Laporan Pendahuluan Rematik.docx

  • Uploaded by: Renny Anggraeni
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Rematik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,382
  • Pages: 24
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS DUSUN JATEN RT 02, SENDANGSARI, PAJANGAN, BANTUL

OLEH : ANNISA RIZKI ARUMSARI 161388

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADA YOGYAKARTA 2018

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS DUSUN JATEN RT 02, SENDANGSARI, PAJANGAN, BANTUL

Yogyakarta,

November 2018

Praktikan,

(Annisa Rizki Arumsari)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

(Bagus Putu Arka )

Pembimbing Lahan

(

)

1. Konsep penyakit a. Pengertian Rematik adalah gangguan peradangan menahun (kronis) dimana lapisan sendi yang terpengaruh, membuat pasien berisiko mengalami perbubahan bentuk (deformitas) sendi dan erosi tulang. Penyakit autoimun ini, biasanya ditandai dengan periode aktif (flare) dan tidak aktif (remisi), mempengaruhi sebagian besar perempuan, perokok, dan orang-orang dengan keturunan penyakit ini. Rematik sering juga disebut Rheumatoid Arthritis. Rematik juga dapat menyebabkan peradangan dan menyerang bagian tubuh lainnya; dengan demikian, penyakit ini disebut sebagai penyakit sistemik. Rematik (rheumatoid arthritis) adalah penyakit autoimun yang menyebabkan sendi meradang dan kaku. Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan, sehingga menyerang dan merusak jaringan tubuh yang sehat. Sayangnya, penyakit autoimun belum diketahui apa penyebab pastinya. Namun, para ahli menduga bahwa penyakit autoimun berhubungan dengan infeksi virus dan kebiasaan merokok. Pada penyakit rematik, peradangan terjadi karena sistem kekebalan tubuh ini menyerang dan merusak jaringan sendi yang sehat.

b. Etiologi Sebagai bentuk peradangan sendi, radang rematik dianggap sebagai penyakit autoimun, yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh mulai menyerang jaringan sehat. Saat serangan ini dipicu, sel-sel kekebalan tubuh berpindah menuju sendi, menyerang tulang rawan dan melepaskan zat - zat

peradangan dan mempengaruhi jaringan yang melapisi sendi, menyebabkan perluasan jaringan dan berpotensi merusak tulang. Tulang rawan yang terserang menyebabkan keausan pada tulang rawan dan tulang yang terhubung mulai bergesekan satu sama lain, dan menyebabkan rasa sakit yang berlebihan. Apa yang memicu serangan tidak diketahui, meskipun faktor-faktor ini mungkin terlibat: 

Hormon - Radang rematik umumnya dialami wanita terutama karena adanya tingkat estrogen yang lebih tinggi dalam sistem mereka, tapi cenderung menyebabkan gejala yang lebih berat di kalangan penderita laki-laki.



Lingkungan - Berdasarkan angka resmi, perokok dan orangorang setengah baya lebih rentan terhadap penyakit.



Keturunan - Para ahli sebelumnya telah mengajukan bukti yang menghubungkan gen dengan radang rematik. Namun, penelitian mereka menegaskan bahwa risiko mewarisi penyakit ini cukup rendah.



Infeksi virus atau bakteri - Karena serangan utama terjadi awalnya pada sistem kekebalan tubuh, maka infeksi tertentu juga diduga memicu penyakit. Beberapa penyebab penyakit rematik adalah akibat

pembebanan pada sendi yang berlebih seiring waktu yang menyebabkan kerusakan pada sendi atau disebut juga konsep wear and tear, penyebab lainnya adalah kelainan autoimun, adanya infeksi, maupun pada penyakit yang menyebabkan adanya deposisi kristal didalam sendi misalnya pada artritis gout.

c. Klasifikasi Jenis – jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:

a. Fibrosis. Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan. b. Tendonitis dan tenosivitis. Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon. c. Entesopati. Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi. d. Bursitis. Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout e. Back

Pain.

Penyebabnya

berhubungan

dengan

belum

proses

diketahui,

degenerarif

tetapi diskus

intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat

proses

peradangan

sendi,

tumor,

kelainan

metabolik dan fraktur. f. Nyeri pinggang. Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke tungkai dan kaki. g. Frozen shoulder syndrome. Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat keatas atau

digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.

d. Patofisiologi Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzimenzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002). Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,

kongesti

selular.

Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi

menebal,

vaskular,

terutama

pada

eksudat

sendi

febrin

artikular

dan

infiltrasi

kartilago

dari

sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria.

Jaringan

granulasi

menguat

karena

radang

menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat

erosi

dari

kartilago

menentukan

tingkat

ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa

menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat. Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996). e. Tanda dan gejala Gejala paling khas dari rheumatoid arthritis adalah nyeri sendi dan kekakuan sendi yang biasanya memburuk di pagi hari setelah bangun tidur atau duduk terlalu lama. Sendi yang terkena dapat memerah, bengkak, dan terasa hangat ketika disentuh. Gejala lain rheumatoid arthritis adalah mata gatal atau perih, lemas, lesu, tidak bertenaga, nafsu makan menurun drastis, dan demam. pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti : 

Nyeri persendian



Bengkak (Reumatoid nodule)



Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari



Terbatasnya pergerakan



Sendi-sendi terasa panas



Demam (pireksia)



Anemia



Berat badan menurun



Kekuatan berkurang



Tampak warna kemerahan di sekitar sendi



Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal



Pasien tampak anemik

f. Pemeriksaan penunjang 1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan leukositosis,Reumatoid faktor, terjadi 5090% penderita. 2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi

kista

tulang,

memperkecil

jarak

sendi

dan

subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan. 3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium 4. Artroskopi

Langsung

:

Visualisasi

dari

area

yang

menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi 5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4). 6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas. 7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

g. Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001). Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain : 1. Pemberian terapi. Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi

sendi

dan

imunosupressive

terapi

untuk

menghambat proses autoimun. 2. Pengaturan aktivitas dan istirahat. Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi. 3. Kompres panas dan dingin. Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin. 4. Diet. Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan. 5. Pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.

h. Pencegahan 1. Kurangkan berat badan- ini mengurangkan tekanan pada sendi 2. Kerap

bersenam-

senaman

membantu

melancarkan

pengaliran darah, memastikan tulang dan otot kita kuat. 3. Makan makanan yang seimbang 4. Pelihara sendi, kurangkan tekanan pada sendi, gunakan mekanisma badan

2. Konsep keluarga a. Pengertian keluarga Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masingmasing menciptakan serta

mempertahankan

kebudayaan

(Friedman, 2010). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010). Keluarga adalah sekelompok manuasia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat. (Helvie, dalam Harmoko 2012). Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan sekumpulan orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi dan tinggal dalam satu rumah. b. Struktur keluarga 1. Struktur komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan pengirim berkualitas,

hierarki kekuatan.

yakin serta

Komunikasi

keluarga

bagi

mengemukakan pesan secara jelas dan meminta

dan

menerima

umpan balik.

Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid. Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila

tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid. 2. Struktur peran Struktur

peran

adalah

serangkaian

perilaku

yang

diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/suami. 3. Struktur kekuatan Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang

lain.

Hak (legimate power), ditiru (referent power),

keahlian (exper power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan efektif power. 4. Struktur nilai dan norma Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial

tertentu,

lingkungan keluarga, dan lingkungan

masyarakat sekitar keluarga. -

Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat mempersatukan anggota keluarga.

-

Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

-

Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi

dan

ditularkan

dengan

tujuan

untuk

menyelesaikan masalah.

c. Type keluarga sebagai system Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut : 1. Nuclear Family Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di laur rumah. 2. Extended Family Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya. 3. Reconstitud Nuclear Pembentukan perkawinan

baru

dari

keluarga

kembali suami/istri,

inti

melalui

tinggal

dalam

pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah. 4. Middle Age/ Aging Couple Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ keduaduanya

bekerja

meningglakan

di rumah, rumah

anak-anak karena

sudah sekolah/

perkawinan/meniti karier. 5. Dyadic Nuclear Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak, keduanya/slah satu bekerja di rumah. 6. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah. 7. Dual Carier Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak. 8. Commuter Married Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktuwaktu tertentu. 9. Single Adult Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah. 10. Three Generation Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah. 11. Institutional Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti. 12. Comunal Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan monogami dengan anak-anaknya dan

yang

bersama-sama

dalam penyediaan fasilitas. 13. Group Marriage Satu

perumahan

terdiri

atas

orangtua

dan

keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak. 14. Unmarried paret and child Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi. 15. Cohibing Cauple

Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

d. Fungsi keluarga 1) Fungsi afektif Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga. 2) Fungsi sosialisasi Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan

anak sebagai anggota masyarakat

yang

produktif serta memberikan status pada anggota keluarga. 3) Fungsi perawatan kesehatan a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat c. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit d. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat e. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas / pelayanan kesehatan di masyarakat 4) Fungsi reproduksi Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa

generasi dan untuk keberlangsungan hidup

masyarakat. 5) Fungsi ekonomi Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya. e. Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangan

1. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family) Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masingmasing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk keluarga baru. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain : a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama. b. Menetapkan tujuan bersama; c. Membina teman,

hubungan

dengan

keluarga

lain;

dan kelompok sosial;

d. Merencanakan anak (KB) e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua. 2. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama ( child bearing family) Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Tugas perkembangan pada masa ini antara lain : a. Persiapan menjadi orang tua b. Membagi peran dan tanggung jawab c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang menyenangan d. Mempersiapkan biaya atau dana child bearing e. Memfasilitasi role learninganggota keluarga f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita

g. Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin. 3. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool) Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut : a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman b. Membantu anak untuk bersosialisasi c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi d. Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga ( keluarga lain dan lingkungan sekitar) e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap paling repot) f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak. 4. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with children) Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut : a. Memberikan sosial

perhatian

tentang

kegiatan

anak, pendidikan dan semangat belajar

b. Tetap harmonis

mempertahanan dalam perkawinan

hubungan

yang

c. Mendorong

anak

pengembangan

unuk

mencapai

daya intelektual

d. Menyediakan aktifitas untuk anak e. Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak. 5. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers) Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut : a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat bertambah

dan

remaja

yang

sudah

meningkat otonominya.

b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga. c. Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan. d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. 6. Tahap keenam keluarga

dengan anak dewasa atau

pelepasan (lounching center families) Tahap

ini

dimulai

pada

saat

anak

terakhir

meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah : a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar b. Mempertahankan keintiman pasangan c. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua d. Mempersiapkan

untuk

hidup

mandiri

dan

menerima kepergian anak e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga f. Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek g. Menciptakan

lingkungan

rumah

yang

dapat

menjadi contoh bagi anak-anaknya. 7. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families) Tahapan ini

dimulai

saat

anak

yang

terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah : a. Mempertahankan kesehatan b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat sosial dan waktu santai c. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua d. Keakraban dengan pasangan e. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga f. Persiapan

masa

tua

atau

pensiun

meningkatkan keakraban pasangan. 8. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut

dengan

Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah

satu pasangan

pasangan

pensiun,

meninggal.

kehidupan yang

berlanjut

salah

Mempertahankan

memuaskan

merupakan

satu

penataan tugas

utama

keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknnya. Tugas perkembangan tahap ini adalah : a. Mempertahankan

suasana

rumah

yang

menyenangkan b. Adaptasi

dengan

perubahan

kehilangan

pasangan, teman, kekuatan fisik, dan pendapatan c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat d. Mempertahakan

hubungan

anak

dan

sosial

masyarakat e. Melakukan life review f. Menerima

kematian

pasangan,

mempersiapkan kematian

kawan,

dan

3. Asuhan Keperawatan a. Pengkajian 1. Identitas umum keluarga a) Identitas kepala keluarga b) Komposisi

keluarga

:

dikaji

anggota

keluarganya c) Genogram d) Type keluarga e) Suku bangsa dan agama f) Status sosial ekonomi keluarga 2. Riwayat tahap perkembangan keluarga a) Tahap perkembangan keluarga : dilihat dari anak pertama b) Riwayat

penyakit

keluarga

dan

sumber

pelayanan kesehatan 3. Pengkajian lingkungan rumah : mengkaji rumah klien dan karakteristik lingkungan sekitar / tetangga klien 4. Struktur keluarga 5. Fungsi keluarga 6. Stress dan koping keluarga 7. Keadaan gizi keluarga : pemenuhan gizi keluarga dan upaya memenuhi gizinya 8. Pemeriksaan fisik b. Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul 1. Risiko jatuh pada Ibu S keluarga Ibu S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit 2. Kesiapan meningkatkan pengetahuan berhubungan dengan

ketidakmampuan

masalah kesehatan

keluarga

mengetahui

c. Intervensi Diagnosa

Intervensi

Risiko jatuh pada Peningkatan Latihan Ibu S keluarga Ibu S

-

berhubungan

dengan

Gali pengalaman individu sebelumnya mengenai latihan

-

ketidakmampuan

Pertimbangkan motivasi individu untuk memulai atau melanjutkan program latihan

keluarga merawat

-

Gali hambatan untuk melakukan latihan

anggota keluarga

-

Damping

yang sakit

individu

pada

saat

mengembangkan program latihan untuk memenuhi kebutuhannya -

Damping individu pada saat menjadwalkan latihan secara rutin setiap minggunya

-

Informasikan individu mengenai manfaat kesehatan dan efek fisiologis latihan

-

Instruksikan individu mengenai kondisi yang

mengharuskan

berhenti

atau

mengubah program latihan -

Instruksikan

individu

pemanasan

dan

untuk melakukan

pendinginan

dengan

cukup saat latihan -

Instruksikan pernafasan

individu yang

terkait

teknik

digunakan

untuk

menghindari cidera -

Instruksikan

individu

terkait

teknik

pernafasan yang baik -

Sediakan umpan balik positif atas usaha yang dilakukan individu

Kesiapan meningkatkan

Pendidikan kesehatan

pengetahuan

-

Identifikasi factor internal / eksternal yang

berhubungan

dapat meningkatkan / mengurangi motivasi

dengan

untuk berperilaku sehat

ketidakmampuan

-

Tentukan pengetahuan kesehatan dan

keluarga

gaya hidup perilaku saat ini pada individu,

mengetahui

keluarga, atau kelompok sasaran

masalah

-

kesehatan

Identifikasi sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan program

-

Libatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam perencanaan dan rencana gaya hidup atau modifikasi perilaku kesehatan

-

Tekankan pentingnya pola makan yang sehat, tidur, berolahraga, dan lain-lain bagi individu, keluarga, dan kelompok yang meneladani nilai dan perilaku ini dari orang lain

Daftar Pustaka

http://repository.ump.ac.id/1084/3/INDRA%20AMARUDIN%20SETI ANA%20BAB%20II.pdf http://www.kerjanya.net/faq/11873-penyakit-rematik.html https://www.docdoc.com/id/info/condition/rheumatoid-arthritis/ https://www.halodoc.com/perbedaan-rematik-dan-asam-urat

Related Documents


More Documents from "Dwi suci rhamdanita"

Bab Ii Gadar.docx
May 2020 15
Skripsi Full Cici.pdf
October 2019 23
Asma.docx
October 2019 27
Sap Hipertensi.docx
December 2019 25