Laporan-pendahuluan-gerontik-hipertensi Atin.docx

  • Uploaded by: Eka Narayana
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan-pendahuluan-gerontik-hipertensi Atin.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,995
  • Pages: 18
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PANTI JOMPO WELAS ASIH TASIKMALAYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gerontik Pada Program Profesi Ners

Disusun Oleh : ATIN YULIATIN NIM . 1490118005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS GALUH CIAMIS 2019

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK DENGAN HIPERTENSI A. Konsep Dasar Lanjut Usia (Lansia) 1. Definisi lanjut usia (lansia) Menurut Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007 dalam Azizah 2011), mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit dan hilangnya gigi. Glascock dan Feinman (1981); Stanley and Beare (2007 dalam Azizah 2011), menganalisis kriteria lanjut usia dari 57 negara di dunia dan menemukan bahwa kriteria lansia yang paling umum adalah gabungan antara usia kronologis dengan perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh perubahan status fungsional seseorang. Proses menua merupakan suatu hal yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa lansia adalah gabungan antara usia kronologis dengan perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh perubahan status fungsional seseorang, serta ditandai ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit dan hilangnya gigi. 2. Klasifikasi Lansia Klasifikasi berikut menurut Depkes RI (2015) a. Usia lanjut presenilis yaitu abtara usian45-59 tahun b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan. 3. Karakteristik Lansia Menurut Budi Anna Keliat (1999). Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut. a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan). b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial 1

sampe spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif. c. Lingkungan tempat tinggal yang berfariasi. 4. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia Dan Implikasi Klinik a. Perubahan pada Sistem Kardiovaskular Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsursering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi. Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada perubahan, namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat berkurang. Pada dewasa muda, kecepatan jantung dibawah tekanan yaitu,180-200 x/menit kecepatan jantung pada usiam70-75 tahun menjadi 140-160 x/menit. Pada fungsi fisiologis, faktor gaya hidup berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi kardiovaskuler. Gaya hidup dan pengaruh lingkungan merupakan faktor penting dalam menjelaskan berbagai keragaman fungsi kardiovaskuler pada lansia, bahkan untuk perubahan tanpa penyakit-terkait. Secara singkat, beberapa perubahan dapat diidentifikasi pada otot jantung, yang mungkin berkaitan dengan usia atau penyakit seperti penimbunan amiloid, degenerasi basofilik, akumilasi lipofusin, penebalan dan kekakuan pembuluh darah, dan peningkatan jaringan fibrosis. Pada lansia terjadi perubahan ukuran jantung yaitu hipertrofi dan atrofi pada usia 30-70 tahun. Berikut ini merupakan perubahan struktur yang terjadi pada sistem kardiovaskular akibat proses menua : 1) Penebalan dinding ventrikel kiri karena peningkatan densitas kolagen dan hilangnya fungsi serat-serat elastis. Implikasi dari hal ini adalah ketidakmampuan jantung untuk distensi dan penurunan kekuatan kontraktil. 2) Jumlah sel-sel peacemaker mengalami penurunan dan berkas his kehilangan serat konduksi yang yang membawa impuls ke ventrikel. Implikasi dari hal ini adalah terjadinya disritmia.

2

3) Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus karena peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri. Implikasi dari hal ini adalah penumpulan respon baroreseptor dan penumpulan respon terhadap panas dan dingin. 4) Vena meregang dan mengalami dilatasi. Implikasi dari hal ini adalah vena menjadi tidak kompeten atau gagal dalam menutup secara sempurna sehingga mengakibatkan terjadinya edema pada ekstremitas bawah dan penumpukan darah. B. Konsep Dasar Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (NANDA,2015). Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : a. Hipertensi primer (esensial) Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu :genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia. b. Hipertensi sekunder Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom chusing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Menurut NANDA 2015, Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi : a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebi besar dari 90 mmHg b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

3

Penyebab hipertensi ada pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada : a. Elastisitas dinding aorta menurun b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer Tanda dan gejala di atas dipengaruhi oleh perkalian antara Cardiac Output (CO) dengan tahanan perifer yang menyebabkan tekanan darah meningkat. 2. Pathway Hipertensi

3. Etiologi Hipertensi

4

4. Tanda dan gejala Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : a. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : 1) Mengeluh sakit kepala, pusing 2) Lemas, kelelahan 3) Sesak nafas 4) Gelisah 5) Mual 6) Muntah 7) Epistaksis 8) Kesadaran menurun 5. Pemeriksaan diagnostic

5

a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas dan anemia b. BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin c. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM d. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati e. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi f. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan ginjal g. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penderita Hipertensi 1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam peruses keperawatan. Untuk itu, di perlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah klien sehingga dapat memberi arah terhadap tindakan keperawatan. a. Anamnesis. Anamnesis di lakukan untuk mengetahui: 1) Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan giagnosis medis. 2) Aktifitas/ istirahat Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea 3) Sirkulasi Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.

6

Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi jelas, bunyi jantung murmur, distensi vena jugularis 4) Integritas Ego Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan) Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara 5) Eliminasi Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal ), obstruksi. 6) Makanan/ cairan Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretic. Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem. 7) Neurosensori Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan. Tanda : Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan. 8) Nyeri/ ketidaknyamanan Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa. 9) Pernafasan Gejala : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/tanpa sputum, riwayat merokok. Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu pernafasan. 10) Keamanan Gejala : Gangguan koordinasi, cara brejalan. b. Pemeriksaan Diagnostik

7

1) Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas). 2) BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal. 3) Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar 4) katekolamin (meningkatkan hipertensi). 5) Kalsium serum 6) Kalium serum 7) Kolesterol dan trygliserid 8) Urin analisa 9) Foto dada 10) CT Scan 11) EKG 2. Kemungkinan Diagosa Keperawatan a. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral. b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi inadekuat c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. d. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic. e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi. f. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah. g. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik atau persepsi. 3. Intervensi a. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral Tujuan : Menghilangkan rasa nyeri Kriteria hasil : 1) Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol. 2) Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan. Intervensi : 1) Pertahankan tirah baring selama fase akut.

8

R/ Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi. 2) Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher. R/ Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya. 3) Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB. R/ Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan vaskuler serebral. 4) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. R/ Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien. 5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll. R/ Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis. b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil : 1) Klien menunjukkan peningkatan berat badan 2) Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan ideal Intervensi 1) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi. R/ Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi. 2) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. R/ Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.. 3) Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan

9

dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat makanandimakan. R/ Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan 4) Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan). R/ Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis. 5) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. R/ Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual. c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas Kriteria Hasil : 1) Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan 2) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur. Intervensi 1) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan. R/ Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung. 2) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.

10

3) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. R/ Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung. 4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya. R/ Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. 5) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas. R/ Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan. d. Inefektif koping individu b.d mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik. Tujuan : klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda inefektif koping Kriteria Hasil : 1) Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya 2) menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi 3) mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya. Intervensi 1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan. R/ Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari. 2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsangan,

11

penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah. R/ Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic. 3) Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya. R/ Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor. 4) Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan. R/ Keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik. 5) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan diri / keluarga. R/ Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya. e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya. Tujuan : Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakitnya Kriteria hasil : 1) Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan. 2) Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal. Intervensi 1) Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.

12

R/ Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi. 2) Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, pola hidup penuh stress dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur). R/ Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal. 3) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat. R/ Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan. 4) Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi (pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes. R/ Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi. f. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah. Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung Kriteria Hasil : 1) Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja 2) jantung 3) Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima. 4) Memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien. Intervensi 1) Observasi tekanan darah

13

R/ Perbandingan dari tekanan darah memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan vaskuler. 2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer R/ Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati saat palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti vena. 3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. R/ S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik. 4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler. R/ Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung. 5) Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau keributan ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. R/ Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi. 6) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. R/ Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah. 7) Kolaborasi dengan dokter dalam pembrian terapi anti hipertensi dan diuretik. R/ Menurunkan tekanan darah. g. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang,motorik atau persepsi. Tujuan : Tidak terjadi cidera Kriteria hasil: 1) Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.

14

2) Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera. 3) Meminta bantuan bila diperlukan. Intervensi: 1) Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan. R/ Membantu menurunkan cedera. 2) Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan: Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan. Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi. Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion emoltion. R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu. 3) Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat bantu. R/ Penggunaan alat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan regangan atau jatuh. 4) Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah. R/ Keamanan yang baik meminimalkan terjadinya cidera 4. Evaluasi a. Apakah rasa nyeri pasien / sakit kepala berkurang ? b. Apakah pasien sudah bisa beraktifitas sendiri / mandiri ?

15

DAFTAR PUSTAKA Arianto, PS Budi. 2016. Faktor Resiko Kejadian Hipertensi Sistolik Terisolasi Pada Lansia Tahun 2014; 3. Available from: http://repository.usu .ac.id/handle/ 123456789/ 58759 {Accesed 15 juli 2018} Depkes RI, 2005. Profil Kesehatan Indonesia Sehat 2010 Depkes RI, 2011. Profil Indonesia Sehat. Jakarta, PT Rineka Cipta Depkes Sumbar, 2010. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Doenges., 2003. Rencana Asuhan Keperawatan.EGC. Jakarta Fatimah.,2010.Merawat manusia Lanjut usia.Trans Info media.Jakarta

16

17

More Documents from "Eka Narayana"