LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR DI RUANG AL-HAKIM RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA
A. PENGERTIAN ISTIRAHAT DAN TIDUR 1. Istirahat Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apa pun yang membosankan, menyulitkan, atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari kecemasan (ansietas) .Tidur merupakan fungsi protektif yang dimiliki semua organisme memungkinkan terjadinya perbaikan dan pemulihan jaringan setelah aktivitas. Seseorang dapat benar-benar istirahat bila: a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya; b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di manapun juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain; c.
Mengetahui apa yang terjadi;
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan; e.
memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya;
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-tvaktu bila memerlukannya. (Perry & Potter, 2006)
2. Tidur Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh periode tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih, hal ini diyakini bahwa tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Perry & Potter, 2006). Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup.tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan. Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda tanda sebagai berikut: a. Aktivitas fisik minimal b. Tingkat kesadaran yang bervariasi c. Terjadi perubaban-perubaban proses fisiologis tubuh d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar. Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubaban proses fisiologis. Perubahan tersebut, antara lain: a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi; b. Dilatasi pembuluh darab perifer; c. kadang-kadang teriadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal; d. Relaksasi otot-otot rangka; e.
Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.
B. FISIOLOGIS TIDUR Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi tinggi aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam system saraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan dan muscular. Tiap rangkaian diidentifikasi dengan respon fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG), yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur.Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang lain menyebabkan tertidur.
System aktivasi reticular ( SAR ) berlokasi pada batang otak teratas. SAR dipercaya terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil. Aktivasi korteks serebral (mis. Proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun merupakan hasil neuron dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti norepinefrin.Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam system tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar synchronizing region, BSR ). Ketika seseorang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi SAR selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang menyebabkan tidur. (Perry & Potter, 2006)
C. SIKLUS TIDUR Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum tidur, selama orang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10-30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tidur, akan berlangsung satu jam atau lebih, tahapan tidur dibagi dalam beberapa tahap antara lain : 1. Tidur Non Rapid Eye Movement( NREM) a. Tahap 1 tidur NREM 1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur 2) Tahap berakhir beberapa menit 3) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme 4) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara 5) Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun
b. Tahap II NREM 1) Tahap II merupakan periode tidur bersuara 2) Tahap berakhir beberapa menit 3) Untuk terbangun masih relative mudah 4) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit 5) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban c. Tahap III NREM 1) Tahap III merupakan tahap awal dari tidur yang dalam 2) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak 3) Otot-otot dalam keadaan santai penuh 4) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur 5) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
d. Tahap IV NREM 1) Tahap IV merupakan tahap tidur terdalam 2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur 3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini 4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga 5) Tahap berakhir kurang lebih 15 sampai 30 menit 6) Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi 2. Rapid Eye Movement (REM) a.
Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.T
b.
ahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
c.
Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah
d.
Terjadi tonus otot skelet penurunan
e.
Peningkatan sekresi lambung
f.
Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
g.
Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit (Aziz, 2008)
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISTIRAHAT TIDUR Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang bisa tidur maupun tidak dipengaruln oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut (Asmadi, 2008):
a. Status kesehatan Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita gangguan pada sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirabat dan tidur. b. Lingkungan Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur. c. Stres psikologis Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM. Berdasarkan penelitian Desita Febriana tahun 2011 tentang “Kajian Stres Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur Anak Usia Prasekolah Di Ruang Anak Rs Baptis Kediri”, Keadaan hospitalisasi dapat menjadi stresor bagi anak saat dirawat di rumah sakit, sehingga anak akan mengalami stres hospitalisasi yang ditunjukkan dengan adanya perubahan beberapa perilaku pada anak. Apabila masalah tidak teratasi, maka hal ini akan menghambat proses perawatan anak dan kesembuhan anak itu sendiri. Dalam penelitin tersebut terbukti 85% anak mengalami stres hospitalisasi sedang pada anak di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri dan 62% anak mengalami gangguan pola tidur pada anak usia prasekolah.
d. Diet Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur. e. Gaya hidup Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek. f. Obat-obatan Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan menurunkan tidur REM (Asmadi, 2008)
E. POLA TIDUR BERDASARKAN TINGKAT USIA. Tingkat Usia
Perkembangan/
PolaTidur Normal
Bayi baru lahir
Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 4560 menit.
Bayi
Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar
Toddler
Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun
Prasekolah
Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5
tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari. Usia sekolah
Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu tidur relatif konstan.
Remaja
Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.
Dewasa muda
Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur tahap I, 59% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III-IV.
Dewasa pertengahan
Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.
Dewasa tua
Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam hari.
(Perry & Potter, 2006)
F. GANGGUAN TIDUR 1. Insomnia Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia Ada tiga jenis insomnia diantaranya: a. Insomnia inisial: ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur b. Insomnia intermitten: ketidakmampuan untuk memepertahankan tidur atau keadaan sering terjaga tidur. c. Insomnia terminal: bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur.Perawat dapat membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya. Ada beberapa tindakan atau upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu: a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu b. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama c. Hindari tidur di waktu siang atau sore hari d. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak pada waktu kesadaran penuh e. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur g. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha untuk tidur 2.
Somnambulisme Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, emnabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Seseorang yang mengalami somnabulisme mempunyai risiko terjadinya cedera.Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi somnabulisme yaitu dengan membimbing anak. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi somnabulisme adalah dengan membuat lingkungan yang nyaman dan
aman, serta dapat pula dengan menggunakan obat seperti Diazepam dan Valium. 3.
Enuresis Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah enuresis anatara lain: hindari stres, hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
4.
Narkolepsi Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan tidur (kantuk) tersebut datang.Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat dimana periode REM tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi jurang.Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut diantarnya jenis ampetamin.
5.
Night terrors Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
6.
Mendengkur Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara pernapasan.
G. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR 1. Pengkajian Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian mengenal: a. Riwayat tidur 1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien; 2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang air kecil, dan lain-lain; 3) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya; 4) Kebiasaan tidur siang; 5) lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin 6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari
apakah
peristiwa,
yang
dialami
klien,
yang
menyebabkan klien mengalami gangguan tidur 7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah klien mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres yang dialami klien.
8) Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti: a) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung; b) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bingung; c) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu. b. Gejala Klinis Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala. c. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll d. Pemeriksaan fisik 1) Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu 2) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah, semangat 3) Ciri-ciri
tingkah
laku,
seperti
oleng/
sempoyongan,
menggosokgosok mata, bicara lambat, sikap loyo e. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam (Doengoes, 2002) 2. Diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan istirahat tidur a. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas, ansietas, konsumsi obat-obatan dan stimulan
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi buruk, dimensia, nyeri saat tidur c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan d. Kesiapan meningkatkan tidur (NANDA, 2013) 3. Intervensi dan rasional a. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas, ansietas, konsumsi obat-obatan dan stimulan 1) Tujuan Setelah dilakukan ti dakan keperawatan selama 1 x 24 jam insomnia teratasi 2) Kriteria hasil Pasien tertidur dalam waktu cukup (6 jam) tekanan daran normal nadi 60-100 x/ menit irama reguler, wajah tidak pucat 3) Intervensi dan rasional a) Kaji penyebab insomnia R : insomnia dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan, cemas atau obat-obatan b) Kondisikan lingkungan sesuai dengan kenyamanan pasien R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien c) Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum memulai tidur R : kebutuhan spiritual pasien saat memulai tidur merupakan bagian yang penting untuk memperoleh ketenangan
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi buruk, dimensia, nyeri saat tidur 1) Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam deprivasi tidur dapat teratasi 2) Kriteria hasil Pasien tertidur dimalam hari dalam waktu yang cukup (6-8 jam ) 3) Intervensi dan rasional a) Kaji penyebab terjadinya deprivasi tidur R : deprivasi tidur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
karena
kondisi
lingkungan,
kecemasan,
pengalaman mimpi buruk b) Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien c) Anjurkan pasien rileks saat memulai tidur R : rileks dapat mengendurkan otot-otot yang tegang sehingga dapat menenangkan pikiran c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan 1) Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam gangguan pola tidur teratasi 2) Kriteria hasil Pasien tidur cukup dimalam dan siang hari (6-8 jam )/hari 3) Intervensi dan Rasional a) Kaji penyebab terganggunya pola tidur R : gangguan pola tidur dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan, cemas atau obat-obatan b) Kondisikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien c) Anjurkan pasien untuk rileks saat akan memulai tidur dan berikan pendidikan kesehatan mengenai manfaat tidur R : rileks dapat mengendurkan otot-otot yang tegang sehingga dapat menenangkan pikiran
d. Kesiapan meningkatkan tidur 1) Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan waktu tidur dapat dipertahankan secara adekuat 2) Kriteria hasil Pasien tidur cukup dalam waktu 6-8 jam / hari 3) Intervensi dan rasional a) Kaji pola tidur pasien R : dengan mengkaji pola tidur maka perawat dapat mengetahui kualitas tidur pasien b) Motivasi pasien untuk tetap mempertahankan waktu tidur yang adekuat R : motivasi dibutuhkan untuk mempertahankan kualitas tidur (Doengoes, 2002)
DAFTAR PUSTAKA Asmadi. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Aziz, H. A. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Doengoes, M. E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC. NANDA. (2013). Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC. Perry, P., & Potter, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.