Laporan Pendahuluan Cap.docx

  • Uploaded by: Anonymous alocNgm2rM
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Cap.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,063
  • Pages: 15
LAPORAN PENDAHULUAN COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA RUANG PICU (Pediatric Intensive Care Unit) DI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2019

OLEH:

SULAEHA R014172037

PRESEPTOR INSTITUSI

(

PRESEPTOR KLINIK

)

(

)

STASE PRAKTIK KEPERAWATAN KRITIS PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019 1

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 3 BAB I KONSEP MEDIS ........................................................................................................................... 4 A.

Definisi ............................................................................................................................................. 4

B.

Etiologi ............................................................................................................................................. 5

C.

Manifestasi Klinik ........................................................................................................................... 5

D.

Komplikasi ....................................................................................................................................... 6

E.

Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................................. 6

F.

Penatalaksanaan ............................................................................................................................. 7

BAB II KONSEP KEPERAWATAN ........................................................................................................ 9 A.

Pengkajian Keperawatan ............................................................................................................... 9

B.

Diagnosa Keperawatan .................................................................... Error! Bookmark not defined.

C.

Rencana/Intervensi Keperawatan ................................................................................................. 1

BAB III WEB OF CAUTION (WOC)......................................................... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 4

3

BAB I KONSEP MEDIS A. Definisi Community acquired pneumonia atau disingkat CAP adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur dan parasit. Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obatobatan dan lain-lain) disebut pneumonitis (PDDI, 2003). Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadi pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa di sebut dengar broncho nomonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak. Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan 1 juta ini (vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara berkembang. Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan– 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan pneumonia berat di tandi dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit juga disertai penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam. Pneumonia berat ditandai dengan adanya gejala seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara nafas bunyi krekels (suara nafas tambahan pada paru) saat inspirasi. Kasus terbnyak terjadi pada anak dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan. Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat di puskesmas atau balai pengobatan, maka anak perlu segera dirujuk setelah diberi dosis pertama antibiotik yang sesuai (Muttaqin, Arif. 2009).

4

B. Etiologi Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa. Secara umum bakteri yang berperan dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, H. Influenzae, Steptococcus Group B kuman atipik klamidia dan mikoplasma. Beberapa keadaan seperti malnutrisi, usia muda, kelengkapan imunisasi, kepadatan hunian, defisiensi vitamin A, defisiensi Zn, paparan asap rokok secara pasif dan faktor lingkungan (polusi udara) merupakan faktor resiko terjadinya pneumonia (Smeltzer, S. C., & Bare, B. G, 2006) C. Manifestasi Klinik Gejala dan tanda klinis pneumonia bervariasi tergantung kuan penyebab, usia, status imunologis dan beratnya penyakit. Manifestasi klinis beratt yaitu sesak dan sianosis. Gejala dan tanda pneumonia dibedakan gejala non spesifik, pulmonal, pleural dan ekstrapulmonal. 1) Gejala spesifik a. Demam b. Menggigil c. Sfalgia d. Gelisah e. Gangguan Gastrointestinal seperti muntah, kembung, diare atau sakit perut 2) Gejala pulmonal a. Nafas cuping hidung b. Takipnea, dispnea dan apnea c. Menggunakan otot interkostal dan abdominal d. Batuk e. Wheezing 3) Gejala pleura Nyeri dada yang disebabkan oleh Streptococus pneumoniae dan Staphylococus aureus 4) Gejala ekstrapulmonal a. Abses kulit atau jaringan lunak pada kasus pneumonia karena Staphylococus aureus b. Otitis media, konjuntivitis, sinusitis dapat ditemukan pada kasus infeksi karena Streptococus pneumoniae atau H. Influenza

5

D. Komplikasi 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)

Efusi pleura Empiema Pneumotoraks Piopneumotoraks Pneumatosel Abses Paru Sepsis Gagal nafas Ileus paralitik fungsional

E. Pemeriksaan Penunjang 1) Gambaran Radiologis Foto thorax (PA/Lateral) yang merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis 2) Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang sampai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk pemeriksaan diagnosis etiologi dibutuhkan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25 persen penderita yang tidak diobati. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik (PDPI, 2003). 3) Chest X-ray Teridentifikasi adanya penyebaran (misalnya: lobus dan bronkhial); dapat juga menunjukan multipel abses/infiltrat, empiema (staphylococcus); penyebaran atau lokasi infiltrat (bakterial); atau penyebaran/extensive nodul infiltrat (sering kali viral), pneumonia mycoplasma chest X-ray mungkin bersih. 4) Analisis gas darah (analysis blood gasses-ABGs) dan pulse oximetry Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru. 5) Pewarna Gram/culture sputum dan darah Didapatkan dengan needly biopsy, apirasi transtrakheal, fiberoptic bronchoscopy, atau biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyabab. Lebih dari satu

6

tipe organisme yang dapat ditemukan, seperti diplococcuspneumonia, staphylococcus aureus, A. Hemolytic streptococcus , dan hemophilus influenzae. 6) Periksa darah lengkap (complete blood count-) leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood coun-WBC) rendah pada infeksi virus 7) Tes serologi membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik 8) LED: meningkat 9) Pemeriksaan fungsi paru-paru Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun, hipoksemia 10) Elektrolit :sodium dan klorida mungkin rendah 11) Bilirubin mungkin meningkat

F. Penatalaksanaan Penatalaksanaan CAP dibagi menjadi: a. Penderita rawat jalan • Pengobatan suportif / simptomatik - Istirahat di tempat tidur - Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi - Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas - Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran - Pemberian antiblotik harus diberikan kurang dari 8 jam b. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa 

Pengobatan suportif / simptomatik - Pemberian terapi oksigen - Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit - Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik - Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam 7

c. Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif • Pengobatan suportif / simptomatik - Pemberian terapi oksigen. - Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit - Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik. • Pengobatan antibiotik kurang dari 8 jam. • Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik.

8

BAB II KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan 1. Identitas Klien

Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian. 2. Keluhan Utama

Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah Sesak napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala, dan kelemahan 3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa dingin. 4. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)

Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asthma, alergi terhadap makanan, debu, TB dan riwayat merokok. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)

Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti : TB, Asthma, ISPA dan lain-lain. 6. Data Dasar pengkajian pasien a.

Aktivitas/istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

b.

Sirkulasi Gejala : riwayat adanya /GJK kronis Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat

c.

Makanan/cairan Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.

9

d.

Neurosensori Gejala

:

sakit

kepala

daerah

frontal

(influenza)

Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen) e.

Nyeri/kenyamanan Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia, nyeri dada substernal (influenza). Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).

f.

Pernafasaan Gejala: adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea, takipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal. Tanda : 1) Sputum: merah muda, berkarat atau purulen. 2) Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi. 3) Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi 4) Gesekan friksi pleural. 5) Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas bronkial. 6) Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.

g.

Keamanan Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS, penggunaan steroid, kemoterapi, institusionalitasi, ketidak mampuan umum, demam. Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola, atau varisela. (Muttaqin, Arif. 2009)

B. Diagnosis Keperawatan a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

10

C. Rencana/ Intervensi Keperawatan DIAGNOSA

NO

NOC

KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan jalan

nafas

NIC

bersihan NOC :

NIC:

berhubungan  Respiratory status :

dengan peningkatan produksi sputum

Ventilation assistance

Ventilation

1. Berikan

 Respiratory status :

O2

1-2

l/mnt

dengan menggunakan nasal

Airway patency

kanul

 Aspiration Control

2. Anjurkan

Kriteria Hasil :

pasien

untuk

istirahat dan napas dalam

 Mendemonstrasikan batuk 3. Posisikan

pasien

untuk

memaksimalkan ventilasi

efektif dan suara nafas

yang bersih, tidak ada 4. Lakukan fisioterapi dada jika sianosis

dan

perlu

dyspneu

mengeluarkan 5. Auskultasi suara nafas, catat

(mampu

adanya suara tambahan

sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada 6.

Jelaskan pada pasien dan

pursed lips)

keluarga

 Menunjukkan jalan nafas

penggunaan peralatan: O2, Suction, Inhalasi.

yang paten (klien tidak merasa

tercekik,

nafas,

irama 7.

frekuensi

pernafasan dalam rentang

tentang

Kolaboraasi dengan dokter pemberian

obat

bronkodilator.

normal, tidak ada suara nafas abnormal)  Mampu mengidentifikasikan mencegah

factor

dan yang

dapat menghambat jalan nafas 2. ketidakefektifan pola nafas NOC : berhubungan dengan nafas

 Respiratory status :

NIC: Airway Management 1

pendek, bronkokontriksi jalan napas

mukus, dan

iritan

Ventilation

1. Buka jalan nafas, gunakan

 Respiratory status :

teknik chin lift atau jaw

Airway patency

thrust bila perlu

 Vital sign Status

2. Posisikan

Kriteria Hasil :

efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada dan

(mampu

untuk

memaksimakan ventilasi

 Mendemonstrasikan batuk

sianosis

pasien

dyspneu

mengeluarkan

3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu 4. Keluarkan secret dengan batuk atau suction 5. Auskultasi

sputum, mampu bernafas

catat

dengan mudah, tidak ada

tambahan

suara

nafas,

adanya

suara

6. Monitor respirasi dan status

pursed lips)  Menunjukkan jalan nafas

O2

yang paten (klien tidak Oxygen Therapy merasa

tercekik,

nafas,

irama

frekuensi

1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

pernafasan dalam rentang

2. Monitor aliran oksigen

normal, tidak ada suara

3. Pertahankan posisi pasien

nafas abnormal)

4. Observasi

 Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah

(sistole

110-

adanya

tanda

tanda hipoventilasi 5. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

130mmHg dan diastole Vital sign Monitoring 70-90mmHg), nad (60100x/menit)i, (18-24x/menit))

pernafasan

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 2. Monitor

frekuensi

dan

irama pernafasan 3. Monitor suara paru 4. Monitor

pola

pernafasan

abnormal 5. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

2

6. Monitor sianosis perifer 3

Intoleransi berhubungan ketidakseimbangan suplai oksigen

dengan

aktivitas NOC : dengan antara

 Energy conservation  Self Care : ADLs

kebutuhan Kriteria Hasil :  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR  Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

NIC: 1. Kaji

respon

terhadap

individu

aktivitas;

nadi,

tekanan darah, pernapasan 2. Dukung

pasien

dalam

menegakkan latihan teratur dengan

menggunakan

treadmill

dan

exercycle,

berjalan atau latihan lainnya yang sesuai, seperti berjalan perlahan. 3. Kaji tingkat fungsi pasien yang

terakhir

kembangkan

dan rencana

latihan berdasarkan pada status fungsi dasar. 4. Sediakan

oksigen

sebagaimana sebelum

diperlukan dan

selama

menjalankan aktivitas untuk berjaga-jaga. 5. Tingkatkan aktivitas secara bertahap; klien yang sedang atau tirah baring lama mulai melakukan rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari. 6. Tingkatkan

toleransi

terhadap aktivitas dengan mendorong

klien

melakukan aktivitas lebih lambat, atau waktu yang lebih

singkat,

dengan

3

istirahat yang lebih banyak atau dengan banyak bantuan

4

DAFTAR PUSTAKA

Blackwell, W. (2015-2017). Nursing diagnoses (definition and classification) . Jakarta: Nanda International. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing interventions classification. Singapore: Elsevier. Muttaqin, Arif. 2009.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Respirasi. Jakarta: Salemba Medika

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing outcomes classification. Singapore: Elsevier. Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan nanda Nic-Noc jilid 3. Yogyakarta: Mediaction. PDPI. (2003). Community acquired pneumonia. Jakarta. Perhimpunan dokter paru Indonesia Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2006). Keperawatan medikal bedah. Jakarta: Buku kedokteran EGC.

1

Related Documents


More Documents from "Dwi suci rhamdanita"