Laporan Pendahuluan Ca Ovarium_revisi.docx

  • Uploaded by: Kadek Krisma scout
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Ca Ovarium_revisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,854
  • Pages: 25
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM

A. Tinjauan Teoritis Kanker Ovarium 1. Definisi Kanker Ovarium Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini berawal dari kista. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur atau kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. Sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.

2. Anatomi dan Fisiologi Kanker Ovarium a.

Vagina Vagina merupakan pengubung antara genitalia eksterna dengan genetalia interna. Vagina berukuran di depan 6,5 cm dan di belakang 9,5 cm. Sumbunya berjalan kira-kira sejajar dengan arah tepi bawah simfisis ke promontorium. Pada puncak vagina terdapat bagian yang menonjol dari leher rahim, disebut porsio. Epitel vagina merupakan epitel skuamosa

dalam beberapa lapisan. Di bawah epitel vagina terdapat jaringan ikat dan otot yang susunannya sepeerti usus. b.

Uterus Uterus pada orang dewasa merupakan organ tebal seperti buah alpokat atau buah pir yang sedikit gepeng, terletak dalam rongga pelvis di anatara rektum dan kandung kemih. Panjang uterus 7-7,5 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam posisi anteroversiofleksi, membentuk sudut dengan vagina.

c.

Tuba Falopii Tuba falopii adalah saluran telur yang mengangkut ovum dari ovarium ke kavum uteri. Panjangnya rata-rata 11-14 cm. Tuba falopii ada 2 bagian, mulai dari sisi pelvis ke sudut superior lateral uterus.

d.

Ovarium Kelenjar yang terletak di kanan dan kiri uterus terikat oleh ligamentum uterus. Ovarium berhubungan dengan uterus melalui ligamentum ovari propium, terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium terletak pada intraperitonial dan tidak dilapisi oleh peritonium. Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonii dilapisi oleh epitelium kubik silindrik, disebut epitelium germinativum. Di bawah epitel ini terdapat tunika albugenia dan di bawah tunika albugenia di temukan lapisan yang memiliki banyak folikel.

3.

Klasifikasi Kanker Ovarium Stadium FIGO menunjukkan prognostik yang paling konsisten dibandingkan faktor yang lain dan dapat mewakili kriteria dasar untuk menseleksi pemilihan terapi yang strategis pada setiap pasien. Adapun stadium pada kanker ovarium adalah sebagai berikut:

Stadium kanker ovarium berdasarkan International Federation Gynecologist and Obstetricians (FIGO) Tahun 2013:

Stadium I Tumor terbatas pada ovarium dan tuba palofi IA

Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium (kapsul intak) atau tuba fallopi; tidak ada tumor pada permukaan peritoneum, tidak ada sel maligna dalam asites atau bilasan peritoneum

IB

Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium (kapsul intak) atau tuba fallopi; tidak ada tumor pada permukaan peritoneum, tidak ada sel maligna dalam asites atau bilasan peritoneum

IC

Tumor terbatas pada satu atau kedua ovarium atau tuba fallopi, yang diikuti dengan IC1: surgical spill, IC2: ruptur kapsul sebelum operasi atau tumor pada permukaan ovarium atau tuba fallopi, IC3: sel maligna pada asites atau bilasan peritoneum

Stadium II Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium atau tuba fallopi dengan perluasan ke panggul (di bawah pinggir pelvik) atau kanker peritoneum primer II A

Perluasan dan atau implantasi pada ke uterus dan/ atau tuba fallopi dan/ atau ovarium

II B

Perluasan ke jaringan intraperitoneal pelvis lainnya

Stadium III Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dan atau tuba fallopi, atau kanker peritoneum primer, dengan perluasan ke peritoneum diluar pelvis dan/atau metastase ke kelenjar getah bening retroperitoneal yang dipastikan secara sitologi atau histopatologi. III A

Kelenjar getah bening retroperitoneal saja (dibuktikan secara sitologi atau histopatologi) IIIA1 : Metastasis kurang dari 10 mm pada diameter terbesar

IIIA2: Metastasis lebih dari 10 mm pada diameter terbesar III B

Metastasis ke peritoneum secara makroskopis di atas pelvis kurang dari 2 cm pada diameter terbesar dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah bening retroperitoneal.

III C

Metastasis ke peritoneum secara makroskopis di atas pelvis lebih dari 2 cm pada diameter terbesar dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah bening retroperitoneal (termasuk perluasan tumor ke kapsul hati dan limpa tanpa keterlibatan parenkim organ tersebut )

Stadium IV Metastasis jauh selain metastasis peritoneum IV A

Efusi pleura dengan sitologi positif

IV B

Metastasis parenkim dan metastasis ke organ ekstra abdominal (termasuk KGB inguinal dan KGB di luar kavum abdomen)

4. Etiologi Kanker Ovarium a.

Hipotesa Ovulasi Menjelaskan bahwa kerusakan epitel permukaan ovarium yang terjadi terus menerus, diikuti proliferasi permukaan sel epitel setelah ovulasi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya mutasi, sehingga meningkatkan resiko terjadinya kanker epitel ovarium.

b.

Hipotesa gonadotropin Mengatakan bahwa akibat paparan terhadap kadar gonadotropin yang tinggi dapat memicu terjadinya transformasi malignan, kemungkinan diakibatkan meningkatnya pertumbuhan sel dan menghambat apoptosis, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui stimulasi estrogenik permukaan epitel ovarium.

c.

Hipotesa hormonal

Stimulasi androgen yang berlebihan dapat menyebabkan meningkatnya resiko kanker epitel ovarium, yang pada akhirnya mungkin menurun akibat stimulasi progesteron. d.

Hipotesa inflamasi Adanya asumsi bahwa terjadinya kanker ovarium disebabkan respon terhadap kerusakan genetik yang disebabkan faktor-faktor inflamasi, seperti yang berasal dari lingkungan, endometriosis, infeksi saluran genital, atau proses ovulasi itu sendiri.

e.

Riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau payudara merupakan faktor resiko yang paling penting untuk kanker ovarium dan ini dapat di telusuri dari mutasi gen yang diturunkan pada salah satu dari dua gen.

f.

Riwayat kanker payudara

g.

Menarche dini

h.

Diet tinggi lemak

i.

Merokok

j.

Alkohol

5. Manifestasi Klinis Kanker Ovarium Gejala umum bervariasi yang biasanya muncul pada kanker ovarium adalah: a.

Dispepsia

b.

Menoragia

c.

Menopause lebih dini

d.

Rasa tidak nyaman pada abdomen.

e.

Nyeri tekan pada pelvis

f.

Lingkar abdomen yang terus meningkat

g.

Sering berkemih

Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa: a.

Gangguan haid

b.

Jika sudah menekan rektum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.

c.

Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.

a.

Nyeri saat bersenggama

Pada stadium lanjut: a.

Asites

b.

Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ-organ di dalam rongga perut (usus dan hati)

c.

Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan

d.

Gangguan buang air besar dan kecil.

e.

Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak nafas.

6. Patofisiologi Kanker Ovarium Karsinoma ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yng paling sering dan penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan. Penyebab pasti karsinoma

ovarium

tidak

diketahui

namun

multifaktorial.

Resiko

berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin, dan faktor genetik. Faktor resiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang nulipara, menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat, dan tidak pernah menyusui. Perempuan dengan kanker payudara memiliki resiko dua kali lebih besar utuk berkembangnya kanker ovarium. Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang menderita

kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan untuk menderita kanker ovarium. Kanker ovarium bermestastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan albumen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan infraperitoneal. Limpatik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intraferitoneal dan limpatik muncul tanpa gejala atau spesifik. Gejala tidak pasti akan muncul dan sering adalah perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria, dan perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang, dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi pendarahan abnormal vagina sekunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen; beberapa tumor menghasilkan testoteron dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat pendarahan dalam tumor, rupture, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin. Pada perempuan pra menopause, kebanyakan massa yang teraba bukanlah keganasan tapi merupakan kista korpus luteum atau folikular. Kista fungsional ini akan hilang dalam satu sampai tiga siklus menstruasi. Jika dalam pemeriksaan pelvis didapati massa berukuran kurang dari 8 cm pada perempuan pra menopause, maka menunggu dan melihat merupakan bagian dari pendekatan yang sesuai. Pemeriksaan pelvis seharusnya diulang dalam 1 hingga 2 bulan untuk mengevaluasi kembali ukuran massa dan perubahannya. Namun, pada perempuan pasca menopause, dengan massa berukuran berapapun, disarankan untuk evaluasi lanjut secepatnya dan mungkin juga eksplorasi bedah. Karena periode asimtomatik yang panjang, diagnosis pada 75% hingga 85% perempuan dengan kanker ovarium epithelial tidak ditegakkan sampai tumor diketahui dengan pasti melalui rongga peritoneal. Walaupun laparatomi

adalah prosedur primer yang digunakan untuk menentukan diagnosis, cara-cara yang kurang invasive (seperti CT scan abdomen, sonografi abdomen dan pelvis) sering dapat membantu menentukan stadium dan luasnya penyebaran. Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal total

salpingo-ooforektomi

bilateral

dengan

omentektomi,

eksplorasi

abdominal lengkap dan biopsi multiple peritoneum kalenjar aortik, dan kelenjar pelvis. Pengobatan lain adalah kemoterapi, terapi rasiasi atau kombinasi keduanya.

7. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Ovarium a.

Pemeriksaan USG untuk dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan kristik.

b.

Tes Laboratorium Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau tulang

c.

Penanda Tumor (Tumor Marker) Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium sering ditemukan peningkatan kadar CA 12

d.

X-ray X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang diperiksa. Tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan memberikan warna keabuan, sedangkan udara memberikan warna hitam

e.

Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang secara alamiah dihasilkan oleh tubuh.

f.

Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja dengan cara memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-sel kanker (yang

berkembang lebih cepat daripada sel hidup) akan memecah glukosa lebih cepat/banyak daripada sel-sel normal. g.

Endoskopi Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga tubuh menggunakan alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa adanya abnormalitas seperti bengkak, sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.

8. Penatalaksanaan Kanker Ovarium Pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan tindakan operasi, lalu dilanjutkan dengan pengobatan tambahan seperti kemoterapi, radioterapi, dan imunoterapi. a.

Operasi Pada umumnya dilakukan: 1) Histerektomi total yaitu mengangkat rahim dengan organ sekitarnya 2) Salpingo ooporekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan kedua saluran tuba fallopii 3) Omentektomi yaitu mengangkat lipatan selaput pembungkus perut yang memanjang dari lambung ke alat-alat perut

b. Radioterapi Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada rongga peritoneal digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap awal (stadium I dan II). Isotop radioaktif (P32) digunakan sebagai terapi residual kanker pada rongga peritoneum. Pasien yang memiliki residu penyakit yang terbatas, kurang dari 2cm, merupakan kandidat utama terapi P32 ini. c.

Kemoterapi Penggunaan melphana, 5-FU, thiotepa dan siklosfosfamid secara sistematik menunjukkan aktivitas yang baik. Altretamine, sisplastin, karboplatin, doksorubisin, ifosfamid, dan etoposid juga menunjukkan hasil yang bervariasi dari 27% sampai 78%. Secara keseluruhan, kombinasi

terapi sistematik dengan takson, sisplatin, siklofosfamid meningkatkan respon terapi, angka kesembuhan atau kemungkinan hidup.

9. Pencegahan Kanker Ovarium Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker ovarium, yaitu: a.

Kontrasepsi oral (pil KB). Para wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih mengurangi risiko kanker ovarium sekitar 50 persen, sesuai dengan ACS.

b.

Kehamilan dan menyusui Memiliki paling tidak satu anak menurunkan risiko mengalami kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat mengurangi risiko kanker ovarium.

c.

Profilaksis ooforektomi Dianjurkan terutama bagi perempuan yang telah dites positif untuk mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai riwayat keluarga kanker payudara dan kanker ovarium.

10. Komplikasi Kanker Ovarium a.

Asites Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke strukturstruktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.

b.

Efusi pleura Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe menuju pleura.

c.

Komplikasi lain yang disebabkan oleh pengobatan: 1) Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause

2) Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga muncul masalah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis 3) Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus, asites fistula dan edema ekstremitas bawah

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA PASIEN DENGAN KANKER OVARIUM 1.

Pengkajian Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Ovarium a.

Data diri klien

b.

Data biologis/fisiologis

: keluhan utama, riwayat keluhan utama

c.

Riwayat kesehatan masa lalu

: …………………………..

d.

Riwayat kesehatan keluarga

: Riwayat keluarga yang mengalami

kanker payudara dan kanker ovarium e.

Riwayat reproduksi

: siklus haid, durasi haid, dan menarche

f.

Riwayat obstetric

: kehamilan, persalinan, nifas.

g.

Pola Aktifitas 1) Aktivitas dan Istirahat Gejala: kelemahan/keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya, nyeri, ansietas, berkeringat malam. 2) Sirkulasi Gejala: palpitasi, nyeri dada. Tanda: Perubahan pada tekanan darah. 3) Integritas ego Gejala: faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual). Tanda: menyangkal, menarik diri, marah. 4) Eliminasi

Gejala: perubahan pada pola defekasi seperti, darah pada feses, nyeri pada defekasi. Perubahan pada eliminasi urinarius seperti nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih. Tanda: perubahan pada bising usus, distensi abdomen. 5) Makanan/cairan Gejala: kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan pengawet), anoreksia, mual/muntah, perubahan pada berat badan, penurunan berat badan, berkurangnya masa otot. Tanda: perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema. 6) Neurosensori Gejala: pusing dan sinkope. 7) Nyeri/kenyamanan Gejala: tidak ada nyeri/derajat bervariasi (ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat). 8) Pernafasan Gejala: merokok (hidup dengan seseorang yang merokok, pemajanan asbes). 9) Keamanan Gejala: pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Tanda: demam, ruam kulit, ulserasi. 10) Seksualitas Gejala: masalah seksual misalnya, dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan, nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, herpes genital. 11) Interaksi sosial Gejala: ketidakeadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan

berkenaan

dengan

kepuasan

di

rumah,

dukungan/bantuan), masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.

2.

Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Ovarium a.

Nyeri akut berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastasis

b.

Commented [WU1]: Cek kembali untuk etiologinya

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan produksi darah

c.

Ansietas berhubungan dengan stress akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya

d.

Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan volume darah (anemia, tromositopenia, kemoterapi)

e.

Ketidakefektifan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan struktur, fungsi organ, penyakit atau terapi medis

f.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, terapi penyakit kanker (terapi radiasi)

g.

Konstipasi

berhubungan

dengan

penurunan

motilitas

traktus

gastrointestinal h.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)

i.

Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih

j.

Distress spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit kronis

3. Intervensi Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Ovarium No

1.

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria

Keperawatan

Hasil

Nyeri akut

NOC a. Pain Level b. Pain Control c. Comfort Level

Intervensi

NIC Pain Management a. Lakukan pengkajian nyeri

secara

komprehensif

Kriteria Hasil : a. Mampu

mengontrol

termasuk

lokasi,

nyeri (tahu penyebab

karakterisitik, durasi,

nyeri,

frekuensi,

mampu

menggunakan teknik nonfarmakologi mengurangi

nyeri,

mencari

bantuan)

lingkungan

yang

dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

b. Melaporkan nyeri

dari faktor presipitasi b. Kontrol

untuk

kualitas

bahwa

berkurang

pencahayaan

dan

kebisingan

dengan menggunakan c. Kurangi manajemen nyeri c. Mampu

presipitasi nyeri

mengenali d. Pilih

nyeri

faktor

(skala,

dan

lakukan

penanganan

nyeri

intensitas, frekuensi,

(farmakologi,

dan tanda nyeri)

nonfarmakologi, dan

d. Menyatakan

rasa

interpersonal)

nyaman setelah nyeri e. Ajarkan berkurang

tentang

teknik nonfarmakologi f. Tingkatkan istirahat g. Monitor penerimaan pasien

tentang

manajemen nyeri Analagesic Administration a. Tentukan

lokasi,

karakteristik, kualitas,

dan

derajat

sebelum

nyeri

pemberian

obat. b. Cek instruksi dokter tentang

jenis

obat,

dosis, dan frekuensi. c. Tentukan

pilihan

analgesik tergantung tipe

dan

beratnya

nyeri d. Tentukan

analgesik

pilihan,

rute

pemberian, dan dosis optimal. e. Monitor

vital

sign

sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali 2.

Ketidakefektifan

NOC

perfusi jaringan

a. Circulation status

perifer

b. Tissue

NIC Peripheral

perfusion

:

cerebral

managemant (manajemen

Kriteria Hasil:

perifer)

Mendemonstrasikan

a. Monitor

status

sirkulasi

yang

sistole

dan

diastole dalam rentang yang diharapkan

sensasi

adanya

daerah tertentu yang hanya peka terhadap

ditandai dengan : a. Tekanan

sensation

panas/dingin/tajam/ tumpul

b. Tidak

ada

ortostatik

hipertensi

peningkatan

tekanan

c. Instruksikan keluarga

untuk

intrakranial (tidak lebih

mengobservasi kulit

dari 15 mmHg)

jika ada isi atau

Mendemonstrasikan kemampuan

kognitif

yang ditandai dengan: a. Berkomunikasi

dengan

jelas dan sesui dengan kemampuan

konsentrasi dan orientasi c. Memproses informasi d. Membuat

keputusan

dengan benar fungsi

sensori

motori

cranial

yang

utuh:

tingkat

tidak

ada

d. Gunakan

sarung

tangan

untuk

proteksi e. Batasi gerakan pada leher

membaik, gerakan

gerakan involunter NOC

punggung f. Monitor kemampuan BAB g. Kolaborasi

analgetik h. Monitor

adanya

tromboplebitis i. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi NIC

a. Anxiety Self-control

Anxiety

b. Anxiety Level

(penurunan

c. Coping

kecemasan)

Kriteria Hasil :

dan

kemampuan

Menunjukkan

kesadaran

laserasi

kepala,

b. Menunjukan perhatian,

Ansietas

adanya

paretese

c. Tidak ada tanda – tanda

3.

b. Monitor

Reduction

a. Klien

mampu

a. Gunakan

mengidentifikasi dan

pendekatan

mengungkapkan

menenangkan.

gejala cemas.

b. Pahami perspektif

b. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan

menunjukkan

teknik

untuk

mengontrol cemas. c. Vital sign normal. d. Postur

tubuh,

ekspresi

wajah,

bahasa tubuh dan tingkat

yang

aktivitas

pasien

terhadap

situasi stres. c. Temani

pasien

untuk memberikan keamanan

dan

mengurangi takut. d. Identifikasi tingkat kecemasan. e. Dorong

pasien

untuk

menunjukkan

mengungkapkan

berkurangnya

perasaan,

kecemasan.

ketakutan, persepsi. f. Instruksikan psien menggunakan teknik relaksasi. g. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.

4.

Resiko perdarahan

NOC

NIC

a.

Blood lose severity

Bleeding Precautions

b.

Blood koagulation

Kriteria hasil:

a. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan

a. Tidak ada hematuria dan hematemesis b. Kehilangan darah yang terlihat

batas normal

sudah terjadinya

pervagina ada

c. Monitor nilai lab (koagulasi) yang

d. Tidak ada perdarahan

Tidak

HT sebelum dan

perdarahan

c. Tekanan darah dalam

e.

b. Catat nilai HB dan

meliputi PT, PTT, trombosit

distensi

abdominal

d. Monitor TTV e. Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif f. Kolaborasi pemberian produk darah (platelet atau fresh frozen plasma)

5.

Gangguan citra

NOC

NIC

tubuh

a.

Body image

Body Image

b.

Self esteem

Enhancement

Kriteria hasil:

a. Kaji secara verbal

a.

Body image positif

dan non verbal

b.

Mampu

respon klien

mengidentifikasi

terhadap tubuhnya

kekuatan personal c.

Mendeskripsikan secara faktual

b. Monitor frekuensi mengkritik dirinya c. Jelaskan tentang

perubahan fungsi

pengobatan,

tubuh

perawatan,

d.

Mempertahankan

kemajuan dan

interaksi sosial

prognosis penyakit d. Dorong klien mengungkapkan perasaannya e. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu f. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

6.

Konstipasi

NOC

NIC

a.

Bowel elimination

Constipation/

b.

Hydration

Impaction

Kriteria hasil

Management

a. Mempertahankan bentuk

feses

a. Monior tanda dan lunak

setiap 1-3 hari b. Bebas

dari

b. Monitor bising usus ketidak

nyamanan

dan

konstipasi

untuk

lunak

berbentuk

feses:

frekuensi, dan

volume

mencegah konstipasi d. Feses

c. Monitor

konsistensi,

c. Mengidentifikasi indikator

gejala konstipasi

dan

d. Konsultasi

dengan

dokter

tentang

penurunan peningkatan usus

dan bising

e. Monitor tanda dan gejala ruptus usus/ prioritas f. Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan

terhadap

pasien g. Identifikasi

faktor

penyebab

dan

kontribusi konstipasi h. Dukungan

intake

cairan i. Kolaborasikan pemberian laksatif j. Pantau tanda-tanda dan gejala konstipasi k. Pantau tanda-tanda dan gejala impaksi l. Memantau gerakan usus,

termasuk

konsisten frekuensi, bentuk, volume, dan warna m. Membantu

bising

usus 7

Ketidakseimbangan NOC

Nutrition management

nutrisi kurang dari

a. Nutrisional status :

a. Berikan

makanan

kebutuhan tubuh

b. Nutrisional

terpilih

sudah

fluid intake

status

:

c. Nutrisional

status

:

dikonsultasikan

nutrient intake

dengan ahli gizi

d. Weight control

b. Monitor penurunan

Kriteria Hasil: a. Adanya berat

peningkatan badan

berat

badan

sesuai c. Anjurkan

tujuan b. Berat

adanya

pasien

untuk meningkatkan badan

ideal

intake FE

sesuai dengan tinggi Nutrition monitoring badan

d. Monitor kalori dan

c. Mampu

intake nutrisi

mengidentifikasi

e. Berat badan pasien

kebutuhan nutrisi

dalam batas normal

d. Tidak adanya tanda f. mal nutrisi

Memonitor mual dan muntah

e. Menunjukan peningkatan

fungsi

pengecapan menelan f. Tidak

terjadi

penurunan berat badan yang berarti

8

Gangguan

NOC

NIC

eliminasi urine

a. Urinary elimination

Urinary retention care

b. Urinary contiunence

a. Lakukan

penilaian

Kriteria Hasil :

kemih

yang

a. Kandung kemih kosong

komperfensif

yang

berfokus

pada

secara penuh

inkontinensia

b. Tidak ada residu urine > 100-200 cc c. Intake

berkemih,

cairan

dalam

rentang normal

ada

fungsi

kognitif,

dan

masalah kencing pra

d. Bebas dari ISK e. Tidak

(output, urine, pola

eksisten ) spasme

bladder

b. Pantau penggunaan obat

f. Balance

cairan

seimbang

dengan

sifat

antikolinergik. c. Monitor efek dari obat

obatan

yang

diresepkan,

seperti

kalsium

channel

blockers

dan

antikolinergik d. Memantau

asupan

dan keluaran cairan e. Memantau

tingkat

distensi

kandung

kemih

dengan

palpasi dan perkusi f. Menerapkan katerisasi intermiten 9

Distress spiritual

NOC

NIC

a. Ansietas kematian

Spiritual support

b. Konflik

pembuatan a. Gunakan

keputusan c. Koping, ketidakefektifan d. Distress spiritual, resiko

komunikasi terapiutik membangun

untuk

Kriteria Hasil :

kepercayaan

a. Mampu

kepedulian empatik

mengontrol

kecemasan

dan

b. Manfaatkan

b. Mampu

mengontrol

untuk

alat

memonitor

tingkat depresi dan level

dan

stress

kesehatan rohani

c. Mampu

mengevaluasi

memproses c. Prilakukan individu

informasi

dengan bermartabat

d. Penerimaan kesiapan

atau

dan hormat

menghadapi d. Mendorong pratinjau

kematian

hidup

e. Bepartisipasi

dalam

kenangan

pengambilan keputusan e. Dorong untuk

mendapatkan

pelayanan kesehatan f. Penerimaan

terhadap

status kesehatan g. Mampu

melalui

partisipasi

dalam

interaksi

dengan

anggota

keluarga, teman dll. f. Sediakan privasi dan

beradaptasi

cukup waktu untuk

terhadap hospitalisasi h. Psikososial

kegiatan spiritual g. Ajarkan

penyesuaian: perubahan hidup

metode

relaksi, dan meditasi. h. Anjurkan kunjungan

i. Kesehatan spiritual

oleh

j. Menunjukan

spiritual individu

harapan

arti hidup k. Terlibat lingkungan sosial

i. dalam

penasehat

Sediakan

musik

spiritual, sastra, atau program radio atau tv ke individu

4. Implementasi Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Ovarium

Proses

implementasi/pelaksanaan

merupakan

langkah

keempat

yang

dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan dalam rencana tindakan keperawatan. Pada pelaksanaan rencana tindakan terdapat jenis tindakan yaitu tindakan observasi, nursing threatment, edukasi dan kolaborasi.

5. Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Ovarium Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang mana evaluasi ditulis dengan menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment, Planning).

DAFTAR PUSTAKA

Budiana, I Nyoman Gede. 2014. Peran Klinis Ca-125 Pada Kanker Ovarium. SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Doengoes, Marilyn E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC Fitria, Cemy Nur. 2010. Palliative Care Pada Penderita Penyakit Terminal. Akper Muhammadiyah. GASTER, Vol. 7 No. 1.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Petunjuk Paliatif Kanker Pada Dewasa. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Nurarif, A.H. dan Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus Pusat PPNI. Edisi 1. Jakarta Selatan Trihandini, Indang, dkk. 2010. Analisis Ketahanan Hidup Penderita Kanker Ovarium Epithelial di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 3.

Related Documents


More Documents from "al kutbi"

August 2019 20
Alokasi Waktu 1.doc
December 2019 62
August 2019 9
August 2019 10
October 2019 13