LAPORAN PENDAHULUAN
DERMATITIS KONTAK
OLEH : RESKY AULIYAH INSANI B 70300116024
CI LAHAN
(
CI INSTITUSI
)
(
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2019
)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA “Tn. A ” DENGAN DIANGNOSA
Dermatitis Kontak Iritan
OLEH : RESKY AULIYAH INSANI B 70300116024
CI LAHAN
(
CI INSTITUSI
)
(
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2019
)
BAB 1 KONSEP MEDIS A. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan cenderung kronis. (Djuanda Adhi, 2010). Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011). Dermatitis kontak ialah respon inflamasi akut ataupun kronis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik, keduanya dapat bersifat akut maupun kronis. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit non imunologik disebabkan oleh bahan kimia iritan. Sedangkan, dermatitis alergik terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen dan merangsang reaksi hipersensitivitas tipe IV (Wolff & Johnson, 2009). Dermatitis kontak iritan adalah suatu peradangan pada kulit yang disebabkan oleh kerusakan langsung ke kulit setelah terpapar agen berbahaya. Dermatitis kontak iritan dapat disebabkan oleh tanggapan phototoxic misalnya tar, paparan akut zat-zat (asam, basa) atau paparan kronis kumulatif untuk iritasi ringan (air, detergen, bahan pembersih lemah) (NIOSH, 2010).
B. Etiologi
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumnas, asam, alkali dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang), adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisik. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan (Djuanda, 2010).
Faktor individu juga ikut berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas, usia (anak dibawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi), ras (kulit hitam lebih tahan daripada kulit putih), jenis kelamin (insidensi dermatitis kontak iritan lebih banyak pada wanita), penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan menurun), misalnya dermatitis atopik (Djuanda, 2010). Bahan iritan yang sering menimbulkan dermatitis kontak iritan antara lain Asam kuat (Hidroklorida, Asam nitrat, Asam sulfat), Basa kuat (Natrium hidroksida, Kalium hidroksida),Detergen, Resin epoksi, Etilen oksida, Fiberglass, Minyak (lubrikan), Pelarut-pelarut organik, Agen oksidator, Plasticizer dan Serpihan kayu (Berardi, 2009)
C. Klasifikasi
Dermatitis kontak iritan diklasifikasikan menjadi dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis kontak iritan kumulatif (kronis) (Wolff & Johnson, 2009). 1. Dermatitis kontak iritan akut Di tempat kerja, kasus dermatitis iritan akut sering timbul akibat kecelakaan atau akibat kebiasaan kerja yang buruk, misalnya tidak memakai sarung tangan, sepatu bot, atau apron bila diperlukan, atau kurang berhati-hati saat menangani iritan. Hal ini juga disebabkan kegagalan pekerja biasanya karena ketidak tahuan mengenali material korosif. Dermatitis iritan akut dapat dicegah dan pekerja yang terkena tidak perlu berpindah pekerjaan. Pendidikan kesehatan sangat penting disini. Pemakaian sarung tangan, apro, dan sepatu bot yang kedap air saat bekerja dapat mencegah terjadinya dermatitis iritan akut (Djuanda, 2010). 2. Dermatitis kontak iritan kumulatif (kronis) Dermatitis kontak iritan jenis ini disebabkan kontak kulit berulang dengan iritan lemah. Iritan lemah menyebabkan dermatitis kontak iritan pada individu yang rentan saja. Lama waktu sejak pajanan pertama terhadap iritan dan timbulnya dermatitis bervariasi antara mingguan hingga tahunan, tergantung sifat iritan, frekuensi kontak, dan kerentanan pejamu. Dermatitis akibat iritan yang terakumulasi misalnya dermatitis kronis pada tangan yang disebabkan oleh air dan detergen di antara pencuci piring dan ibu rumah tangga, dan dermatitis akibat cairan pemotong logam di antara pekerja logam. Pelarut seperti bahan pengencer
dan minyak tanah bila dipakai tidak semestinya seperti sebagai pembersih kulit sering menyebabkan dermatitis akibat iritan yang terakumulasi (Djuanda, 2010).
D. Patofisiologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat di kulit (Djuanda, 2010). Kebanyakan bahan iritan (toksin) merusak membran lemak keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus membran sel dan merusak lisosom, mitokondria, atau komponen inti. Kerusakan membran akan mengaktifkan enzim fosfolipase yang akan merubah fosfolipid menjadi asam arakhidonat, diasilgliserida, platelet activating factor, dan inositida. Asam arakhidonat diubah menjadi prostaglandin dan leukotrin. Prostaglandin dan leukotrin menginduksi vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin. prostaglandin dan leukotrin juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktivasi sel mast melepaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin lain, sehingga memperkuat perubahan vaskular (Djuanda, 2010). Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik ditempat terjadinya kontak di kulit yang berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritannya kuat. Apabila iritan lemah, akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi. Dermatitis kontak iritan dibagi tergantung sifat iritan. Iritan kuat memberikan gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis. Selain itu juga banyak hal yang mempengaruhi sebagaimana yang disebutkan sebelumnya. Berdasarkan penyebab tersebut dan pengaruh faktor tersebut, dermatitis kontak iritan dibagi menjadi sepuluh macam, yaitu: 1. Dermatitis Kontak Iritan Akut Luka bakar oleh bahan kimia juga termasuk dermatitis kontak iritan akut Penyebab DKI akut adalah iritan kuat, misalnya larutan asam sulfat dan asam hidroklorid atau basa kuat,misalnya natrium dan kalium hidroksida. Biasanya terjadi karena kecelakaan, dan reaksi segera timbul. Intensitas dan lamanya kontak iritan, terbatas pada kontak kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, kelainan yang terlihat
berupa eritema edema, bula, mungkin juga nekrosis. Pinggir kelainan kulit berbatas tegas, dan pada umumnya asimetris
2. Dermatitis Kontak Iritan Lambat (Delayed ICD) Pada dermatitis kontak iritan akut lambat, gejala obyektif tidak muncul hingga 8-24 jam atau lebih setelah pajanan. gambaran klinisnya mirip dengan dermatitis kontak iritan akut. 3.
Dermatitis Kontak Iritan Kronis (DKI Kumulatif) Disebabkan oleh iritan lemah (seperti air, sabun, sampo, detergen, dll) dengan pajanan yang berulang-ulang, biasanya lebih sering terkena pada tangan. Kelainan kulit baru muncul setelah beberapa hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Gejala berupa kulit kering, eritema, skuama, dan lambat laun akan menjadi hiperkeratosis dan dapat terbentuk fisura jika kontak terus berlangsung
4.
Reaksi Iritan Secara klinis menunjukkan reaksi akut monomorfik yang dapat berupa skuama, eritema, vesikel, pustul, serta erosi, dan biasanyaterlokalisasi di dorsum daritangan danjari, biasanya hal ini terjadi pada orang yang terpajan
dengan pekerjaan basah, reaksi iritasi dapat sembuh, menimbulkan penebalan kulit atau dapat menjadi DKI kumulatif. 5.
ReaksiTraumatik (DKITraumatik) Reaksi traumatik dapat terbentuk setelah trauma akutpada kulit seperti panas atau laserasi. Biasanyaterjadi padatangan dan penyembuhan sekitar 6 minggu atau lebih lama. Pada proses penyembuhan akan terjadi eritema, skuama, papul dan vesikel.
6.
Dermatitis Kontak Iritan Noneritematous Juga disebut reaksi suberitematous, pada tingkat awal dari iritasi kulit, kerusakan kulit terjadi tanpa adanya inflamasi, namun perubahan kulit terlihat secara histologi.
7.
Dermatitis Kontak Iritan Subyektif (Sensory ICD) Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita mengeluh gatal, rasa tersengat, rasa terbakar, beberapa menit setelah terpajan dengan iritan, biasanya terjadi di daerah wajah, kepala dan leher, asam laktat biasanya menjadi iritan yang paling sering menyebabkan penyakit ini.
8.
Dermatitis Kontak Iritan Gesekan (Friction ICD) Terjadi iritasi mekanis yang merupakan hasil dari mikrotrauma atau gesekan yang berulang. DKI Gesekan berkembang dari respon pada gesekan yang lemah, dimana secara klinis dapat berupa eritema, skuama, fisura, dan gatal pada daerah yang terkena gesekan. DKI Gesekan dapat hanya mengenai telapak tangan dan seringkali terlihat menyerupai psoriasis dengan plakat merah menebal dan bersisik, tetapi tidak gatal
9.
Dermatitis Kontak Iritan Akneiform Disebut juga reaksi pustular atau reaksi akneiform, biasanya dilihat setelah pajanan okupasional, seperti oli, metal, halogen, serta setelah penggunaan
beberapa kosmetik, reaksi ini memiliki lesi pustular yang steril dan transien, dan dapat berkembang beberapa hari setelah pajanan, tipe ini dapat dilihat pada pasien dermatitis atopi maupun pasien dermatitis seboroik.
10. Dermatitis Asteatotik Biasanya terjadi pada pasien-pasien usia lanjut yang sering mandi tanpa menggunakan pelembab pada kulit. Gatal yang hebat, kulit kering, dan skuama ikhtiosiform merupakan gambaran klinik dari reaksi ini.
E. Manifestasi Klinis
Gejala dermatitis kontak mencakup keluhan : a. Gatal – gatal b. Rasa terbakar c. Lesi kulit ( vesikel )Edema yang diikuti oleh pengeluaran secret d. Pembentukan krusta serta akhirnya mongering dan mengelupas kulit. Reaksi yang berulang – ulang dapat disertai penebalan kulit dan perubahan pigmentasi. Invasi sekunder oleh bakteri dapat terjadi pada kulit yang mengalami ekskoriasis karena digosok atau digaruk. Biasanya tidak terdapat gejala sistemik kecuali jika erupsinya tersebar luas.
F. Pemeriksaan Penunjang
Patch test merupakan pemeriksaan gold standard dan digunakan untuk menentukan substansi yang menyebabkan kontak dermatitis dan digunakan untuk mendiagnosis DKA. Patch test dilepas setelah 48 jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif dicatat.Untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan kembali dilakukan pemeriksaan pada 48 jam berikutnya. Jika hasilnya didapatkan ruam kulit yang membaik (negatif) , maka dapat didiagnosis sebagai DKI G. Penatalaksanaan
Beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita dermatitis kontak iritan adalah sebagai berikut: 1. Dilakukan kompres dingin 3 kali sehari selama 20-30 menit dengan larutan Burrowi dan kalium permagnant. 2. Hal penting dalam pengobatan dermatitis kontak iritan adalah menghindari pajanan bahan iritan baik bersifat mekanis, fisik, dan kimiawi dan memakai alat pelindung diri bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan. 3. Glukokortikoid topikal : Efek topikal dari glukokortikoid pada penderita DKI akut masih kontrofersional karena efek yang ditimbulkan, namun pada penggunaan yang lama dari kortikosteroid dapat menimbulkan kerusakan kulit pada stratum korneum. Pada pengobatan untuk DKI akut yang berat, mungkin dianjurkan pemberian prednison pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis inisial, dan di tappering 10mg. 4. Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk mencegah perkembangan selulit dan untuk mempercepat penyembuhan. Secara bersamaan, glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga digunakan. Sedangkan antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis akibat iritan H. Prognosis
Prognosis untuk dermatitis iritan yang akut adalah baik jika iritan penyebab dapat diidentifikasi dan dieliminasi. Prognosis untuk dermatitis iritan kumulatif atau dermatitis iritan yang kronis ditangani seksama dan mungkin lebih buruk daripada dermatitis alergi. Dengan latar belakang atopi, kurangnya pengetahuan tentang penyakit, diagnosis, dan terapi yang terlambat merupakan faktor yang menyebabkan
prognosis buruk. Dermatitis post-occupational persistent telah terlihat pada 11% dari individu
BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis kelamin, ras/ suku, pekerjaan. 2. Riwayat Kesehatan a.
Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri,
gatal- gatal, eritema, edema,
kenaikan suhu tubuh. b.
Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).
c.
Riwayat Kesehatan masa lalu:
1) Penyakit yang pernah di derita: Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya. 2) Riwayat penyakit dahulu Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. 3) Riwayat penyakit keluarga Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. 4) Riwayat psikososial Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan. 5) Riwayat pemakaian obat Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
3. Pemeriksaan Fisik a. Head to toe 1) Kepala a) Kepala Inspeksi: Bentuk kepala simetris Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan b) Rambut Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam, rambut lurus tidak rontok. c) Mata Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil: Normal isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada sekret pada mata, kelopak mata normal warna merah muda, pergerakan mata klien normal, serta lapang pandang normal. Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar mata. d) Hidung Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip atau benjolan didalam hidung, fungsi penciuman baik, kedua lubang hidung simetris dan tidak terjadi pendarahan pada lubang hidung (epistaksis). e) Mulut Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa mulut pucat, membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan pada lidah, tidak ada karies pada gigi. f)
Telinga Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga, tidak ada serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika diperiksa dengan otoskop tidak adanya peradangan, dan tidak terdapat cairan pada membran timpani. Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran timpani normal. Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).
2) Leher Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar limfe. Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada leher, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan. 3) Dada a) Paru Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan, pola napas pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi napas pasien reguler, pergerakan otot bantu pernafasan normal. b) Jantung TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil. Inspeksi: denyutan jantung normal Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5 Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran jantung atau tidak ada kardiomegali. Perkusi: pekak 4) Abdomen Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat kolostomi. Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit Perkusi: timpani Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada pembesaran lien (ginjal) 5) Otot Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan 6) Integumen Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan), skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit). 7) Persyarafan a)
Tingkat kesadaran : composmentis
b)
GCS :
(1) Eye : Membuka secara spontan 4 (2) Verbal : Orientasi baik, nilai 5 (3) Motorik : Mengikuti perintah, nilai 6 c)
Total GCS : Nilai 15 (1) Reflek : Normal (2) Tidak ada riwayat kejang (3) Koordinasi gerak normal
b.
ADL (Activitas Daily Living) 1) Pola Persepsi Kesehatan a) Adanya riwayat infeksi sebelumya b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil. c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin; jamu, antibiotik. d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter. e) Hygiene personal yang kurang. f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan. 2) Pola Nutrisi Metabolik a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan. b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas. c) Jenis makanan yang disukai. d) Nafsu makan menurun. e) Muntah-muntah. f)
Penurunan berat badan.
g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan. h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih. 3) Pola Eliminasi a) Sering berkeringat. b) Tanyakan pola berkemih dan bowel. 4) Pola Aktivitas dan Latihan a) Pemenuhan sehari-hari terganggu. b) Kelemahan umum, malaise. c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan e) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas. 5) Pola Tidur dan Istirahat a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres. 6) Pola Persepsi Kognitif a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat. b) Pengetahuan akan penyakitnya. 7) Pola Persepsi dan Konsep Diri a) Perasaan tidak percaya diri atau minder. b) Perasaan terisolasi. 8) Pola Hubungan dengan Sesama a) Hidup sendiri atau berkeluarga b) Frekuensi interaksi berkurang c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran 9) Pola Reproduksi Seksualitas a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan. b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon. 10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress a) Emosi tidak stabil b) Ansietas, takut akan penyakitnya c) Disorientasi, gelisah 11) Pola Sistem Kepercayaan a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah b) Agama yang dianut
B. Tindakan Keperawatan No.
1.
Diagnosa
Tujuan dan kriteria
keperawatan
hasil
Nyeri
b.d Tujuan :
adanya
lesi Setelah
kulit
1. kaji
tindakan selama
Intervensi
Rasional
jenis
dan
1. Dapat
dilakukan
tingkat
nyeri
keperawatan
pasien.
tentukan
kriteria nyeri
apakah
nyerinya
pasien
2x60
menit,
diharapkan
nyeri
berkurang
atau
kronis atau akut. Selain
itu,
kaji
teradaptasi
factor yang dapat
Kriteria hasil :
mengurangi atau
1. Pasien
memperberat;
melaporkan
nyeri berkurang 2. Nyeri
lokasi, dapat
diadaptasi
mengetahui
durasi,
intensitas
dan
karakteristik
3. Dapat
nyeri; dan tanda-
mengidentifikasi
tanda dan gejala
aktifitas
yang
psikologis.
meningkatkan
atau
2. Pengkajian
menurunkan nyeri
2. Untuk
berkelanjutan
memfasilitasi
membantu
pengkajian
dan skala nyeri 0-1
meyakinkan
yang
atau teradaptasi
bahwa
tentang
penanganan dapat
tingkat nyeri
memenuhi
pasien
4. Pasien tidak gelisah
akurat
kebutuhan pasien dalam mengurangi nyeri. 3. Berikan obat yang
3. Untuk
dianjurkan untuk
menentukan
mengurangi nyeri,
keefektifan
bergantung pada
obat
gambaran
nyeri
pasien.
pantau
adanya
reaksi
yang
tidak
diinginkan terhadap
obat.
Sekitar 30 sampai 40 menit setelah pemberian
obat,
minta
pasien
untuk
menilai
kembali nyerinya dengan skala 1 sampai 10 4. Atur istirahat
periode
4. Tindakan ini
tanpa
meningkatkan
terganggu
kesehatan, kesejahteraan, dan peningkatan tingkat energy, yang penting untuk pengurangan nyeri
5. Bantu
pasien
untuk
mendapat
posisi
yang
nyaman,
dan
gunakan
bantal
5. Untuk menurunkan ketegangan atau
spasme
otot dan untuk
untuk membebat
mendistribusi
atau menyokong
kan
daerah yang sakit
tekanan pada
bila perlu.
bagian tubuh
kembali
Kolaborasi:
Kolaborasi:
1. Gunakan
terapi
topical
seperti
1. Tindakan
ini
membantu
yang
meredakan
dipreskripsikan.
gejala.
2. Anjurkan
pasien
2. Masalah
untuk menghindari
pasien
pemakaian
disebabkan
salep
dapat
atau lotion yang
oleh
iritasi
dibeli tanpa resep
atau sensitisasi
dokter.
karena pengobatan sendiri.
3. Jaga
agar
kuku
selalu terpangkas.
3. Pemotongan kuku
akan
mengurangi kerusakan kulit
karena
garukan. 2.
Kerusakan
Tujuan :
integritas kulit Setelah b.d
dilakukan
inflamasi tindakan
keperawatan
dermatitis,
selama
2x60
respon
diharapkan
menggaruk
integritas
menit
kerusakan kulit
dapat
1. Inspeksi
kulit
pasien
setiap
menentukan
pergantian
tugas
keefektifan
jaga, jelaskan dan
regimen
dokumentasikan
perawatan
kondisi kulit dan
kulit
membaik
laporkan
Kriteria hasil :
perubahan
1. Pasien menunjukkan tidak
adanya
kerusakan kulit 2. Pasien menunjukkan turgor
kulit
yang
1. Untuk
2. Bantu
pasien
2. Untuk
dalam melakukan
meningkatkan
tindakan
kenyamanan
hygiene
dan kenyamanan
dan kesejahteraan
normal
3. Berikan obat nyeri sesuai
program
dan
pantau
keefektifannya
3. Pengurangan nyeri diperlukan untuk mempertahan kan kesehatan
4. Pertahankan lingkungan
4. Untuk yang
nyaman
meningkatkan rasa sejahtera pasien
5. Peringatkan tidak
agar
menyentuh
luka atau balutan
5. Untuk mencegah kerusakan kulit
dan
mencegah kemungkinan infeksi 6. Atur posisi pasien supaya
nyaman
6. Tindakan tersebut
dan
mengurangi
meminimalkan
tekanan,
tekanan
pada
meningkatkan
penonjolan tulang.
sirkulasi dan
Ubah posisi pasien
mencegah
minimal setiap 2
kerusakan
jam.
kulit
Pantau
frekuensi pengubahan posisi pasien dan kondisi kulitnya 7. Berikan
7. Tindakan ini
kesempatan pasien
membantu
untuk
mengurangi
mengungkapkan
ansietas
perasaan
meningkatkan
tentang
masalah kulitnya
dan
ketrampilan koping
8. Berikan
8. Untuk
pengarahan pasien
pada
mendorong
dan
kepatuhan
anggota
keluarga
atau
pasangan
dalam program perawata n kulit 3.
Gangguan
1. Terima persepsi
Tujuan :
1. Untuk
citra tubuh b.d Dalam waktu 1x60 menit
diri pasien dan
memvalidasi
penampakan
berikan jaminan
perasaannya
kulit tidak baik
pasien
menerima
yang perubahan citra tubuh
bahwa ia dapat
Kriteria hasil :
mengatasi krisis
1. Pasien berpartisipasi
ini
dalam
berbagai
2. Ketika
2. Untuk
aspek perawatan dan
membantu pasien
mendapat
dalam pemgambilan
yang
nilai
keputusan
melakukan
tentang
perawatan 2. Pasien
sedang
dasar
pada
perawatan
diri,
pengukuran
menyatakan
kaji pola koping
kemajuan
perasaan
positif
dan tingkat harga
psikologisnya
terhadap
dirinya
dirinya
sendiri
3. Dorong
3. Pasien berpartisipasi dalam rehabilitasi
program
pasien
3. Untuk
melakukan
meningkatkan
perawatan diri
rasa
dan
kemandiriann
konseling
ya 4. Berikan kesempatan
4. Agar dapat
pasien
kepada
pasien
mengungkapk
untuk
an
menyatakan
keluhannya
perasaan tentang
dan
citra
memperbaiki
tubuhnya
dan hospitalisasi
kesalahpaham an
5. Bimbing
dan
5. Untuk
kuatkan
focus
mendukung
pasien
pada
adaptasi
aspek-aspek positif
kemajuan dari
penampilannya dan
dan
yang berkelanjutan
upayanya
dalam menyesuaikan diri
dengan
perubahan
citra
tubuhnya 5.
Resiko infeksi Tujuan : b.d kerusakan Setelah perlindungan
tindakan
kulit
selama
1. Minimalkan resiko1. melakukan keperawatan 1x60
menit,
infeksi
pasien
dengan : a. Mencuci tangan a. Mencuci
infeksi dapat dihindari
sebelum
Kriteria hasil :
setelah
satu-satunya
memberikan
cara
perawatan
untuk
1. Tanda-tanda
vital
dalam batas normal
dan
2. Tidak adanya tanda-
tangan
adalah
terbaik
mencegah
tanda infeksi
penularan pathogen b. Menggunakan sarung untuk
tangan
b. Sarung tangan dapat melindungi
mempertahanka
tangan
pada
n asepsis pada
saat memegang
saat
luka
yang
memberikan
dibalut
atau
perawatan
melakukan
langsung
berbagai tindakan
2. Pantau suhu dan
2. Suhu
catat pada kertas
terus
grafik.
meningkat
Laporkan
evaluasi segera
yang
setelah pembedahan dapat merupakan tanda awitan komplikasi pulmonal, infeksi
luka
atau dehisens, infeksi saluran kemih atau tromboflebitis 3. Bantu
pasien
mencuci
tangan
sebelum
dan
sesudah
makan
3. Mencuci tangan mencegah penyebaran
dan setelah dari
pathogen
kamar mandi
terhadap objek
dan
makanan lain 4. Beri kepada
pendidikan pasien
4. Tindakan tersebut
mengenai :
memungkinka
a. Teknik
n
pasien
mencuci tangan
untuk
yang baik
berpartisipasi
b. Factor-faktor
dalam
yang
perawatan
meningkatkan
dan
resiko
membantu
infeksi,
tanda-tanda dan
pasien
gejala infeksi
memodifikasi gaya
hidup
untuk mempertahan kan
tingkat
kesehatan yang optimum
DAFTAR PUSTAKA
.Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action. Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka Dermatitis [Internet]. Bersumber dari http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf > [Diakses tanggal 17 Februari 2015. Jam 11.09]