Laporan Pendahuluan Keterampilan Dasar Profesi Dengan Gangguan Rasa Nyaman.docx

  • Uploaded by: Endah Alen Ozora
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Keterampilan Dasar Profesi Dengan Gangguan Rasa Nyaman.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,961
  • Pages: 10
LAPORAN PENDAHULUAN KETERAMPILAN DASAR PROFESI DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN

1. Pengertian Nyeri adalah Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi (Nanda, 2015) Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya tentangadanya gangguan di tubuh. Mekanisme nyeri adalah sebagai berikut rangsangan diterima oleh reseptor nyeri, diubah dalam bentuk impuls yang di hantarkan ke pusat nyeri di korteks otak. Setelah di proses dipusat nyeri,impuls di kembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri. 2. Etiologi a) Nyeri a. Agens cidera biologis (infeksi) Peningkatan permeabilitas pembuluh darah disertai dengan keluarnya sel darah putih dan protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi. Cairan inilah yang menjadi dasar terjadinya pembengkakan. Pembengkakan menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan pada sel syaraf sehingga menimbulkan rasa sakit (Mansjoer, 1999) b. Agen cidera fisik (trauma) Adanya fraktur dapat merusak jaringan lunak, pembuluh darah, serabut saraf dan sum-sum tulang, periotium dan kortek tulang. Pada kerusakan jaringan lunak dapat terjadi luka, menyebabkan port de entry yang akan terjadi infeksi dan non infeksi, pada infeksi bisa terjadi delayed union dan malunion, pada non infeksi terjadi union. Pada kerusakan pembuluh darah dapat terjadi perdarahan dan akan mengakibatkan hematoma dan hipovolemik. Pada hematoma terjadi vasodilatasi eksudasi plasma migrasi leukosit yang akan menyebabkan inflamasi, bengkak, terjadi penekanan saraf dan timbul nyeri. Pada hipovolemik dapat terjadi hipotensi akan menyebabkan suplay darah ke otak menurun, kesadaran menurun dan dapat terjadi syok hipovolemik. Pada

kerusakan serabut saraf dan sum-sum tulang dapat menyebabkan hilangnya sensasi dan terjadi anesthesia, dapat juga merusak reseptor nyeri dan terjadi nyeri. Pada kerusakkan periostium dan kortek tulang dapat terjadi deformitas, krepitasi dan pemendekan extremitas. c. Agen cidera kimia (luka bakar) Sejumlah substansi yang mempengaruhi sensitivitas ujungf-ujung saraf atau reseptor nyeri dilepaskan kejaringan ekstraseluler sebagai akibat dari kerusakan jaringan. Zat kimia yang meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan prostaglandin. Prostaglandin adalah zat kimia yang diduga dapat meningkatkan sensitivitas reseptor nyeri dengan meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Endorfin dan enkefalin adalah substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri. Endorfin dan enkefalin adalah zat kimia endogen yang terstruktur serupa dengan opioid. Serabut interneural inhibitori yang mengandung enkefalin terutama diaktifkan melalui aktivitas dari serabut perifer nosiseptor, pada tempat yang sama dengan reseptor nyeri atau nosiseptor dan serabut desenden, berkumpul bersama dalam suatu sistem yang disebut descending control. Keberadaan endorfin dan enkefalin membantu menjelaskan bagaimana orang orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri yang berbeda dari stimuli neyeri yang sama. Kadar endorfin beragam diantara individu seperti tingkat ansietas seseorang yang mempengaruhi kadar endorfin. Individu dengan endorfin yang banyak lebih sedikit merasakan nyeri dan mereka dengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar 3. Manifestasi Klinis a) Nyeri a. Diaphoresis Keringat dingin adalah sebuah kondisi dimana permukaan kulit akan terasa lebih lembab dan rasa dingin di bagian permukaan kulit. Kondisi ini bisa dirasakan oleh diri sendiri maupun oleh orang lain. Keringat dingin dapat muncul sebagai akibat dari reaksi fisiologis dari tubuh manusia yang terjadi secara otomatis teraktivasi saat merasa terancam dan bersiap-siap menghadapi bahaya. Keadaan-keadaan yang dapat memicu adalah saat merasakan nyeri hebat, kekurangan oksigen, ketakukan,

dan kekurangan glukosa dalam darah. Ketika tubuh mengalami kekurangan oksigen maka tubuh akan mengirimkan sebuah sinyal seperti keringat dingin. Otak tidak bisa memiliki oksigen yang cukup dan menyebabkan tubuh menjadi lebih lemah. Kondisi ini bisa menyebabkan penderita menjadi stres, tertekan dan keluar keringat dingin. Kondisi yang lebih serius dapat menyebabkan mual, muntah, kesulitan bernafas yang parah dan rasa nyeri di bagian dada. b. Ekspresi wajah nyeri (misal mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar, meringis) Nyeri suatu kondisi yang lebih dari pada sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan individual. Selain itu nyeri juga bersifat tidak menyenangkan, sesuatu kekuatan yang mendominasi, dan bersifat tidak berkesudahan. Stimulus nyeri dapat bersifat fisik dan/atau mental, dan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang. Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, seperti menggunakan sinar-X atau pemeriksaan darah. Walaupun tipe nyeri tertentu menimbulkan gejala yang dapat diprediksi, sering kali perawat mengkaji nyeri dari kata-kata, prilaku ataupun respons yang diberikan oleh klien, hanya klien yang tahu apakah terdapat nyeri dan seperti apa nyeri tersebut (PQRST). Selain itu banyak respons non verbal yang bisa dijadikan indicator nyeri. Salah satunya yang paling utama adalah ekspresi wajah. Perilaku seperti menutup mata rapat-rapat atau membuka mata lebar-lebar, mengigiti bibir bawah, dan seringai wajah dapat mengindikasikan nyeri. c. Mengekspresikan perilaku (gelisah, menangis, merengek, waspada) Kerusakan pada jaringan yang berpotensi rusak atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan nyeri merupakan mekanisme yang bertujuan untuk melindungi diri. Apabila seseorang merasakan nyeri, maka prilakunya akan berubah. Misalnya, seseorang yang kakinya terkilir pasti akan menghindari aktivitas mengangkat barang yang memberikan beban penuh pada kakinya untuk mencegah cedera lebih lanjut. d. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri Seseorang yang mengalami nyeri biasanya akan mengatur posisi untuk memperoleh kenyamanan yang bisa mengurangi rasa nyeri yang dirasakannya.

e. Sikap melindungi area nyeri Tingkat nyeri seorang klien memfokuskan perhatian pada nyeri yang dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat. Seseorang akan melindungi nyerinya dari faktor-faktor yang mampu memperparah nyerinya, misalkan dengan menghindari objek-objek tertentu, sentuhan orang lain, dan melindungi dengan bantal maupun benda-benda lainnya. 4. Pengkajian a. Nyeri Circulation 1. Nadi 2. Tekanan darah 3. Suhu 4. Sianosis 5. SpO2 6. Warna kulit 7. Pengkajian nyeri P : Penyebab Q : Quality/kualitas R : Region/Letak nyeri S : Skala T : Time 5. Intervensi a) Nyeri Farmakologi a. Analgesik Narkotik Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti morfin dan kodein. Narkotik dapat memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan mengaktifkan penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat (Tamsuri, 2007). Namun, penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan pusat pernafasan di medulla batang otak sehingga perlu

pengkajian secara teratur terhadap perubahan dalam status pernafasan jika menggunakan analgesik jenis ini (Smeltzer & Bare, 2001). b. Analgesik Non Narkotik Analgesik non narkotik seperti aspirin, ketorolac, asetaminofen, dan ibuprofen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan anti piretik. Obat golongan ini menyebabkan penurunan nyeri dengan menghambat produksi prostalglandin dari jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi (Smeltzer & Bare, 2001). Efek samping yang paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti adanya ulkus gaster dan perdarahan gaster. Tindakan

non-farmakologi

untuk

mengurangi

nyeri

dan

alasannya.

Banyak aktivitas keperawatan nonfarmakologis dan noninvasif yang dapat membantu menghilangkan nyeri. Metode pereda nyeri nonfarmakologis biasanya mempunyai risiko yang sangat rendah. Tindakan nonfarmakologis bukan merupakan pengganti obat-obatan, tindakan tersebut mungkin diperlukan, atau sesuai untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya beberapa detik atau menit. a. Terapi musik Musik merupakan salah satu teknik distraksi yang dapat memberikan kenyamanan dan ketenangan, memiliki tempo 60-80 beats per menit dan sangat tepat digunakan karena selaras dengan detak jantung manusia yaitu musik klasik. Musik juga merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan nyeri sehingga musik dapat digunakan untuk mengalihkan rasa nyeri sehingga pasien merasa nyeri nya berkurang. b. Stimulasi dan masase kutaneus Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian reseptor yang sama seperti reseptor nyeri, tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem kontrol desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot. Teori gate control telah menjelaskan, bertujuan untuk menstimulasi serabut-serabut yang menstransmisikan sensasi tidak nyeri memblok atau menurunkan transmisi impuls nyeri.

c. Terapi es (dingin) dan panas. Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es harus diletakkan pada tempat cedera segera setelah terjadi cedera, (Cohen, 1989 dalam Suddart dan Brunner, 1997). Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan. Namun penggunaan panas kering dengan lampu pemanas tidak seefektif penggunaan es. Diduga es dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non nosiseptor) dalam bidang reseptor yang sama seperti pada cedera. d. Stimulasi saraf elektris transkutan / Transcutan electric nerve stimulation (TENS) Tens menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektrode yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area nyeri. Tens digunakan baik pada menghilangkan nyeri akut dan kronik. Tens diduga dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non nosiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang mentransmisi nyeri. Mekanisme ini sesuai dengan teori nyeri gate kontrol e. Distraksi Distraksi mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri, misalnya dengan cara kunjungan dari keluarga dan teman-teman pasien. Melihat film layar lebar dengan suara surround. Tidak semua pasien mencapai peredaan nyeri melalui distraksi. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak. f. Tehnik relaksasi Tehnik relaksasi terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap ekshalasi dan inhalasi. Relaksasi otot skletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. g. Terapi Benson

Relaksasi pernafasan dengan melibatkan keyakinan yang mengakibatkan penurunan terhadap konsumsi oksigen oleh tubuh dan otot-otot tubuh menjadi rileks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman. Apabila O2 dalam otak tercukupi maka manusia dalam kondisi seimbang. Kondisi ini akan menimbulkan keadaan rileks secara umum pada manusia. Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan conticothropin releaxing factor (CRF). CRF akan merangsang kelenjar dibawah otak untuk meningkatkan produksi proopiod melanocorthin (POMC) sehingga produksi enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar dibawah otak juga menghasilkan β endorphine sebagai neurotransmitter. Endorphine muncul dengan cara memisahkan diri dari deyoxyribo nucleid acid (DNA) yaitu substansi yang mengatur kehidupan sel dan memberikan perintah bagi sel untuk tumbuh atau berhenti tumbuh. Pada permukaan sel terutama sel saraf terdapat area yang menerima endorphine. Ketika endorphine terpisah dari DNA, endorphine membuat kehidupan dalam situasi normal menjadi tidak terasa menyakitkan. Endorphine mempengaruhi impuls nyeri dengan cara menekan pelepasan neurotransmitter di presinap atau menghambat impuls nyeri dipostsinap sehingga rangsangan nyeri tidak dapat mencapai kesadaran dan sensorik nyeri tidak dialami.

h. Imajinasi terbimbing Menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Imajinasi terbimbing menyebabkan relaksasi otot dan pikiran dimana efeknya hampir sama dengan penggunaan tehnik relaksasi dengan metode yang berbeda.

KLASIFIKASI a. Nyeri Akut Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International Association for the study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari tiga (<3) bulan. b. Nyeri Kronis Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International Association for the study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga (>3) bulan.

PATOFISIOLOGI NYERI

PATOFISIOLOGI KASUS Merokok

Kontak agen karsinogenik

Faktor genetik

Kolitis ulseratif penyakit Crohn

Kanker payudara, Rahim, atau ovarium sekarang atau dimasa lalu

Konsumsi makanan yang rendah serat, banyak lemak dan protein

Obesitas

Polip adenomatosa Perubahan metaplasia pada dinding rectum

Intoleransi Aktivitas

Kekurangan jaringan vascular vocal

Anemia

Perdarahan intestinal feses bercampur darah

Gangguan konsep diri (gambaran diri)

Kanker Rectum

Invasi jaringan dan efek kompresi oleh tumor

Kolostomi permanen Resiko tinggi injuri

Kompresi saraf lokal

Nyeri dangkal abdominal Nyeri

Respon serabut lokal

Anoreksia

Intervensi radiasi dan kemoterapi

Asupan nutrisi tidak adekuat

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kerusakan jaringan lunak pasca bedah

Respon psikologis

Kecemasan pemenuhan informasi

Perubahan intake nutrisi

Intervensi bedah kolektomi

Preoperatif

Pasca bedah Luka pasca bedah Resiko infeksi

Port de entree

Related Documents


More Documents from "Aditya Irma Setya Putri"