LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT HIPERTENSI
Disusun Oleh ; Lidia Ihda Ghafiro NIS : 1081/436.076
PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) SMK NEGERI 4 BONDOWOSO 2018/2019
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur- unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki. Menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Hidayat, 2012). Keadaan seimbang fisiologis dan psikologis itulah yang akan kita capai dalam membantu memenuhi kebutuhan klien yang kita asuh. Salah satu kebutuhan diatas kebutuhan fisiologis yang harus terpenuhi adalah kebutuhan keamanan salah satu masalah yang ada dalam gangguan rasa aman adalah gangguan termoregulasi. Gangguan termoregulasi yang sering dialami adalah hipertermi. Hipertermia adalah suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena kegagalan regulasi (NANDA, 2015). Hipertermi dapat disebabkan karena berbagai hal seperti karena inflamasi, suatu penyakit, Trauma, Dehidrasi dan lain sebagianya. Pada hipertemi masalah yang muncul adalah ketidakseimbangan suhu tubuh, yaitu tubuh melebihi dari rentang normal > 37,5 oC. Suhu tubuh dapat diukur melalui rektaL, oral ataupun aksila dengan perbadaan kurang lebih 0,5-0,60 C. Salah satu hal yang paling umum ditemukan pada pasien dengan hipertermi di sebabkan karena adanya suatu penyakit. Dalam memberikan asuhan keperawatan guna mengatasi Gangguan Termoregulasi pada pasien, perawat harus selalu berusaha
untuk
mengembangkan
strategi
penatalaksanaan
Gangguan
Termoregulasi , sehingga lebih dari sekedar pemberian obat-obatan antipiretik. Dengan memahami konsep gangguan termoregulasi “Hipertermi” secara holistik, diharapkan perawat mampu mengembangkan strategi-strategi yang dapat mengatasi gangguan termoregulasi “hipertermi” yang dirasakan seoarang
pasien. Dari tinjauan latar belakang diatas maka konsep dasar gangguan rasa aman dan asuhaan keperawatan mengenai gangguan rasa aman pada pasien gangguan termoregulasi “Hipertermi” akan dibahas pada bab selanjutnya.
B.
Tujuan (1)
Tujuan umum Tujuan dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini untuk mengetahui masalah kebutuhan dasar manusia khususnya masalah kebutuhan Gangguan Rasa Aman “Hipertermi”.
(2)
Tujuan khusus (1)
Mampu melakukan pengkajian Gangguan Rasa Aman“Hipertermi”
(2).
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Gangguan Rasa Aman “Hipertermi”
(3).
Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan Gangguan Rasa Aman “Hipertermi”
(4).
Mampu melakukan implementasi keperawatan Gangguan Rasa Aman “Hipertermi” sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya.
(5)
Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan Gangguan Rasa Aman “Hipertermi”
C.
Manfaat
(1)
Bagi Profesi perawat Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan medical bedah khususnya dengan kasus hipertermi.
(2)
Klien Memberikan pengetahuan serta masukan kepada klien tentang cara menangani, merawat, dan mencegah kasus hipertermi.
(3)
Keluarga Memberikan pengetahuan serta masukan kepada kelurga tentang cara menangani, merawat, mencegah kekambuhan dan berkomunikasi kepada anggota keluarga yang mengalami kasus hipertermi.
(4)
Penulis Untuk menambah referensi dan kemampuan mengaplikasikan asuhan keperawatan medika bedah khususnya pada klien dengan kasus hipertermi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Temperatur adalah suatu substansi panas atau dingin. Suhu badan adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses badan dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan eksternal. Suhu inti adalah suhu dari jaringan tubuh dalam hampir selalu constant sekitar ± 10 F ( ± 0.60 ) kecuali bila seseorang mengalami demam. Suhu kulit berbeda dengan suhu inti, naik dan turun sesuai suhu lingkungan. Suhu normal rata-rata secara umum adalah 98.00 sampai 98.60 F ( 36.70 sampai 370 C ) bila diukur per oral, dan ± 10 F atau 0.60 C lebih tinggi bila diukur per rectal(Hidayat, 2014). Hipertermi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari 37oC (peroral) atau 38.80C (perrektal) karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal. Sedangkan Hipotermia adalah suhu inti tubuh di bawah kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi (NANDA, 2015). Terdapat juga ketidakfektifan termolegulasi yaitu fluktuasi suhu di antara hipotermia dan hipertermia.
2.1. Etiologi Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit. Faktor penyebabnya: (1) Dehidrasi
(2) Penyakit atau trauma (3) Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat (4) Pakaian yang tidak layak (5) Kecepatan metaolisme meningkat (6) Pengobatan/ anesthesia (7) Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang) (8) Aktivitas yang berlebihan
2.3 Klasifikasi Hipertemi 1) . Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas A)
Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia .Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak bemanfaat. B)
Exercise-Induced hyperthermia (EIH)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 300C atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat. C)
Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia
antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam (merangsang pembentukan pirogen leukosit). 2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas. a. Hipertermia neonatal Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan bisa disebabkan oleh: 1) Dehidrasi Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.
5
sinar
2) Overheating Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar matahari langsung dalam waktu yang lama. 3) Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 390C dilakukan tepid sponged 350C sampai dengan suhu tubuh mencapai 370C. 4) Heat stroke Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.50C atau lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai dengan suhu tubuh
38,50 C kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan metabolic yang ada. 5) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE) Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan febris ringan). Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri
6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi mal-development atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup. Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS karena dapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.
2.4 Patofisiologi
Substansi yang menyebabkan deman disebut pirogen dan berasal baik dari oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel
penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi di hipotalamus. Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolisme di hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan caiaran elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
2.5 Manifestasi Klinis 1) Suhu tinggi 37,8 °C (100 °F) per oral atau 38,8 °C (101 °F) 2) Takikardia 3) Hangat pada sentuhan 4) Mengigil 5) Dehidrasi 6) Kehilangan nafsu makan 7) Pernafasan cepat 8) Mulut kering
2.6
1.
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi (Darah Lengkap) • Hb (Hemoglobin) Hb adalah pigmen dalam butir darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Pada penyakit infeksi menahun, Kanker Darah, Malaria, kadar Hb dapat menurun, sebaliknya pada Demam Berdarah, kadar Hb dapat meningkat, karena darah menjadi lebih pekat
akibat cairan darah (plasma darah) merembes kekuar dari pembuluh darah. Kadar Hb, pada Pria Dewasa sekitar 13-16 g/dl, wanita dewasa sekitar 12-14 g/dl, pada wanita hamil dan anak-anak sedikit lebih rendah dibandingkan orang dewasa. • Leukosit Leukosit adalah sel darah putih, berfungsi untuk melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh kita. Pada infeksi oleh bakteri seperti infeksi tenggorokan, infeksi saluran nafas, infeksi saluran kencing, jumlah leukosit sering meningkat, namun infeksi oleh bakteri penyebab Tifus (salmonella), jumlah leukosit tetap normalbahkan bisa turun. Begitu pula infeksi oleh virus, seperti Flu, Hepatitis Virus, Demam Berdarah, jumlah leukosit tetap normal. Pada leukemia atau Kanker Darah, jumlah leukosit sering sangat meningkat dan ditemukan leukosit muda. • Diff (Hitung Jenis Leukosit) Pemeriksaan ini dilakukan dengan menghitung prosentase masing-masing jenis sel darah putih dalam darah. Sel darah putih dalam darah terdiri dari beberapa jenis yaitu yang disebut Basofil, Eosinofil, Neutrofil Batang, Neutrofil Segmen, Limfosit dan Monosit. Bila seseorang mengalami infeksi, komposisi jenis sel tersebut dapat berubah. Pada infeksi bakteri, prosentase Neutrofil akan meningkat, sedangkan pada Infeksi Tifus dan Infeksi Virus, prosentase Limfosit yang meningkat. Pada penyakit Alergi, atau cacingan, prosentase Eosinofil yang meningkat. Pemeriksaan ini juga dapat mengetahui adanya kanker darah, yaitu dengan ditemukan sel-sel darah putih yang masih muda. • LED (Laju Endap Darah) Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengukur kecepatan pengendapan dari sel-sel darah. Sel-sel darah akan lebih mudah atau cepat mengendap pada keadaan infeksi, adanya kerusakan jaringan tubuh, keadaan anemia (kuranh darah). Oleh karena itu pemeriksaan ini sering digunakan untuk mengetahui adanya infeksi. Pada keadaan normal, kecepatan pengendapan sel-sel darah (LED) sekitar 0-20 mm/ jam. Nilai ini meningkat bila terjadi infeksi. • Trombosit Trombosit yang disebut juga keping-keping darah, merupakan salah satu komponen dalam darah kita yang berfungsi mencegah perdarahan. Bila jumlah trombosit menurun jauh di bawah normal maka kemungkinan perdarahan mudah terjadi. Seperti pada demam berdarah sering tampak bintikbintik merah di kulit yang tidak hilang bila ditekan, hal ini disebabkan adanya perdarahan halus dari pembuluh-pembuluh darah di bawah kulit. Oleh karena itu, pemeriksaan trombosit merupakan pemeriksaan yang penting untuk mengetahui adanya Demam Berdarah. Pada Demam Berdarah, Trombosit menurun setelah hari kedua. Pada orang sehat, jumlah trombosit sekitar 180.000 – 380.000 sel/ ul.
2.7 Tata Laksana
(1)
Penatalaksanaan Medis Beri obat penurun panas seperti paracetamol,asetaminofen Rasional: membantu dalam penurunan panas
(2)
Penatalaksanaan Keperawatan Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu: 1)
Observasi keadaan umu pasien
Rasional: mengetahui perkembangan keadaan umum dari psien 2. Observasi tanda-tanda vital Rasional: mengetahui perubahan tanda-tanda vital dari pasien 3. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis Rasional: membantu mempermudah penguapan panas 4. Anjurkan pasien banyak minum Rasional: mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas 5. Anjurkan pasien banyak istirahat Rasional: meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh tubuh 6. Beri kompres hangat dibeberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher bagian belakang Rasional: mempercepat dalam penurunan produksi panas 7. Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian, penanganan,dan terapi yang diberikan tentang penyakitnya Rasional: meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari pasien dan keluarganya
2.8 Pencegahan Hipertermia dapat dicegah dengan beberapa cara, di antaranya:
Hindari beraktivitas langsung tanpa pelindung kepala di bawah terik matahari ketika cuaca sedang panas. Gunakan pakaian yang longgar, berbahan ringan, dan tidak tebal atau berlapislapis ketika harus beraktivitas di lingkungan panas. Gunakan pelindung tambahan seperti topi lebar atau payung. Banyak minum air putih di segala kesempatan. Terutama saat cuaca panas.
Jangan meninggalkan anak-anak dalam mobil tertutup di ruangan terbuka maupun gedung parkir. Segera berteduh dan masuk ke ruangan dengan pendingin ruangan atau dengan sirkulasi udara yang baik, ketika sudah mulai merasa lemas atau sakit kepala.
2.10
Asuhan Keperawatan 1)
Pengkajian
Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data. Tahap pengkajian terdiri atas: pengumpulan data, analias data, merumuskan masalah, analisa masalah. 1)
Data subjektik
2)
Data subjektif
2)
Pasien mengeluh panas Pasien mengatakan badannya terasa lemas/lemah
Suhu tubuh >37 °C Takikardia Mulut bibir kering
Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai dengan suhu tubuh pasien >37 °C, akral hangat/ panas, takikardia, dan nafas cepat. 2. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder terhadap usia yang ditandai dengan pasien mengeluh panas, lemas, dan pusing. 3. Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk aktivitasyang berat yang ditandai dengan pasien mengeluh haus, badan panas, dehidrasi, dan mukosa bibir kering. 3)
Rencana Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasakan analisa pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan/ keperawatannya. Tahap awal perencanaan adalah priorotas masalah. Prioritas masalah berdasarkan mengancam jiwa pasien, tahap kedua yaitu rencana prioritas. 1)
Prioritas masalah Hipertermi 1) Tujuan Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan masalah hipertermi teratasi 2) Kriteria hasil Menunjukkan penurunan suhu tubuh Akral pasien tidak teraba hangat/panas Pasien tampak tidak lemas Mukosa bibir lembab Rencana tindakan
No.
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Observasi keadaan umum pasien
Mengetahui perkembangan keadaan umum dari pasien
2.
Observasi tanda-tanda vital
Mengetahui perubahan tanda-tanda vital pasien
3.
Anjurkan pasien untuk banyak minum
Mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas
4.
Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh tubuh
5.
Anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang tipis
Membantu mempermudah penguapan panas
6.
Beri kompres hangat di beberapa bagian
Mempercepat dalam penurunan produksi panas
7.
Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian, penanganan, dan terapi yang diberikan tentang penyakitnya
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari pasien dan keluarganya
8.
Kolaborasi/delegatif dalam pemberian obat sesuai indikasi, contohnya: paracetamol
Membantu dalam penurunan panas