna dan suhu kulit 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR 4. Berikan anti piretik 5. Berikan pengobatan untuk

3

4

perubahan warna mengatasi penyebab kulit dan tidak demam ada pusing, 6. Selimuti pasien merasa nyaman Kompres pasien pada lipat paha dan aksila Gangguan menelan Tujuan : Setelah 1. Berikan makanan berhubungan dilakukan tindakan lunak. dengan obstruksi keperawatan pasien 2. Cek mulut adakah mekanisme. mampu sisa-sisa makanan. menelan dengan baik. 3. Bantu pasien dengan Kriteria hasil : posisi tegak sebelum Reflek menelan baik, makan tidak tersedak saat menelan, tidak muntah, usaha menelan secara normal. Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan tonsilektomi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan cemas dapat berkurang. Kriteria hasil : Kecemasan dapat berkurang.

1. Kaji sejauh mana kecemasan pasien. 2. Menginformasikan pasien atau orang terdekat tentang peran advokat perawat intra operasi 3. Identifikasikan tingkat rasa cemas 4. Beri tahu pasien yang kemungkinan akan dilakukan tindakan operasi.

2. Post op No 1

Diagnosa Keperawatan Resiko kekurangan

Tujuan dan Kriteria Hasil Tujuan : Setelah

volume cairan

dilakukan tindakan

berhubungan

keperawatan kebutuhan

dengan perdarahan

cairan

vital

yang

terpenuhi.

dengan

berlebihan

Kriteria hasil :

normal

Kekurangan volume

Intervensi 1. Ukur

dan

catat

jumlah darah 2. Monitor

3. Catat

tanda bandingkan hasil respon

cairan dapat teratasi

Fisiologi individual

dapat ditandai

Pasien

dengan tanda vital stabil,

terhadap

membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

pendarahan. 4. Awasi batuk karena

akan

mengiritasi

luka

dan

menambah perdarahan. 2

3

Resiko ketidak

Tujuan : Setelah

seimbangan nurisi :

dilakukan tindakan

kurang dari

keperawatan kebutuhan

kebutuhan tubuh

nutrisi

yang

terpenuhi dan seimbang.

berhubungan

Kriteria hasil :

dengan penurunan

Kebutuhan nutrisi pasien

asupan sekunder

adekuat, tidak ada tanda-

akibat nyeri saat

tanda

menelan.

malnutrisi.

Nyeri berhubungan

akut NOC :  Pain Level,

NIC : Nutrition Management 1. Kaji adanya alergi makanan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C. 5. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) Nutrition Monitoring 1. BB pasien dalam batas normal 2. Monitor adanya penurunan berat badan 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan 4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan Monitor lingkungan selama makan NIC : Pain Management

dengan tindakan  Pain control, pembedahan  Comfort level

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk Kriteria Hasil: lokasi, karakteristik, 6. Mampu mengontrol durasi, frekuensi, kualitas dan faktor nyeri (tahu penyebab presipitasi nyeri, mampu 2. Observasi reaksi menggunakan tehnik nonverbal dari ketidaknyamanan nonfarmakologi 3. Gunakan teknik untuk mengurangi komunikasi terapeutik nyeri, mencari untuk mengetahui pengalaman nyeri bantuan) pasien 7. Melaporkan bahwa 4. Ajarkan tentang teknik nyeri berkurang non farmakologi dengan menggunakan 5. Berikan analgetik untuk mengurangi manajemen nyeri nyeri 8. Mampu mengenali 6. Evaluasi keefektifan nyeri (skala, kontrol nyer 7. Tingkatkan istirahat intensitas, frekuensi 8. Kolaborasikan dengan dan tanda nyeri) dokter jika ada keluhan 9. Menyatakan rasa dan tindakan nyeri tidak berhasil nyaman setelah nyeri berkurang 10. Tanda vital dalam rentang normal

4

Resiko infeksi

Tujuan : Setelah

berhubungan

dilakukan tindakan

dengan luka post

keperawatan diharapkan

operasi ditandai

pasien dapat menyatakan

dengan

pemahaman tentang

luka terbuka.

penyebab atau faktor resiko individu. Kriteria hasil : Menurunkan resiko

1. Cuci

tangan sebelum dan sesudah aktivitas 2. Tetap ada fasilitas control infeksi steril. 3. Siapkan lokasi operasi menurut produsen khusus

infeksi, menunjukkan teknik atau pola hidup yang aman dan nyaman.

Related Documents


More Documents from "Yustika Cahyati"