Laporan Pendahuluan Kiki.docx

  • Uploaded by: Rimha
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Kiki.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,474
  • Pages: 24
LAPORAN PENDAHULUAN

DERMATITIS KONTAK

OLEH : RESKY AULIYAH INSANI B 70300116024

CI LAHAN

(

CI INSTITUSI

)

(

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2019

)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA “Tn. A ” DENGAN DIANGNOSA

Dermatitis Kontak Iritan

OLEH : RESKY AULIYAH INSANI B 70300116024

CI LAHAN

(

CI INSTITUSI

)

(

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2019

)

BAB 1 KONSEP MEDIS A. Definisi

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan cenderung kronis. (Djuanda Adhi, 2010). Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011). Dermatitis kontak ialah respon inflamasi akut ataupun kronis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik, keduanya dapat bersifat akut maupun kronis. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit non imunologik disebabkan oleh bahan kimia iritan. Sedangkan, dermatitis alergik terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen dan merangsang reaksi hipersensitivitas tipe IV (Wolff & Johnson, 2009). Dermatitis kontak iritan adalah suatu peradangan pada kulit yang disebabkan oleh kerusakan langsung ke kulit setelah terpapar agen berbahaya. Dermatitis kontak iritan dapat disebabkan oleh tanggapan phototoxic misalnya tar, paparan akut zat-zat (asam, basa) atau paparan kronis kumulatif untuk iritasi ringan (air, detergen, bahan pembersih lemah) (NIOSH, 2010).

B. Etiologi

Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumnas, asam, alkali dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang), adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisik. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan (Djuanda, 2010).

Faktor individu juga ikut berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas, usia (anak dibawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi), ras (kulit hitam lebih tahan daripada kulit putih), jenis kelamin (insidensi dermatitis kontak iritan lebih banyak pada wanita), penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan menurun), misalnya dermatitis atopik (Djuanda, 2010). Bahan iritan yang sering menimbulkan dermatitis kontak iritan antara lain Asam kuat (Hidroklorida, Asam nitrat, Asam sulfat), Basa kuat (Natrium hidroksida, Kalium hidroksida),Detergen, Resin epoksi, Etilen oksida, Fiberglass, Minyak (lubrikan), Pelarut-pelarut organik, Agen oksidator, Plasticizer dan Serpihan kayu (Berardi, 2009)

C. Klasifikasi

Dermatitis kontak iritan diklasifikasikan menjadi dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis kontak iritan kumulatif (kronis) (Wolff & Johnson, 2009). 1. Dermatitis kontak iritan akut Di tempat kerja, kasus dermatitis iritan akut sering timbul akibat kecelakaan atau akibat kebiasaan kerja yang buruk, misalnya tidak memakai sarung tangan, sepatu bot, atau apron bila diperlukan, atau kurang berhati-hati saat menangani iritan. Hal ini juga disebabkan kegagalan pekerja biasanya karena ketidak tahuan mengenali material korosif. Dermatitis iritan akut dapat dicegah dan pekerja yang terkena tidak perlu berpindah pekerjaan. Pendidikan kesehatan sangat penting disini. Pemakaian sarung tangan, apro, dan sepatu bot yang kedap air saat bekerja dapat mencegah terjadinya dermatitis iritan akut (Djuanda, 2010). 2. Dermatitis kontak iritan kumulatif (kronis) Dermatitis kontak iritan jenis ini disebabkan kontak kulit berulang dengan iritan lemah. Iritan lemah menyebabkan dermatitis kontak iritan pada individu yang rentan saja. Lama waktu sejak pajanan pertama terhadap iritan dan timbulnya dermatitis bervariasi antara mingguan hingga tahunan, tergantung sifat iritan, frekuensi kontak, dan kerentanan pejamu. Dermatitis akibat iritan yang terakumulasi misalnya dermatitis kronis pada tangan yang disebabkan oleh air dan detergen di antara pencuci piring dan ibu rumah tangga, dan dermatitis akibat cairan pemotong logam di antara pekerja logam. Pelarut seperti bahan pengencer

dan minyak tanah bila dipakai tidak semestinya seperti sebagai pembersih kulit sering menyebabkan dermatitis akibat iritan yang terakumulasi (Djuanda, 2010).

D. Patofisiologi

Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat di kulit (Djuanda, 2010). Kebanyakan bahan iritan (toksin) merusak membran lemak keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus membran sel dan merusak lisosom, mitokondria, atau komponen inti. Kerusakan membran akan mengaktifkan enzim fosfolipase yang akan merubah fosfolipid menjadi asam arakhidonat, diasilgliserida, platelet activating factor, dan inositida. Asam arakhidonat diubah menjadi prostaglandin dan leukotrin. Prostaglandin dan leukotrin menginduksi vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin. prostaglandin dan leukotrin juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktivasi sel mast melepaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin lain, sehingga memperkuat perubahan vaskular (Djuanda, 2010). Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik ditempat terjadinya kontak di kulit yang berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritannya kuat. Apabila iritan lemah, akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi. Dermatitis kontak iritan dibagi tergantung sifat iritan. Iritan kuat memberikan gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis. Selain itu juga banyak hal yang mempengaruhi sebagaimana yang disebutkan sebelumnya. Berdasarkan penyebab tersebut dan pengaruh faktor tersebut, dermatitis kontak iritan dibagi menjadi sepuluh macam, yaitu: 1. Dermatitis Kontak Iritan Akut Luka bakar oleh bahan kimia juga termasuk dermatitis kontak iritan akut Penyebab DKI akut adalah iritan kuat, misalnya larutan asam sulfat dan asam hidroklorid atau basa kuat,misalnya natrium dan kalium hidroksida. Biasanya terjadi karena kecelakaan, dan reaksi segera timbul. Intensitas dan lamanya kontak iritan, terbatas pada kontak kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, kelainan yang terlihat

berupa eritema edema, bula, mungkin juga nekrosis. Pinggir kelainan kulit berbatas tegas, dan pada umumnya asimetris

2. Dermatitis Kontak Iritan Lambat (Delayed ICD) Pada dermatitis kontak iritan akut lambat, gejala obyektif tidak muncul hingga 8-24 jam atau lebih setelah pajanan. gambaran klinisnya mirip dengan dermatitis kontak iritan akut. 3.

Dermatitis Kontak Iritan Kronis (DKI Kumulatif) Disebabkan oleh iritan lemah (seperti air, sabun, sampo, detergen, dll) dengan pajanan yang berulang-ulang, biasanya lebih sering terkena pada tangan. Kelainan kulit baru muncul setelah beberapa hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Gejala berupa kulit kering, eritema, skuama, dan lambat laun akan menjadi hiperkeratosis dan dapat terbentuk fisura jika kontak terus berlangsung

4.

Reaksi Iritan Secara klinis menunjukkan reaksi akut monomorfik yang dapat berupa skuama, eritema, vesikel, pustul, serta erosi, dan biasanyaterlokalisasi di dorsum daritangan danjari, biasanya hal ini terjadi pada orang yang terpajan

dengan pekerjaan basah, reaksi iritasi dapat sembuh, menimbulkan penebalan kulit atau dapat menjadi DKI kumulatif. 5.

ReaksiTraumatik (DKITraumatik) Reaksi traumatik dapat terbentuk setelah trauma akutpada kulit seperti panas atau laserasi. Biasanyaterjadi padatangan dan penyembuhan sekitar 6 minggu atau lebih lama. Pada proses penyembuhan akan terjadi eritema, skuama, papul dan vesikel.

6.

Dermatitis Kontak Iritan Noneritematous Juga disebut reaksi suberitematous, pada tingkat awal dari iritasi kulit, kerusakan kulit terjadi tanpa adanya inflamasi, namun perubahan kulit terlihat secara histologi.

7.

Dermatitis Kontak Iritan Subyektif (Sensory ICD) Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita mengeluh gatal, rasa tersengat, rasa terbakar, beberapa menit setelah terpajan dengan iritan, biasanya terjadi di daerah wajah, kepala dan leher, asam laktat biasanya menjadi iritan yang paling sering menyebabkan penyakit ini.

8.

Dermatitis Kontak Iritan Gesekan (Friction ICD) Terjadi iritasi mekanis yang merupakan hasil dari mikrotrauma atau gesekan yang berulang. DKI Gesekan berkembang dari respon pada gesekan yang lemah, dimana secara klinis dapat berupa eritema, skuama, fisura, dan gatal pada daerah yang terkena gesekan. DKI Gesekan dapat hanya mengenai telapak tangan dan seringkali terlihat menyerupai psoriasis dengan plakat merah menebal dan bersisik, tetapi tidak gatal

9.

Dermatitis Kontak Iritan Akneiform Disebut juga reaksi pustular atau reaksi akneiform, biasanya dilihat setelah pajanan okupasional, seperti oli, metal, halogen, serta setelah penggunaan

beberapa kosmetik, reaksi ini memiliki lesi pustular yang steril dan transien, dan dapat berkembang beberapa hari setelah pajanan, tipe ini dapat dilihat pada pasien dermatitis atopi maupun pasien dermatitis seboroik.

10. Dermatitis Asteatotik Biasanya terjadi pada pasien-pasien usia lanjut yang sering mandi tanpa menggunakan pelembab pada kulit. Gatal yang hebat, kulit kering, dan skuama ikhtiosiform merupakan gambaran klinik dari reaksi ini.

E. Manifestasi Klinis

Gejala dermatitis kontak mencakup keluhan : a. Gatal – gatal b. Rasa terbakar c. Lesi kulit ( vesikel )Edema yang diikuti oleh pengeluaran secret d. Pembentukan krusta serta akhirnya mongering dan mengelupas kulit. Reaksi yang berulang – ulang dapat disertai penebalan kulit dan perubahan pigmentasi. Invasi sekunder oleh bakteri dapat terjadi pada kulit yang mengalami ekskoriasis karena digosok atau digaruk. Biasanya tidak terdapat gejala sistemik kecuali jika erupsinya tersebar luas.

F. Pemeriksaan Penunjang

Patch test merupakan pemeriksaan gold standard dan digunakan untuk menentukan substansi yang menyebabkan kontak dermatitis dan digunakan untuk mendiagnosis DKA. Patch test dilepas setelah 48 jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif dicatat.Untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan kembali dilakukan pemeriksaan pada 48 jam berikutnya. Jika hasilnya didapatkan ruam kulit yang membaik (negatif) , maka dapat didiagnosis sebagai DKI G. Penatalaksanaan

Beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita dermatitis kontak iritan adalah sebagai berikut: 1. Dilakukan kompres dingin 3 kali sehari selama 20-30 menit dengan larutan Burrowi dan kalium permagnant. 2. Hal penting dalam pengobatan dermatitis kontak iritan adalah menghindari pajanan bahan iritan baik bersifat mekanis, fisik, dan kimiawi dan memakai alat pelindung diri bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan. 3. Glukokortikoid topikal : Efek topikal dari glukokortikoid pada penderita DKI akut masih kontrofersional karena efek yang ditimbulkan, namun pada penggunaan yang lama dari kortikosteroid dapat menimbulkan kerusakan kulit pada stratum korneum. Pada pengobatan untuk DKI akut yang berat, mungkin dianjurkan pemberian prednison pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis inisial, dan di tappering 10mg. 4. Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk mencegah perkembangan selulit dan untuk mempercepat penyembuhan. Secara bersamaan, glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga digunakan. Sedangkan antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis akibat iritan H. Prognosis

Prognosis untuk dermatitis iritan yang akut adalah baik jika iritan penyebab dapat diidentifikasi dan dieliminasi. Prognosis untuk dermatitis iritan kumulatif atau dermatitis iritan yang kronis ditangani seksama dan mungkin lebih buruk daripada dermatitis alergi. Dengan latar belakang atopi, kurangnya pengetahuan tentang penyakit, diagnosis, dan terapi yang terlambat merupakan faktor yang menyebabkan

prognosis buruk. Dermatitis post-occupational persistent telah terlihat pada 11% dari individu

BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis kelamin, ras/ suku, pekerjaan. 2. Riwayat Kesehatan a.

Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri,

gatal- gatal, eritema, edema,

kenaikan suhu tubuh. b.

Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).

c.

Riwayat Kesehatan masa lalu:

1) Penyakit yang pernah di derita: Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya. 2) Riwayat penyakit dahulu Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. 3) Riwayat penyakit keluarga Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. 4) Riwayat psikososial Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan. 5) Riwayat pemakaian obat Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat

3. Pemeriksaan Fisik a. Head to toe 1) Kepala a) Kepala Inspeksi: Bentuk kepala simetris Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan b) Rambut Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam, rambut lurus tidak rontok. c) Mata Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil: Normal isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada sekret pada mata, kelopak mata normal warna merah muda, pergerakan mata klien normal, serta lapang pandang normal. Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar mata. d) Hidung Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip atau benjolan didalam hidung, fungsi penciuman baik, kedua lubang hidung simetris dan tidak terjadi pendarahan pada lubang hidung (epistaksis). e) Mulut Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa mulut pucat, membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan pada lidah, tidak ada karies pada gigi. f)

Telinga Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga, tidak ada serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika diperiksa dengan otoskop tidak adanya peradangan, dan tidak terdapat cairan pada membran timpani. Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran timpani normal. Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).

2) Leher Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar limfe. Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada leher, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan. 3) Dada a) Paru Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan, pola napas pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi napas pasien reguler, pergerakan otot bantu pernafasan normal. b) Jantung TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil. Inspeksi: denyutan jantung normal Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5 Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran jantung atau tidak ada kardiomegali. Perkusi: pekak 4) Abdomen Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat kolostomi. Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit Perkusi: timpani Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada pembesaran lien (ginjal) 5) Otot Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan 6) Integumen Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan), skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit). 7) Persyarafan a)

Tingkat kesadaran : composmentis

b)

GCS :

(1) Eye : Membuka secara spontan 4 (2) Verbal : Orientasi baik, nilai 5 (3) Motorik : Mengikuti perintah, nilai 6 c)

Total GCS : Nilai 15 (1) Reflek : Normal (2) Tidak ada riwayat kejang (3) Koordinasi gerak normal

b.

ADL (Activitas Daily Living) 1) Pola Persepsi Kesehatan a) Adanya riwayat infeksi sebelumya b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil. c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin; jamu, antibiotik. d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter. e) Hygiene personal yang kurang. f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan. 2) Pola Nutrisi Metabolik a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan. b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas. c) Jenis makanan yang disukai. d) Nafsu makan menurun. e) Muntah-muntah. f)

Penurunan berat badan.

g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan. h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih. 3) Pola Eliminasi a) Sering berkeringat. b) Tanyakan pola berkemih dan bowel. 4) Pola Aktivitas dan Latihan a) Pemenuhan sehari-hari terganggu. b) Kelemahan umum, malaise. c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.

d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan e) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas. 5) Pola Tidur dan Istirahat a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres. 6) Pola Persepsi Kognitif a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat. b) Pengetahuan akan penyakitnya. 7) Pola Persepsi dan Konsep Diri a) Perasaan tidak percaya diri atau minder. b) Perasaan terisolasi. 8) Pola Hubungan dengan Sesama a) Hidup sendiri atau berkeluarga b) Frekuensi interaksi berkurang c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran 9) Pola Reproduksi Seksualitas a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan. b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon. 10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress a) Emosi tidak stabil b) Ansietas, takut akan penyakitnya c) Disorientasi, gelisah 11) Pola Sistem Kepercayaan a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah b) Agama yang dianut

B. Tindakan Keperawatan No.

1.

Diagnosa

Tujuan dan kriteria

keperawatan

hasil

Nyeri

b.d Tujuan :

adanya

lesi Setelah

kulit

1. kaji

tindakan selama

Intervensi

Rasional

jenis

dan

1. Dapat

dilakukan

tingkat

nyeri

keperawatan

pasien.

tentukan

kriteria nyeri

apakah

nyerinya

pasien

2x60

menit,

diharapkan

nyeri

berkurang

atau

kronis atau akut. Selain

itu,

kaji

teradaptasi

factor yang dapat

Kriteria hasil :

mengurangi atau

1. Pasien

memperberat;

melaporkan

nyeri berkurang 2. Nyeri

lokasi, dapat

diadaptasi

mengetahui

durasi,

intensitas

dan

karakteristik

3. Dapat

nyeri; dan tanda-

mengidentifikasi

tanda dan gejala

aktifitas

yang

psikologis.

meningkatkan

atau

2. Pengkajian

menurunkan nyeri

2. Untuk

berkelanjutan

memfasilitasi

membantu

pengkajian

dan skala nyeri 0-1

meyakinkan

yang

atau teradaptasi

bahwa

tentang

penanganan dapat

tingkat nyeri

memenuhi

pasien

4. Pasien tidak gelisah

akurat

kebutuhan pasien dalam mengurangi nyeri. 3. Berikan obat yang

3. Untuk

dianjurkan untuk

menentukan

mengurangi nyeri,

keefektifan

bergantung pada

obat

gambaran

nyeri

pasien.

pantau

adanya

reaksi

yang

tidak

diinginkan terhadap

obat.

Sekitar 30 sampai 40 menit setelah pemberian

obat,

minta

pasien

untuk

menilai

kembali nyerinya dengan skala 1 sampai 10 4. Atur istirahat

periode

4. Tindakan ini

tanpa

meningkatkan

terganggu

kesehatan, kesejahteraan, dan peningkatan tingkat energy, yang penting untuk pengurangan nyeri

5. Bantu

pasien

untuk

mendapat

posisi

yang

nyaman,

dan

gunakan

bantal

5. Untuk menurunkan ketegangan atau

spasme

otot dan untuk

untuk membebat

mendistribusi

atau menyokong

kan

daerah yang sakit

tekanan pada

bila perlu.

bagian tubuh

kembali

Kolaborasi:

Kolaborasi:

1. Gunakan

terapi

topical

seperti

1. Tindakan

ini

membantu

yang

meredakan

dipreskripsikan.

gejala.

2. Anjurkan

pasien

2. Masalah

untuk menghindari

pasien

pemakaian

disebabkan

salep

dapat

atau lotion yang

oleh

iritasi

dibeli tanpa resep

atau sensitisasi

dokter.

karena pengobatan sendiri.

3. Jaga

agar

kuku

selalu terpangkas.

3. Pemotongan kuku

akan

mengurangi kerusakan kulit

karena

garukan. 2.

Kerusakan

Tujuan :

integritas kulit Setelah b.d

dilakukan

inflamasi tindakan

keperawatan

dermatitis,

selama

2x60

respon

diharapkan

menggaruk

integritas

menit

kerusakan kulit

dapat

1. Inspeksi

kulit

pasien

setiap

menentukan

pergantian

tugas

keefektifan

jaga, jelaskan dan

regimen

dokumentasikan

perawatan

kondisi kulit dan

kulit

membaik

laporkan

Kriteria hasil :

perubahan

1. Pasien menunjukkan tidak

adanya

kerusakan kulit 2. Pasien menunjukkan turgor

kulit

yang

1. Untuk

2. Bantu

pasien

2. Untuk

dalam melakukan

meningkatkan

tindakan

kenyamanan

hygiene

dan kenyamanan

dan kesejahteraan

normal

3. Berikan obat nyeri sesuai

program

dan

pantau

keefektifannya

3. Pengurangan nyeri diperlukan untuk mempertahan kan kesehatan

4. Pertahankan lingkungan

4. Untuk yang

nyaman

meningkatkan rasa sejahtera pasien

5. Peringatkan tidak

agar

menyentuh

luka atau balutan

5. Untuk mencegah kerusakan kulit

dan

mencegah kemungkinan infeksi 6. Atur posisi pasien supaya

nyaman

6. Tindakan tersebut

dan

mengurangi

meminimalkan

tekanan,

tekanan

pada

meningkatkan

penonjolan tulang.

sirkulasi dan

Ubah posisi pasien

mencegah

minimal setiap 2

kerusakan

jam.

kulit

Pantau

frekuensi pengubahan posisi pasien dan kondisi kulitnya 7. Berikan

7. Tindakan ini

kesempatan pasien

membantu

untuk

mengurangi

mengungkapkan

ansietas

perasaan

meningkatkan

tentang

masalah kulitnya

dan

ketrampilan koping

8. Berikan

8. Untuk

pengarahan pasien

pada

mendorong

dan

kepatuhan

anggota

keluarga

atau

pasangan

dalam program perawata n kulit 3.

Gangguan

1. Terima persepsi

Tujuan :

1. Untuk

citra tubuh b.d Dalam waktu 1x60 menit

diri pasien dan

memvalidasi

penampakan

berikan jaminan

perasaannya

kulit tidak baik

pasien

menerima

yang perubahan citra tubuh

bahwa ia dapat

Kriteria hasil :

mengatasi krisis

1. Pasien berpartisipasi

ini

dalam

berbagai

2. Ketika

2. Untuk

aspek perawatan dan

membantu pasien

mendapat

dalam pemgambilan

yang

nilai

keputusan

melakukan

tentang

perawatan 2. Pasien

sedang

dasar

pada

perawatan

diri,

pengukuran

menyatakan

kaji pola koping

kemajuan

perasaan

positif

dan tingkat harga

psikologisnya

terhadap

dirinya

dirinya

sendiri

3. Dorong

3. Pasien berpartisipasi dalam rehabilitasi

program

pasien

3. Untuk

melakukan

meningkatkan

perawatan diri

rasa

dan

kemandiriann

konseling

ya 4. Berikan kesempatan

4. Agar dapat

pasien

kepada

pasien

mengungkapk

untuk

an

menyatakan

keluhannya

perasaan tentang

dan

citra

memperbaiki

tubuhnya

dan hospitalisasi

kesalahpaham an

5. Bimbing

dan

5. Untuk

kuatkan

focus

mendukung

pasien

pada

adaptasi

aspek-aspek positif

kemajuan dari

penampilannya dan

dan

yang berkelanjutan

upayanya

dalam menyesuaikan diri

dengan

perubahan

citra

tubuhnya 5.

Resiko infeksi Tujuan : b.d kerusakan Setelah perlindungan

tindakan

kulit

selama

1. Minimalkan resiko1. melakukan keperawatan 1x60

menit,

infeksi

pasien

dengan : a. Mencuci tangan a. Mencuci

infeksi dapat dihindari

sebelum

Kriteria hasil :

setelah

satu-satunya

memberikan

cara

perawatan

untuk

1. Tanda-tanda

vital

dalam batas normal

dan

2. Tidak adanya tanda-

tangan

adalah

terbaik

mencegah

tanda infeksi

penularan pathogen b. Menggunakan sarung untuk

tangan

b. Sarung tangan dapat melindungi

mempertahanka

tangan

pada

n asepsis pada

saat memegang

saat

luka

yang

memberikan

dibalut

atau

perawatan

melakukan

langsung

berbagai tindakan

2. Pantau suhu dan

2. Suhu

catat pada kertas

terus

grafik.

meningkat

Laporkan

evaluasi segera

yang

setelah pembedahan dapat merupakan tanda awitan komplikasi pulmonal, infeksi

luka

atau dehisens, infeksi saluran kemih atau tromboflebitis 3. Bantu

pasien

mencuci

tangan

sebelum

dan

sesudah

makan

3. Mencuci tangan mencegah penyebaran

dan setelah dari

pathogen

kamar mandi

terhadap objek

dan

makanan lain 4. Beri kepada

pendidikan pasien

4. Tindakan tersebut

mengenai :

memungkinka

a. Teknik

n

pasien

mencuci tangan

untuk

yang baik

berpartisipasi

b. Factor-faktor

dalam

yang

perawatan

meningkatkan

dan

resiko

membantu

infeksi,

tanda-tanda dan

pasien

gejala infeksi

memodifikasi gaya

hidup

untuk mempertahan kan

tingkat

kesehatan yang optimum

DAFTAR PUSTAKA

.Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action. Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka Dermatitis [Internet]. Bersumber dari http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf > [Diakses tanggal 17 Februari 2015. Jam 11.09]

Related Documents


More Documents from "Dwi suci rhamdanita"