Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Imunisasi.docx

  • Uploaded by: Ferlia Cintya Dewi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Imunisasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,289
  • Pages: 25
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT DENGAN IMUNISASI

A. Pengertian Anak merupakan makhluk sosial sama halnya dengan orang dewasa. Anak juga membutuhkan orang lain untuk bisa membantu mengembangkan kemampuannya, karena pada dasarnya anak lahir dengan segala kelemahan, sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yg normal. Sehat dapat diartikan sebagai suatu keadaan baik segenap badan serta bagian – bagiannya atau suatu hal ini yang mendatangkan kebaikan. Kesehatan sendiri dapat diartikan sebagai keadaan sehat (terbebas dari penyakit) dan kebaikan keadaan (badan atau yang lainnya). Dengan kata lain, kesehatan dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang sehat terbebas dari penyakit sehingga dapat melakukan segala aktivisnya tanpa hambatan fisik. Seseorang dikatakan sehat jika ia memiliki kesehatan baik secara fisik (organ tubuh) maupun psikis (mental, emosional, sosial, dan spiritual). Anak sehat yaitu suatu keadaan atau kondisi anak yang normal baik badan serta bagian-bagiannya yang terbebas dari penyakit sehingga dapat melakukan suatu kegiatan tanpa hambatan fisik maupun psikis (mental, emosional, sosial, ekonomi, dan spiritual). (Supartini,2004) Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencengah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentkan anti yang dimasukan ke dalam tubuh melalui suntikan dan melalui mulut. (Ranuh dkk, 2001).

B. Tanda dan Gejala Menurut Departemen Kesehatan RI ciri anak sehat ada 9, yaitu: 1. Ciri anak sehat ia akan tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya berat dan tinggi badan secara teratur dan proporsional. 2. Tampak aktif atau gesit dan gembira. 3. Mata bersih dan bersinar. 4. Anak sehat nafsu makannya baik. 5. Bibir dan lidah tampak segar. 6. Pernapasan tidak berbau.

7. Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering. 8. Ciri anak sehat lainnya, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. 9. Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya. C. Pohon Masalah Anak sehat

Pemberian imunisasi

Risiko hipertermi

Timbul reaksi KIPI

Kurang informasi

Kurang minat belajar

Defisiensi pengetahuan

D. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan medis untuk anak sehat adalah dengan pemberian imunisasi Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013, berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan 1. Imunisasi wajib Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan

dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib diberikan sesuai jadwal sebagaimana ditetapkan dalam pedoman penyelenggaraan imunisasi. Imunisasi wajib terdiri atas: a. Imunisasi rutin Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun. Jenis imunisasi dasar yaitu: 1) Bacillus Calmette Guerin (BCG) a) Tujuan Pemberian Imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberculosis (TBC). b) Kontra Indiksasi Penderita gangguan kekebalan (misalnya penderita Leukemia, penderita yang menjalani pengobatan Steroid jangka panjang, penderita HIV). c) Waktu pemberian Dilakukan pada bayi yang baru lahir – 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan saat bayi berumur < 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. BCG ulangan tidak dianjurkan karena karena diragukan keberhasilannya. Apabila BCG akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji teberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatiif. d) Cara Pemberian Vaksin BCG disuntikan secara intracutan pada lengan atas, untuk bayi berumur < 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 ml dan untuk anak berumur >1 tahun diberikan sebanyak 0,1 ml. e) Reaksi yang terjadi Reaksi lokal yang terjadi 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyutikan timbul kemerahan dan benjolankecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini beriubah menjadi pustula ( gelembung berisis nanah),, lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontas ddalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut ( bisa diartikan sebagai indikasi keberhasilan imunisasi).

Rekasi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan . Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam f) Komplikasi -

Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses akan ini menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi dan bukan disayat

-

Lemfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dalam dosis terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan

2) DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) 

Differi Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil) da terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas



Pertusis Penyakit pertusis atau batuk rejan atau yang dikenal dengan “ Batuk Seratus Hari” adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking. Penularan umumnya terjadi melalui udara ( battuk/bersin).



Tetanus Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat syaraf pada urat di sekitar area luka dan dibawa ke system syaraf otak serta saraf tulang

belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot. Gejala tetanus umumnya diawali kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku diotot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas, dan paha a) Tujuan Vaksinasi DPT digunakan melindungi dari difteri, pertusisi, dan tetanus. b) Kontraindikasi -

Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius daripada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat

-

Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otakn atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya dapay dikendalikan.

-

Jika anak mengalami alergi vaksis pertusis, maka sebaiknya diberikan vaksin DT bukan DPT

c) Waktu pemberian Diberikan pada anak berusia <7 tahun. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali : -

Saat anak berusia 2 bulan (DPT I).

-

Saat anak berusia 3 bulan (DPT II).

-

Saat anak berusia 4 bulan (DPT III)

Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah DPT dan pada usia prasekolah (5-6tahun). Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal sebaiknya diberikan boster vaksinasi TD, pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun ( karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun diberikan booster). d) Cara pemberian Vaksin disuntikan pada otot lengan atau paha e) Rekasi yang terjadi 1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan, atau pembengkakan pada daerah suntikan.

Utnuk mengurangi nyeri daerah suntikan, dapat diberikan kompres hangat dan lebih sering menggerakan-gerakkan lengan. f) Komplikasi -

Demam tinggi (>40,5)

-

Kejang

-

Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejam pada keluarganya).

-

Syok (kebiruan, pucat,lemah, tidak memberikan respon)

3) Polio a) Tujuan Imunisasi

polio memberikan

kekebalan aktif terhadap penyakit

poliomelitis. Vaksin polio terdapat 2 macam: -

IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin salk): mengandung virus polio yang sudah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.

-

OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin): mengandung vaksin hidup yang yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk Trivalen (TOPV) efektif melawan 1 jenis folio.

b) Kontraindikasi -

Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat. Kecuali vaksinasi IVP.

-

Bagi yang pernh mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisi, polikmisin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV, lebih baik diberikan OPV.

-

Ganggaun

kekebalan

(obat

imunosupresan,

kemoterapi,

kortekosteroid, AIDS/HIV), tetapi dapat di iminusasi dengan IPV c) Waktu pemberian Imunisasi polio diberikan sebanyak 4 kali (polio I, II, III, IV) dengan interval <4 minggu. Imunisasi ulangan dapat diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6tahun) dan saat meninggalkan sd (12 tahun). d) Cara pemberian

IPV: diberikan secara suntikan. OPV dengan tipe Vaksin Sabin diberikan secara oral dengan cara meneteskan 2 tetes (0,1ml) langsung kemulut, atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. e) Reaksi yang terjadi IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada daerah suntikkan akan hilang dalam beberapa hari. f) Komplikasi Mungkin dapat menyebabkan kejang –kejang dan kelumpuhan.

4) Campak a) Tujuan Memberikan kekebalan kepada penyakit campak (tampek). b) Kontraindikasi -

Infeksi akut yang disertai dengan demam tinggi >38C

-

Gangguan sistem kekebalan

-

Pemakaian obat imunosupresan

-

Alergi terhadap protein telur

-

Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

c) Waktu pemberian Vaksin diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan/lebih. Pada KLB dpat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. d) Cara pemberian Vaksin diberikan secara Subkutan dalam sebanyak 0,5ml. e) Reaksi yang terjadi Efek samping yang terjadi berupa demam selama 4-10 hari, ruam kulit, diare, konjungtivitis, dan gejala katarak serta ensefalitis (jarang).

5) Hepatitis B 1) Tujuan Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. 2) Kontraindikasi

Pemberian imunisasi kepada anak yang akit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. 3) Waktu pemberian Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HbsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berusia 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali : -

Selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV 1 dengan HBV II.

-

Selang waktu 5 bulan antara suntikkan HBV II dengan HBV III.

-

Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III.

Sebelum memberikan imunisasi ulang dianjurkan untuk memeriksa kadar HbsAg. Kepada bayi yang lahir dari ibu yang HbsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 ml HBIG ( hepatitis B immune globulin ) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berusia 6 bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HbsAg tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah kelahiran. Vaksin HBV dapat diberikan padda ibu hamil. 4) Cara pemberian Vaksinasi diberikan dengan cara disuntikkan pada otot lengan dan paha. 5) Reaksi yang terjadi Nyeri daerah suntikkan, demam ringan,lesu, perasaan tidak enak pada saluran cerna, yang akan hilang beberapa hari. 2. Imunisasi lanjutan Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan pada : 1) anak usia bawah tiga tahun (Batita) Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia bawah tiga tahun (Batita) terdiri atas Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPTHB-Hib) dan Campak. 2) anak usia sekolah dasar Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar diberikan pada Bulan

Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan Tetanus diphteria (Td). 3) wanita usia subur Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita usia subur berupa Tetanus Toxoid (TT). 3. Imunisasi tambahan Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu. Pemberian imunisasi tambahan tidak menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin. 4. Imunisasi khusus Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis imunisasi khusus antara lain terdiri atas imunisasi Meningitis Meningokokus, imunisasi demam kuning, dan imunisasi Anti Rabies (VAR). 5. Imunisasi pilihan Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit menular tertentu. Jenis imunisasi pilihan dapat berupa imunisasi Haemophillus influenza tipe b (Hib), Pneumokokus, Rotavirus, Influenza, Varisela, Measles Mumps Rubella, Demam Tifoid, Hepatitis A, Human Papilloma Virus (HPV), dan Japanese Encephalitis. a. Imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) Vaksin MMR bertujuan untuk mencegah Measles (campak), Mumps (gondongan) dan Rubella merupakan vaksin kering yang mengandung virus hidup, harus disimpan pada suhu 2–80C atau lebih dingin dan terlindung dari cahaya. Vaksin harus digunakan dalam waktu 1 (satu) jam setelah dicampur dengan pelarutnya, tetap sejuk dan terhindar dari cahaya, karena setelah dicampur vaksin sangat tidak stabil dan cepat kehilangan potensinya pada temperatur kamar. Vaksin MMR harus diberikan sekalipun ada riwayat infeksi campak, gondongan dan rubella atau sudah mendapatkan imunisasi campak; anak dengan penyakit kronis seperti kistik fibrosis, kelainan jantung

bawaan, kelainan ginjal bawaan, gagal tumbuh, sindrom Down; anak berusia ≥ 1 tahun day care yang centre, berada family day di care dan playgroups; dan anak yang tinggal di lembaga cacat mental. Kontra Indikasi: 1) Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati atau dengan gangguan imunitas, yang mendapat pengobatan dengan imunosupresif atau terapi sinar atau mendapat steroid dosis tinggi (ekuivalen dengan 2 mg/kgBB/hari prednisolon) 2) Anak dengan alergi berat (pembengkakan pada mulut atau tenggorokan, sulit bernapas, hipotensi dan syok) terhadap gelatin atau neomisin 3) Pemberian MMR harus ditunda pada anak dengan demam akut, sampai penyakit ini sembuh 4) Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain (termasuk BCG dan vaksin virus hidup) dalam waktu 4 minggu. Pada keadaan ini imunisasi MMR ditunda lebih kurang 1 bulan setelah imunisasi yang terakhir. Individu dengan tuberkulin positif akan menjadi negatif setelah pemberian vaksin 5) Wanita hamil tidak dianjurkan mendapat imunisasi MMR (karena komponen rubela) dan dianjurkan untuk tidak hamil selama 3 bulan setelah mendapat suntikan MMR. 6) Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin atau transfusi darah yang mengandung imunoglobulin (whole blood, plasma). Dengan alasan yang sama imunoglobulin tidak boleh diberikan dalam waktu 2 minggu setelah vaksinasi. 7) Defisiensi imun bawaan dan didapat (termasuk infeksi HIV). Sebenarnya HIV bukan kontra indikasi, tetapi pada kasus tertentu, dianjurkan untuk meminta petunjuk pada dokter spesialis anak (konsultan). Dosis: Dosis tunggal 0,5 ml suntikan secara intra muskular atau subkutan dalam. Jadwal: 1) Diberikan pada usia 12–18 bulan. 2) Pada populasi dengan insidens penyakit campak dini yang tinggi, imunisasi MMR dapat diberikan pada usia 9 (sembilan) bulan.

b. Imunisasi Thypus Abdominalis Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit thypus abdominalis, dalam persediaannya, khususnya di Indonesia terdapat 3 jenis vaksin thypus abdominalis diantaranya kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotif, berna), dan antigen kapsular Vi Polysaccharide (Typhimvi, Pasteur meriux). Pada vaksin kuman yang dimatikan, dapat diberikan untuk bayi 6 – 12 bulan adalah 0,1 mL, 1 – 2 tahun 0,2 mL, dan 2 – 12 tahun adalah 0,5 mL, pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu kemudian penguat setelah 1 tahun kemudian. Pada vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul enteric coated sebelum makan pada hari 1, 2, 5, pada anak diatas usia 6 tahun dan pada antigen kapsular diberikan pada usia diatas 2 tahun dan dapat diulang tiap 3 tahun. c. Imunisasi Varicella Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit varicella (cacar air). Vaksin varicella merupakan virus hidup varicella zoster strain OK yang dilemahkan. Vaksin diberikan mulai umur masuk sekolah (5 tahun) Pada anak ≥ 13 tahun vaksin di anjurkan dua kali selang 4 minggu. Pada keadaan terjadi kontak dengan kasus varisela, untuk pencegahan vaksin dapat diberikan dalam waktu 72 jam setelah penularan (dengan persyaratan: kontak dipisah/tidak berhubungan). Kontra Indikasi: 1) Demam tinggi 2) Hitung limfosit kurang dari 1200/µl atau adanya bukti defisiensi imun selular seperti selama pengobatan induksi penyakit keganasan atau fase radioterapi 3) Pasien yang mendapat pengobatan dosis tinggi kortikosteroid (2 mg/kgBB per hari atau lebih) 4) Alergi neomisin Dosis dan Jadwal: tunggal

Dosis 0,5 ml suntikan secara subkutan, dosis

d. Imunisasi Hepatitis A Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis A. Rekomendasi: 1) Populasi risiko tinggi tertular Virus Hepatitis A (VHA). 2) Anak usia ≥ 2 tahun,didaerahterutamaendemis.Padaanakusia>2 tahun antibodi maternal sudah menghilang. Di lain pihak, kehidupan sosialnya semakin luas dan semakin tinggi pula paparan terhadap makanan dan minuman yang tercemar. 3) Pasien Penyakit Hati Kronis, berisiko tinggi hepatitis fulminan bila tertular VHA. 4) Kelompok lain: pengunjung ke daerah endemis; penyaji makanan; anak usia 2–3 tahun di Tempat Penitipan Anak (TPA); staf TPA; staf dan penghuni institusi untuk cacat mental; pria homoseksual dengan pasangan ganda; pasien koagulopati; pekerja dengan primata bukan manusia; staf bangsal neonatologi.

Kontra Indikasi: Vaksin VHA tidak boleh diberikan kepada individu yang mengalami reaksi berat sesudah penyuntikan dosis pertama Dosis dan Jadwal: 1) Dosis vaksin bervariasi tergantung produk dan usia resipien 2) Vaksin diberikan 2 kali, suntikan kedua atau booster bervariasi antara 6 sampai 18 bulan setelah dosis pertama, tergantung produk 3) Vaksin diberikan pada usia ≥ 2 tahun

e. Vaksin Tifoid Vaksin tifoid oral dibuat dari kuman Salmonella typhi galur non patogen yang telah dilemahkan, menimbulkan respon imun sekretorik IgA, mempunyai reaksi samping yang lebih rendah dibandingkan vaksin parenteral. Kemasan dalam bentuk kapsul. Penyimpanan pada suhu 2 – 80C. Vaksin tifoid oral diberikan untuk anak usia ≥ 6 tah Kontra Indikasi: 1) Vaksin Tifoid Oral

a) Vaksin tidak boleh diberikan bersamaan dengan antibiotik, sulfonamid atau antimalaria yang aktif terhadap Salmonella. b) Pemberian vaksin polio oral sebaiknya ditunda dua minggu setelah pemberian terakhir dari vaksin tifoid oral (karena vaksin ini juga menimbulkan respon yang kuat dari interferon mukosa) 2) Vaksin tifoid polisakarida parenteral a) Alergi terhadap bahan-bahan dalam vaksin. b) Pada saat demam, penyakit akut maupun penyakit kronik progresif. Dosis dan Jadwal: 1) Vaksin tifoid oral a) Satu kapsul vaksin dimakan tiap hari, satu jam sebelum makan dengan minuman yang tidak lebih dari 370C, pada hari ke 1, 3 dan 5. b) Kapsul ke 4 diberikan pada hari ke 7 terutama bagi turis. c) Kapsul harus ditelan utuh dan tidak boleh dibuka karena kuman dapat mati oleh asam lambung. d) Imunisasi ulangan diberikan tiap 5 tahun. Namun pada individu yang terus terekspose dengan infeksi Salmonella sebaiknya diberikan 3–4 kapsul tiap beberapa tahun. e) Daya proteksi vaksin ini hanya 50%-80%, walaupun telah mendapatkan imunisasi tetap dianjurkan untuk memilih makanan dan minuman yang higienis. 2) Vaksin tifoid polisakarida parenteral a) Dosis 0,5 ml suntikan secara intra muskular atau subkutan pada daerah deltoid atau paha b) Imunisasi ulangan tiap 3 tahun c) Daya proteksi vaksin ini hanya 50%-80%, walaupun telah mendapatkan imunisasi tetap dianjurkan untuk memilih makanan dan minuman yang higienis f. Imunisasi HiB (Haemophilus influenza tipe B) Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe B. Vaksin Hib adalah vaksin polisakarida konyugasi dalam bentuk liquid, yang dapat diberikan tersendiri atau

dikombinasikan dengan vaksin DPaT (tetravalent) atau DpaT/HB (pentavalent) atau DpaT/HB/IPV (heksavalent). Kontra Indikasi: Vaksin tidak boleh diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum dapat membentuk antibodi Dosis dan Jadwal: 1) Vaksin Hib diberikan sejak umur 2 bulan, diberikan sebanyak 3 kali dengan jarak waktu 2 bulan. 2) Dosis ulangan umumnya diberikan 1 tahun setelah suntikan terakhir.

Berikut ini adalah cara pemberiaan dan waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi. Cara Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013) Jenis Vaksin

Dosis

Cara Pemberian

Hepatitis B BCG Polio DPT-HB-Hib

0,5 ml 0,05 ml 2 tetes 0,5 ml

Intra Muskuler Intra Kutan Oral Intra Muskuler

Campak DT Td TT

0,5 ml 0,5 ml 0,5 ml 0,5 ml

Sub Kutan Intra Muskuler Intra Muskuler Intra Muskuler

Tempat Paha Lengan kanan atas Mulut Paha untuk bayi, lengan kanan untuk balita Lengan kiri atas Lengan kiri atas Lengan kiri atas Lengan kiri atas

Jarak minimal antar dua pemberian imunisasi yang sama adalah 4 (empat) minggu. Tidak ada batas maksimal antar dua pemberian imunisasi.

Waktu Yang Tepat Untuk Pemberiaan Imunisasi Dasar (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013) Umur

Jenis

0 bulan

Hepatitis B0

1 bulan

BCG, Polio 1

2 bulan

DPT-HB-Hib 1, Polio 2

3 bulan

DPT-HB-Hib 2, Polio 3

4 bulan

DPT-HB-Hib 3, Polio 4

9 bulan

Campak

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak bawah tiga tahun Umur

Jenis Imunisasi

18 bulan

DPT-HB-Hib

24 bulan

Campak

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar Sasaran

Kelas 1 SD Kelas 2 SD Kelas 3 SD

Imunisasi

Waktu Pelaksanaan

Campak DT Td Td

Agustus November November November

Dalam pemberian imunisasi, apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut : 1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut. a. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit, b. Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya, c. Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang. 2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum menerima imunisasi (informed consent). Pengertian mencakup jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. 3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi. 4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada anak harus didasari pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit. Perawat harus memberikan pendidikan kesehatan ini sebelum imunisasi diberikan pada anak. Gali pemahaman orang tua tentang imunisasi anak. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan informasi seluas luasnya tentang pemahaman orang tua berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan anak melalui pencegahan penyakit dengan imunisasi supaya dapat memberikan pemahaman yang tepat. Pada akhirnya diharapkan adanya kesadaran orang tua untuk memelihara kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

5. Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu: a. Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius b. Perubahan pada system imun yang tidak dapat memberi vaksin virus hidup. c. Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun, seperti sitostatika, transfuse darah, dan imonoglobulin d. Riwayat alergi terhadap alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertusis.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian 1. Identitas Anak dan/atau Orang Tua Nama, Alamat, Telepon, Tempat dan tanggal lahir, Ras/kelompok entries, Jenis kelamin, Agama, Tanggal wawancara. 2. Keluhan Utama (KU) Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali. 3. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya. 4. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD) Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi. Riwayat penyakit dahulu mencangkup : a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal). b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya c. Alergi. d. Pengobatan terbaru. e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.

f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi dapat pula

dikaji

pertumbuhan

dan

perkembangan

anak

sehingga

dapat

mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan yang sesuai dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan secara langsung pada anak ataupun keluarganya). g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya. 5. Riwayat pengobatan keluarga Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan terhadap penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan bahan kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit. 6. Riwayat Psikososial Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak terrhadap imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada anaknya sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi. 7. Riwayat Keluarga Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana keluarga memahami tentang imunisasi yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika keluarga telah memahami pentingnya imunisasi sebagai langkah penting yang diperlukan untuk mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi. 8. Data Kebutuhan Bio-Psiko-Sosio dalam sehari-hari a. Bernafas Pada pola ini, kaji anak mengenai : 1) Apakah anak mengalami kesulitan bernafas ?

Jika iya apa kesulitan yang dirasakan ? 2) Bagaimana suara napas anak ? b. Makan dan Minum Pada pola ini kaji anak mengenai : Pada bayi : 1) Berapa kali sehari anak diberikan ASI ? 2) Sampai umur berapa anak diberikan ASI ? 3) Apakah ada makanan pendamping ASI ? Jika ada makanan apa yang diberikan ? 4) Umur berapa mulai diberikan makanan cair (air buah/sari buah) ? 5) Umur berapa diberikan bubur susu ? 6) Umur berapa anak mulai diberi nasi tim saring ? 7) Umur berapa anak diberi nasi tim ? 8) Berapa kali sehari anak diberi makan ? Pada anak-anak : 1) Bagaimana nafsu makan anak sehari-hari ? 2) Apa jenis makanan pokok, lauk, sayuran, dan jenis buah anak ? 3) Apakah anak memiliki kebiasaan jajan ? c. Eliminasi (BAB/BAK) Pada pola ini kaji anak mengenai : 1) Apakah anak bisa memberitahu jika ingin BAB/BAK ? 2) Apakah anak melakukan BAB/BAK sendiri/ditolong ? 3) Berapakali anak BAB/BAK dalam sehari ? 4) Bagaimana bau, warna, dan konsistensi feses dan urine anak ? d. Aktifitas Pada pola ini kaji anak mengenai : 1) Apakah anak suka bermain ? 2) Apa permainan yang disukai anak ? 3) Apakah anak memiliki teman bermain ? 4) Apa mainan yang dimiliki anak ? e. Rekreasi Pada pola ini kaji anak mengenai : 1) Apakah anak pernah/jarang/sering melakukan rekreasi ? 2) Jenis rekreasi apa yang disukai anak ?

f. Istirahat dan Tidur Pada pola ini kaji anak mengenai : 1) Bagaimana kebiasaan istirahat anak ? 2) Bagaimana kebiasaan tidur anak (mencuci kaki sebelum tidur, mengompol, mengorok, mengigau, sering terjaga atau kebiasaan tidur lain)? 3) Jam berapa anak mulai tidur malam dan bangun pagi ? 4) Apakah anak tidur sendiri atau ditemani? 5) Apakah anak biasa tidur siang ? berapa jam ? g. Kebersihan Diri Pada pola ini kaji anak mengenai: 1) Apakah anak mandi sendiri atau dibantu ? 2) Dimana anak mandi ? 3) Dikeringkan dengan handuk atau tidak ? 4) Apakah anak gosok gigi sendiri atau ditolong ? 5) Kapan anak menggosok gigi ? apakah menggunakan pasta gigi ? h. Pengaturan Suhu Tubuh Pada pola ini kaji anak mengenai pengaturan suhu tubuhnya i. Rasa Nyaman Pada pola ini kaji anak apakah anak mengalami nyeri atau tidak j. Rasa Aman Pada pola ini kaji anak apakah anak mengalami ketakutan atau kecemasan k. Belajar (anak dan orang tua) Pada pola ini kaji anak dan orangtua mengenai pengetahuan tentang mkanan, kesehatan lingkungan, personal hygiene, tumbuh kembang anak l. Prestasi Pada pola ini kaji anak mengenai apa kepandaiannya sekarang dan apa prestasi yang dimiliki anak m. Hubungan Sosial Anak Pada pola ini kaji anak mengenai hubungan anak dengan inter keluarga (hubungan paling dekat, orang yang dominan, orang yang disegani, hubungan, komunikasi anak dan orang tua, serta anggota keluarga lain) n. Melaksanakan Ibadah

Pada pola ini kaji anak mengenai bagaimana kebiasaan sembahyang anak dan bantuan yang diperlukan Selama anak sakit 9. Pengkajian Fisik a. Keadaan Umum b. Pengkajian Head to toe. c. Pengkajian Antropometri -

BB

-

TB

-

LILA

-

Lingkar kepala

-

Lingkar dada

10. Pemeriksaan penunjang Kalau ada.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat timbul dari tindakan imunisasi pada anak meliputi: 1. Kurang pengetahuan keluarga (ibu) mengenai jadwal imunisasi, jenis imunisasi efek samping imunisasi berhubungan dengan kurang terpajannya informasi. 2. Risiko hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN No

1

Diagnosa

NOC

NIC

Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Difisiensi

NOC

pengetahuan

- Knowledge:

keluarga mengenai imunisasi,

(ibu)

1. Untuk

mengetahui

Immunization/

sejauh

mana

Vaciination

pengetahuan

Management

keluarga

Health Education

tentang gejala gejala

NIC : disease 

promotion

jadwal - Knowledge: jenis

Rasional

health 

behavior

imunisasi, dan efek

Setelah

diberikan 1. Mengkaji

samping b/d kurang

asuhan

terpajannya

selama

waktu

informasi.

telah

direncanakan,

keperawatan yang

pengetahuan

tingkat keluarga

pasien

yang muuncul tibatiba

mengenai jadwal , jenis dan gejala yang dapat 2. Untuk

menambah

No

Diagnosa

NOC

NIC

Rasional

Keperawatan

Tujuan

Intervensi

diharapkan orang tua

timbul setelah imunisasi

iinformasi

mampu

diberikan

diketahui agar dapat

jadwal

mengetahui dan

imunisasi mengatasi imunisasi

efek

jenis 2. Memberikan HE kepada

melakukan imunisasi

serta

anak

secara

jenis

tepat.

dari

pada anak

dengan

kriteria

evaluasi: a. Keluarga dapat

pasien

memahami

mengenai

orang

tua

mengenai

lengkap

dan

imunisasi dasar yang 3. Memberikan harus di dapatkan pada

pengetahuan

kepada

anak

orang

pasien

serta

pemberian

waktu

dan

cara

pemberiannya.

gejala 3. Jelaskan gejala-gejala

imunisasi

muncul.

tua

mengenai

gejala-

gejala tiba-tiba yang mengapa

yang timbul setelah

muncul, penyebabnya

tersebut 4. Mengajarkan penanganan sederhana

dilakukan.

yang

b. Keluarga

yang

pasien 4. Memberikan

HE

tepat

untuk

mengatasi hal itu.

mampu

tentang

melaksanakan

efek imunisasi yaitu apa

pengetahuan

yang dapat dilakukan

mengenai obat yang

ibu-ibu di rumah.

dapat dipakai untuk

prosedur

yang

seharusnya dilakukan

penanganan 5. Menambah

dengan 5. Jelaskan jenis obat yang

benar dan tepat. c. Keluarga

dapat

menyebutkan kembali

menanggulangi gejala

diberikan oleh tenaga

yang muncul akibat

medis

dari

imunisasi serta cara

cara

penggunaannya.

mulai

fungsinya, yang

ibu

dan

pengkonsumsiannya

dikatakan oleh tim

untuk menangani efek

kesehatan

yang dapat terjadi.

sebelumnya.

3 Risiko

hipertermi NOC :

berhubungan dengan

Risk Control : proses Hyperthermia

NIC :

1. Jika

anak

sedang

Temperature

sakit, imunisasi tidak

Regulation

disarankan

untuk

No

Diagnosa

NOC

NIC

Keperawatan

Tujuan

Intervensi

imunisasi

Setelah dilkaukan

Rasional

1. Observasi

kondisi

diberikan,

karena

tindakan keperawatan

kesehatan anak sebelum

akan

selama 1x15 menit

dan setelah imunisasi,

kondisi pasien. Lihat

diharapkan :

pastikan

pula

a) Tidak

terjadi

hipertermi

pada

anak

untuk

sehat

menjalani

imunisasi

anak b) Keluarga

dapat

memberikan penangan

memperburuk

kondisi

anak

setelah

diimunisasi

karena

dapat

membuat

pasien

mengalami

deman

dan hipertermi pada efektif 2. Observasi

jika risiko ini terjadi

pemahaman

pada

mengenai

beberapa

imunisasi

tingkat

keluarga 2. Untuk hipertermi

dan penanganannya 3. Beri

a. Kriteria Hasil : a) Bayi

tidak

beberapa imunisasi. mengetahui

sejauh

mana

pengetahuan keluarga

pemahaman

terhadap tanda – tanda

dan

mempermudah

penanganan.

menunjukan tanda –

hipertermi (ringan s.d 3. Meningkatkan

tanda

berat)

hipertermi

(konvulsi,

kulit 4. Ajari

pengetahuan keluarga keluarga

cara

pasien

tentang

kemerahan, kejang,

sederhana

menangani

takikardia, takipnea,

hipertermi

ringan

dan

rumah seperti kompres

pengetahuan

hangat dan pemberian

keluarga

obat antipiretik.

tentang tahap tahap

kulit

terasa

hangat) b) Suhu

tubuh

anak

hipertermi.

di 4. Menambah

dalam batas normal

penanganan

(36-37,5°C)

sederhana.

c) Jika

terjadi

hipertermi, keluarga tidak

panik

dapat

memberikan

penanganan tepat di rumah.

dan

yang

pada pasien

D. IMPLEMENTASI Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi. E. EVALUASI Sesuai dengan respon masing – masing pasien terhadap intervensi keperawatan yang diberikan dihubungkan dengan tujuan intervensi dan Kriteria hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Handbook of Nursing Diagnosis) Edisi 10. Jakarta : EGC.

Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.

Nurari, Amin Huda dan Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : MediAction Publishing.

Okta Wardani, Irma. 2015. PMK No.42 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. (online). Dalam : https://www.pdfcoke.com/doc/215861710/PMK-No-42-ttg-PenyelenggaraanImunisasi-pdf. Diakses tanggal 8 mei 2017, pukul 20.23 Wita.

Ranuh dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : EGC.

Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Related Documents


More Documents from ""