“LAPORAN PEMBESARAN IKAN LELE DENGAN MENGGUNAKAN KOLAM TERPAL”
DISUSUN OLEH KELOMPOK III SKRIFENSON RAUHE, S.Pd FEKY CH MAKALUNSENGE, S.Pd JAKSON RUMENGAN, S.Pd RISMAYANI, S.Pi
PROGRAM KEAHLIAN GANDA BIDANG AGRIBISNIS PERIKANAN PUSAT BELAJAR SMK N 2 TUREN MALANG JAWA TIMUR 2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan keanekaragaman hayati, misalnya ikan lele
(Clarias Batrachus). Budidaya ikan lele sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama dengan semakin maraknya Usaha Warung Pecel Lele di Daearh sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Ikan lele sudah sejak lama menjadi salah satu komoditas perikanan yang sangat populer di kalangan masyarakat. Sebelum tahun 1990-an, menurut masyarakat, ikan lele merupakan binatang yang mengelikan dengan bentuk seperti sular dan hidup di tempat yang kotor. Tetapi saat ini pamor ikan lele menjadi naik. Kepopuleran ikan lele tidak hanya di dalam negeri saja. Menurut warta Pasar Ikan (2006) bahwa di Melbourne, Australia masyarakat Indonesia mulai memperkenalkan komoditar teresbut pada masyarakat tersebut. Budidaya ikan lele saat ini paling banyak menggunakan kolam terpal. Pada dasarnya wadah budidaya ikan di kolam terpal adalah solusi untuk beberapa kondisi antara lain lahan yang sempit, modal yang tidak terlalu besar dan solusi untuk daerah yang minim air. Kolam terpal adalah kolam yang dasarnya maupun sisi-sisi dindingnya dibuat dari terpal. Kolam terpal dapat mengatasi resiko-resiko yang terjadi pada kolam tanah maupun kolam beton. Terpal yang dibutuhkan untuk membuat kolam ini adalah jenis terpal yang dibuat oleh pabrik dimana setiap sambungan terpal dipres sehingga tidak terjadi kebocoran.Ukuran terpal yang di sediakan oleh pabrik bermacam ukuran sesuai dengan besar kolam yang kita inginkan. Pembuatan kolam terpal dapat dilakukan di pekarangan ataupun di halaman rumah. Lahan yang digunakan untuk kegiatan ini dapat berupa lahan yang belum dimanfaatkan atau lahan yang telah dimanfaatkan, tetapi kurang produktif.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah : 1) Untuk mengetahui cara membudidayakan ikan lele dengan menggunakan kolam terpal 2) Untuk mengetahui cara persiapan wadah dan media untuk pembesaran ikan lele dengan menggunakan kolam terpal 3) Untuk mengetahui cara mengelola kualitas air, hama/penyakit, pakan dalam pembesaran ikan lele selama pembesaran ikan lele dengan menggunakan kolam terpal 4) Untuk mengetahui cara pemanenan dan pascapanen setelah melakukan pembesaran ikan lele
1.4
Manfaat Adapun manfaat dari kegiatan praktikum ini yaitu untuk memperoleh pengalaman dan menambah
pengetahuan dalam melakukan Budidaya Ikan Lele dengan menggunakan kolam terpal. Dan juga unutk memberikan informasi pada pembaca tentang tata cara pembudidayaan ikan lele.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Klasifikasi Ikan Lele Berdasarkan klarifikasi menurut taksomonominya , ikan lele yang dikemukakan oleh suyanto(2002) adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Phyllum
: Chordata
Sub-phyllum
: Vertebrata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Ostariophysi
Familia
: Clariidae
Genus
: Clarias
Species
: Clarias batrachus
Ikan lele (Clarias gariepinus.) adalah ikan yang termasuk dalam golongan catfish. Ikan lele mudah beradaptasi meskipun dalam lingkungan yang kritis, misalnya perairan yang kecil kadar oksigennya dan sedikit air. Ikan lele juga termasuk ikan omnivor, yaitu pemakan segala jenis makanan tetapi cenderung pemakan daging atau karnivora. Secara alami ikan lele bersifat nokturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap, tetapi dalam usaha budidaya ikan lele dibuat beradaptasi menjadi diurnal (Suryanto, 1986). Ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan ikan lainnya, sehingga dapat dengan mudah dibedakan dengan jenis-jenis ikan lain. Menurut Astuti (2003) ikan lele memiliki bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernapasan tambahan (arborescent organ). Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat, sedang bagian tengah dan belakang berbentuk pipih. Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan dalam kondisi lingkungan perairan yang sedikit akan kandungan oksigen terlarut disebut dengan arboresence (Suryanto, 1986). Alat pernapasan tambahan ini
terletak di bagian kepala di dalam rongga yang dibentuk oleh dua pelat tulang kepala. Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Mulutnya terdapat dibagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu satu pasang sungut hidung, satu pasang sungut maksilar (berfungsi sebagai tentakel), dan dua pasang sungut mandibula. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang (Pillay, 1990). Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut V.5-6, sirip anal A.50-60 dan jumlah sungut sebanyak 4 pasang, 1 pasang diantaranya lebih panjang dan besar. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku terhadap panjang kepala adalah 1: 3-4. Ukuran matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya. Giginya berbentuk villiform dan menempel pada rahang. Penglihatan lele kurang berfungsi dengan baik, akan tetapi ikan lele memiliki dua buah alat olfaktori yang terletak berdekatan dengan sungut hidung untuk mengenali mangsanya melalui perabaan dan penciuman. Jari-jari pertama sirip pektoralnya sangat kuat dan bergerigi pada kedua sisinya serta kasar. Jari-jari sirip pertama itu mengandung bisa dan berfungsi sebagai senjata serta alat penggerak pada saat ikan lele berada di permukaan (Rahardjo dan Muniarti, 1984). Semua jenis ikan lele berkembang dengan ovipar, yakni pembuahan telur di luar tubuh. Ikan lele memiliki gonad satu pasang dan terletak disekitar usus. Ikan lele memiliki lambung yang relatif besar dan panjang. Tetapi ususnya relatif pendek daripada badannya. Hati dan gelembung renang ikan lele berjumlah 2 dan masing-masing sepasang. Habitat ikan lele di alam adalah di perairan tergenang yang relatif dangkal, ada pelindung atau tempat yang agak gelap dan lebih menyukai substrat berlumpur. Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20-30oC, akan tetapi suhu optimalnya adalah 27oC, kandunga oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6.5-8 dan NH3 sebesar 0.05 ppm (Khairuman dan Amri, 2002). Morfologi Secara morfologi, ikan Lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir dan tidak bersisik. Jika terkena sinar matahari warna tubuh lele berubah menjadi pucat dan jika terkejut warna tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti moziak hitam-putih. Mulut lebar, memiliki 3 buah sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur. (Khairuman dan Khairul Amri, 2002) Lele memiliki tubuh memanjang (simetris radial), bagian kepala hingga punggung berwarna coklat kehitaman, pada bagian kepala hingga leher terdapat bercak warna putih. memiliki sungut empat pasang yang terletak disekitar mulut. Sepasang sungut hidung, sepasang sungut maksilar, dan dua pasang sungut mandibular.Sungut maksilar berfungsi sebagai tentakel, yaitu alat untuk meraba. (Murhananto, 2002) Kebiasaan hidup Awalnya, ikan Lele hidup liar di sungai, rawa-rawa, dan hampir di semua habitat air tawar. Setelah diternakan secara intensif, ternyata lele dapat tumbuh dengan cepat. (Murhananto, 2002). Di
alam ikan lele memijah pada awal musim penghujan. Hal ini disebabkan pada musim penghujan, ikan lele menagalami rangsangan untuk memijah lantaran terjadinya peningkatan kedalaman air (Khairuman dan Khairul Amri, 2002). Biologi Reproduksi Reproduksi adalah mata rantai hidup yang menentukan kelangsungan hidup species. Penambahan populasi tergantung pada keberhasilan pemijahan dan juga tergantung pada kondisi telur dimana telur dan larva kelak akan berkembang. Oleh karena itu sesungguhnya pemijahan menuntut suatu kepastian dan keamanan kelangsungan hidup turunannya dengan memilih tempat, waktu, dan kondisi yang menguntungkan. Sehubungan dengan hal tersebut, pemijahan setiap species ikan mempunyai kebiasaan yang berbeda tergantung pada habitat pemijahan itu. Dalam pemijahan ikan lele induk betina akan membuat sarang untuk meletakkan telurnya, bersamaan dengan itu induk jantan akan menyemprotkan spermanya disekitar telur-telur tersebut, sehingga telur terbuahi. Telur yang telah dibuahi akan di jaga oleh induk betina sampai menetas dan menjadi lele kecil yang kuat mencari makan sendiri. Telur-telur tersebut akan menetas dalam jangka waktu 2 – 3 hari (Sri Najiyati, 2004). Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan lele termasuk jenis ikan pemakan segala atau omnivora, tetapi dialam bebas makanan alami lele terdiri dari jasdad-jasad renik yang berupa zooplakton dan fitoplankton seperti jentik-jentik nyamuk, anak ikan, dan sisa-sisa bahan organik yang masih segar. Sri Najiyati (2004). Ikan lele menyukai makanan alami berupa binatang renik, seperti kutu air dari kelompok daphnia, cladocera,atau copepoda. Dengan pola makannya itu ikan lele sangkuriang digolongkan sebagai ikan pemakan daging (Karnivora) dan ikan lele ini dapat juga memakan pakan buatan seperti pelet, limbah peternakan ayam, dan limbah peternakan lainnya.(Khairuman dan Khairul Amri, 2002). Kelangsungan Hidup Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan lele yang perlu diperhatikan adalah padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air. Meskipun ikan lele bisa bertahan pada kolam yang sempit dengan padat tebar yang tinggi tapi dengan batas tertentu. Begitu juga pakan yang diberikan kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi ikan dan kuantitasnya disesuaikan dengan jumlah ikan yang ditebar. Penyakit yang menyerang biasanya berkaitan dengan kualitas air (Yuniarti, 2006), sehingga kualitas air yang baik akan mengurangi resiko ikan terserang penyakit dan ikan dapat bertahan hidup Parameter kualitas air kolam lele Salah satu hal yang menyebabkan ikan terkena penyakit adalah kondisi air di kolam yang kurang layak. Penyakit bisa muncul karena kualitas kolam yang kurang memenuhi syarat misalnya, pH yang
kurang sesuai, suhunya terlalu tinggi, kandungan amoniaknya besar, dan lain-lain. Media yang bagus untuk lele sebaiknya parameter kualitas air pada posisi optimum, yaitu : pH Suhu Oksigen Amoniak
7-8 26-32 0 C 2-7 ppm <0,5 ppm
Dari 6 parameter air yang paling penting adalah pH, yang berguna untuk mendeteksi potensi produktifitas kolam. pH air yang agak basa dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasikan oleh tumbuhan (garam, amonia dan nitrat). Bila pH dibawah 7 atau diatas 8, bisa mengganggu proses produksi budidaya ikan lele. Naik turunya pH dalam media ikan lele pada kondisi tidak optimum sangat mengganggu pada kehidupan ikan lele khususnya fase pra larva dan larva. Untuk itu, pembudidaya wajib mempunyai pH tester agar kualitas air dapat terdeteksi sejak dini. Alat untuk mengukur pH, tersedia di pasaran, mulai dari kertas lakmus sampai pH meter dengan jarum penunjuk yang sangat praktis digunakan. Jika ikan cepat stres dan terkena bermacam penyakit, segera lakukan pemeriksaan pada kolam dengan memperhatikan dengan hal-hal diatas. 2. Kolam Terpal Kolam terpal adalah kolam yang dasarnya maupun sisi-sisi dindingnya dibuat dari terpal. Kolam terpal dapat mengatasi resiko-resiko yang terjadi pada kolam tanah maupun kolam beton. Terpal yang dibutuhkan untuk membuat kolam ini adalah jenis terpal yang dibuat oleh pabrik dimana setiap sambungan terpal dipres sehingga tidak terjadi kebocoran. Ukuran terpal yang di sediakan oleh pabrik bermacam ukuran sesuai dengan besar kolam yang kita inginkan. Pembuatan kolam terpal dapat dilakukan di pekarangan ataupun di halaman rumah. Lahan yang digunakan untuk kegiatan ini dapat berupa lahan yang belum dimanfaatkan atau lahan yang telah dimanfaatkan, tetapi kurang produktif.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan praktikum Pemijahan Ikan Lele secara Buatan, dilakukan pada: Hari/Tanggal : 31 Maret 2017 – 10 Mei 2017 Tempat
: Laboratorium SMK N 2 Turen Malang.
Pemilihan lokasi pembesaran ikan merupakan langkah awal dalam usaha budidaya ikan baik untuk usaha pembenihan ataupun pembesaran ikan. Pemilihan lokasi usaha pembesaran yang tepat akan berdampak pada hasil usaha yang akan diperoleh. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pembesaran ikan antara lain adalah aspek sosial, ekonomi maupun aspek teknis. Secara ekonomis sangat baik bila melakukan kegiatan pembesaran ikan lele dengan menggunakan kolam terpal. Secara social dan teknis juga sangat mendukung 1. PEMBUATAN KOLAM TERPAL 4 m X 2 m Cara kerja praktikum pembuatan kolam ini adalah sebagai berikut: a.
Gali tanah sampai dalamnya tanah datar lalu padatkan sampai rata
b.
Tancapkan kayu kedalam tanah, dengan jarak ± 0,5 meter antar kayu, secara rapi mengelilingi areal kolam.
c.
Bambu dibelah menjadi empat lalu potang sesuai panjang sisi kolam.
d.
Paku bambu yang dibelah secara horizontal, memanjang mengikat antar tiang yang sudah ditancapkan.
e.
Pasang terpal sesuai dengan bentuk kolam, pastikan kolam terpasang rapih dan tidak longgar agar saat diisi air tetap tersangga dengan baik. 1.1 Hasil
Gambar 1. Pemasangan terpal kolam
Gambar 2. Pemasangan kerangka
Kolam terpal adalah kolam yang terbuat dari bahan terpal tahan air. kolam terpal ini merupakan salah satu cara budidaya ikan baik ikan lele, nila dan lain lain yang biayanya relatif murah jika dibandingkan dengan kolam lain seperti kolam tanah dan kolam semen. Keunggulan menggunakan kolam terpal sebagai wadah budidaya antara lain, biaya investasi murah, pembuatannya praktis, dapat diterapkan di lahan terbatas dan masih banyak lainnya.
2. PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA 2.1 Tujuan Tujuan praktikum persiapan kolam yaitu: 1. untuk mensterilisasi kolam 2. untuk meningkatkan kesuburan dengan memberikan pupuk 2.2 Alat dan bahan Adapun alat yang digunakan dalam praktikum persiapan kolam ini adalah gayung, selang air, timbangan, kuas. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum persiapan kolam ini adalah starter fitoplankton, pupuk NPK, air, tanaman air, kapur. 2.3 Prosedur Kerja Cara kerja praktikum persiapan kolam ini adalah sebagai berikut: a.
Kolam dikuas dengan m=kapur yang telah dilarutkan dalam air
b.
Dibiarkan hingga kering
c.
Dicuci atau dibilas hingga kapur hilang
d.
Diisi air dengan ketinggian 70 cm
e.
Kolam yang telah jadi diisi air sampai ketinggian tertentu
f.
Setelah itu kolam dipupuk dengan menggiunakan pupuk NPK
g.
Kolam yang telah dipupuk dimasukkan starter fitoplankton lalu diamkan selama satu minggu
h.
Kolam dibiarkan 2 hari
i.
Kolam yang telah ditumbuhi fitoplankton siap untuk ditebar oleh benih lele, benih ditebar pada pagi hari.
2.4 Hasil
Gambar 4. Pemberian pupuk di kolam
Gambar 5. Hasil kolam yang telah diberi pupuk Kapur yang diberikan untuk menghilangkan bau plastik, menetralkan ph, meningkatkan penyediaan mineral. Kadar garam NaCl = 0.5 kg/ m3 , UREA = 3 ppm , NPK = 1 ppm . Dengan Volume = 4m x 2m x 0.6 m = 4.8 m3. Maka diberikan: •
Garam = 0.5 Kg
•
Urea = 14.3 gr
•
NPK = 4.8 gr Kemudian kolam didiamkan selama beberapa hari agar fitoplankton dapat tumbuh dan kolam
menjadi subur agar meningkatkan produktivitas kolam. Setelah kolam didiamkan barulah siap untuk ditebar benih. 3. PENEBARAB BENIH IKAN LELE Cara penebaran benih lele adalah dengan cara aklimatisasi yaitu wada berisi benih lele dan diletakkan pelan-pelan, setelah itu benih merasa beradaptasi, benih akan lepas dengan sendirinya. Kepadatan benih berkisar 100 ekor / m2. Luas kolam 4 m X 2 m = 8 m2 , sehingga kepadatan kolam: Luas kolam x kepadatan benih = 100 ekor / m2 x 8 m2 = 800 ekor Ciri-Ciri Seleksi Benih Yang Berkualitas: •
Organ tubuh lengkap
•
Berukuran seragam
•
Respon terhadap gangguan
•
Posisi tubuh di dalam air normal
•
Menghadap dan melawan arus ketika diberi arus
•
Berwarna cerah
•
Tidak membawa penyakit
Tujuan Grading/ Sortir Benih Grading bertujuan untuk mengelompokkan benih ikan lele berdasarkan grade / ukurannya. Selain itu grading juga bertujuan menyeleksi benih yang sehat. Hasilnya dipilih Ukuran seragam (uk. 4 - 5 cm), Warna Cerah, Gerakan lincah dan Bebas penyakit.
Pada saat penebaran 3- 4- 2017, dilakukan sampling untuk menentukan jumlah pakan yang diberikan per hari Menentukan abw (average body weight) Menentukan biomassa Bm = abw x jumlah populasi Jumlah pakan harian = Sekenyang kenyangnya
FR = feeding rate (%) BM = bobot biomasa (kg) Sampel 10 ekor dengan menimbanglah masing-masing, kemudian dirata-rata dan ukurlah panjang nya juga ABW = 0.9 gr BM = 0.9 X 800 = 769 gr FR = Sekenyang-kenyangnya
4. PEMELIHARAAN IKAN Tujuan Praktikum Tujuan dilakukan praktikum pemeliharaan ikan adalah: a. Untuk mengetahui cara memelihara ikan lele dengan baik dan benar b. Untuk mengetahui cara sampling ikan lele. Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pemeliharaan ikan ini adalah timbangan, jaring, DO meter, pH paper. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum pemeliharaan ikan adalah ikan lele dan pakan.
Prosedur Kerja
1. Manajemen Pakan Cara kerja praktikum manajemen pakan dalam pemeliharaan ikan ini adalah sebagai berikut: Pakan ikan juga harus memenuhi standar yang telah ditentukan yaitu memiliki : a.
Kualitas dan kuantitas pakan yang baik dilihat dari nilai gizi nya (protein, lemak, vitamin dan
mineral). Mudah dicerna, menarik da beraroma/disukai ikan, ukuran sesuai dengan bukaan mulut ikan, stabil dalam air(tidak cepat hancur), tidak mencemari air (ramah lingkungan), aman bagi kesehatan ikan (tidak beracun), memberikan tingkat pertumbuhan, secara ekonomis menguntungkan sehingga dapat menjamin kelangsungan usaha budidaya. Kualitas tidak baik seperti debu tinggi, warna keputihan/berjamur, mudah hancur didalam air dan aroma tidak baik.
b.
Bahan baku pakan seperti ukuran partikel (kecernaan, daya rekat), sumber bahan baku, serta
menyiapkan/proses pembuatan. Cara dan lama penyimpanan seperti (suhu, kelembaban, hindari kontak langsung ke lantai atau dinding, serangga/binatang lain). c.
Tipe pakan terbagi menjadi dua yaitu tenggelam dan terapung yang keduanya menentukan tinggi
rendahnya tingkat terkonsumsi oleh ikan. Tipe terapung memiliki ciri-ciri seperti jumlah yang tidak terkonsumsi lebih rendah, tidak mudah hancur didalam air (24 jam masih tersisa 84%, tenggelam 50%), menurunkan pencemaran lingkungan, menyebar luas atau merata, dan kecernaan relatif lebih tinggi. d.
Frekuensi pemberian pakan akan menentukan limbah yang dihasilkan serta memiliki nilai
konversi/efesiensi pakan. Dan harus diusahakan menurunkan limbah yang dihasilkan dan menaikkan efesiensi pakan. Dalam praktek pakan yang diberikan: •
Pakan apung dengan kandungan protein 33-35 %
•
Pemberian pakan dengan menggunakan tangan (disebar), dilakukan oleh manusia.
•
Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali/hari pada waktu pagi, siang dan sore hari
•
Pakan sebelum difermentasi dengan bioseven sebelum diberikan
•
Pakan alternatif dari fermentasi daun ubi jalar
Tabel Hasil Pengamatan Hari
Ukuran ikan
ABW
Ph
Suhu
Do
Amoniak
Populasi
Biomassa
Pertambahan massa
FCR
Massa Pakan
1 (5/4)
4 cm
0.96 g
6.5
26.5
7
0
800
768 g
0
0
380 gr
1543 g
775 g
0.49
490 gr
4234.7 g
2691.7 g
0.18
1000 gr
6791.5 g
2556.8 g
0.39
1500 gr
2
800
3
800
4
799
5
799
6
799
7 (11/4)
5.3 cm
1.92 g
7
25
7
0
799
8
799
9
799
10
799
11
799
12
799
13
799
14 (18/4)
8.5 cm
5.3 g
6.5
26.5
7
0.5
799
15
799
16
799
17
799
18
799
19
799
20
799
21 (25/4)
10.92 cm
8.5 g
7
25
7
0.5
799
22
799
23
799
24
799
25
799
26
799
27
799
28
799
29 (3/5)
12.41 cm
10.06 g
7
25
7
1
799
30
799
31
799
32
799
33
799
34
799
35
799
36 (10/5)
14. 2 cm
13.36 g
7
23
7
1
793
8045.62 g
3307.88 g
0.45
2500 gr
Dipuasakan 10.600 g
2553.38 g
0.9
5. PEMANENAN DAN PASCAPANEN Pemanenan dapat dilakukan dengan mengurangi ruang gerak ikan sehingga relatif terbatas. Pada kolam pengurangan ruang gerak ikan dilakukan dengan menurunkan ketinggian air sehingga volume air berkurang. Ikan selanjutnya ditangkap dengan meggunakan jaring atau serok dan dimasukkan ke wadah penampungan.Kurangnya pengetahuan tentang pemanenan ikan sering menjadi salah satu penyebab menurunnya pendapatan petanipembudidaya ikan. Harga ikan khususnya benih ikan sangat ditentukan oleh kesehatan ikan. Ikan yang telah dipelihara secara baik selama kegiatan budidaya dapat mengalami kerugian karena kekeliruan dalam pemanenan. Cara pemanenan setiap jenis dan ukuran ikan berbeda-beda baik waktu panen, cara panen dan sebagainya. Perbedaan cara pemanenan tersebut disebabkan daya toleransi ikan terhadap suhu, oksigen terlarut dan penanganan ikan juga berbeda. Cara nya dilakukan dengan: 1.) 2.)
Kurangi air pada kolam dengan pompa Hentikan pengurasan jika ketinggian air mencapai 20 – 30 cm.
3.) 4.) 5.) 6.)
Ambil lele dengan menggunakan jaring / seser. Masukkan lele ke dalam ember krak (ember berlubang). Angkat dan masukkan ke ember penampungan. Sortir kembali lele berdasarkan ukuran yang diinginkan kemudian timbang dan masukkan ke wadah pengangkutan. 7.) Pelihara kembali lele yang berukurang kecil hingga mencapai ukuran pasar. 8.) Jadikan lele berukurang besar sebagai indukan atau jual ke tempat pemancingan. Dilakukan setelah ikan dipelihara selama 37 hari , Ukuran ikan yang dihasilkan beragam: Jenis ikan
Jumlah ikan sampel
Ukuran ikan rata-rata
Massa ikan rata-rata
Jumlah total ikan
Massa total
Besar
20
16 cm
31.16 gr
153 ekor
3400 gr
Sedang
20
10.2 cm
16 gr
475 ekor
6000 gr
Kecil
20
8 cm
6.36 gr
165 ekor
1200 gr
793 ekor
10.600 gr (10.6 kg)
Jumlah
Sebelum panen ikan dipuasakan dan Waktu pemanenan pagi hari. Pemanenan dimulai dengan cara mengurangi air secara pelan-pelan kemudian Ikan diambil secara bertahap menggunakan seser . berdasarkan berat masing-masing tersebut diatas maka hasil panen seluruhnya TOTAL = 793 EKOR, 10.6 Kg. Grafik Pertumbuhan Ikan Berdasarkan data hasil sampling, maka dapat dibuat grafik pertumbuhan ikan lele dalam kategori baik, sebagai berikut: 1. Survival Rate (SR) Jumlah ikan pada saat panen SR = x 100% jumlah penebaran ikan awal
Data hasil praktek: •
Jumlah benih ikan yang hidup : 793 ekor
•
Jumlah penebaran awal benih ikan : 800 ekor
Maka nilai SR nya adalah: = 793 / 800 x 100% = 99.1%
Sistem pengangkutan/pengemasan ikan hidup berdasarkan bentuk wadah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Sistem terbuka Sistem terbuka baik digunakan untuk pengangkutan jarak dekat Sistem tertutup Sistem tertutup baik digunakan untuk pengangkutan jarak jauh Wadah berupa kantong plastik atau kemasan lain yang tertutup rapat. Pengemasan yang dilakukan dengan:
Ukuran (cm) Kepadatan
Oksigen :
Volume Air Lama Angkut
(ekor)
Air
(L)
(Jam)
16
153
2:1
5
6
10.2
153
2:1
5
6
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kegiatan pembesaran ikan lele dengan menggunakan kolam terpal secara keseluruhan dapat disimpulkan berrjalan dengan baik dan hasilnya baik karena nilai FCR nya adalah 0.9 dan nilai SR nya 99.1 %. Dapat dikatakan budidaya yang dilakukan berhasil.
1.2 Saran Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari sempurna. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang Budidaya Ikan Lele. Kami sangat berharap agar budidaya ikan lele bisa terus dilestarikan.
DAFTAR PUSTAKA Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2 untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional (Bab V mengenai Teknologi Pakan Buatan). Gusrina. 2017. Modul Diklat Pkb Guru Budidaya Perikanan Grade 6. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pertanian. Cianjur https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=IRvPVteiJ9DUuQSanIeYCQ#q=laporan+pembesaran+ika n+lele diakses tanggal 16 Mei 2017 pada pukul 15.00 WITA.