LAPORAN PENDAHULUAN IMUNISASI CAMPAK I.
KONSEP DASAR
1. Pengertian Campak menurut Anies (21:1997) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang umum terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun. Penyakit ini disebabkan oleh jenis virus yang sangat menular dan berpindah dari satu anak ke anak yang lain dalam waktu singkat. Sedangkan menurut Rampengan dan Laurentz (90:1997) campak atau morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi. Dan menurut Maryunani (129:2010) mengemukakan beberapa pengertian dari imunisasi campak, antara lain : 1.
Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.
2. Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (morbili/measles). (Kandungan vaksin campak ini adalah virus yang dilemahkan). 3. Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tidak akan terkena lagi.
2. Etiologi Penyebab penyakit ini menurut Rampengan dan Laurentz (90:1997) adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili Paramyxovirus yaitu jenis genus virus morbili. Virus ini sangat sensitive terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30°C dan -20°C, sinar ultraviolet, eter, tripsin dan betapropiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. Penyakit ini dapat disebarkan melalui udara.
3. Patofisiologi Menurut Rampengan dan Laurentz (1997) morbili merupakan infeksi umum dengan lesi patologis yang khas. Pada stadium prodromal terdapat hyperplasia, jaringan limfe pada tonsil, adenoid, kelenjar limfe, lien, dan appendiks. Gambaran patologis yang karakteristik ialah distribusi yang luas dari multinucleated giant cells akibat dari fusi sel-sel. Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini terjadi pada kulit, selaput lendir nasofarings, bronkus dan konjungtiva.
4. Tanda dan Gejala Menurut Cave (169:2003) sekitar empat hari sebelum dan sampai enam hari sesudah gejala muncul, seseorang yang terjangkit campak akan menular. Gejala pertama yang muncul adalah batuk kering, letih, sakit tenggorok, hidung berair, konjungtivitis (merah dan peradangan pada bagian dalam kelopak mata), dan demam. Konjungtivitis bisa disertai keluarnya lendir atau kerak. Bagian belakang tenggorok sering kali sangat merah dan lidah serta tonsil diselaputi selaput kuning. Sekitar empat hari sesudah gejala ini muncul, mulai timbul bintil ruam yang merah, biasanya pada leher dan wajah. Secara bertahap ruam menyebar ke batang tubuh, lengan, dan tungkai dalam beberapa hari berikutnya sementara ruam dari wajah memudar. Kadangkadang bintilnya membentuk area kumpulan bintil yang luas.
Gambaran klinis menurut Rampengan dan Laurentz (92:1997) penyakit ini merupakan salah satu self limiting disease dengan ditandai oleh 3 stadium, yaitu : 1. Stadium inkubasi, 10-12 hari, tanpa gejala. 2.
Stadium prodromal, dengan gejala-gejala panas sampai sedang, coryza, batuk, konjungtivitis, fotofobia, anoreksia, malaise, dan Koplik’s spot pada mukosa buccalis.
3. Stadium erupsi, dengan adanya rash makulopapous pada seluruh tubuh dan panas tinggi. 4. Stadium konvalensi atau penyembuhan. Ruam menghilang dengan meninggalkan bekas campak – kulit berwarna ungu-kecoklatan. Deskuamasi ringan. Ringan, timbul bila anak mempunyai risiko dan sebelumya sudah mendapat imunisasi. Berat, timbul pada bayi, anak yang lemah dan pada populasi yang sebelumnya tidak terinfeksi (murni). Rampengan dan Laurentz (1997) mengemukakan bahwa setelah masa inkubasi mulai timbul gejala-gejala panas dan malaise. Dalam 24 jam timbul coryza, konjungtivitis dan batuk. Gejala-gejala ini bertambah hebat secara bertahap dan mencapai puncaknya pada saat timbulnya erupsi pada hari keempat. Kira-kira 2 hari sebelum timbul rash, terlihat Koplik’s spot di mukosa buccalis pada sisi yang berlawanan dengan gigi molar. Panas dan Koplik’s spot menghilang pada hari kedua timbulnya rash. Coryza dan konjungtivitis menghilang pada hari ketiga rash. Lamanya eksantema menghilang jarang melebihi 5-6 hari.
5. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Medis Menurut Rampengan dan Laurentz (1997) morbili merupakan suatu penyakit self-limiting, sehingga pengobatannya hanya bersifat simptomatis yaitu :
Memperbaiki keadaan umum
Antipiretika bila suhu tinggi
Sedativum
Obat batuk Antibiotika diberikan bila ternyata terdapat infeksi sekunder.
Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis yaitu :
Hidrokortison 100-200 mg/hari selama 3-4 hari.
Prednison 2 mg/kg.bb/hari untuk jangka waktu 1 minggu. Menurut Wong (663:2003) penderita campak diberi suplemen vitamin A. Tirah baring selama periode demam, antipiretik, antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri sekunder pada anak risiko tinggi.
b. Penatalaksanaan Keperawatan Anies (21:1997) mengemukakan bahwa beberapa hal penting dalam perawatan penyakit campak pada anak-anak anatar lain : istirahat di tempat tidur, memperhatikan makanan dan minumannya, perawatan mata dan hidung. Serangan penyakit ini dapat diperpendek dengan banyak beristirahat selama beberapa hari di tempat tidur, terutama bila serangan penyakit cukup hebat, artinya bintik-bintik sangat merah dan suhu badan tinggi. Menurut Wong (663:2003) pertimbangan perawatan pada penderita campak adalah : 1. isolasi sampai ruam hari ke-5, bila dihospitalisasi, lakukan kewaspadaan pernapasan. 2. Pertahankan tirah baring selama prodromal, berikan aktivitas tenang. 3. Perawatan mata, beri cahaya redup bila terjadi fotofobia, bersihkan kelopak mata dengan larutan salin hangat untuk menghilangkan sekres, jaga anak tidak menggosok mata. 4.
Batuk, lindungi kulit sekitar hidung dengan lapisan petroleum, anjurkan untuk mengonsumsi cairan dan makanan yang halus dan lembut.
5. Perawatan kulit, jaga agar kulit tetap bersih, gunakan mandi air hangat bila perlu.
6. Pencegahan Pencegahan campak adalah dengan pemberian vaksin campak. Saat ini ada dua jenis : 1. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dilemahkan. Lebih lanjut dapat dimodifikasi dengan pemberian globulin anti-campak. Akibatnya dapat menimbulkan serangan campak, meskipun ringan. Lebih sering tidak. 2.
Antiserum khusus campak atau gammaglobulin, yang seringkali diberikan untuk mencegah serangan csmpak pada individu yang rentan.
Rampengan dan Laurentz (98:1993) menyatakan bahwa morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Imunisasi yang diberikan dapat berupa pasif dan aktif. a.
Imunisasi Aktif Vaksin yang diberikan ialah “Live attenuated measles vaccine”. Mula-mula diberikan strain Edmonson B, tetapi ‘strain’ ini dapat menimbulkan panas tinggi dan eksanthem pada hari ketujuh-kesepuluh post vaksinasi, sehingga strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan Gamma-globulin dilengan lain.
Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan. Pada anak di bawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan baik, karena gangguan dari antibodi yang dibawa sejak lahir. Menurut Maryunani (219:2010) imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan, dan dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun diusia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai usia 12 bulan anak belum mendapat imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan ini anak harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
Efek samping menurut Rampengan dan Laurentz (98:1993) adalah sebagai berikut : 1. Hiperpireksia (5-51%) 2. Gejala infeksi saluran pernapasan atas (10-20%) 3. Morbili form rash (3-15%) 4. Kejang demam (0,2%) 5. Ensefalitis (1 antara 1,16 juta anak) 6. Demam (13,95%) Maryunani (219:2010) mengemukakan bahwa kontra-indikasi pemberian imunisasi campak adalah anak :
Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam.
Dengan penyakit gangguan kekebalan.
Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan.
Dengan kekurangan gizi berat.
Dengan penyakit keganasan.
Dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin (antibiotik).
b. Imunisasi Pasif Tidak banyak dianjurkan, karena risiko terjadinya ensefalitis dan aktivasi tuberkulose. Menurut Newell (234:2003) dalam menentukan jadwal imunisasi, dibutuhkan dua pertimbangan dasar :
Kemungkinan anak mendapat penyakit tersebut, kematian atau kecacatan yang mungkin ditimbulkan penyakit tersebut, serta bahaya dan efektivitas prosedur imunisasi. Semakin sering ditemukan dan semakin berbahaya penyakitnya, serta semakin aman imunisasinya, maka semakin besar kebutuhan imunisasi.
Pada usia berapa anak dapat memberi respon terhadap vaksin yang diberikan.
7. Komplikasi Cave (172:2003) menyatakan sekitar 6-8 persen yang mendapat penyakit campak, juga mendapat pneumonia, infeksi telinga, atau diare. Pada kasus yang jarang terjadi (satu dari seribu
kasus), virus campak mengenai otak dan menyebabkan peradangan (ensefalitis). Gejala ensefalitis biasanya termasuk kejang, bingung, dan kadang-kadang koma. Menurut Rampengan dan Laurentz (1997) komplikasi dari campak adalah sebagai berikut :
Pneumoni
Gastroenteritis
Esefalitis
Otitis Media
Mastoiditis
Gangguan Gizi
II.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara keseluruhan. Menurut Allen (1994) tujuan dari tahap pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Klien dikaji saat memasuki sistem pemberian perawatan kesehatan. Adapun yang perlu dikaji pada klien dengan penyakit campak adalah : a.
Identitas Klien, meliputi :
Biodata pasien penyakit campak meliputi nama lengkap penderita. Karena pasien pada bayi maka anamnesa dari ibu bapak pasien.
Yang dikaji selanjutnya adalah faktor usia.
Tanggal/jam lahir digunakan untuk mengetahui kapan bayi tersebut lahir/umur.
Jenis kelamin, untuk mengetahui jenis kelamin tersebut.
Berat badan bayi tersebut.
Panjang badan bayi.
Nama Ibu/Ayah
: untuk identifikasi bayi/pasien.
Umur Ibu/Ayah
: untuk identifikasi bayi/pasien.
Pendidikan yang perlu dikaji adalah pendidikan ibu dan ayah pasien untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien, hal ini berhubungan erat dengan rencana dalam memberikan penjelasan tentang keadaan penyakitnya sehingga mudah diterima dan dimengerti.
Alamat perlu dikaji untuk mengetahui kondisi tempat tinggal klien.
Agama untuk mengetahui adanya suatu budaya tertentu yang dianut.
Pekerjaan seperti halnya dengan pendidikan, yang perlu dikaji adalah pekerjaan orang tua dari pasien, untuk mengetahui status social ekonomi dan pendapatan.
b. Riwayat Kesehatan Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan suatu keadaan dimana seorang klien terdorong untuk ke unit pelayanan kesehatan untuk dirawat. Keluhan utama ini sangat penting untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Keluhan utama pada klien campak adalah timbul gejala-gejala panas, malaise, coryza, konjungtivitis dan batuk. Riwayat Penyakit Sekarang Merupakan uraian tentang bagaimana klien sampai masuk rumah sakit, klien dengan campak mula-mulanya badannya panas tinggi.
Riwayat Penyakit Kehamilan Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita selama kehamilan. Riwayat Sakit dahulu Untuk mengetahui riwayat sakit yang pernah diderita oleh klien tersebut. Riwayat Kesehatan Keluarga Yang perlu dikaji adalah mengenai keturunan anggota keluarga yang menderita suatu penyakit kronis atau menular.
c.
Pola Aktivitas sehari-hari Merupakan kebiasaan klien meliputi : pola makan atau minum, pola eliminasi baik BAK maupun BAB, pola istirahat tidur, personal hygieen dan kegiatan serta aktivitas lainnya.
d. Pemeriksaan Merupakan keadaan umum klien, suhu, pernapasan, nadi, berat badan sekarang dan antropometri.
e.
Pemeriksaan fisik secara sistematik Merupakan pemeriksaan yang kompleks dari kepala sampai ujung kaki dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
f.
Pemeriksaan penunjang Merupakan pemeriksaan pendukung, seperti : hasil laboratorium, dan sebagainya.
2. Analisa Data Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisa data yang merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan menstabilkan data, menentukan kesenjangan informasi,
melihat pola data, membandingkan dengan standart, menginterprestasikan dan akhirnya membuat kesimpulan dalam bentuk diagnosa keperawatan.
3. Diagnosa Keperawatan Menurut Hidayat (122:2006) diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan morbili adalah sebagai berikut : 1. Hipertermia. 2. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan). 3. Risiko cedera. Adapun diagnosa keperawatan pada klien morbili adalah : 1.
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.
3.
Risiko cedera berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
4. Rencana Keperawatan / Intervensi
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
1. Tujuan Terjadinya hipertermia pada anak dengan morbili ini dapat disebabkan oleh adanya reaksi virus, yang masuk ke dalam tubuh. Untuk mengatasinya adalah dengan tujuan mempertahankan kondisi suhu tubuh dalam batas normal dengan cara menurunkannya. 2. Kriteria Waktu Batasan selama pemberian asuhan keperawatan. 3. Kriteria Keberhasilan Suhu pasien kembali normal 4. Tindakan Keperawatan 1. Monitor perubahan suhu tubuh, denyutan nadi. 2. Lakukan tindakan yang dapat menurunkan suhu tubuh seperti lakukan kompres, berikan pakaian tipis dalam memudahkan proses penguapan. 3. Berikan antipiretik dan antibiotik sesuai dengan ketentuan. 4.
Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu dan mengevaluasi perubahan suhu tubuh.
5. Rasional Rasionalnya untuk membantu menurunkan suhu tubuh pada pasien.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
1. Tujuan Kekurangan nutrisi ini dapat disebabkan adanya asupan yang tidak adekuat oleh karena menurunnya nafsu makan akibat proses patologis, maka tujuan keperawatannya diarahkan pada terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada anak.
2. Kriteria Waktu Batasan selama pemberian asuhan keperawatan. 3. Kriteria Keberhasilan Timbulnya nafsu makan dan terpenuhi kebutuhan nutrisi pasien. 4. Tindakan Keperawatan 1. Berikan diet TKTP atau nutrisi yang adekuat. 2. Berikan sari buah yang banyak megandung air. 3. Berikan susu atau makanan dalam keadaan hangat. 4. Berikan makan mulai dari sedikit tetapi sering hingga jumlah asupan terpenuhi. 5. Berikan nutrisi dalam bentuk makanan lunak untuk membantu nafsu makan. 6. Monitorlah perubahan berat badan, adanya bising usus dan status gizi.
5. Rasional Rasionalnya untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu tubuh dan merangsang nafsu makan.
Risiko Cedera berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
1. Tujuan Tujuan dari rencana keperawatan adalah mencegah adanya penyebaran kuman (komplikasi) serta penularan pada orang lain. 2. Kriteria Waktu Batasan selama pemberian asuhan keperawatan. 3. Kriteria Keberhasilan Daya tahan tubuh pasien kembali normal. 4. Tindakan Keperawatan 1. Lakukan perawatan secara aseptik. 2. Lakukan perawatan pada daerah kulit secara aseptik. 3. Atur posisi tempat tidur dengan tinggi daerah kepala. 4. Monitor adanya tanda komplikasi. 5. Berikan posisi yang bergantian miring ke kanan dan ke kiri. 6. Berikan antibiotik sesuai dengan ketentuan. 7. Libatkan keluarga dalam perawatan dan ajari cara melakukan secara aseptik.
5. Rasional Untuk merangsang pertahanan tubuh atau daya tahan tubuh.