LAPORAN PENDAHULUAN (LP) KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH PADA PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
I. KONSEP PENYAKIT 1. Definisi penyakit Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Arif Muttaqin, 2011). Gastroenteritis akut atau diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak daripada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/jam. Definisi lain memakai frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar tersebut dapat atau tanpa disertai lemdir dan darah. Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari penderita diare atau melalui makan atau minuman yang terkontaminasi bakteri pathogen yang berasal dari tinja manusia / hewan atau bahan muntahan penderita dan juga dapat melalui udara atau melalui aktifitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal (Sudoyo Aru, dkk 2009).
2. Manifestasi klinik Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus gastroenteritis, antara lain : a. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah b. Suhu badan meningkat c. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
d. Timbul diare e. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lendir f. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. g. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare h. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir terlihat kering i. Berat badan menurun j. Pucat, lemah
3. Etiologi Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari gastroenteritis sangat beragam , antara lain sebagai berikut : a. Faktor infeksi : 1) Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli, salmonella, shigella, V. Cholera, dan clostridium). 2) Infeksi berbagai macam virus :enterovirus, echoviruses, adenovirus, dan rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus Rotavirus. 3) Jamur : candida 4) Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora). b. Faktor non infeksi/ bukan infeksi : 1) Alergi makanan, misal susu, protein 2) Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit 3) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan 4) Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.
5) Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis 6) Emosional atau stress 7) Obstruksi usus
4. Patofisiologi Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi Mekanisme
enterotoksin ini
dan
menghasilkan
atau
memproduksi
peningkatan
sekresi
sitotoksin. cairan
dan
menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Pendapat lain menurut Jonas (2003) pada buku Muttaqin (2011). Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (E. Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek langsung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal.
5. Pathway
Infeksi
Makanan
Psikologis
Berkembang Di usus
Toksik tak dapat diserap
Ansietas
Hipersekresi air dan elektrtrolit
Hiperperistaltik
Malabsorbsi KH, Lemak, protein
Penyerapan Makanan diusus menurun
Mening tekanan osmotik
Isi usus
Diare Frekuensi BAB meningkat
Distensi Abdomen
Hilang cairan & elektrolit berlebihan
Kerusakan intergritas kulit perianal
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit
Asidosis metabolik
Sesak Dehidrasi Gangguan Pertukaran Gas
Kekurangan volume cairan
Resiko Syok (hipovolemi)
Mual muntah
Nafsu makan menurun
Ketidakseimbangan kurang dari kebutuhan tubuh
6. Klasifikasi Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan (Sudoyo Aru, dkk 2009) a. Lama waktu diare : - Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu - Kronik
: berlangsung lebih dari 2 minggu
b. Mekanisme patofisiologi : osmotik atau sekretorik dll c. Berat ringan diare : kecil atau besar d. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi e. Penyebab organik atau atau tidak : organik atau fungsional Kebutuhan rehidrasi oral (CRO) menurut usia untuk 4 jam pertama pada anak (Djuanda Adhi, 2010) Kebutuhan Cairan Rehidrasi Oral Selama 4jam Pertama Menurut Usia USIA
S/D 4 Bulan
4-12 Bulan
12 Bulan s/d 2 thn 2—5 Tahun
BB
<6 kg
6-<12 kg
10-<12 kg
12 – 19 kg
400 – 700 ml
700 -900 ml
900 - 1400
Jumlah cairan 200-400 ml rehidrasi
7. Pemeriksaan diagnostik a. Pemeriksaan tinja - Makroskopis dan mikroskopis - Ph dan kadar gula dalam tinja - Biakan dan resistensi feses (colok dubur) b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda – tanda gangguan keseimbangan asam basa (Pernapasan kusmaul) c. Pemeriksaaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,Kalsium dan Posfat.
8. Penatalaksanaan medik dan implikasi keperawatan Dasar pengobatan diare adalah : a. Pemberian Cairan Cairan per oral : 1) Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral yaitu NaCl dan NaHCO¬3, KCl dan glukosa. 2) Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90 mEq/L. 3) Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi ringan/sedang diberi Natrium 50-60 mEq/L. 4) Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula), lengkap (oralit). Cairan parenteral : Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan juga sesuai umur dan BBnya. b. Obat-obatan 1) Obat anti – sekresi 2) Obat spasmolitik 3) Antibiotik, diberikan jika jelas penyebabnya misal oleh bakteri.
II. KONSEP ASUKAN KEPPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas diri Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal masuk RS, nama penanggung jawab, umur penangguang jawab,jenis kelamin, hubungan dengan pasien, alamat, pendidikan, pekerjaan. b. Keluhan utama Meliputi alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien GEA saat datang ke rumah sakit.biasanya keluhan yang dirasakan berupa nyeri pada bagian perut nyeri dirasakan seperti ditusuk benda tajam, nyeri akan dirasakan bertambah saat akan BAB.
c. Riwayat kesehatan sekarang Meliputi keluhan utama yang merupakan keluhan pasien, data yang dikaji yang dirasakan pasien saat ini. Keluhan yang dirasakan oleh pasien GEA yaitu nyeri pada perut, mual, muntah, lemas dan BAB cair. d. Riwayat kesehatan dahulu Apakah pasien pernah menderita penyakit GEA sebelumnya dan apakah pasien pernah di rawat di Rumah Sakit sebelumnya dengan penyakit GEA. e. Riwayat kesehatan keluarga Apakah keluarga pernah menderita penyakit yang diderita oleh pasien sekrang atau apakah ada riwayat penyakit menular atau penyakit keturunan pada keluarga pasien. f. Aktivitas sehari-hari 1) Nutrisi Pada pasien dengan GEA biasanya tedapat gangguan tidak nafsu makan disebabkan oleh mual muntah. 2) Eliminasi Ditemukan BAB sering dan cair, biasanya tidak terdapat gangguan pada BAK. 3) Istirahat tidur Pola tidur terganggu akibat nyeri pada perut dan seringnya BAB. 4) Personal hygiene Tidak ditemukan kendala dalam melakukan perawatan diri. 5) Aktivitas Karena lemas akibat kehilangan banyak cairan aktivitas pasien dibantu oleh keluarga. g. Pemeriksaan fisik a) Sistem pernapasan Pasa pasien dengan penyakit GEA biasanya tidak ditemukan gangguan pasa system pernafasan
b) Sistem Kardiovaskular Pada pasien dengan penyakit GEA biasanya tekanan darah menurun dan nadi meningkat tapi lemah. Konjungtiva anemis mukosa bibir kering. c) Sistem Pencernaan Klien biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu makan karena terdapat distensi pada abdomen, perut kembung, bising usus (+) meningkat, tidak terdapat gangguan pada saat menelan. d) Sistem Genitourinaria Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan,Adanya edema ekstermitas menandakan adanya retensi cairan yang parah (Muttaqin, 2009 : 215). e) Sistem Endokrin Biasanya tidak ditemukan pembesaran pada kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening. f) Sistem Persyarafan Kesadaran biasanya composmentis, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien : wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat (Muttaqin, 2009 : 215). Test Fungsi Nervus Cranial seperti berikut : (1) Nervus Olfaktorius ( N.I) Nervus Olfaktorius merupakan saraf sensorik yang fungsinya hanya satu, yaitu mencium bau, menghidu (penciuman, pembauan). Kerusakan saraf ini menyebabkan hilangnya penciuman (anosmia), atau berkurangnya penciuman. (2) Nervus Optikus ( N.II ) Penangkap rangsang cahaya ialah sel batang dan kerucut yang terletak di retina. Impuls alat kemudian dihantarkan melalui serabut saraf yang membentuk nervus optikus.
(3) Nervus Okulomotorius, Trochearis, Abdusen (N,III,IV,VI) Fungsi nervus III,IV,VI saling berkaitan dan diperiksa bersama-sama. Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstraokuler dan mengangkat kelopak mata. Serabut otonom nervus III mengatur otot pupil. (4) Nervus Trigeminus (N.V) Terdiri dari dua bagian yaitu bagian sensorik (porsio mayor) dan bagian motorik (porsio minor). Bagian motorik mengurusi otot mengunyah. (5) Nervus Facialis ( N. VII ) Nervus Fasialis merupakan saraf motorik yang menginervasi otot-otot ekspresi wajah. Juga membawa serabut parasimpatis ke kelenjar ludah dan lakrimalis. Termasuk sensasi pengecapan 2/3 bagian anterior lidah. (6) Nervus Auditorius ( N.VIII ) Sifatnya
sensorik,
mensarafi
alat
pendengaran
yang
membawa rangsangan dari telinga ke otak. Saraf ini memiliki 2 buah kumpulan serabut saraf yaitu rumah keong (koklea) disebut akar tengah adalah saraf untuk mendengar dan pintu halaman (vetibulum), disebut akar tengah adalah saraf untuk keseimbangan. (7) Nervus Glasofaringeus Sifatnya majemuk (sensorik + motorik), yang mensarafi faring, tonsil dan lidah. (8) Nervus Vagus Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut. (9) Nervus Assesorius (10) Saraf XI menginervasi sternocleidomastoideus dan trapezius menyebabkan gerakan menoleh (rotasi) pada kepala. (11) Nervus Hipoglosus
Saraf ini mengandung serabut somato sensorik yang menginervasi otot intrinsik dan otot ekstrinsik lidah. g) Sistem Integumen Pemeriksaan wajah pada klien bertujuan menemukan tanda-tanda yang menggambarkan kondisi klien terkait dengan penyakit jantung yang dialaminya. Tanda-tanda yang dapat ditemukan pada wajah antara lain : (Udjianti, 2011 : 16) (1) Pucat di bibir dan kulit wajah, merupakan manifestasi anemia atau kurang adekuatnya perfusi jaringan. (2) Kebiruan pada mukosa mulut, bibir dan lidah, manifestasi sianosis sentral akibat peningkatan jumlah hemoglobin. (3) Edema periorbital. (4) Grimace (tanda kesakitan dan tanda kelelahan). h) Sistem Muskuloskeletal Kebanyakan klien yang mengalami tidak mengalami gangguan pada system muskuloskleletal. i) Sistem Pengelihatan Biasanya pada pasien dengan GEA ditemukan mata cekung akibat dehidrasi, konjungtiva tampak anemis. j) Sistem Pendengaran Biasanya pasien dengan GEA tidak mengalami gangguan pendengaran. 2. Diagnose keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien GEA : 1) Ansietas b.d perubahan status kesehatan. 2) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif. 3) Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering. 4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake makanan.
3. Intervensi keperawatan dan rasional No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan 1.
Hasil
Ansietas
b.d NOC
perubahan
Rasional
status
NIC
1. Pendekatan
1. Anxiety self-control
Anxiety
kesehatan
2. Anxiety level
(penurunan
dapat
Definisi :
3. Coping
kecemasan)
memberikan
1. Gunakan
kepercayaan
Perasaan
gelisah Kriteria Hasil :
yang tak jelas dari
1. Klien
mampu
kenyamanan
atau
mengidentifikasi
ketakutan
yang
dan
disertai
respon
autonom
(sumner
pendekatan
2. Nyatakan
mengungkapkan
jelas
gejala cemas
terhadap
2. Mengidentifikasi,
pasien
tidak diketahui oleh
mengungkapkan
3. Jelaskan
individu); perasaan
dan
keprihatinan
teknik
antisipasi
dari terhadap
bahaya. Sinyal ini merupakan
menunjukkan untuk
mengontrol cemas 3. Vital
sign
batas normal
adanya
ekspresi
klien
terhadap klien
dengan 2. Perawat harapan pelaku
semua
memberikan harapan yang jelas
kepada
klien
tanpa
prosedur dan apa
melebih–
yang
lebihkan
dirasakan
selama prosedur
pasien tubuh,
dengan
dan perawat
dalam 4. Pahami perspektif
4. Postur
peringatan
yang
menenangkan
tidak spesifik atau
disebabkan
Reduction
terhadap
situasi stress
wajah, 5. Temani
3. Prosedur harus dijelaskan kepada pasien agar jelas.
pasien 4. Menenangkan
ancaman yang akan
bahasa tubuh dan
untuk memberikan
pasien
datang
tingkat
keamanan
terhadapi
dan
aktivitas
memungkinkan
menunjukkan
mengurangi
individu
berkurangnya
ketakutan
untuk
mengambil langkah untuk
menyetujui
terhadap
tindakan
kecemasan
dan
situasi stress 5. Memberikan
6. Dengarkan dengan penuh perhatian 7. Dorong
pasien
keamanan dan mengurangi ketakutan
ditandai dengan :
untuk
pasien
1. Gelisah
mengungkapkan
2. Insomnia
perasaan,
pendengar
3. Resah
ketakutan, persepsi.
yang
6. menjadi
baik
4. Ketakutan
8. Berikan obat untuk
5. Sedih
mengurangi
6. Fokus pada diri
kecemasan
terhadap pasien 7. agar klien dan
7. Kekhawatiran
perawat
ada
8. Cemas
keterbukaan 8. terapi farmakologi untuk mempecepat proses penyembuhan
2.
Kekurangan volume NOC
NIC
cairan
1. Fluid Balance
Fluid Management
intake/outpu
2. Hydration
1. Pertahankan
t
b.d
kehilangan
cairan
aktif.
3. Nutritional
Definisi : penurunan
food
cairan
intake
tubuh
intravaskular,
and
catatan intake dan
volume
fluid
atau output yang
cairan tubuh
akurat
terkontrol
Kriteria Hasil:
mengacu
Ini pada
dehidrasi,
2. Monitor vital sign 2. Vital
kehilangan tanpa
urine output sesuai
cairan
BJ
status
nutrisi
urine
darah,
oral
sign
berada dibatas normal
pada suhu ruangan 3. agar
normal, HT normal 5. Dorong masukan
perubahan 2. Tekanan
pada natrium
3. Monitor
dengan usia dan 4. Berikan cairan IV BB,
agar
status
interstisial dan atau 1. Mempertahankan intraseluler.
1. dokumentasi
tidak
terjadi syok jika cairan iv
nadi, suhu tubuh 6. Dorong keluarga
berbeda
dalam batas normal
untuk membantu
dengan suhu
pasien makan
tubuh
3. Tidak ada tanda – tanda
dehidrasi. 7. Kolaborasi dengan 4. pemberian
Elastisitas kulit
turgor
dokter
cairan
baik,
melalui oral
membran mukosa
5. Keterlibatan
lembab, tidak ada
keluarga untuk
rasa
haus
yang
membantu
berlebihan
aktivitas pasien agar lebih mudah pulih 6. Kerjasama dengan dokter agar pasien dapat segera sembuh
3.
Kerusakan integritas NOC kulit
NIC
b.d 1. Tissue
1. Penggunaan
integrity Pressure Management
ekskresi/BAB
:Skin and Mucus
sering.
Membranes
1. Anjurkan pasien
pakai longgar agar
untuk
klien merasa
Definisi : perubahan 2. Hemodyalis akses
menggunakan
nyaman
atau
pakaian
gangguan Kriteria Hasil :
epidermis dan / atau 1. Integritas kulit yang dermis
baik
bisa
yang 2. Kebersihan
longgar
mempercepa
2. Jaga kebersihan
t pemulihan
dipertahankan
kulit agar tetap 3. Posisi yang
(sensasi, elastisitas,
bersih dan kering
temperatur, hidrasi, pigmentasi) 2. Tidak ada luka / lesi pada kulit
dapat
pasien
(ubah
mencegah
posisi
pasien)
dekubitus
setiap dua jam 4. Agar
3. Perfusi
jaringan
baik
sekali
pemahaman dalam perbaikan
akan
kulit
dari iritasi
adanya 5. Lotion dapat
kemerahan 5. Oleskan
kulit
terhindar
4. Monitor
4. Menunjukkan
proses
3. Mobilisasi
berubah
memberikan lotion
kelembaban
kulit dan mencegah
atau
terjadinya
minyak/baby oil 6. Aktivitas
berulang
cedera
pada kulit
dan
5. Mampu melindungi
kulit
dan
pada daerah yang
mobilisasi
tertekan
agar
6. Monitor aktivitas
mempertahankan
dan
kelembaban
pasien
dan
kulit
perawatan
mobilisasi
atas
dan
bawah dapat
7. Monitor
alami
ekstermitas
status
nutrisi pasien
tetap berfungsi normal 7. Nutrisi pasien harus terkontrol agar
BB
tidak mengalami penurunan. 4.
Ketidakseimbangan
NOC
nutrisi kurang dari 1. Nutritional status :
NIC
Nutrition
Nutrition
Management
kebutuhan tubuh b.d 2. Nutritional Status : Management penurunan
intake
makanan.
food
and
fluid
intake
untuk
Nutrient Intake
memenuhi 4. Weight control
kebutuhan
Kriteria Hasil
metabolik
1. Adanya peningkatan berat
badan
sesuai
dengan
tujuan
dengan
tinggi badan
diketahui agar pasien
2. Kolaborasi
tetap terjaga
dengan ahli gizi untuk
nutrisinya 2. Ahli
gizi
menentukan
dapat
jumlah kalori dan
memperhitu
nutrisi
ngakan
3. Berikan makanan terpilih
2. Berat badan ideal sesuai
adanya
alergi
Definisi : Asupan 3. Nutritional status : nutrisi tidak cukup
1. Kaji
1. Alergi harus
jumlah yang (sudah
kalori pasien sesuai
dikonsultasikan
kondisi
dengan ahli gizi)
pasien
4. Monitor jumlah nutrisi
dan
3. pemberian makanan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4. Tidak ada tanda – tanda malnutrisi 5. Menunjukkan peningkatan
kandungan
harus sesuai
kalori
dengan
5. Berikan
saran
informasi
ahli
gizi
tentang
4. pemantauan
kebutuhan
jumlah
nutrisi
nutrisi agar
fungsi
berada
pengecapan dari Nutrition Monitoring
batas normal
menelan
dan
6. Tidak
6. BB pasien dalam terjadi
penurunan berat badan berarti
yang
batas normal
di
sesuai
kebutuhan
7. Monitor adanya
pasien
penuruanan
5. Informasi
berat badan
diberikan
8. Monitoring kulit kering
dan
agar
saat
kembali ke
perubahan
rumah,
pigmentasi
pasien tetap
9. Monitor
turgor
kulit
terjaga nutrisinya.
10. Monitor kekeringan, rambut
Nutrition
kusam Monitoring
dan mudah patah 11. Monitor dan muntah
mual
1. BB
pasien
tetap terkontrol selama dirumah sakit 2. Berat badan diupayakan agar
tidak
terjadi penurunan 3. Turgor kulit tetap normal 4. Perawatan rambut selama
di
rumah sakit tetap terjaga. 5. Pemantauan mual
dan
muntah agar berkurang dan
tidak
ada selama dirumah sakit.