LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Oleh Kelompok 11 Familia Herawati
161114401568
Hilde Gardis Yevinta
161114401579
Meri Kusmawati Petrus
151114401462
Paskalia Mekthildis Malah
151114401481
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA 2018
1
BAB I PENDAHULUAN
A. KONSEP TEORI PENYAKIT 1. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebakan oleh rudapaksa (Mansjoer et,al 2000) sedangkan menurut Linda Juall C dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebakan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang . Klasifikasi fraktur : Metode klasifikasi paling sederhana adalah berdasarkan pada apakah fraktur tertutup atau terbuka. Fraktur tertutup memiliki kulit yang masih utuh diatas lokasi lokasi cedera sedangkan fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Keruskan jaringan dapat sangat luas pada fraktur terbuka, yang dibagi berdasarakan keparahan: Derajat 1. Luka kurang dari 1 cm, kontaminasi minimal Derajat 2. Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang Derajat 3. Luka melebihi 6 hingga 8 cm, kerusakan luas pada jaringan lunak, saraf, dan tendon dan kontaminasi banyak. Oleh karena luka berhubungan dengan dunia luar, risiko infeksi harus dikenal dan ditangani. 2. Etiologi a.
Kekerasan atau trauma langsung Kekerasaan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat Faktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring
b. Kekerasan atau trauma tidak langsung 1
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vector kekerasan. c. Kekerasan trauma akibat tarikan otot Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi, kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, dan penekanan kombinasi dari ketiganya dan penarikan. 3. Patofisiologi Tulang besifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal datang yang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan ruskanya atau terputusnya kontinuitas tulang. Keparahan dari fraktur tergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur,suatu tulang yang hanya sedikit terlewati,maka tulang mungkin hanya retak saja dan bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi. Fragmen fraktur dapat bergeser ke samping, pada suatu sudut (membentuk sudut) atau menimpa tulang lain. Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah. Selain itu, periosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum tulang yang patah juga terganggu sering terjadi cedera jaringan lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hematoma terjadi diantara fragmenfragmen tulang dan dibawah perosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respons peradangan yang hebat. Akan terjadi vasodilatasi, edema, nyeri,kehilangan fungsi, eksudasi plasma dan leukosit, serta infiltrasi sel darah putih. Respon patofisiologi ini juga merupakan tahap awal dari penyembuhan tulang yang fraktur.
2
4. Pathway
3
5. Manifestasi klinis a.
Deformitas
b.
Bengkak atau edema
c.
Echimiosis ( memar)
d.
Spasme otot
e.
Nyeri
f.
Ketegangan
g.
Kehilangan fungsi
h.
Gerakan abnormal
i.
Perubahan neurovaskuler
j.
Syok
6. Pemeriksaan Penunjang a.
Pemeriksaan
Rontgen
:
menentukan
lokasi/luasnya
fraktur,
untuk
memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. b.
Hitung darah lengkap: HB meningkat atau menurun
c.
Kreatinin: trauma otot
d.
Profil koagulasi
7. Penatalaksanaan a.
Medikasi Sebagian besar pasien yang mengalami fraktur pada awalnya memerlukan analgesik untuk meredakan nyeri. Pada kasus multiple fraktur atau fraktur tulang panjang, opioid diberikan diawal. NSAID diprogramkan untuk mengurangi inflamasi dan suplemen analgesik. Antibiotik dapat diberikan secara profilaksis, terutama untuk pasien yang mengalami fraktur terbuka atau kompleks. Antikoagulan dapat diprogramkan untuk mencegah DVT, terutama jika pembedahan atau imobilisasi lama diperlukan.
b. Traksi Traksi memberikan kekuatan untuk meluruskan atau menarik guna mengembalikan atau mempertahankan tulang yang mengalami fraktur pada posisi anatomis yang normal. Jenis traksi adalah sebagai berikut: 4
1) Traksi Manual. Biasa sering digunakan untuk mereduksi fraktur atau dislokasi 2) Traksi Kulit. Biasa dikenal dengan traksi lurus, biasa digunakan untuk mengendalikan spasme otot dan untuk mengimobilisasi bagian tubuh selama memindahkan atau sebelum pembedahan, dengan traksi mencengkram dan menarik melalui kulit pasien. Traksi kulit merupakan tindakan noninvasif dan relatif nyaman untuk pasien. Traksi ini banyak digunakan sebelum pembedahan untuk memperbaiki pinggul dan fraktur femur proksimal. 3) Traksi Keseimbangan Suspensi. 4) Traksi Skeletal. c. Gips Gips merupakan alat kaku yang digunakan untuk mengimobilisasi tulang yang mengalami cedera dan meningkatkan penyembuhan. d. Pembedahan Pembedahan diindikasikan untuk fraktur yang memerlukan visualisasi langsung dan perbaikan, fraktur dengan komplikasi jangka panjang yang umum, atau fraktur yang remuk hebat dan mengancam suplai vaskular. e. Fiksasi Tulang Elektrik 8. Komplikasi a.
Komplikasi awal 1) Kerusakan ateri 2) Cedera saraf 3) Sindroma kompartemen 4) Kontraktur vlokman 5) Sindroma emboli lemak 6) Thrombosis vena dalam dan emboli paru 7) Sindroma gips
b.
Komplikasi jangka panjang 1) Kaku sendi 2) Nekrosis avaskular 5
3) Penyatuan non-fungsional 4) Malunion 5) Penyatuan terhambat 6) Non-union 7) Penyatuan fibrosa 8) Sindroma Nyeri Regional Kompleks B. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN 1. Konsep pengkajian a.
Identitas klien
b.
Keluhan utama
c.
Riwayat penyakit sekarang
d.
Riwayat penyakit dahulu
2. Diagnosa keperawatan Menurut Doengoes (2000) dalam buku Amin Huda (2016) diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur adalah sebagai berikut: a.
Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang,edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
b.
Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan aliran darah (cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)
c.
gangguan pertukaran gas b/d penurunan laju difusi
d.
kerusakan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
e.
Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)
f.
Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, tarumajaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
g.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/dkurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
6
3. Konsep Perencanaan 1
Senin/2409-2018
Nyeri akut
Target waktu: 3x 24jam
A. Pemberian Analgesik 1. Tentukan
Tingkat nyeri No
1
Indikator
Ekspresi
,karakteristik,kualitas dan Skala
5
Penjangnya
Keter
keparahan nyeri sebelum
angan
mengobati pasien
tidak
nyeri wajah 2
lokasi
ada 5
tidak
episode nyeri
ada
2. Cek perintah pengobatan meliputi
obat,dosis,dan
frekuensi obat analgesik yang diresepkan 3. Cek adanya riwayat alergi obat
3
Fokus
5
tidak
menyempit 4
Agitasi
ada 5
4. Evaluasi pasien
kemampuan untuk
dalam
tidak
serta
ada
analgetik,rute dan dosis dan
5
Ketegangan
5
tidak
otot
berperan
ada
pemilihan
terkelibatan
pasien,sesuai kebutuhan 5. Pilih
analgesik
atau
kombinasi analgesik yang sesuai ketika lebih dari satu diberikan 7
6. Tentukan
pilihan
obat
analgrsik ( narkotik, non narkotik,
atau
NSAID),berdasarkan tipe keparahan nyeri 7. Tentukan
analgesik
sebelumnya,
rute
pemberian untuk
,dan
dosis
mencapai
hasil
pengurangan nyeri yang optimal 8. Pilih
rute
intravena
daripada
rute
intramuskuler,untuk injeksi pengobatan nyeri yang
sering,jika
memungkinkan 9. Tinggalkan narkotik dan obat-obat
lain
dibatasi,sesuai
yang dengan
aturan rumah sakit 10. Monitor
8
tanda
vital
sebelum
dan
memberikan
setelah analgesik
narkotik pada pemberian dosis pertama kali atau jika
ditemukan
tanda-
tanda yang tidak biasanya
B. Manajemen Nyeri 1. Gunakan metode penilaian yang sesuai dengan tahapan perkembangan yang memungkinkan untuk memonitor nyeri 2. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri 3. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi 4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
9
sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri 5. Pastikan pemberian analgesic dan atau strategi non-farmakologi sebelum dilakukan prosedur yang menimbulkan nyeri 2
Senin/24-
Resiko
09-2018
ketidakefektifan perfusi perifer
Target waktu : 5x 24 jam
jaringan
A. perawatan
sirkulasi:
Insufisiensi arteri
Perfusi jaringan :perifer
1. Lakukan pemeriksaan fisik
1= berat
sistem
2=cukup berat
kardiovaskuler
atau
penilaian yang komperensif pada sirkulasi
3=sedang
perifer
(misalnya
memeriksa denyut nadi perifer, 4=ringan
edema, waktu pengisian kapiler, warna dan suhu)
5=tidak ada Indicator
1 2 3 4 5
2. Evaluasi edema dan denyut nadi 3. Inspeksi kulit untuk adanya
10
Nyeri diujung kaki dan
tangan
V
luka pada arteri atau kerusakan jaringan
yang
terlokalisasi
4. Tempatkan ujung kaki dan
Nekrosis
V
Mati rasa
V
Kerusakan kulit
V
Kelemahan otot
V
tangan dalam posisi tergantung dengan tepat 5. Ubah posisi pasien setidaknya
3
Senin/24-
Kerusakan
09-2018
integritas kulit
Target waktu : 4x 24 jam Intergitas
jaringan
setiap 2 jam dengan tepat
A. Pengecekan kulit
:
Kulit
&
membrane mukosa
1. Monitor warna dan suhu kulit 2. Lakukan langkah-langkah untuk mencegah
Indicator
Skal
Target
kerusakan lebih lanjut 3. Ajarkan anggota keluarga
a
/pemberi asuhan Sensasi
5
Tidak
mengenai tanda-tanda
tergang
kerusakan kulit dengan
gu
tepat 4. Amati warna, kehangatan, bengkak,
11
Ketebalan
5
Tidak
pulsasi, tekstur, edema,
tergang
dan ulserasi pada
gu
eksremitas B. Pemberian obat: kulit
Tekstur
Perfusi jaringan
5
Tidak
5
tergang
1. Catat riwayat medis pasien dan
gu
riwayat alergi
Tidak
2. Tentukan kondisi kulit pasien
tergang
diatas dimana obat akan diberikan
gu Integritas kulit
5
Tidak tergang gu
3. Buang sisa obat sebelumnya dan bersiihkan kulit 4. Berikan obat topical sesuai yang diresepkan Sebarkan obat diatas kulit
Indicator
Skala Target
5. Monitor
adanya
efek
samping local dan sistemik Pengelupasan kulit
5
Tidak ada
Penebalan kulit
5
Tidak
daari pengobatan 6. Ajarkan dan monitor teknik pemberian mandiri, sesuai kebutuhan
12
ada Nekrosis
5
Tidak ada
Jaringan parut
5
Tidak ada
4
Senin/24-
Hambatan
09-2018
mobilitas fisik
Target waktu :
Penigkatan mekanik tubuh 1. Kaji komitmen pasien untuk
4 x24 jam
belajar
Pergerakan
dan
menggunakan
postur (tubuh)yang benar 2. Kolaborasikan
1= sangat terganggu
dengan
fisioterafis 2=banyak terganggu
dalam
mengembangkan
mekanika tubuh, sesuai indikasi
3=cukup terganggu
3. Kaji 4=sedikit terganggu
pemahaman
latihan
(mis:
mendemonstrasikan teknik 1
pasien
mengenai mekanika tubuh dan
5=tidak terganggu
Indikator
peningkatan
2
3
4
5
kembali melakukan
aktivitas/latihan yang benar) 4. Edukasi
pasien
tentang
pentingnya postur (tubuh) yang 13
benar
Keseimbangan
untuk
kelelahan, Cara berjalan
mencegah
ketegangan
atau
injuri 5. Edukasi
Gerakan otot
pasien
mengenai
bagaimana menggunakan postur Merangkak
tubuh untuk mekanika tubuh untuk mencegah injuri saat
Berjalan
melakukan berbagai aktivitas Bergerak
6. Edukasi
dengan mudah
matras/tempat
penggunaan duduk
atau
bantal yang lembut, jika di indikasikan 7. Instruksikan untuk menghindari tidur dengan posisi telungkup 8. Bantu untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama dalam jangka waktu yang lama 9. Instruksikan menggerakan
pasien kaki
untuk terlebih
dahulu kemudian badan ketika memulai berjalan dari posisi berdiri
14
10.
Bantu
pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi latihan postur (tubuh) yang sesuai. 11.
Bantu
pasien
untuk
memilih aktivitas pemanasan sebelum memulai latihan atau memulai pekerjaan yang tidak di lakukan secara rutin sebelum nya 12.
Bantu pasien melakukan
latihan
fleksi
memfalisitasi
untuk mobilisasi
punggung, sesuai indikasi 13.
Berikan informasi tentang
kemungkinan posisi penyebab nyeri otot atau sendi
B. Terapi Latihan Ambulasi 1.
Bantu
pasien
untuk
menggunakan alas kaki yang memfalisitasi
pasien
untuk
berjalan dan mencegah cedera 15
2.
Sediakan
verketinggian
tempat
tidur
rendah,
yang
sesuai 3.
Tempatkan sakral posisi
tempat tidur di tempat yang mudah di jangkau 4.
Gunakan
berjalan
sabuk
untuk
untuk
membantu
perpindahan
dan
ambulasi,sesuai kebutuhan 5.
Berikan kartu pertanda di
kepala
tempat
tidur
untuk
memfasilitasi belajar berpindah 6.
Terapkan/sediakan
bantu
alat
(tongkat,kursi,roda)
untuk ambulasi, jika pasien tidak stabil 7.
Instruksikan
mengenai
pasien
pemindahan
dan
teknik ambulasi yang smsn 8.
Monitor penggunaa kruk
pasien atau alat bantu berjalan
16
lain nya 9.
Bantu pasien untuk berdiri
dan
ambulasi
dengan
jarak
tertentu dan dengan sejauh staf tertentu 10. Dorong
ambulasi
independen dalam batas aman 11. Dorong
pasien
untuk
“bangkit sebanyak dan sesering yang di inginkan” (up ad lib), jika sesuai.
17
5
Senin/2409-2018
Resiko Infeksi
Target waktu :
A. Kontrol Infeksi
4 x24 jam
1. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai
Kontrol Resiko :Proses Infeksi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
1= jangan pernah menunjukan
perawatan pasien 2=jarang menunjukan
3. pakai sarung tangan steril dengan tepat
3=kadang-kadang menunjukan
4. Anjurkan pasien 4=sering menunjukan
mengenai teknik mencuci tangan dengan benar
5=secara konsisten menunjukan
5. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah di Indikator
1
2
3
4
5
gunakan untuk seua pasien
Mengidantifikasi faktor
6. Anjurkan pasien untuk
resiko
meminum antibiotik
infeksi
seperti yang di resepkan 7. Anjurkan pasien dan
Mengidentifikasi
anggota keluarga
tanda dan gejala
mengenai bagaimana 18
menghindari infeksi
infeksi Memonitor faktor
B. Perlindungan Infeksi
di
lingkungan yang
1. Monitor adanya tenaga
berhubungan dengan
dan gejala infeksi sistemik
faktor
dan lokal
resiko
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
Memonitor masa inkubasi
3. Anjurkan istirahat
penyakit
4. Tingkatkan asuan nutrisi yang cukup
infeksius
5. Anjurkan asupan cairan Mencuci tangan
dengan tepat 6. Berikan perawatan kulit
Melakukan tindakan
yang tepat untuk area
segera
yang mengalami edema
untuk
7. Intruksi pasien untuk
mengurangi
minum antibiotik yang di
risiko
resepkan 8. Ajarkan pasien dan anggota keluarga
19
bagaimana cara menghindari infeksi 9. Kurangi buah-buahan segar, sayur-sayuran dan merica dalam diet pasien dengan neotropopenia 10. Berikan ruangan pribadi yang di perlukan
6
Senin 23/5/2018
Gangguan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kode : 3320 Hal : 444
pertukaran gas
selama 1x24 jam Label NOC outcome. Status pernapasan : Kepatenan jalan napas dengan
skala
target
outcome
dipertahankan pada skala (3) ditingkatkan ke skala (5)
1. Pertahankan jalan nafas 2. Siapkan peralatan oksigen dan
N Indikator
Ska
o
la
1 Frekuens
3-5
.
NIC : Terapi oksigen
keterangan
berikan
melalui
humidifier 3. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
Deviasi sedang
4. Monitor aliran oksigen
i
dari
5. Monitor
pernafas
normal s/d tidak
(alat) pemberian oksigen
ada deviasi dari
6. Rubah perangkat pemberian
kisaran
20
posisi
perangkat
an
kisaran normal
oksigen
dari
masker
ke
kanul nasal saat makan 7. Monitor peralatan oksigen untuk memastikan bahwa 2 Irama .
3-5
Deviasi sedang
pernafas
dari
kisaran
an
normal s/d tidak ada deviasi dari kisaran normal
3 Kedalam .
3-5
alat
tersebut
tidak
mengganggu upaya pasien untuk bernapas 8. Sediakan
oksigen
ketika
pasien dibawa/dipindahkan
Deviasi sedang
an
dari
kisaran
inspirasi
normal s/d tidak ada deviasi dari kisaran normal
4 Kepaten .
3-5
Deviasi sedang
an jalan
dari
kisaran
nafas
normal s/d tidak ada deviasi dari kisaran normal
7
Senin/ 2 juni Defisiensi 2018
Target Waktu : 30 menit
A. Pendidikan Kesehatan
pengetahuan
1. targetkan
berhubungan dengan
Pengetahuan : Gaya Hidup Sehat
kurang
pada
kelompok rentang usia yang akan
21
sasaran
mendapat
manfaat
informasi
indikator
Batasan
Pentingnya
karakteristik:
untuk
skala
Ket
besar
dari
pendidikan
kesehatan
1. ketidakakurata n
mengikuti
perintah
air 4
Pengetahua
hidrasi
n banyak
yang memadai Strategi
tidak
untuk 4
mengurangi motivasi untuk
n banyak
berperilaku sehat 3. pertimbangkan
rokok
individu Strategi
3. kurang pengetahuan Faktor
yang
untuk 4
Pengetahua
berhenti merokok
n banyak
Faktor
Pengetahua
personal 4
yang
berhubungan: 1. gangguan fungsi kognitif
atau
Pengetahua
tepat
n banyak
riwayat
dalam
konteks
personal dan riwayat social budaya individu, keluarga, dan masyarakat 4. tentukan
pengetahuan
mempengaruhi
kesehatan dan gaya hidup
perilaku
perilaku
kesehatan
individu,
saat
ini
pada
keluarga
atau
kelompok sasaran
2. kurang informasi 3. kurang
dan eksternal yang dapat meningkatkan
menghindari asap
2. perilaku
2. identifikasi faktor internal
minat
untuk belajar 4. kurang sumber pengetahuan 5. salah pengertian
Faktor lingkungan 4
Pengetahua
yang
n banyak
5. bantu individu, kelurga, dan masyarakat
untuk
mempengaruhi
memperjelas keyakinan dan
perilaku
nilai-nilai kesehatan
kesehatan Strategi
6. rumuskan 4
Pengetahua
program kesehatan
mencegah 22
tujuan
dalam
pendidikan
terhadap orang
penyakit
n banyak
Hambatan untuk 4
Pengetahua
mempertahankan
n banyak
lain
7. tekankan manfaat kesehatan positif yang langsung atau
perilaku sehat
jangka pendek bisa diterima oleh perilaku gaya hidup positif 8. ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak perilaku yang tidak sehat 9. tekankan pentingnya pola makan
sehat,
berolahraga, lingkungan dll.
23
tidur, merawat
DAFTAR PUSTAKA
Black Joyce M, Hawks Jane Hokanson. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Buku 1. Salemba Medika: Jakarta. Hurst Marlene, RN, MSN. 2011. Belajar Mudah Keperawatan Medikal- Bedah Volume 2. EGC: Jakarta. LeMone, Priscilla., Burke Karen M., Bauldoff Gerene. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Respirasi Gangguan Muskuloskeletal Volume 4 Edisi 5. EGC: Jakarta.
24