Laporan Pencela Fix Isi Not Dapus.docx

  • Uploaded by: Adinda Noni Fitriyani Tarigan
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pencela Fix Isi Not Dapus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,225
  • Pages: 53
3

I.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pada mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka semua hasil buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas manusia di daratan seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa menimbulkan suatu akibat yang membahayakan. Bahan pencemar yang masuk ke dalam lautan akan diencerkan dan kekuatan mencemarnya secara perlahan-lahan akan diperlemah sehingga membuat mereka menjadi tidak berbahaya. Dengan makin cepatnya pertumbuhan penduduk dunia dan makin meningkatnya lingkungan industri mengakibatkan makin banyak bahan-bahan yang bersifat racun yang dibuang ke laut (Laut Kita, 2013). Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui tumpahan. Salah satu penyebab pencemaran laut adalah kapal yang dapat mencemari sungai dan samudera dalam banyak cara. Misalnya melalui tumpahan minyak, air penyaring dan residu bahan bakar. Polusi dari kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai dan lautan. Kapal juga membuat polusi suara yang mengganggu kehidupan organisme perairan, dan air dari balast tank yang bisa mempengaruhi suhu air sehingga menganggu kenyamanan organisme yang hidup dalam airdan imbasnya mengganggu ekosistem dalam air (Lingkungan Bumi, 2012). Bahan pencemar laut lainnya yang juga memberikan dampak yang negatif ke perairan adalah limbah plastik yang bahkan telah menjadi masalah global.

4

Sampah plastik yang dibuang, terapung dan terendap di lautan. Sejak akhir Perang Dunia II, diperkirakan 80 persen sampah plastik terakumulasi di laut sebagai sampah padat yang mengganggu eksositem laut. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton. Kondisi ini sangat berpengaruh buruk, dan sangat sulit terurai oleh bakteri. Sumber sampah plastik di laut juga berasal dari Jaring ikan yang sengaja dibuang atau tertinggal di dasar laut. Limbah kimia yang bersifat toxic (racun) yang masuk ke perairan laut akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya. Kelompok limbah kimia ini terbagi dua, pertama kelompok racun yang sifatnya cenderung masuk terus menerus seperti pestisida, furan, dioksin dan fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur kimia metalik yang memiliki kepadatan yang relatif tinggi dan bersifat racun atau beracun

pada

konsentrasi

rendah.

Contoh

logam

berat

yang

sering

mencemari adalah air raksa, timah, nikel, arsenik dan kadmium. 1.2

Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum Pencemaran Laut ini adalah untuk mengetahui

kadar kandungan logam berat (Mg, Cu, Pb, Hg) yang dapat dijadikan tolak ukur status pencemaran lingkungan pada perairan berdasarkan ilmu teknologi, juga untuk mengetahui bahan organik dan limbah padat

yang terdapat didalam

sedimen dan daerah yang ada didaerah KKPD Konservasi penyu Pariaman Sumatera Barat. 1.3

Manfaat Praktikum

5

Manfaat dari praktikum Pencemaran Laut adalah untuk memberikan keterampilan dan dan kemampuan dalam proses pengukuran kadar logam berat suatu perairan yang merupakan indikator pencemaran lingkungan perairan serta untuk memahami cara penggunaan alat ukur logam berat (AAS).

6

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PKA Kualitas air adalah sifat air secara fisika, kimiawi, biologis, radioaktivitas, dan organoleptik (Hehannusa et al, 2001). Parameter fisika diantaranya adalah kecerahan air, suhu air dan udara, derajat keasaman (pH), kecerahan, dan warna perairan. Sedangkan parameter kimia adalah alkalinitas, O2 terlarut, konduktivitas dan CO2 bebas. Air merupakan fasa cair dari persenyawaan kimia yang dibentuk oleh dua bagian berat hidrogen dan 16 bagian berat oksigen, di dalam air itu terkandung pula sejumlah kecil air berat, gas dan zat padat, terutama bentuk garam dan larutan (Hehanusa, 2001). Air normal yang memenuhi persyaratan untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion hidrogen didalam air (Wisnu, 2004). Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang kesungai atau danau akan mempengaruhi pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme didalam air ( Wisnu, 2004). Air dapat dinentralkan dengan basa NaOH atau asam HCl dengan indikator PP dan MO, PP berubah warna pada pH 8,3. dan MO berubah warnanya pada pH 4,5 (Syafriadiman et al, 2005). 2.1.1 Parameter fisika

7

2.1.1.1 Suhu Menurut Agrifishery (2010) strtifikasi suhu pada kolam air dikelompokkan menjadi 3 yaitu : 1. Lapisan epilimion yaitu lpisan sebelum atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil dari 320 menjadi 280. 2. Lapisan kedua disebut dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajamdari 280C menjadi210C. 3. Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimion yaitu lapisan yang paling bawah dimana pada lapisan ini perbedan sangan kecil relatifkonstan. 2.1.1.2 Kecerahan Kecerahan adalah ukuran transporansi perairan yang ditentukan secara visual dengan mengunakan scchi disk satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter (Effendi, 2003 dalam kiki, 2011). Kecerahan merupakan tingkat penetrasi cahaya matahari yang dinyatakan dengan satuan panjang. Alat yang bias digunakan untuk mengukur tingkat kecerahan air adalah sechi disk, yaitu berupa pirigan yang diberi warna hitam putih dan dihubungkan dengan tali pegangan yang mempunyai garis-garis skala. Pada perairan tambak, kecerahan erat dikaittanya dan berbanding terbalik dengan jumlah fitoplankton didalamnya ( Morindro, 2008). 2.1.2 Parameter Kimia 2.1.2.1 pH Air

8

pH adalah cerminan dari derajat keasaman yang di ukur dan jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H⁺ ). Air murni terdiri dari ion H⁺ dan ion OH⁻ dalam jumlah berimbang hingga pH air murni biasa 7. Makin banyak ion H⁻ dalam larutan cairan makin rendah ion H⁺ dan makin tinggi pH, cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya makin ttinggi ion H⁺ makin rendah pH dan cairan tersebut bersifat asam ( Andayani, 2005). pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik perairan asam atau kurang produktif. Malah dapat menumbuhkan hewan budidaya. Pada pH rendah ( keasaman yang tinggi ) kandungan oksigen terlarut akan berkurang. Hal yang sebaliknya menjadi pada suasana basa . Atas dasar ini maka usaha budidaya di perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9,0 dan kisaran optimal pH 7,8 – 8,7 (Kardi dan Andi, 2007). 2.1.2.2. Oksigen Terlarut (DO) Oksigen terlarut merupakan parameter mutu air yang penting karena nilai oksigen terlarut dapat menunjukan tingkat pencemaran atau tingkat pengelolaan limbah. Oksigen terlarut akan menentukan kesesuaian suatu jenis air sebagai sumber kehidupan biota di suatu daerah. Pengukuran oksigen terlarut dan karbondioksida lebih baik diterapkan dalam mengkaji masalah polusi air daripada dalam menentukan mutu sanitasi karena parameter DO dapat dengan cepat menentukan tingkat polusi air ( Sunu, 2001). 2.1.2.3 Karbondioksida (CO2)

9

Menurut Kordi dan Tancung (2007), karbondioksida (CO2) atau disebut asam arang sangat mudah larut dalam suatu larutan. Pada umumnya perairan alami mengandung karbondioksida sebesar 2 mg/ L. Karbondioksida (CO2) merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis.

2.2 Logam Berat Logam berat ialah unsur logam dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar endah logam berat pada umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan, ermasuk manusia. Termasuk logam berat yang sering mencemari habitat ialah Hg, Cr, Cd, As, dan Pb (Am.geol. Inst., 1976). Menurut Darmono (1995), faktor yang menyebabkan logam berat termasuk dalam kelompok zat pencemar adalah karena adanya sifat-sifat logam berat yang tidak dapat terurai (non degradable) dan mudah diabsorbsi. Organisme pertama yang terpengaruh akibat penambahan polutan logam berat ke tanah atau habitat lainnya adalah organisme dan tanaman yang tumbuhditanah atau habitat tersebut. Dalam ekosistem alam terdapat interaksi antar organisme baik interaksi positif maupun negatif yang menggambarkan bentuk transfer energi antar populasi dalam komunitas tersebut. Dengan demikian pengaruh logam berat

10

tersebut pada akhirnya akan sampai pada hierarki rantai makanan tertinggi yaitu manusia. Logam-logam berat diketahui dapat mengumpul didalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh untuk jangka waktu lama sebagai racun (Saeni, 1997). 2.2.1 Logam Berat Cd Kadmium (Cd) adalah logam kebiruan yang lunak, dan merupakan racun bagi tubuh manusia. Waktu paruhnya 30 tahun dan dapat terakumulasi pada ginjal, sehingga ginjal mengalami disfungsi. Jumlah normal kadmium di tanah berada di bawah 1 ppm, tetapi angka tertinggi (1700 ppm) dijumpai pada permukaan sampel tanah yang diambil di dekat pertambangan biji seng (Zn). Kadmium lebih mudah diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan ion logam berat lainnya seperti timbal. Logam berat ini bergabung bersama timbal dan merkuri sebagai the big three heavy metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan manusia. Pengaruh racun akut dari unsur tersebut sangat buruk. Di antara penderita yang keracunan cadmium mengalami tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, kerusakan jaringan testicular, dan kerusakan sel-sel jaringan darah merah (Widaningrum,2007). Kadmium adalah suatu logam putih, mudah dibentuk, lunak dengan warna kebiruan. Titik didih relatif rendah (767ºC) membuatnya mudah terbakar, membentuk asap kadmium oksida. Kadmium dan bentuk garamnya banyak digunakan pada beberapa jenis pabrik untuk proses produksinya. Industri pelapisan logam adalah pabrik yang paling banyak menggunakan kadmium murni sebagai pelapis, begitu juga pabrik yang membuat Ni - Cd baterai.

11

Bentuk garam Cd banyak digunakan dalam proses fotografi, gelas, dan campuran perak, produksi foto - elektrik, foto - konduktor, dan fosforus. Kadmium asetat banyak digunakan pada proses industri porselen dan keramik. Keberadaan kadmium di alam berhubungan erat dengan hadirnya logam Pb dan Zn. Dalam industri pertambangan Pb dan Zn, proses pemurniannya akan selalu memperoleh hasil samping kadmium yang terbuang dalam lingkungan. Kadmium masuk ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Untuk mengukur kadmium intake ke dalam tubuh manusia perlu dilakukan pengukuran kadar Cd dalam makanan yang dimakan atau kandungan Cd dalam faeces (Sudarwin, 2008). 2.2.2 Logam Berat Pb Timbal adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang lazim terdapat dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur mineral-mineral lain terutama seng dan tembaga. Pencemaran Pb dapat terjadi di udara, air, maupun tanah. Pencemaran Pb merupakan masalah utama, tanah dan debu sekitar jalan raya pada umumnya telah tercemar bensin bertimbal selama bertahuntahun.Timbal (Pb) merupakan bahan toksik yang mudah terakumulasi dalam organ manusia dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan berupa anemia, gangguan fungsi ginjal, gangguan sistem syaraf, otak dan kulit. Pb yang masuk ke dalam tubuh dapat dalam bentuk Pb-organik seperti tetra etil Pb dan Pb anorganik seperti oksida Pb. Toksisitas Pb baru akan terlihat bila orang mengkomsumsi Pb lebih dari 2 mg perhari, ambang batas dari Pb yang boleh dikonsumsi adalah 0,2 2,0 mg perhari dan tidak boleh lebih (Febrianti 2006).

12

Timbal merupakan mineral yang tergolong mikroelemen, merupakan logam berat dan berpotensi menjadi bahan toksik. Jika terakumulatif dalam tubuh, maka berpotensi menjadi bahan toksik pada makhluk hidup. Masuknya unsure Pb ke

dalam

tubuh

makhluk

hidup

dapat

melalui

saluran

pencernaan

(gastrointestinal), saluran pernafasan (inhalasi) dan penetrasi melalui kulit (topikal). Timbal menunjukkan beracun pada system saraf, hemetologic, hemetotoxic dan mempengaruhi kerja ginjal. Logam - logam di perairan akan bereaksi dengan ligand - ligand. Ligand ini biasanya mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan konsentrasi logam. Sehingga biasanya terjadi kompetensi diantara ligand - ligand tersebut untuk membentuk senyawa kompleks. Sementara untuk logam - logam seperti Pb (II), Zn (II), Cd (II) dan Hg (II), mempunyai kemampuan untuk membentuk kompleks sendiri. Logam-logam tersebut akan mudah membentuk kompleks dengan ion – ion klorida dan atau sulfat, padakonsentrasi yang sama dengan yang ada di air laut (Sudarwin,2008). 2.2.3 Logam Berat Cu Tembaga (Cu) adalah jenis Logam Berat yang bersifat racun terhadap semua tumbuhan pada konsentrasi larutan di atas 0,1 ppm. Konsentrasi yang aman bagi air minum manusia tidak lebih dari 1 ppm. Konsentrasi normal komponen ini di tanah berkisar 20 ppm dengan tingkat mobilitas sangat lambat karena ikatan yang sangat kuat dengan material organik dan mineral tanah liat. Kehadiran tembaga pada limbah industri biasanya dalam bentuk ion bivalen Cu(II) sebagai hydrolitic product. Beberapa industri seperti pewarnaan, kertas, minyak, industri pelapisan melepaskan sejumlah tembaga yang tidak diharapkan. Tembaga dalam konsentrasi tinggi (22-750 mg/kg tanah kering) dijumpai pada sedimen di laut

13

Hongkong

dan

pada

sejumlah

pelabuhan

-

pelabuhan

di

Inggris

(Widaningrum,2007). Tembaga (Cu) dibutuhkan sebagai unsur yang juga memiliki peran dalam pembentukan enzim oksidatif dan pembentukan kompleks Cu-protein. Tembaga dalam tubuh berfungsi sebagai sintesa hemoglobin dan tidak mudah dieksresikan dalam urine sebab sebagian terikat bersama protein, sebagian dieksresikan melalui empedu ke dalam usus dan dibuang melalui feses, sebagian lagi menumpuk dalam hati dan ginjal, sehingga dapat menjadi penyebab penyakit anemia (Febrita,2013). 2.2.4 Logam Berat Fe Besi atau Fe adalah salah satu dari jenis logam berat yang berasal dari bijih besi dan sangat jarang dijumpai dalam bentuk bebas. Untuk mendapatkan unsur besi harus memisahkan menggunakan campuran zat kimia yang lain. Besi dapat menjadi suatu zat radikal bebas dengan sifat toksik dan berbahaya. Besi berikatan dengan hampir seluruh mikro dan makromolekul yang ada seperti membrane sel, asam nukleat, dan protein. Air yang memiliki kandungan Fe yang tinggi memungkinkan memiliki sifat yang keruh dan kurang baik jika digunakan untuk konsumsi. Selain itu air yang memiliki banyak kandungan zat besi akan memiliki rasa yang tidak enak. Maka dari itu untuk air konsumsi sebaiknya tidak memiliki kandungan Fe lebih dari 0,3 mg/l (Kacaribu,2008). Fe (zat besi) adalah mineral penting yang memiliki peran pada metabolisme tubuh. Fe berfungsi sebagai pembentuk hemoglobin, katalisator perubahan betakaroten menjadi vitamin A, sintesis purin dan kolagen, produksi antibodi, dan detoksifikasi obat-obatan dalam hati. Fe dalam tubuh secara otomatis diperbaharui

14

oleh makanan. Namun bila kehilangan Fe tidak segera diganti, lama kelamaan akan terjadi defisiensi Fe yang mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu. Dalam urin, keringat, hasil pernafasan, dan feses yang diekskresikan manusia setiap hari terkandung sejumlah Fe (Kuswardhani,2015). 2.3 Bahan Organik Menurut Manahan (2001), elemen, bahan atau materi organik adalah semua senyawa yang mengandung karbon termasuk substansi yang dihasilkan dari proses hidup (kayu, kapas, wol), minyak bumi, gas alam (metan), cairan pelarut/pembersih, fiber sintetik dan plastik. 2.3.1 Bahan Dasar Bahan Organik Karbon merupakan bahan dasar dari semua bahan organik. Selain itu, karbon ditemukan sebagai gas karbondioksida dan sebagai karbonat. Karbon juga terdapat pada bahan bakar fosil (batu bara, gas alam, dan minyak). Tumbuhan hijau menangkap karbondioksida (CO2) dan mereduksinya menjadi senyawa organik: Jumlah oksigen (dalam mg/l atau ppm) yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang degradable (dapat terurai) biasanya menjadi tolok ukur terjadinya pencemaran atau beban bahan organik di perairan. Kriteria ini dikenal sebagai Biochemical Oxygen Demand (BOD). Sebuah indeks jumlah oksigen yang digunakan organisme untuk metabolisme makanannya baik secara biologi

maupun melalui

proses

kimiawi.

Walaupun ada

yang

menterjemahkan BOD sebagai Biological Oxygen Demand akan tetapi sebenarnya proses yang terjadi bukan hanya proses biologi tapi juga proses

15

kimiawi. Jumlah BOD yang tinggi menunjukkan banyaknya bahan organik. Bila air memiliki BOD rendah secara umum berarti jumlah limbah bahan organiknya rendah sepanjang limbahnya adalah limbah yang degradable . 2.3.2 Daur Bahan Organik Daur bahan organik atau disingkat daur organik di laut sama dengan daur organik di lingkungan air tawar dan di darat. Karbon (C) bersama-sama dengan unsur hara lainnya seperti posfor (P) dan nitrogen (N) melalui proses fotosintesis menghasilkan jaringan tumbuhtumbuhan yang menjadi makanan hewan. Keduanya akan menghasilkan zat organik dan jika mereka mati dan membusuk maka akan dihasilkan bahan mentah untuk memulai daur bahan organik lagi (Romimohtarto dan Juwana, 2001).Unsur hara nitrogen (N) tidak mempunyai hubungan tetap dengan unsurk hara posfor (P), tetapi bersama-sama dengan karbon (C), N dan P, merupakan unsur-unsur utama dalam produksi zat organik. Walaupun hara C terdapat dalam jumlah yang banyak, tetapi kedua unsur hara N dan P menjadi faktor pembatas dalam daur bahan organik di laut. 2.3.3 Sumber Bahan organik Aloton (Eksternal) 2.3.3.1 Sungai Bahan organik terlarut dari daratan diangkut ke laut melalui angin dan sungai. Bahan organik terlarut yang berasal dari air sungai, bisa mencapai 20 mgC/l, terutama berasal dari pelepasan humic material dan hasil penguraian dari buah – buahan yang jatuh di tanah. Penambahan bahan organik secara perantara alami dalam bentuk sewage (kotoran) dan buangan industri. Sebagian besar sudah siap dioksidasi dan segera membusuk karena bakteri dalam air laut. Namun dalam

16

batasan badan air, seperti estuarin, kebutuhan oksigen secara biologi terpenuhi dikarenakan kondisi anoksik tersedia. Berupa hasil dekomposisi tanaman, penggelontoran substansi humus, masukan antropogenik. (Substansi Humus, berupa Asam Fulvic)

Sekitar 40 -80% DOC

Bahan Organik Karbon Terlarut

(DOC) Mencapai ~ 20 mg/l, Bahan Organik Karbon Partikulat Berkisar ~ 1 -~ 2,5 mg/l 2.3.3.2 Atmosfer Terdiri POM (POC) & Vapourphase Organic Matter/VOM (VOC)

POC

: Viable : Bakteri, Pollen, Algae,yeast, Moulds, Mycoplasma, Virus, Protozoa, & Nematoda Non Viable : Kelompok Senyawa

Lipid

VOM Gas Methane

(Senyawa Hidrokarbon) 2.3.3.3 Sedimen Sangat Beragam : Hidrokarbon, As Lemak, As-As Amino, Peptida, Karbohidrat, Polimer Alami, Kerogen & Materi Humus Bahan Organik yang Terendapkan di Sedimen: Terlarut : Makromolekul biogenik (Protein, Karbohidrat & Lemak) Tidak Terlarut : Humic, Fulvic, Humin Autoton (Internal) 1. Produktivitas Primer

Fitoplankton sumber utama

penghasil bahan organic melalui proses fotosintesis

Menghasilkan karbon,

karbohidrat yang dapat dikonversi menjadi protein, lipid, dan senyawa lainnya melalui proses metabolisme dan penambahan beberapa substansi lainnya. Aktivitas Biologi Makro dan Mikro Organisme Ekresi ekstraseluler alga Hasil metabolisme alga terutama fitoplankton. Hasil fotosintesis alga akan melepaskan sejumlah bahan ke dalam badan perairan. Produksi ini penting sebagai sumber

17

energi untuk organisme laut lainnya dan juga berperan dalam kontrol ekologi. Asam amino dan karbohidrat merupakan bahan yang dikeluarkan secara dominan oleh spesies khusus seperti Olisthodiscus sp (Hellebust, 1965 dalam Riley dan Chester 1971). Ekresi hewan laut Eksresi zooplanton dan binatang laut lainnya.Eksresi zooplankton dan binatang laut lainnya menjadi sumber penting bahan organik terlarut di laut. Bahan-Bahan yang dikenal secara prinsip adalah Nitrogenous seperti urea, purines (allantoin dan asam uric), trimethyl amine oxide dan asam amin, trimethyl amine oxide dan asam amino (glycine, taurine dan alanine) Dekomposisi merupakan Gabungan proses Fragmentasi, Perubahan struktur Fisik & Kegiatan Enzim oleh Dekomposer yang merubah bahan Organik Menjadi bahan AnOrganik. Proses Pembusukan Organisme yang Mati Penguraian organisme mati oleh bakteri Ada dua mekanisme penguraian organisme mati yaitu secara autolisis dan bakterial. Di alam kedua mekanisme ini bekerja secara bersamaan. Tingkat penguraiannya tergantung pada kondisi kematian serta sampai tersedianya enzim dan bakteri yang diperlukan. Dalam proses autolisis, reaksi penguraian terjadi karena adanya enzim di dalam sel dan hasilnya selanjutnya akan dilepaskan kedalam badan perairan.Menurut Johanes (1968) dalam Riley dan Chester (1971), ekresi dari mikroorganisme seperti protozoa merupakan sumber yang penting dari bahan organik karbon. Proses pelepasan nitrogen dan fospor dari organisme mati dalam air laut terjadi dengan cepat. Waksman, et al (1938) dalam Riley dan Chester (1971) telah menemukan bahwa setengah dari nitrogen yang ada dalam zooplankton mati, diubah menjadi amonia dalam waktu 2 minggu dan fospat dilepaskan dengan cepat. Skopintsev (1949) dalam Riley dan Chester

18

(1971) menyatakan bahwa 70 % organik karbon tidak terlarut di dalam kultur alga mati akan dioksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan setelah enam bulan ditemukan sekitar 5% yang diubah kedalam bahan organik terlarut. 2.4 Limbah Padat

Limbah padat atau sampah, istilah ini diberikan kepada barang-barang atau bahan-bahan buangan rumah tangga atau pabrik yang tidak digunakan lagi atau tidak terpakai dalam bentuk padat. Sampah merupakan campuran dari berbagai bahan baik yang tidak berbahaya seperti sampah dapur (organik) maupun bahanbahan berbahaya yang banyak dibuang oleh pabrik dan rumah tangga yang dapat digunakan kembali atau didaur ulang maupun yang tidak dapat didaur ulang.

Dengan meningkatnya populasi penduduk di setiap daerah/kota maka jumlah sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga makin meningkat. Hal ini menjadi masalah besar bagi kota-kota besar yang padat penduduknya seperti Jakarta, Surabaya dan lain-lainnya untuk menangani masalah yang dihasilkan setiap hari.

Secara umum komposisi dari sampah di setiap kota bahkan negara hampir sama yaitu:

Kertas dan katun

±

35 %

Logam

±

7%

Gelas

±

5%

Sampah halaman dan dapur

±

37 %

19

Kayu

±

3%

Plastik, karet, dan kulit

±

7%

Lain-lain

±

6%

Dampak negatif dari sampah tersebut dapat terjadi di tempat penampungan sementara (TPS) yang terdapat di setiap wilayah seperti di setiap RW atau Kelurahan, pasar dan sebagainya maupun di tempat penampungan akhir (TPA). Dampak negatif di TPS biasanya dalam bentuk bau yang kurang sedap karena terjadi penguraian secara anaerob, kumpulan lalat di atas sampah yang dapat menimbulkan berjangkitnya penyakit dan estetika. Tempat penampungan sampah akhir (TPA) dalam bentuk penimbunan sampah terbuka akan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar karena selain bau yang tidak sedap yang berasal dari penguraian secara anaerob dari komponen-komponen sampah, seperti gas H2S, NH3, CH4 juga dapat terjadi rembesan dari proses “leaching” logam-logam berbahaya ke dalam air tanah atau sumber air.

Untuk menanggulangi pencemaran tanah akibat penumpukan sampah itu dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti melalui program 3 R yaitu Reduce, Reuse, Recycle. Reduce artinya mengurangi atau mereduksi sampah yang akan terbentuk. Hal ini dapat dilakukan bila ibu-ibu rumah tangga kembali ke pola lama yaitu membawa keranjang belanja ke pasar. Dengan demikian jumlah kantong plastik yang dibawa ke rumah akan berkurang (terreduksi). Selain itu bila setiap orang menggunakan kembali saputangan daripada tissue, di samping akan mengurangi sampahnya, dengan tidak menggunakan tissue dapat terjadi

20

penghematan terhadap bahan baku untuk tissue, yang tidak lain adalah kayu dari hutan. Kalau setiap orang melakukan hal tersebut beberapa ton sampah yang akan tereduksi per bulan dan beberapa hasil hutan yang dapat diselamatkan. Reuse, adalah program pemakaian kembali sampah yang sudah terbentuk seperti penggunaan bahan-bahan plastik/kertas bekas untuk benda-benda souvenir, bekas ban untuk tempat pot atau kursi taman, botol botol minuman yang telah kosong diisi kembali dan sebagainya.

Proses Recycle agak berbeda dengan kedua program sebelumnya. Dalam hal ini sampah sebelum digunakan perlu diolah ulang terlebih dahulu. Bahan-bahan yang dapat direcycle atau didaur-ulang seperti kertas atau sampah bekas, pecahanpecahan gelas atau kaca, besi atau logam bekas dan sampah organik yang berasal dari dapur atau pasar dapat didaur-ulang menjadi kompos (pupuk). Proses daurulang ini juga dapat mengubah sampah menjadi energi panas yang dikenal dengan proses insenerasi. Insenerasi sederhana sudah ada yang melakukan oleh beberapa industri misal di Jakarta, yaitu menggunakan limbah padat dalam bentuk lumpur hasil akhir pengolahan air limbahnya tidak dibuang ke tanah tetapi digunakan sebagai bahan bakar setelah mengalami pengeringan. 

Senyawa organik yang dapat membusuk karena diuraikan oleh mikroorganisme, seperti sisa-sisa makanan, daun, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati.



Senyawa

organik

dan

senyawa

anorganik

yang

tidak

dapat

dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat,

21

keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur. 

Pencemar Udara berupa gas yang larut dalam air hujan seperti oksida nitrogen (NO dan NO2), oksida belerang (SO2 dan SO3), oksida karbon (CO dan CO2), menghasilan hujan asam yang akan menyebabkan tanah bersifat asam dan merusak kesuburan tanah/tanaman.



Pencemar berupa logam-logam berat yang dihasilkan dari limbah industri seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah.



Zat radioaktif yang dihasilkan dari PLTN, reaktor atom atau dari percobaan lain?yang menggunakan atau menghasikan zat radioaktif. Misalnya unsur Sr-90 sebagai hasil fisi nuklir dapat mempengaruhi perkembangan xilem pada?tumbuh-tumbuhandan tulang hewan, akan menyebabkan jaringan tubuh menjadi lemah, adalah bahan radioaktif, masuk ke dalam rantai makanan dan akhirnya dapat menyebabkan kematian pada makhluk yang memakannya.

2.5 Hubungan Konsentrasi Logam dengan Konsentrasi Bahan Organik

Ekosistem mangrove tersebut menyimpai berbagai potensi dimulai dari jasa lingkungan baik sebagai barrier tsunami, penghalang abrasi, maupun rumah bagi berbagai biota baik secara permanen maupun tempat asuhan berbagai jenis ikan, udang, kepiting, bivalve, gastropoda dan jenis biota darat lainya seperti ular, dan burung. Serasah dan jasad renik yang berasal dari hutan mangrove maupun berasal dari luar mangrove merupakan sumber bahan organik terutama C-organik. C-

22

organik merupakan salah satu bahan organik sebagai sumber pakan alami, nanun jika C-organik berikatan dengan senyawa toksikan seperti merkuri dapat meningkatkan toksisitas dari merkuri melalui proses metilasi merkuri menjadi metil merkuri. Proses metilasi merupakan perubahan bentuk dari senyawa merkuri menjadi metil merkuri yang dilakukan oleh bakteri maupun

berbagai bahan

organik yang berikatan dengan merkuri salah satunya adalah C-Organik. Peningkatan toksisitas merkuri akan dapat mengancam biota akuatik terutama yang menempati sedimen sebagai wadah hidup dan juga sebagai sumber makanannya. Transfer makanan yang berasal dari sedimen yang mengandung metil merkuri sehingga terakumulasi ke dalam tubuhnya yang menyebabkan peningkatan konstrtrasi merkuri atau proses bioakumuasi (Jones and Jordan, 1979; Hammerschmidt et al., 2008; Zhou et al., 2010; Pal et al., 2010; Trefry et al., 2014). Proses tersebut menjadi ancaman baik terhadap biota yang mengakumulasi logam berat, maupun terhadap rantai makanan dari trofik level yang paling rendah hingga pada trofik level yang paling tinggi. Penimbunan logam merkuri didalam tubuh menjadi lebih tinggi seiring dengan bertambahnya waktu, hal ini disebabkan karena merkuri tidak dapat dimetabolit oleh tubuh karena sifatnya yang tidak dapat didegradasi (Marchand et al., 2011; Astakhov et al., 2013; Fernandes et al., 2011).

23

III. METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum lapangan dilaksanakan pada tanggal 17 November 2018 di KKPD Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Kemudian dilanjutkan dengan analisis sampel pada hari Senin 19 November 2018 pada pukul 09.00 WIB di Laboratorium Kimia Laut Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada Praktikum Lapang adalah sebagai berikut : No

Nama Bahan

Fungsi

1.

Sampel Sedimen

Sebagai sampel

Tabel 1.Bahan yang digunakan pada Praktikum Lapang Alat yang digunakan pada praktikum lapang adalah sebagai berikut : No.

Nama Alat

Fungsi

1.

Handrefraktometer

Mengukur kadar garam atau salinitas air laut

2.

Secchi Disk

Mengukur kecerahan perairan

3.

Thermometer

Untuk mengukur suhu perairan

4.

Cool Box

Menyimpan sampel agar pengkondisian

24

tetap terjaga sebelum dilakukan analisa laboratorium 5.

pH Meter

Mengukur kadar keasaman perairan

Tabel 2. Alat yang digunakan pada Praktikum Lapangan (Pengambilan Sampel) 3.3 Prosedur Praktikum Adapun prosedur yang dilakukan selama praktikum mata kuliah pencemaran laut dimulai dari pengambilan sampel selama praktikum lapangan di UPTD Konservasi Penyu Kota Pariaman sampai dengan analisis data di Laboratorium Kimia Laut Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau adalah sebagai berikut. 3.3.1 Pemilihan lokasi sampling pada Kegiatan Praktikum Pemilihan lokasi sampling pada kegiatan praktikum lapangan yang dilakukan di kawasan muara UPTD Konservasi Penyu Kota Pariaman dengan menggunakan GPS, yang mana terdapat 6 titik lokasi sampling di Area Muara di UPTD Konservasi Penyu Kota Pariaman. 3.3.2 Pengambilan dan penanganan sampel Sebelum sampel sedimen diambil,terlebih dahulu praktikan mengambil data Pengukuran Kualitas Air (PKA) di titik pengambilan sampel. Terdiri dari suhu (temperatur), salinitas, kecerahan, kedalaman, pH. Setelah itu sampel diambil dengan cara praktikan masuk kedalam perairan dan mengambil sedimen yang

25

berada didasar perairan sesuai keperluan, kemudian di masukkan ke dalam kantongan plastik bening dan kemudian sampel diberi label, sesuai dengan masing masing titik sampling supaya menghindari tertukarnya sampel tiap kelompok. Setelah itu sampel diletakkan di cool box yang berfungsi agar sampel tetap tidak terjadi kontak dengan apapun dan juga supaya untuk tetap menjaga supaya sampel tetap terjaga sebelum di lakukan analisis, karena agar tidak terjadi bias data. 3.3.3 Pengamatan Parameter Kualitas Perairan Dari pengamatan yang dilakukan di perairan KKPD Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat tepatnya pada titik sampling di muara sungai disekitaran UPTD Konservasi Penyu dapat dilihat bahwa kualitas perairannya tidak lagi mendapatkan pengaruh dari laut dibuktikan karena salinitas yang hamper mencapai 0 ppt, tepatnya 0,1 ppt. kemudian dilihat dari warnanya yang keruh dan terdapat banyak sampah buangan hasil dari rumahtangga,seperti sampah plastik,pipet,dan sebagainya. 3.3.4 Logam Pada Sedimen Alat yang digunakan dalam pengukuran kandungan logam berat adalah AAS PERKIN-ELMER 3110 dengan lampu katoda sebagai sumber radiasi. Analisis kandungan logam berat Cu, Pb, dan Zn menggunakan campuran udara dan asitilen sebagai sumber energi, sedangkan panjang gelombang Cu (324,8 nm), Pb (217 nm), dan Zn (213,9 nm). 3.3.4.1 Distruksi Sampel Air

26

Sebelum melakukan analisis logam menggunakan AAs maka, sampel terlebih dahulu di destruksi. Adapun caranya adalah sengan mengambil air sampel sebanyak 100ml kemudian di panaskan di hot plate(dengan suhu 100 C), hingga volume sampel menjadi 20ml. selanjutnya ambil 1ml sampel dan pindahkakn ke tabung reaksi tambahkan larutan HNO3. Setelah itu masukkan ke lemari asam selama 1 jam dengan suhu awal 40 derajat celcius. Setelah satu jam kemudian naikkan suhu dari 40 derajat celcius menjadi 140 selama 2 jam. Setelah di diginkan, sampel siap dianalisis menggunakan AAS. 3.3.4.2 Distruksi Sampel Sedimen Analisis kandungan total logam berat dalam sedimen dilakukan dengan mengambil sampel seberat 500 gram kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 80-100

O

C sampai dicapai berat konstan. Sedimen yang telah kering

kemudian digerus dengan menggunakan alat penumbuk (mortar) dan selanjutnya disaring dengan menggunakan saringan berukuran 63 mikron. Antara 0,5 dan 1,0 g sampel sedimen (63 mikron) di destruksi dalam kombinasi larutan HNO3 (AnalaR grade, R&M 65%) and HClO4 (AnalaR grade, R%M 70%) dengan perbandingan 4:1, menggunakan”blok digester” pada suhu rendah (40 OC) selama 1 jam dan kemudian suhu dinaikkan menjadi 140 OC selama 3 jam. Setelah sampel sedimen terdestruksi secara sempurna, larutan tersebut didinginkan dan diencerkan dengan aquades menjadi 40 ml dan disaring dengan kertas whattman No. 1 (untuk menghindari penyumbatan pipa kapiler pada saat analisis sampel dengan AAS) dan disimpan dalam botol sampel. Selanjutnya larutan sampel tersebut siap untuk di analisis kandungan logam beratnya dengan AAS.

27

3.3.4.3 Pengukuran menggunakan AAS (Atomic Asorbtion Spectrophotometer) AAS merupakan absorpsion atomic spetrofotometri dimana alat ini dapat menganalisis kandungan logam berat dalam suatu larutan yang akan di uji. Prinsip kerja dari AAS ini yaitu berdasarkan panjang gelombang yang di pantulkan dan mampu di serap oleh oleh alat yang kemudian akan di analisis secara kuantitas logam yang terkandung. Perhitungan konsentrasi logam di bantu pula dangan vmenggunakan rumus pengenceran. Dalam proses analisis ini di perlukan larutan standar yaitui Pb(NO)3 mengikat logam berat yang terkandung pada larutan. Analisis kadar logam dilakukan dengan menggunakan metode serapan sampel, kemudian di intrapolasikan ke dalam kurva kalibrasi standar masing-masing unsur sehingga akan diperoleh konsentrasi regresi masing-masing unsur. Dengan menggunakan AAS kita dengan mudah dapat mengetahui kadar logam dalam objek yang di uji. Berikut adalah tata cara penggunaan AAS untuk Analisis Logam Berat: Disiapkan alat dan bahan - Tekan tombol Power yang digunakan untuk menghidupkan blower - Putar Tuas pada tabung berlawan jarum jam agar longgar, kemudian Baut yang berada dibawah kompressor dikencangkan, Putar knop untuk memberi supply oksigen kemudian sambungkan kabel pada listrik. - Tekan tombol power yang ada pada AAS - Tunggu beberapa saat sampai muncul starting method server - Pada Start Up pilih flame, lalu tekan ok

28

- Pada menu lamp pilih install lamps, kemudian akan muncul daftar logam yang akan dianalisis. Pilih logam berat yang akan diteliti - Isi satuan pada wavelength, pilih ok - Kemudian isi pada slit, pilih ok - Selanjutnya pindah ke menu flame. Pastikan interlocks berwarna hijau - Kemudian ke menu parameter, pilih spektometer yang ada dipojok kanan pada layar, terdapat menu intergration time, replicates dan read delay (tidak perlu diubah), pada menu sample handling pilih manual data display - Kemudian klik calibration dan pada calibration equaption pilih linear trought zero. Lalu tulis standart konsentrasi yang telah diketahui pada sampel - Memulai analisa pilih menu flame tekan tombol on/off untuk menghidupkan/menyalakan api - Masukkan selang ke dalam blanko, lalu klik menu analyze, tekan tombol analyze blank, tunggu hingga proses selesai. Proses ini membutuhkan sedikit waktu - Bilas selang dengan larutan pembilas, masukkan selang ke standar 1. Tekan tombol analyze standard tunggu hingga proses selesai, lalu ulangi untuk standard berikutnya. Kemudian pilih analyze sample untuk menganalisa sampel yang belum diketahui konsentrasinya. - Setelah blanko dan standard selesai dianalisa, tekan display calibration maka akan muncul kurva kalibrasi

29

- Setelah alat digunakan, maka matikan alat dengan cara, klik menu flame, klik bleed gases tunggu hingga selesai prosesnya - Pada menu lamps pilih install lamps kemudian hilangkan centang pada daftar logam berat yang diuji tadi -

Tekan tombol power pada AAS untuk mematikan

- Tutup tabung gas etilen dan copot konektor listrik kompresor, lalu buka derat kompresor yang di bawah, dan biarkan terbuang anginnya

Hasil

3.3.5 Bahan Organik Sedimen Untuk mengetahui bahan organik total dalam sedimen dilakukan dengan metode loss on ignition (Mucha et al., 2003) sebagai berikut : 1.

Cawan penguap kosong dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1050C selama 15 – 20 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian ditimbang, dicatat hasil nya.

2.

Sampel sedimen yang telah diaduk rata dimasukkan ke dalam cawan sebanyak 50 g. Selanjutnya dimasukkan ke dalam oven pada suhu 1050C sampai sediment benar – benar kering, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 – 60 menit dan kemudian ditimbang, dicatat hasilnya.

3.

Sampel dalam cawan dibakar dengan furnes pada suhu 5500C selama 15 –30 menit, kemudian didinginkan dengan desikator selama 30 – 60 menit dan ditimbang dengan timbangan analitik, dicatat hasilnya.

30

3.3.6 Limbah Padat Untuk prosedur praktikum tentang limbah padat dilakukan di lapangan. Titik sampling berada di sekitaran muara yang mana daerah pengamatannya dilakukan terdiri dari 2 plot berukuran 10x10 m , dimana plot pertama berada di arah darat,plot kedua berada arah laut dengan titik pada pasang terendah, setelah itu limbah padat yang berupa sampah yang masuk kedalam plot dipilah dalam beberapa jenis yaitu Plastik, Kaca, Besi, Logam dan sebagainya. Kemudian ditimbang menurut jenisnya, kemudian catat. 3.4 Analisis Data 3.4.1 Logam Pada Sedimen Data yang di peroleh dari AAS dikonversikan menjadi nilai sebenarnya dari kandungan logamberat dalam sedimen dengan rumus sebagai berikut

𝐶=

𝐴𝑥𝑉 𝐺

Keterangan: C = Konsentrasi yang sebenarnya dari sampel (g/g) A = Nilai absorbansi AAS (g/ml) V = Volume sampel (ml) G = Berat sampel (g) 3.4.2 Bahan Organik Sedimen

31

Untuk mengetahui kandungan zat organic total maka dilakukan perhitungan dengan rumus

𝑍𝑎𝑡 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =

(𝑑 − 𝑎) 𝑥 100% 𝐶

Keterangan: a = Berat cawan dan sampel sedimen sesudah pembakaran 550 OC d = Berat cawan dan berat sampel sedimen sebelum pembakaran 550 OC C = Berat sampel 3.4.3 Limbah Padat Analisis limbah padat dilakukan dengan menggunakan rumus : A=

𝐵 𝑥 100% 𝐶

Dengan : A: Persentasi limbah Padat (%) B: jumlah limbah padat jenis tertentu (kg) C: jumlah limbah padat seluruh (kg)

3.4.4 Hubungan Konsentrasi Logam dengan konsentrasi Bahan Organik (Persamaan Regresi Linear) Kandungan bahan organik erat kaitannya dengan ukuran butir sedimen. Sedimen perairan yang mempunyai prosentase ukuran butir yang berbeda akan mempunyai kandungan bahan organik yang berbeda pula. Pada umumnya sedimen yang mempunyai ukuran partikel yang lebih halus (dalam penelitian ini

32

prosentase lumpur lebih tinggi) akan diikuti dengan kenaikan jumlah bahan organiknya.

kandungan

logam

berat

akan

semakin

bertambah

dengan

bertambahnya bahan organik dalam sedimen. 3.5 Asumsi Kegiatan Praktikum Pada pengambilan sampel dilapangan dilakukan oleh 6 kelompok/stasiun, maka dapat diasumsikan bahwa : 1. Sampel yang didapatkan dalam Praktikum Lapangan di UPTD Konservasi Penyu Kota Pariaman dianggap sudah mewakili Keseluruhan Karakteristik yang ada di daerah tersebut. 2. Faktor Faktor yang tidak diukur dalam Praktikum Lapangan seperti Pada PKA dianggap tidak mempengaruhi hasil data yang ada secara signifikan. 3. Kemampuan dan keterampilan Praktikan yang mengambil sampel dianggap sudah mampu dan baik didalam praktikum Pencemaran Laut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

33

Adapun sampel yang didapatkan pada Praktikum Lapangan di UPTD Konservasi Penyu Kota Pariaman dan setelah di Analisis di Laboratorium Kimia Laut Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. 4.1.1.Kondisi Umum Lokasi Praktikum Kondisi umum perairan pantai UPTD Konservasi penyu dan juga pulau Angso Duo memiliki jenis pantai yang curam, emmiliki arus dan gelombang ynag sangat kuat. Pengambilan sampel dilakukan di kawasan muara UPTD dan juga pulau Angso Duo. Memiliki titik koordinat pada area muara UPTD yaitu S:00035’54.32”, E : 100006’25.98” dan pada kawasan Pulau Angso Duo terdapat enam titi koordinat, pada stasiun 1 titik koordinatnya ialah S : 00037’26.08”, E : 100006’51.87” stasiun 2 ialah S : 00037’26.85”, E : 100006’37.30”, stasiun 3 ialah S : 00037’46.62”, E : 100006’19.05”, stasiun 4 ialah S : 00037’58.70”, E : 100006’12.58”, stasiun 5 ialah S : 00038’00.88”, E : 100006’07.59”, stasiun 6 ialah S : 00038’00.59”, E : 100006’02.32”. Sedimen pada area pantai tersebut adalah berpasir dimana pada kawasan UPTD pasir nya berwarna hitam sedangkan pada pulau Angso Duo pasir nya berwarna putih kecoklatan. 4.1.2 Parameter Kualitas Air Hasil data pengukuran kualitas air di muara pantai UPTD adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Data PKA di Muara Pantai UPTD Konservasi Penyu Kota Pariaman

34

PKA Stasiun

Titik koordinat Ph

Salinitas (ppt)

Kecerahan

0,1 ppt

105 cm

Suhu (0C) (cm)

S : 00035’54.32” 1

E : 100006’25.98”

6

30 0C

Tabel 4. Data PKA Penyebrangan Ke Angso Duo PKA Stasiun

Titik koordinat

Salinitas (ppt)

Kecerahan

7

33

-

30

7

35

85

30

7

35

100%

29

7

35

100%

30

7

34

100%

30

8

31

100%

30

Ph

Suhu (0C) (cm)

S : 00037’26.08” 1

E : 100 06’51.87” 0

S : 00037’26.85” 2

E : 100 06’37.30” 0

S : 00037’46.62” 3

E : 100 06’19.05” 0

S : 00037’58.70” 4

E : 100006’12.58” S : 00038’00.88”

5

E : 100006’07.59” S : 00038’00.59”

6

E : 100006’02.32”

4.1.3. Logam Pada Sedimen dan Air

35

Adapun hasil yang didapat dari analisis logam pada sedimen dan air yang pengukuran nya menggunakan alat AAS adalah sebagai berikut. Tabel 5. Data Perhitungan Sampel Sedimen dengan ASS Konsentrasi Jenis Logam Kelompok Timbal (Pb) (mg/l)

Tembaga (Cu) (mg/l)

Seng (Zn) (mg/l)

1

0,0396

0,0775

1,489

2

0,0208

0,4368

2,546

3

0,0453

0,0364

0,5961

4

0,0255

0,1028

1,374

5

0,0453

0,0693

1,288

6

0,0340

0,1165

1,959

Rata – rata

0,0351

0,1399

1,5420

B. mutu

Tabel 6. Data Perhitungan Sampel Air dengan AAS Konsentrasi Jenis Logam Kelompok Timbal (Pb) (mg/l)

Tembaga (Cu) (mg/l)

Seng (Zn) (mg/l)

1

0,0425

0,0802

0,3550

2

0,0226

0,0542

0,4217

3

0,0443

0,0234

0,3459

4

0,0245

0,0398

0,3010

5

0,0283

0,0247

0,1778

6

0,0066

0,0321

0,4987

Rata – rata

0,0281

0,0424

0,350

B. mutu

0,05*

0,05*

0,1*

36

* keputusan kementerian negara lingkungan hidup no 51 tahun 2004 tentang baku mutu

4.1.4. Bahan Organik Sedimen Adapun hasil yang didapatkan dari analisis bahan organik sedimen yang dilakukan di laboratorium adalah sebagai berikut. Tabel 7. Data Pengukuran Zat Organik Total

Kelompok

B. sampel + B. Berat cawan Berat setelah di Cawan setelah Hasil (%) kosong (gr) furnance (gr) di oven (gr)

1

52,47 gr

70,75 gr

70,44 gr

1,24 %

2

56,31 gr

75,92 gr

75,76 gr

0,64 %

3

44,20 gr

63,30 gr

63,03 gr

1,08 %

4

51,56 gr

67,70 gr

67,15 gr

2,20 %

5

56,21 gr

72,34 gr

71,86 gr

1,92 %

6

48,52 gr

62,52 gr

61,67 gr

3,4 %

4.1.5. Limbah Padat Adapun hasil dari penimbangan limbah padat yang dilakukan di kawasan pantai UPTD. Konservasi Penyu Kota Pariaman sebagai berikut. Tabel 8. Data Limbah Padat Limbah Padat Kelompok PLASTIK (gr)

1

Kaca (gr)

Besi (gr)

Plot I

Plot II

Plot I

Plot II

Plot I

Plot II

200

3,6

10

200

-

20

37

2

16

4

8

3

600

300

-

470

80

110

-

-

-

-

4 5 6

-

-

-

4.1.6.Hubungan Konsentrasi Logam pada sedimen dengan Konsentrasi Logam Pada Air (Persamaan Regresi Linier)

38

sedimen (mg/l)

Konsentrasi Timbal (mg/l) Sedimen y = 0.3783x + 0.0244 R² = 0.2652

0.05 0.045 0.04 0.035 0.03 0.025 0.02 0.015 0.01 0.005 0

konsentrasi Timbal (mg/l) sedimen Linear (konsentrasi Timbal (mg/l) sedimen )

0

0.02

0.04

0.06

Air (mg/l) Gambar 1. Grafik Hubungan Konsentrasi Timbal Air Dengan Sedimen

sedimen (mg/l)

Konsentrasi Tembaga (mg/l) Sedimen 0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0

y = 1.9948x + 0.0553 R² = 0.0855 Konsentrasi Tembaga (mg/l) Sedimen Linear (Konsentrasi Tembaga (mg/l) Sedimen ) 0

0.05

0.1

Air (mg/l) Gambar 2. Grafik Hubungan Konsentrasi Tembaga (Cu) Air Dengan Sedimen

39

Konsentrasi Seng (mg/l) Sedimen

Sedimen (mg/l)

3 y = 3.1943x + 0.4239 R² = 0.2788

2.5 2

Konsentrasi Seng (mg/l) Sedimen

1.5 1

Linear (Konsentrasi Seng (mg/l) Sedimen )

0.5 0 0

0.2

0.4

0.6

Air (mg/l) Gambar 3. Grafik Hubungan Konsentrasi Seng Air Dengan Sedimen 4.2 4.2.1

Pembahasan Parameter Kualitas Air Kecerahan merupakan bentuk penetrasi cahaya matahari yang masuk

kedalam perairan yang dibutuhkan organisme berklorofil untuk melakukan fotosintesis. Pengukuran parameter kecerahan di muara pantai UPTD 105 cm dan di pulau angso duo tingkat kecerahan nya mencapai 100 % hal ini dikarenakan di pulau angso duo perairannya sangat jernih. Keadaan seperti ini masih dapat mempengaruhi pertumbuhan organisme perairan, menurut Thoha (2007) Kecerahan perairan sebesar 30 cm atau kurang dapat mempengaruhi pertumbuhan plankton, karena cahaya yang masuk perairan berpengaruh pada proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton. Suhu diperairan muara UPTD dan Pulau Angso Duo berkisar 28 – 30 0C. Nilai tersebut masih dikatakan normal bagi perkembangan organisme di perairan tropis. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan organisme laut adalah 20 - 30˚C (Effendi, 2003).

40

Salinitas di perairan muara UPTD adalah 0,1 ppt hal ini dikarenakan penguapan yang terjadi di daerah muara lebih rendah dibandingkan daerah laut. Masuknya air tawar dari sungai menyebabkan salinitas menjadi rendah (Munawir dkk, 2005). Salinitas di perairan Pulau Angso Duo berkisar antara 31 – 35 ppt hal ini terjadi karena adanya penguapan yang besar yang terjadi di daerah laut dan curuah hujan yang tinggi yang mengakibatkan evaporasi terjadi di daerah laut. Ph di perairan muara UPTD dan pulau angso duo berkisar antara 6 – 8, nilai tersebut masih dapat dikatakan perairan tersebut normal karena nilai ph <4,8 dan >9,2 suatu perairan dianggap tercemar. Biasanya angka ph dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsur – unsur kimia dan unsur – unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik (sary, 2006). 4.2.2.Logam Pada Sedimen dan Air Tabel 5 Menunjukkan konsentrasi jenis logam Timbal (pb) pada sedimen berkisar antara 0,0208 ppm - 0,0453 ppm dengan rata - rata 0,0351 ppm, dimana konsentrasi terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 0,0208 ppm dan konsentrasi tertinggi terdapat pada stasiun 3 dan 5 yaitu 0,0453 ppm. Tabel 4 Menunjukkan konsentarsi logam berat jenis Timbal (Pb) pada air berkisar antara 0,0066 ppm – 0,0443 ppm dengan rata – rata 0,0281 ppm, dimana konsentrasi terendah berada pada stasiun 6 yaitu 0,0066 ppm dan konsentrasi tertinggi pada stasiun 3 yaitu 0,0443 ppm. Kondisi perairan ini masih dikatakan aman dari adanya logam berat jenis timbal, hal ini dikarenakan konsentrasi tertinggi masih <0,05 ppm. Keputusan Kementerian Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air bahwasannya nilai timbal adalah 0,05 ppm, jika konsentrasi Pb di

41

perairan pantai UPTD pariaman >0,05 maka melewati nilai ambang batas yang ditetepkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup No 51 th 2004 dan bisa dikatakn bahwasannya perairan tersebut mulai tercemar oleh logam berat Pb. Tabel 3 Menunjukkan konsenterasi logam berat jenis tembaga (Cu) pada sedimen berkisar antara 0,0364 ppm - 0,4368 ppm dengan rata – rata 0,1399 ppm, dimana konsentrasi tertinggi berada pada stasiun 2 yaitu 0,4368 ppm dan konsentrasi terendah berasa pada stasiun 3 yaitu 0,0364 ppm. Tabel 4 Menunjukkan konsentrasi logam berat jenis Tembaga (Cu) pada air berkisar antara 0,0234 ppm - 0,0802 ppm dengan rata – rata 0,0424 ppm, dimana konsentrasi tertinggi berada pada stasiun 1 yaitu 0,0802 ppm dan konsentrasi terendah berada pada stasiun 3 yaitu 0,0234 ppm. Keputusan Kementerian Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air bahwasannya nilai Tembaga (Cu) adalah 0,05 ppm, jika konsentrasi Cu di perairan pantai UPTD pariaman >0,05 ppm maka melewati nilai ambang batas yang ditetepkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup No 51 th 2004 dan bisa dikatakn bahwasannya perairan tersebut mulai tercemar oleh logam berat Cu. Tabel 5 Menunjukkan konsentrasi logam berat jenis Seng (Zn) pada sedimen berkisar antara 0,5961 ppm – 2,546 ppm denga rata – rata 1,5420 ppm, dimana konsentrasi terendah berada pada stasiun 3 yaitu 0,5961 ppm dan konsentrasi tertinggi berada pada stasiun 2 yaitu 2,546 ppm. Tabel 4 Menunjukkan konsentrasi logam berat jenis Seng (Zn) pada air berkisar antara 0,1778 ppm – 0,4987 ppm dengan rata – rata 0,350 ppm, dimana konsentrasi terendah berada pada stasiun 5 yaitu 0,1778 ppm dan konsentrasi tertinggi berada pada stasiun 6 yaitu 0,4987 ppm. Kondisi perairan tersebut masih dapat dikatakan

42

aman bagi organisme laut karena konsentrasi logam berat jenis Seng (Zn) masih dibawah nilai ambang batas. Keputusan Kementerian Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air bahwasannya nilai Seng (Zn) adalah 0,1 ppm, jika konsentrasi Cu di perairan pantai UPTD pariaman >0,1 ppm maka melewati nilai ambang batas yang ditetepkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup No 51 th 2004 dan bisa dikatakn bahwasannya perairan tersebut mulai tercemar oleh logam berat Zn 4.2.3. Bahan Organik Sedimen Bahan organik yang terdapat pada setiap stasiun berkisar antara 0,64% 3,4 % dimana bahan organik yang terendah berada pada stasiun 2 yaitu 0,64 % dan bahan organik yang tertinggi berada pada stasiun 6 yaitu 3,4 %. Hal ini di karenakan Kecepatan dan arah arus mempengaruhi tingginya konsentrasi bahan organik dan logam berat di sedimen perairan yang dekat dengan daratan, selain itu bahan organik tertinggi berada di stasiun 6 dikarenakan berada di kawasan estuari. Adapun perairan yang banyak mendapat masukan dalam hal ini adalah estuaria karena adanya percampuran air tawar dan air laut. Menurut Widyastuti et al.,(1998). Menurut Effendi (2003), bahan organik yang ada di perairan dapat berasal dari tumbuhan atau biota akuatik, baik yang hidup maupun yang mati menjadi detritus atau berasal dari limbah industri dan domestik. 4.2.4. Limbah Padat Pada tabel 6 menunjukkan limbah padat jenis plastik pada plot I berkisar antara 16 gr – 600 gr dan di plot II berkisar antara 3,6 gr – 300 gr, dimana pada plot I nilai terendah berada pada stasiun 2 dan tertinggi pada stasiun 3 sedangkan pada plot II nilai terendah berada pada stasiun 1 dan nilai tertinggi berada pada

43

stasiun 3. Jenis kaca pada plot I berkisar antara 8 gr - 110 gr dan pada plot II jenis limbah kaca hanya ada di stasiun 1 yaitu 200 gr, pada plot I nilai terendah berada pada stasiun 2 yaitu 8 gr dan nilai tertinggi berada pada stasiun 6 yaitu 110 gr. Limbah pada dari jenis besi hanya terdapat pada plot II stasiun 1. Limbah padat jenis plastik yang paling dominan terdapat pada setiap plot nya, dikarenkan daerah stasiun praktikum sangat dekat dengan lingkungan penduduk dan juga lokasi sampling merupakan daerah wisata pantai yang banyak terdapat penjual makanan dan minuman sehingga limbah padat jenis plastik banyak di temukan disetiap plot nya. Sampah plastik merupakan sampah tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia setiap harinya. Menurut hasil penelitian Jeena Jambeck (2015) mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang berada diperingkat dua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai 187,2 juta ton. Apabila pembuangan sampah plastik ke laut secara-terus menerus dan tidak terkendali oleh manusia akan berdampak pada lingkungan yang merugikan dalam air laut untuk jangka panjang (Primadona, 2017). 4.2.5. Hubungan Konsentrasi Logam Pada Sedimen Dengan Konsentrasi Logam Pada Air (Persamaan Regresi Linier) Hubungan konsentrasi Logam Pada Sedimen Dengan Konsentrasi Logam Pada Air masih dalam skala kecil,tetapi sudah melebihi dari 0,1, hal ini sangat berbahaya dikarenakan makin lama akan makin menumpuk dan makin banyak konsentrasi Logam di Perairan terlebih khususnya di sedimen.

44

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Dari hasil yang telah didapatkan maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tingkat kecerahan perairan UPTD konservasi penyu ada 105 cm dan di pulau angso duo mencapai 100%, suhu berkisar 28 – 30 0C, salinitas di perairan muara UPTD 0,1 ppt dan di Pulau Angso Duo berkisar antara 31 – 35 ppt, ph di perairan muara UPTD dan di Pulau Angso Duo berkisar antara 6-8. Konsentrasi jenis logam Timbal (pb) pada sedimen berkisar antara 0,0208 ppm - 0,0453 ppm dengan rata - rata 0,0351 ppm, konsentarsi logam berat jenis Timbal (Pb) pada air berkisar antara 0,0066 ppm – 0,0443 ppm dengan rata – rata 0,0281 ppm. konsenterasi logam berat jenis tembaga (Cu) pada sedimen berkisar antara 0,0364 ppm - 0,4368 ppm dengan rata – rata 0,1399 ppm, konsentrasi logam berat jenis Tembaga (Cu) pada air berkisar antara 0,0234 ppm - 0,0802 ppm dengan rata – rata 0,0424 ppm. konsentrasi logam berat jenis Seng (Zn) pada sedimen berkisar antara 0,5961 ppm – 2,546 ppm denga rata – rata 1,5420 ppm, konsentrasi logam berat jenis Seng (Zn) pada air berkisar antara 0,1778 ppm – 0,4987 ppm dengan rata – rata 0,350 ppm. Bahan organik yang terdapat pada setiap stasiun berkisar antara 0,64% 3,4 % dimana bahan organik yang terendah berada pada stasiun 2 yaitu 0,64 % dan bahan organik yang tertinggi berada pada stasiun 6 yaitu 3,4 %. Limbah padat jenis plastik pada plot I berkisar antara 16 gr – 600 gr dan di plot II berkisar antara 3,6 gr – 300 gr, dimana pada plot I nilai terendah berada

45

pada stasiun 2 dan tertinggi pada stasiun 3 sedangkan pada plot II nilai terendah berada pada stasiun 1 dan nilai tertinggi berada pada stasiun 3. Jenis kaca pada plot I berkisar antara 8 gr - 110 gr dan pada plot II jenis limbah kaca hanya ada di stasiun 1 yaitu 200 gr, pada plot I nilai terendah berada pada stasiun 2 yaitu 8 gr dan nilai tertinggi berada pada stasiun 6 yaitu 110 gr. Limbah pada dari jenis besi hanya terdapat pada plot II stasiun 1. 5.2. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara berkala sehingga data yang didapatkan lebih akurat dan valid. Untuk praktikum selanjutya sebaiknya uji yang dilakukan lebih banyak dan beragam sehingga data yang didapat bervarias, dan semoga lebih berkembang lebih baik lagi.

46

DAFTAR PUSTAKA

47

LAMPIRAN

48

Lampiran 1. Perhitungan Nilai Bahan Organik Kelompok 1

Kelompok 2

𝑧𝑎𝑡 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =

=

(𝑑 − 𝑎) 𝑥 100% 𝐶

(70,75−52,47)−(70,44−52,47) 25 𝑔𝑟

x 100%

= 1,24%

(𝑑 − 𝑎) 𝑥 100% 𝐶

(63,30−44,20)−(63,03−44,20) 25 𝑔𝑟

x 100%

= 1,08%

25 𝑔𝑟

x 100%

𝑧𝑎𝑡 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =

=

(𝑑 − 𝑎) 𝑥 100% 𝐶

(67,70−51,56)−(67,15−51,56) 25 𝑔𝑟

x 100%

= 2,20%

Kelompok 5

Kelompok 6

𝑧𝑎𝑡 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =

(𝑑 − 𝑎) 𝑥 100% 𝐶

(72,34−56,21)−(71,86−56,21)

= 1,92%

(75,92−56,31)−(75,76−56,31)

Kelompok 4

𝑧𝑎𝑡 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =

=

=

(𝑑 − 𝑎) 𝑥 100% 𝐶

= 0,64%

Kelompok 3

=

𝑧𝑎𝑡 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =

25 𝑔𝑟

x 100%

𝑧𝑎𝑡 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =

=

(𝑑 − 𝑎) 𝑥 100% 𝐶

(62,52−48,52)−(61,67−48,52

= 3,4%

25 𝑔𝑟

x 100%

49

50

Lampiran 2. Alat dan Bahan Saat Praktikum

furnes

Oven

AAS

Sampel sedimen Cawan penguap Desikator

Penjepit

Timbangan analitik

Botol sampel

51

Lampiran 3. Dokumentasi Praktikum di Laboratorium

1. Penimbangan cawan 2. Penimbangan kosong cawan + sampel

berat3. Sampel di oven

4. Sampel di dinginkan setelah di oven

5. Penimbangan setelah 6. Sampel di furnes di oven

7. Sampel furnes

8. Sampel di dinginkan di desikator setelah 9. Penimbangan sampel setelah di furnace di furnace

setelah

di

52

Lampiran 4. Dokumentasi Praktikum Di Lapangan

1. Area sampel

pengambilan

2. Pengambilan sampel

4. Pembuatan plot untuk 5. Pengumpulan pengambilan sampel padat limbah padat

3. Pengukuran PKA

limbah 6. Penimbangan padat “plastik”

limbah

53

7. Penimbangan padat “kaca”

limbah 8. Penimbangan

padat “seng”

limbah 9. Pengumpulan semua jenis limbah padat

54

Lampiran 5. Lokasi praktikum UPTD. Konservasi Penyu Pariaman

Pulau Angso Duo

Related Documents


More Documents from "Nada Savitri"