Laporan Pbl Kelompok 13 Modul Gangguan Haid.docx

  • Uploaded by: andi nurul fadillah
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pbl Kelompok 13 Modul Gangguan Haid.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,156
  • Pages: 34
LAPORAN TUTORIAL MODUL 1

BLOK SISTEM REPRODUKSI GANGGUAN HAID

Tutor : dr. Rasfayanah F. Matto, M.kes Disusun oleh: KELOMPOK 13 Andi Fatihah Rizki Salsabilah R

11020160108

Amirullah

11020160113

Ninadiyah Nurul Azizah

11020160118

Andi Nurul Fadillah

11020160123

Dinda Pratiwi Basri

11020160115

Halisa Rahmasari

11020160133

Fauzia Suparjo

11020160138

Rani Apriliani Sanni

11020160143

Achmad Fauzi

11020160163

Nur Rahma Amiruddin

11020160173

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan hasil tutorial ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu membuat laporan ini serta kepada tutor yang telah membimbing kami selama proses tutorial berlangsung. Semoga laporan hasil tutorial ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak yang telah membaca laporan ini dan khususnya bagi tim penyusun sendiri. Semoga setelah membaca laporan ini dapat memperluas pengetahuan pembaca mengenai sistem reproduksi.

Makassar, 27 Maret 2019

Kelompok 13

SKENARIO 1 Seorang perempuan berusia 14 tahun, nona. Datang ke poliklinik dengan keluhan tidak haid selama 5 bulan, HPHT tanggal 1 Oktober 2018. Riwayat menarche di usia 13 tahun dan sebelumnya haid teratur.

KATA SULIT : Menarche : Periode menstruasi yang pertama terjadi pada masa pubertas seorang anak perempuan, biasanya terjadi pada usia 10-16 tahun. KATA KUNCI : 1.

Perempuan usia 14 tahun, Nona

2.

Tidak haid selama 5 bulan

3.

HPHT 1 Oktober 2018

4.

Riwayat menarche usia 13 tahun

5.

Sebelumnya haid teratur

PERTANYAAN : 1.

Apa jenis gangguan yang terjadi pada pasien sesuai skenario ?

2.

Apa yang menyebabkan seseorang tidak haid selama 5 bulan ?

3.

Bagaimana mekanisme gangguan pada skenario ?

4.

Bagaimana langkah-langkah diagnosis sesuai skenario ?

5.

Penyakit – Penyakit apa saja yang berhubungan dengan skenario ?

6.

Apa tatalaksana awal sesuai skenario ?

7.

Bagaimana perspektif islam sesuai skenario ?

1.

Apa jenis gangguan yang terjadi pada pasien sesuai skenario ? 1) Gangguan haid berdasar lama dan jumlah darah haid a. Hipermenorea (menoragia), adalah perdarahan haid dengan jumlah darah yang lebih banyak dan atau lamanya lebih lama dari normal dari siklus yang teratur. b. Hipomenorea, adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih sedikit dan atau lamanya lebih pendek dari normal. 2) Gangguan haid berdasarkan siklus a. Polimenorea, adalah siklus haid yang lebih pendek yaitu kurang dari 21 hari. b.

Oligomenorea, adalah haid dengan siklus yang lebih panjang yaitu lebih dari 35 hari.

c. Amenorea, tidak terjadinya haid pada wanita pada kurun waktu tertentu. 3) Gangguan perdarahan diluar siklus haid a. Menometroragia, adalah perdarahan dalam jumlah banyak yang berangsung panjang atau terus menerus Referensi : Prawirohardjo, sarwono.2011. Ilmu kandungan. Jakarta.

2.

Apasaja yang menyebabkan seseorang tidak haid selama 5 bulan ?

Penyebab gangguan haid sangat banyak dan secara sistematis dibagi menjadi tiga kategori penyebab utama,yaitu : 1. Keadaan patologi panggul Lesi permukaan pada traktus genitala. a. Mioma uteri b. adenomiosis c. Polip endometrium d. Hiperplasia endometrium

e. Adenokarsinoma endometrium, sarkomae f. Infeksi pada serviks, endometrium, dan uterus g. Kanker serviks, polip h. Trauma Lesi dalam a. Adenomiosis difus, mioma uteri, hipertrofi miometrium b. Endometriosis c. Malformasi arteri vena pada uterus

2. Penyakit medis sistemika. a. Gangguan hemostasi: penyakit von Willebrand, gangguan faktor II,V, VII, VIII, IX, XII, trombositopenia, gangguan platelets. b. Penyakit tiroid, hepar, gagal ginjal, disfungsi kelenjar adrenal, SLE. c. Gangguan

hipotalamus

hipofisis:

adenoma,

prolaktinoma,

stress,olahraga berlebih.

3. Perdarahan uterus disfungsi Merupakan gangguan haid tanpa ditemukan keadaan patologi pada panggul dan penyakit sistemik. Selain ketiga faktor penyebab tersebutbila perdarahan uterus abnormal terjadi pada perempuan usia repro duksi harus dipikirkan gangguan kehamilan sebagai penyebab. Abortus, kehamilan ektopik, solusio plasenta perlu dipikirkan karena juga memberikankeluhan perdarahan. Penyebab iatrogenik seperti penggunaan pil kontrasepsi, alat kontrasepsi dalam rahim, obat antikoagulansia, antipsikotik, dan preparat hormon juga bisa juga menyebabkan perdarahan sehingga harus dipikirkan pula saat evaluasi perdarahan uterus abnormal.

Faktor predisposisi a. Penyakit pada indung telur (ovarium) atau uterus (rahim), misalnya tumorovarium, fibrosis kistik, dan tumor adrenal.

b. Gangguan produksi hormon akibat kelainan di otak, kelenjar hipofisis. kelenjar tifoid, kelenjar adrenal. ovarium (indung telur) maupun bagian dari

sistem

reproduksi

,hipogonadotropik,

lainnya.

hipotiroidisme,

Misalnya.

Hipogonadisme

sindrom

adrenogenital,

sindrom penderas-willi, penyakit ovarium polikistik, hiperplasia adrenal mengentas, dan sindrom cushing yang menghasilkan sejumlah asal hormon kortisol oleh kelenjar adrenal. c. Penyakit

yang

berat

misalnya

penyakit

ginjal

kronik.

hipoglikemia,obesitas. dan malnutrisi. d. Obat-obatan untuk penyakit kronik atau setelah berhenti minum konstrasepsi oral. e. Pengangkatan kandung rahim (hysterectomy) atau indung telur (ovarium). f. Kelainan bawaan pada sistem kehamilan, misalnya tidak memiliki rahim atau vagina , adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, dan lubang pada selaput

yang

menutupi

vagina

terlalu

sempit/himen

imperforata. g. Penurunan

berat

badan

yang

drastis

akibat

kemiskinan,

diet

berlebihan,anoreksia nervosa, dan bulimia. h. Kelainan kromosom, misalnya sindrom turner atau sindrom swyer (selhanya mengandung satu kromosom X) dan hermafrodit sejati. i. Olahraga yang berlebihan.

Referensi

:

Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi. Ilmu

Kandungan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007.4.

3.

Bagaimana mekanisme gangguan pada skenario ? Siklus Ovarium antara lain : a. Fase Folikuler Panjang fase folikuler mempunyai variasi yang cukup lebar. Pada umumnya berkisar antara 10 – 14 hari. Selama fase folikuler di dapatkan

proses steroidogenesis, folikulogenesis dan oogenesis/meiosis yang saling terkait. Oogenesis/meiosis terhenti selama fase folikuler karena adanya OMI. Pada awal fase folikuler di dapatkan beberapa folikel antral yang tumbuh, tetapi pada hari ke 5-7 hanya satu folikel dominan yang tetap tumbuh akibat sekresi FSH yang menurun. Sebenarnya folikugenesis sudah mulai jauh dari sebelum awal siklus, diawali dari folikel primordial. 1) Folikel primordial Folikel primordial di bentuk sejak pertengahan kehamilan sampai beberapa saat pasca persalinan. Folikel primordial folikel yang tidak sedang tumbuh, berisi oosit dalam fase pembelahan meiosis profase yang terhenti pada tahap diplotene, dikelilingi oleh satu lapis sel graulosa kurus panjang

( spindle-shape ). Pada usia kehamilan

16 – 20 minggu, janin perempuan mempunyai oosit 6 – 7 juta, jumlah terbanyak yang pernah dipunyainya, sepanjang usia kehidupannya. Seluruh primordial folikel tersebut disimpan sebagai cadangan ovarium ( ovarium reserve ). Sejak pertengahan kehamilan, dengan mekanisme yang belum jelas, sekelompok folikel primordial tumbuh ( rekrutmen awal / initial recruitment ), tetapi pertumbuhan folikel telah terhenti, dan di akhiri dengan atresia. Kelompok primordial folikel masuk ke fase pertumbuhan tersebut, terjadi secara terus-menerus, tidak tergantung pada gonadotropin, sehingga folikel primordial yang tersimpan dalam cadangan ovarium, semakin menurun tinggal 1 – 2 juta saat janin dilahirkan, 300 – 500 ribu saat menarke, tinggal sangat sedikit saat menopause. Pada saat menarke, saat berakhirnya masa puberitas, sumbu H-H-O bangkit kembali saat tertekan beberapa lama. Pascamenarke, dengan sumbu H-H-O yang bekerja secara teratur dan siklik, gonadotropin secara teratur pula mulai memacu ovarium. Kelompok folikel primordial ang keluar dari cadangan ovarium, masuk ke masa pertumbuhan dan kebetulan bertepatan dengan awal siklus, akan dipacu oleh gonadotropin ( FSH, LH ) dan akan terus tumbuh masuk

pada tahapan pertumbuhan folikel berikutnya ( rekrutmen siklik ). Sementara itu, sekelompok folikel primordial yang pada saat masuk kemasa pertumbuhan tidak bertepatan dengan awal siklus akan mengalami atresia. 2) Folikel preantral Pada folikel preantral tampak oosit membesar, di kelilingi oleh membran, zona pellucida. Sel granulosa mengalami proliferasi, menjadi berlapis – lapis, sel teka terbentuk dari jaringan di sekitarnya. Sel granulosa folikel preantral sudah mampu menangkap stimulus gonadotropin, menghasilkan 3 macam steroid seks, estrogen, androgen, dan progesteron. Pada tahap ini estrogenmerupakan streoid seks, yang paling banyak dihasilkan dibanding androgen dan progesteron. 3) Folikel antral Stimulus FSH dan estrogen secara sinergi menghasilkan sejumlah cairan yang semakin banyak, terkumpul dalam ruangan antara sel granulosa. Cairan yang semakin banyak tersebut membentuk ruangan / rongga ( antrum ), dan pada tahap ini folikel disebut memisahkan sel granulosa menjadi dua, sel granulosa yang menempel pada dinding folikel dan sel granulosa yang mengelilingi oosit. Sel granulosa yang mengelilingi oosit di sebut kumulus ooforus. Kumulus ooforis berperan menagkap sinyal yang berasal dari oosit, sehingga terjadi komunikasi erat antara oosit degan sel granulosa. Pada tahap ini awal siklus cairan folikel antral berisi FSH, estrogen dalam jumlah banyak, sedikit androgen dan tidak / belum ada LH. 4) Folikel preovulasi Folikel dominan yang terus tumbuh membesar menjadi folikel preovulasi. Pada folikel preovulasi tampak sel granulosa membesar, terdapat perlemakan, sel teka mengandung vakuol, dan banyak mengandung pembuluh darah, sehingga folikel tampak hiperemi. Oosit mengalami maturasi, lonjakan

LH menghambat OMI dan

memicu meiosis II. Pada saat ini reseptor LH sudah mulai terbentuk di sel granulosa, dan lonjakan LH juga menyebabkan androgen intrafolikuler

meningkat.

androgen

intrafolikuler

meningkat

menyebabkan, pertama dampak lokal memacu apoptosis sel granulosa pada folikel kecil, folikel yang tidak berhasil dominan, menjadi atresia. Kedua dampak sistemik, androgen tinggi memacu libido. 5) Fase ovulasi Lonjakan LH sangat penting untuk proses ovulasi pasca keluarnya oosit dan folikel. Lonjakan LH di picu pada kadar estrogen yang tinggi yang dihasilkan oleh folikel preovulasi. Dengan kata lain, stimulus dan kapas ovulasi bakal terjadi di tentukan sendiri oleh folikel preovulasi . ovulasi di perkirakan terjadi 24 – 36 jam pasca puncar kadar estrogen dan 10 – 12 jam pasca puncak LH. Di lapangan awal lonjakan LH di gunakan sebagai petanda / indikator untuk menentukan waktu kapan di perkirakan ovulasi bakal terjadi. Ovulasi terjadi sekitar 34 – 36 jam pasca awal lonjakan LH. Lonjakan LH yang memacu sekresi prostaglandin, dan progesteron bersama lonjakan FSH yang mengaktivasi enzim proreolitik, menyebabkan dinding folikel “ pecah “ . kemudian sel granulosa yang melekat pada membran basalis, pada seluruh dinding folikel, berubah menjadi sel luteal. Pada tikus menjelang ovulasi, sel granulosa kumulus yang melekat pada oosit, menjadi longgar akibat enzim asam hialuronik yang dipicu oleh lonjakan FSH. FSH menekan proliferasi sel kumulus, tetapi FSH bersama faktor yang dikeluarkan oosit, memacu proliferasi el granulosa mural, sel granulosa yang melekat pada dinding folikel. b. Fase luteal Menjelang dinding folikel “ pecah “ dan oosit keluar saat ovulasi, sel granulosa membesar, tumbuh vakuol dan penumpukan pigmen kuning, lutein proses luteinisasi, yang kemudian di kenal sebagai korpus luteum. Selama 3 hari pascaovulasi, sel granulosa terus membesar menbentuk

korpus luteum bersama sel teka dan jaringan stroma disekitarnya. Vaskularisasi yang cepat, luteinisasi dan membrana basalis yang menghilang, menyebabkan sel yang membentuk korpus luteum sulit di bedakan asal muasalnya. Pasca lonjakan LH, pembuluh darah kapiler mulai menembus lapisan granulosa menuju ketengah ruangan folikel dan mengisinya dengan darah. LH memicu sek granulosa yang telah mengalami luteinisasi, untuk menghasilkan vascular endothelial growth factor dan angiopoetin. Kemudia VEGF dan angiopoetin memacu angiogenesis, dan pertumbuhan pembuluh darah merupakan hal penting pada proses luteinisasi. Pada hari ke – 8 – 9 pascaovulasi vaskularisasi mencapai puncaknya bersamaan dengan puncak kadar progesteron dan estradiol. Pertumbuhan folikel pada fase folikuler yang baik akan menghasilkan korpus luteum yang baik / normal pula. Jumlah reseptor LH di sel granulosa yang terbentuk cukup adekuat pada prtengahan siklus / akhir fase folikuler, akan menghasilkan korpus luteum yang baik. Korpus luteum mampu menghasilkan baik progesteron, estrogen, maupun androgen. Kemampuan menghasilkan steroid seks korpus luteum sangat tergantung pada tonus kadar LH pada fase luteal. Kadar progesteron meningkat tajam segera pascaovulasi. Kadar progesteron dan estradiol mencapai puncaknya sekitar 8 hari pasca lonjakan LH, kemudian menurun perlahan, bila tidak terjadi pembuahan . bila terjadi pembuahan, sekresi progesteron tidak menurun karena adanya stimulus dari human chorionic gonadotrhopin ( hCG ), yang dihasilkan oleh sel trofoblas buah kehamilan. Pada siklus haid normal, korpus luteum akan mengalami regresi 9 11 hari pascaovulasi, dengan mekanisme yang belum diketahui. Kemungkinan korpus luteum mengalami regresi akiabat dampak luteolisis estrogen yang dihasilkan korpus luteum sendiri.

Siklus Endometrium antara lain : a. Fase proliferasi Fase proliferasi endometrium diakitkan dengan fase folkuler proses folikulogenesis di ovarium. Siklus haid sebelumnya menyisakan lapisan basalis endmetrium dan sedikit sisa lapisan spongiosum dengan ketebalan yang beragam. Lapisan spongiosum merupakan bagian lapisan fungsional endometrium, yang langsung menempel pada lapisan basalis. Pada fase folikuler, folikulogenesis menghasilkan streoid seks. Kemudian streoid seks ( ekstrogen ) memicu pertumbuhan endometrium untuk menebal kembali, sembuh dari perlukaan akibat haid sebelumnya. pertumbuhan endometrium berdasarkan penampakan histologi dari kelenjar, stroma, dan pembuluh darah / arteria spiralis. Pada awalnya kelenjar lurus pendek, ditutup oleh epitel silindris pendek. Kemudian epiter kelenjar mengalami proliferasi dan pseudostratifikasi, melebar kesamping shingga mendekati dan bersentuhan dengan kelenjar sebelahnya,. Epitel penutup permukaan kavum uteri yang rusak dan hilang saat haid sebelumnya terbentuk kembali. Stoma endometrium awalnya padat akibat haid sebelumnya menjadi edema dan longgar. Atrria spiralis lurus tidak bercabang, menembus stroma, menuju permukaan kavum uteri sampai tepat dibawah membran epitel penutup permukaan kavum uteri. Tepat di bawah epitelkavum uteri , arteria spiralis membentuk anyaman longgar pembuluh darah kapiler. Ketiga komponen endometrium , kelenjar, stroma, dan endotelpembuluh darah mengalami proliferasi dan mencapai puncaknya pada hari ke – 8 – 10 siklus, sesuai dengan puncak kadar estradiol serum dan kadar reseptor estrogen di endomerium. Proliferasi endometrium tampak jelas pada lapisan fungsionalis, di dua pertiga atas korpus uteri, tempat sebagian besar implantasi blastosos terjadi. Pada fase proliferasi peran entrogen sangat menonjol. Estrogen memacu terbentuknya komponen jaringan, ion, air, dan asam amino. Stoma endometriun yang kolaps/kempis pada saat haid, mengenbang endometrium. Pada awal fase proliferasi , tebal endometrium hanya sekitar

0.5 mm kemudian tumbuh menjadi sekitar 3,5 – 5 mm. Didalam stroma endometrium juga banyak tersebar sel derivat sumsung tulang ( bone marrow ) termasuk limfosit dan magrofat , yang dapat dijumpai setiap saat sepanjang siklus haid. Peran estrogen pada fase proliferasi juga dapat diamati dari meningkatnya jumlah sel mikrovili yang menpunyai silia. Sel yang bersilia tersebut tampak pada sekitar kelenjar yang terbuka. Pola dan irama gerak silia tersebut mempengaruhi penyebaran

dan distribusi sekresi

endometrium selama fase sekresi. Seperti halnya fase folikuler di ovarium, fase proliferasi endometrium mempunyai variasi lam / durasi yang cukup lebar. Pada perempuan normal yang subur, fase folikuler ovarium atau fase proliferasi endometrium dapat berlangsung hanya sebentar 5 – 7 hari, atau cukup lama sekitar 21 – 30 hari. b. Fase sekresi Pascaovulasi ovarium memasuki fase luteal dan korpus luteum yang terbentuk menghasilkan stroid seks diantaranya estrogen dan progesteron. Kemudian, estrogen dan progesteron korpus luteum tersebut mempengaruhi pertumbuhan endometrium dari fase proliferasi menjadi fase sekresi. Proliferasi epitel berhenti 3 hari pascaovulasi, akibat dampak anti estrogen dari progesteron. Sebagian komponen jaringan endometrium tetap tumbuh tetapi dengan struktur yang tebal yang tetap, sehingga mengakibatkan kelenjar menjadi berliku dan arteri spiralis terpilin. Tampak aktivitas sekresi di dalam sel kelenjar, didapatkan pergerakan vakuol dari intraselular menuju intraluminial. Aktivitas sekresi tersebut dapay diamati dengan jelas dengan kurun waktu 7 hari pascaovulasi.pada fase sekresi, tampak kelenjar menjadi lebih berliku dan mengembang, epitel permukaan tersusun seperti gigi, dengan stroma endometrium menjadi lebih edema dan arteria spiralis lebih terpilin lagi. Puncak sekresi terjadi 7 hari pasca;onjakan gonadotropin

bertepatan dengan saat implantasi blastosis bila terjadi

kehamilan. Pada fase sekresi kelenjar secara aktif mengeluarkan glikoprotein dan peptida kedalam kavum uteri/kavum endometrium. Didalam sekresi endometrium juga dapat di jumpai transudasi plasma. Imunoglobulin yang berada diperedaran darah dapat memasuki kavum uteri dalam keadaan terikat oleh protein yang di hasilkan sel epitel. Fase sekresi endometrium yang selaras dengan fase luteal ovarium mempunyai durasi dengan variasi sempit. Durasi/panjang fase sekresi kurang lebih tetap berkisar antara 12 – 14 hari. 7 c. Fase menstruasi Pada stadium ini, endometrium luruh dari dinding rahim disertai dengan perdarahan. Hanya lapisan tipis yang tertinggal yaitu stratum basale. Darah ini tidak membeku karena adanya fermen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan-potongan mukosa3,5. Bila darah banyak keluar, fermen tidak mencukupi hingga timbul bekuan darah dalam darah haid. Pada saat ini ovarium mulai membentuk estrogen. Pada stadium regenerasi, endometrium mulai menebal. Luka peluruhan ditutup oleh selaput lendir baru yang terbentuk dari sel epitel kelenjar-kelenjar endometrium. Pada saat ini tebal endometrium ± 0,5 mm. Stadium ini sudah mulai saat stadium menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.

Mekanisme gangguan haid berdasarkan Penyebabnya Mekanisme gangguan haid berdasarkan : a. Kehamilan Pada saat terjadi ovulasi sel telur akan dibuahi oleh sel sperma sehingga menyebabkan terjadinya implantasi. pada saat ini hipotalamus akan memberikan sinyal untuk mempertahankan kopus luteum agar tidak menjadi korpus albicans, sehingga endometrium tidak akan meluruh (tidak terjadi haid)

b. Faktor stress Gangguan pada pola menstruasi ini melibatkan mekanisme regulasi intergratif yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh tubuhtermasuk otak dan psikologis. Pengaruh otak dalam reaksi hormonal terjadi

melalui

jalur

hipotalamus-hipofisis-ovarium

yang

meliputi

multiefek dan mekanisme kontrol umpan balik. Pada keadaan stres terjadi aktivasi pada sistem limbik. Sistem ini akan menstimulasi pelepasan

hormon dari hipotalamus yaitu corticotropic releasing hormone (CRH). Hormon ini secara langsung akan menghambat sekresi GnRH hipotalamus dari tempat produksinya di nukleus arkuata. Proses ini kemungkinan terjadi melalui penambahan sekresi opioid endogen. Peningkatan CRH akan menstimulasi pelepasan endorfin dan adrenocorticotropic hormone (ACTH) ke dalam darah. Endorfin sendiri diketahui merupakan opiat endogen yang peranannya terbukti dapat mengurangi rasa nyeri. Peningkatan kadar ACTH akan menyebabkan peningkatan pada kadar kortisol darah. Pada wanita dengan gejala amenore hipotalamik menunjukkan keadaan hiperkortisolisme yang disebabkan adanya peningkatan CRH dan ACTH. Hormon-hormon tersebut secara langsung dan tidak langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana melalui jalan ini maka stres menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Dari yang tadinya siklus menstruasinya normal menjadi oligomenorea, polimenorea atau amenorea. c.

Diet Pada diet vegetarian terhadap hormon seks telah diteliti, 9 orang vegetarian diberi diet yang mengandung daging, ternyata fase folekuler memanjang, rata-rata 4.2 hari juga FSH meningkat, E2 menurun secara signifikan. Sebaliknya 16 orang diet biasa beralih ke diet yang kurang daging selama dua bulan mengalami pemendekan fase folikuler, rata-rata 3.8 hari, mengalami penurunan frekuensi puncak LH dan peningkatan kadar LH. Setelah mengalami dua kalinjeksi LHRH, terjadi hubungan antara diet dengan fungsi menstruasi. Pada wanita yang mengkonsumsi diet vegetarian terjadi peningkatan frekuansi gangguan siklus menstruasi. Prevalensi ketidakteraturan menstruasi 26.5% pada vegetarian dan 4.9% pada nonvegetarian. Sedangkan pada Diet Rendah Lemak hasil penelitian pada diet rendah lemak dibanding tinggi lemak, ternyata pada diet tinggi lemak tidak memberikan perbedaan kadar hormon dalam plasma dan urin, kesimpulannya tidak mempunyai pengaruh pada kadar hormon seks.

Sedangkan pada diet rendah lemak akan menyebabkan tiga efek utama, yaitu panjang siklus menstruasi meningkat rata-rata 1.3 hari, lamanya waktu menstruasi meningkat rata-rata 0.5 hari, dan fase folekuler meningkat rata-rata 0.9 hari. Dengan demikian maka bagi wanita yang bukan vegetarian bila berubah ke diet rendah lemak akan memperpanjang siklus menstruasi sebagai akibat dari memanjangnya fase menstruasi dan fase folikuler.

d.

Pengaruh obesitas Perubahan hormonal atau perubahan pada sistem reproduksi bisa terjadi akibat timbunan lemak pada perempuan obesitas. Timbunan lemak itu memicu pembuatan hormon, terutama estrogen. Normalnya, pada usia reproduksi calon hormon estrogen ini berasal dari ovarium. Selain sebagai penghasil gamet atau ova, ovarium juga berperan sebagai organ endokrin karena menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Hanya saja, pada wanita yang obesitas, estrogen ini tidak hanya berasal dari ovarium tapi juga dari lemak yang berada di bawah kulit. Hal inilah yang menyebabkan keluarnya luitenizing hormone (LH) sebelum waktunya. LH yang terlalu cepat keluar menyebabkan telur tidak bisa pecah dan progesteron tidak terangsang, sehingga pada suatu waktu siklusnya menjadi berantakan. Kejadian ini bisa dilihat dari siklus haid yang tidak teratur, jumlah haid yang keluar cukup banyak, dan juga masa haid yang lebih lama. Luitenizing Hormone yang keluar terlalu cepat akan merangsang keluarnya hormon progesteron dan androgen. Pada siklus normal, hal ini tidak terlalu masalah, karena hormon androgen akan diubah menjadi estradiol. Tetapi pada perempuan obesitas, androgen yang keluar terlalu cepat tidak akan diubah menjadi estradiol. Hal ini dikarenakan hormon androgen yang keluar itu yang tidak berikat. Inilah yang akan membuat sel telur tidak berkembang. Akibatnya ovulasi tidak terjadi.

Selain itu pada penderita obesitas akan timbul insulin resistance. Dimana insulin tidak mampu memasukkan gula secara benar ke ovarium, karena reseptornya ada yang rusak. Sehingga pertumbuhan sel telur juga menjadi tidak bagus atau bahkan akan berhenti. Inilah yang disebut sebagai ovarium polikistik.

Referensi

:

Prof.dr.Mochamad

Anwar, MmedSC, SpOG (K). Ilmu

Kandungan Ed.3. 2011. Jakarta : PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

4.

Bagaimana langkah-langkah diagnosis sesuai skenario ? Anamnesis:  Identitas pasien Identitas yang ditanyakan adalah nama ibu, nama suami, alamat lengkap.  Keluhan utama Keluhan utama adalah hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan, yang dirasakan dan dikemukan oleh ibu hamil kepada pemeriksa.  Hal-hal yang berkaitan dengan fungsi reproduktif. Pertanyaan ini meliputi hal-hal yang mungkin berkaitan dengan faktor resiko, yaitu umur ibu, paritas, Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) lama haid, siklus haid dan jenis kontrasepsi yang digunakan (kalau ibu tersebut peserta KB).  Riwayat penyakit terdahulu  Riwayat penyait keluarga  Riwayat pengunaan obat-obatan Berdasarkan skenario, Di dapatkan anamnesis : Nama : Umur : 14 Thn Jenis kelamin : Perempuan Keluhan utama : tidak haid selama 5 bulan HPHT 1 oktober 2018 Menarche diumur 13 tahun

Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan lanjutan dari anamnesis. Pemeriksaan ini meliputi: a. Berat badan, Lingkar Lengan Atas (LLA) dan tinggi badan. Berat ibu semasa hamil harus bertambah rata-rata 0,3-0,5 Kg per minggu. Bila dikaitkan dengan umur kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda ± 1 Kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 Kg. Pada akhir kehamilan berat badan meningkat, maka perlu difikirkan adanya resiko (bengkak, kehamilan kembar, anak besar). b. Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan dan suhu tubuh. Tekanan darah tinggi pada kehamilan merupakan resiko. Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih diatas normal, dan/atau diastolic 15 mmHg atau lebih diatas normal, kelainan ini dapat berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia kalau tidak ditangani dengan tepat. Nadi yang normal adalah 80/menit. Bila nadi lebih dari 120/ menit, maka hal ini menujukkan adanya kelainan. Sesak nafas ditandai dengan frekwensi pernafasan yang meningkat dan kesulitan bernafas serta rasa lelah. Bila hal ini timbul setelah melakukan kerja fisik (berjalan, tugas sehari-hari), maka kemungkinan terdapat penyakit jantung. Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,50c dikatakan demam, berarti ada infeksi dalam kehamilan. Hal ini merupakan penambahan beban bagi ibu dan harus dicari penyebabnya. c. Melihat apakah ada pembesaran uterus (tampak disertai pembesaran perut) dengan cara mempalpasi. d. Pemeriksaan

pembesaran

kelenjar

tiroid

atau

manifestasi

hipotiroid/hipertiroid e. Memastikan apakah ada perubahan serviks uteri (Chadwick/Hegar sign). f. Melihat apakah terdapat perubahan payudara

g. Pemeriksaan ginekologik Umumnya dapat diketahui adanya berbagai ginatresi, adanya aplasia vagina, keadaan klitoris, aplasia uteri, adanya tumor, ovarium dan sebagainya.

Berdasarkan skenario, tidak ditemukan adanya pemeriksaan fisik yang khusus.

Pemeriksaan penunjang : a). Pemeriksaan ginekologi Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan. Pada pemakaian kontrasepsi yang teratur dan benar, pemeriksaan menggunakan spekulum harus dilakukan apabila terdapat keluhan pendarahan yang menetap, atau perubahan pendarahan setelah minimal 3 bulan pemakaian kontrasepsi tidak berhasil dengan terapi medikamentosa, atau apabila belum pernah dilakukan skrining kanker serviks. Pemakaian kontrasepsi yang benar dan konsisten, disamping pemeriksaan spekulum, pemeriksaan bimanual harus dilakukan bila keluhan pendarahan disertai gejala lain (seperti nyeri, dispareunia atau pernarahan berat).

b). Pap smear Harus disingkirkan kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium atau keganasan.

c). Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan pada semua perempuan yang mengalami menoragia. Pemeriksaan ini harus dilakukan paralel dengan pengobatan menoragia yang diberikan. Pemeriksaan gangguan koagulasi harus dipertimbangkan pada perempuan dengan menoragia sejak menarche dan memiliki riwayat pribadi atau keluarga dengan gangguan koagulasi. Pemeriksaan serum feritin tidak harus dilakukan secara rutin pada

perempuan dengan pendarahan uterus abnormal. Pemeriksaan hormon tiroid seharusnya hanya dilakukan bila terdapat tanda dan gejala penyakit tiroid.

d). USG USG

panggul,

baik

abdomen

transvaginal,direkomendasikan sebagai

(suprapubik)

dan

prosedur lini pertama diagnosis

etiologi AUB. Doppler ultrasonografi memberikan informasi tambahan yang berguna untuk mengetahui kelainan endometrium dan miometrium . Histeroskopi atau histerosonografi dapat digunakan sebagai prosedur lini kedua apabila pemeriksaan USG menunjukkan adanya kelainan intrauterin atau jika perawatan medis gagal setelah 3-6 bulan. Pada pasien dengan faktor risiko kanker endometrium harus kombinasikan dengan biopsi terarah.

Berdasarkan skenario, tidak ditemukan adanya pemeriksaan penunjang yang khusus

Referensi : Suwito Tjondro Hudono. Pemeriksaan Ginekologi dalam Sarwono

Prawirohardjo. Ed.Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, 2011 5. Penyakit – Penyakit apa saja yang berhubungan dengan skenario ? SINDROM SHEEHAN

DEFINISI Suatu kondisi yang menyerang wanita yang sebelumnya mengalami perdarahan massif/berat (sampai mengancam nyawanya) saat melahirkan atau paska melahirkan.

ETIOLOGI 1. Terjadi kerusakan pada kelenjar hipofisis 2. Perdarahan karena kehamilan 3. Nekrosis hipofisis pasca persalinan 4. Syok hipovolemik 5. Hipopituitarisme pascapartum 6. Hipotensi 7. Koagulasi intravaskular diseminata

EPIDEMIOLOGI 1. sering terjadi pada wanita dengan kelainan darah hebat selama atau paska melahirkan, hipovolemia, dan hipotensi saat melahirkan 2. salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di negara-negara berkembang meskipun jarang terjadi di negara maju

PATOGENESIS Diawali karena adanya kerusakan kelenjar hipofise total oleh trauma, tumor atau lesi vaskuler menghilangkan semua stimuli yang normalnya diterima oleh tiroid, kelenjar gonad, dan kelenjar adrenal. Menurunnya pasokan darah akibat pendarahan masif dan menyebabkan infark hipofisis anterior. Volume hipofisis meningkat dua kali lipat selama kehamilan. Pembesaran kelenjar hipofisis dapat menekan pembuluh darah yang mendukung. Hal yang diyakini bahwa fungsi yang diubah oleh SS yang paling sering adalah sekresi prolaktin dan GH. Namun, sekresi hormon lain juga mungkin akan terpengaruh. SS dapat bersifat akut atau kronis. Bentuk akut biasanya jarang. Diagnosis SS biasanya dibuat beberapa bulan hingga tahunan setelah perdarahan postpartum. Alasan keterlambatan dalam diagnosis adalah bahwa sebagian besar pasien tidak memiliki gejala yang menunjukkan diagnosis pada periode awal penyakit.

GEJALA KLINIS 1. Tidak

menstruasi

(amenore)

atau

jarang

terjadi

menstruasi

(oligomenorrhea) 2. Kesulitan menyusui atau produksi ASI menurun (hipoprolaktinemia) 3. Rambut aksila dan pubis berkurang (rontok) 4. Hipotensi , Bradikardi 5. Kelelahan dan Berat badan menurun 6. Anemia Normokromik 7. Kulit kering, pucat dan agak mengkerut

ALUR DIAGNOSIS Anamnesis Ditemukan adanya riwayat pendarahan hebat saat atau setelah proses persalinan. Tidak menstruasi selama minimal 3 bulan berturutturut atau menstruasi tetapi jumlahnya sedikit dan siklus tidak teratur. Perubahan fisik akibat hormonal seperti rontoknya rambut di bawah ketiak dan di kemaluan, produksi ASI berkurang. Tanda-tanda anemia seperti badan lemas, pucat, pusing, dan mudah lelah

Pemeriksaan Fisis Tes Dehidrasi Pemeriksaan Tanda Vital : Saat dehidrasi, denyut nadi dapat meningkat dan tekanan darah dapat turun karena darah kurang cairan. Suhu dapat diukur untuk menilai demam. Pemeriksaan Kulit untuk melihat apakah Turgor kulit menurun (tidak elastis), apakah ada keringat dan menilai tingkat elastisitas (turgor). Mulut bisa menjadi kering. Pengukuran berat badan dapat membantu dalam menilai berapa banyak air telah hilang dengan keadaan akut.

Capillary Nail Refill Time : merupakan tes yang dilakukan cepat pada daerah kuku untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi). Nail Blanch Test : Tes ini dilakukan dengan memegang tangan pasien lebih tinggi dari jantung (mencegah refluks vena ), lalu tekan lembut kuku jari tangan atau jari kaki sampai putih, kemudian dilepaskan. Catatlah waktu yang dibutuhkan untuk warna kuku kembali normal (memerah) setelah tekanan dilepaskan. Jika aliran darah baik ke daerah kuku, warna kuku kembali normal kurang dari 2 detik

Pemeriksaan Penunjang Kimia Darah Kelainan elektrolit : Na, Cl, K Faal Ginjal Kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) ↑ dan Kadar Kreatinin ↑ Complete Blood Count untuk Mengetahui jumlah sel darah yang terkonsentrasi dalam tubuh dan Kadar Hb, Eritrosit dan SADT untuk melihat apakah ada tanda anemia normositik normokrom Urinalisis untuk Menentukan konsentrasi urin dan Semakin pekat urin mengindikasi adanya dehidrasi

TERAPI Sulih hormon (hormone replacement therapy=HRT) dan Pemberian ACTH, Hormon Estrogen, Growth Hormon. Kadar hormon diperiksa setiap beberapa minggu atau bulan pada awal pengobatan HRT, selanjutnya setahun sekali Kortikosteroid : Prednisone, Hidrokortison 25 mg/hari Levo-Tiroxin 0,1-0,2 mg/hari

Referensi :

-

Yusuf Özkan & Ramis Colak. Sheehan Syndrome: Clinical and laboratory evaluation of 20 cases. Neuroendocrinol Lett 2016; 26(3):257–260.

-

Fatma M, Mouna E, Nabila R, M Mnif, Nadia C and Mohamed A. Sheehan’s

syndrome with pancytopenia: a case report and review

of the literature, Journal of Medical Case Reports 2015, 5:490 -

Schrager S, Sabo L. Sheehan syndrome: a rare complication of postpartum hemorrhage. J Am Board Fam Pract vol 14. 5 p.389–91 (2016)

HYMEN IMPERFORATA

DEFINISI Hymen Imperforata adalah selaput dara yang tidak menunjukan lubang (Hiatus Himenalis) sama sekali, suatu kelainan yang ringan dan yang cukup sering dijumpai. Kemungkinan besar kelainan ini tidak dikenal sebelum menarche. Sesudah itu molimina menstrualia (rasa sakit saat waktunya menstruasi tanpa diikuti pengeluaran darah) dialami tiap bulan, tetapi darah haid tidak keluar. Bentuk dan ukuran lubang himen bervariasi, tetapi umumnya robek pada waktu koitus pertama

EPIDEMIOLOGI Himen imperforata adalah kelainan kongenital yang relatif jarang terjadi yang sering menyebabkan sakit perut pada anak perempuan remaja. Penderita yang mengalami himen imperforata frekuensinya tidak begitu banyak, yaitu 1 dalam 4000 kelahiran 1 dalam 4000 sampai 10.000 kelahiran.

ETIOLOGI Kelainan kongenital himen imperforata secara pasti belum jelas, akan tetapi beberapa peneliti ada yang menganggap karena adanya gangguan pada gen autosomal resesif , gangguan pada transmitted sex-linked autosommal dominant. Penyebabnya mungkin berhubungan dengan kegagalan apoptosis karena sinyal genetik dikirim, atau mungkin berkaitan dengan lingkungan hormonal yang tidak pantas. Selain itu mungkin karena warisan familial dalam generasi berturut-turut telah dijelaskan.

TANDA DAN GEJALA - Nyeri perut siklik tanpa haid - Amenorea - Nyeri pelvis - Nyeri punggung belakang - Perut terasa tegang (spasme perut) - Timbul hymen buldging - Gangguan miksi berupa disuria - Gangguan defekasi

ALUR DIAGNOSIS Pemeriksaan fisik -

Terlihat abdomen membesar dan tegang

-

Inspeksi vulva kelihatan atresia himen berwarna kebiru – biruan biasanya menonjol  Hymen Buldging

-

Massa di abdomen bawah dengan nyeri tekan dan massa kistik di pelvis

-

Keluhan miksi mungkin polakisuri sebab kapasitas buli – buli menjadi kecil

Pemeriksaan penunjang - Foto abdomen (BNO-IVP), dapat memberikan gambaran imaging untuk uterovaginal anomali. - USG dapat segera didiagnosis hematokolpos atau hematometrokolpos, - MRI untuk mengetahui apakah ada kongenital anomali traktus urinaria yang menyertai.

PENATALAKSANAAN Tindakan pembedahan (hymenectomi ) Apabila hymen imperforata dijumpai sebelum pubertas, membran hymen dilakukan insisi/ hymenotomi dengan cara sederhana dengan melakukan insisi silang atau dilakukan pada posisi 2, 4, 8 dan 10 arah jarum jam disebut insisi stellate.

Referensi : - Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. 2005. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. - Hong Kong. Emerg. Med.Journal.tahun 2009. Vol. 17/ edisi 5/ Halaman 371 – 373 - Singapore Med Journal. Tahun :2009/ volume 50 / edisi (7)/halaman :378-379 - Chin Med Assoc Journal: Tahun: 2007 volume 7 edisi(12) halaman559–561 Vol. 17 edisi 5 hal 371 – 373 - Martius, Gerhard.1982.Bedah Ginekologi.Jakarta : EGC)

KISTA OVARIUM

DEFINISI Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur)berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja.

ETIOLOGI Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis, dan ovarium Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena adanya infeksi bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan kemudian akan membantu tumbuhnya kista, Faktor makanan ; lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik.

PATOFISIOLOGI Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovariumtidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita.

KLASIFIKASI KISTA OVARIUM A. Kista Ovarium Non-neoplastik 1. Kista folikel Kista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis yang berasal dari kegagalam resorbsi cairan folikel yang tidak dapat berkembang secara sempurna. 2. Kista lutein Kista luteum yang sesungguhnya,umumnya berasal dari corpus luteum hematoma.

Biasanya

gejala-gejala

yang

di

timbulkan

sering

menyerupai kehamilan ektopik. 3. Kista stain levental ovary Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. 4. Kista korpus luteum Kista korpus luteum berukuran ≥ 3 cm, dan diameter kista sebesar 10 cm. Keluhan yang biasa dirasakan dari kista tersebut yaitu rasa sakit yang berat di rongga panggul terjadi selama 14-60 hari setelah periode menstruasi terakhir.

B. KISTA OVARIUM NEOPLASTIK 1. Kistoma Ovarium Simpleks Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, dan berwarna putih 2. Kista Dermoid Sebenarnya kista dermoid ialah satu terotoma kistik yang jinak dimana stuktur-stuktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epital kulit.

3. Kista endometriosis Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar rahim 4. Kista denoma ovarium musinosum Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Namun, kista tersebut bisa berasal dari suatu teroma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen menghalangkan elemen–elemen lain. Selain itu, kista tersebut juga berasal dari lapisan germinativum. 5. Kista denoma ovarium serosum Permukaan tumor biasanya licin, kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler meskipun lazimnya berongga satu.

TANDA DAN GEJALA -

Tidak nyaman pada perut bagian bawah

-

Siklus menstruasi terganggu atau tidak teratur

-

Nyeri saat melakukan hubungan seksual

-

Nyeri pinggul

-

Rasa penuh atau berat pada tubuh

DIAGNOSA. Anamnesis Anamesa / Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara pasien dandokter atau tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh keterangan-keterangan tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien.

Pemeriksaan fisik Pemerisaan fisik yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan kondisi fisik dari pasien. Pemeriksaan fisik meliputi: 1. Inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/ memperhatikan keseluruhan tubuh pasien secara rinci dan sistematis.

2.

Palpasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan cara meraba pada bagian tubuh yang terlihat tidak normal.

3.

Perkusi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mengetuk daerah tertentu dari bagian tubuh dengan jari atau alat, guna kemudian mendengar suara resonansinya dan meneliti resistensinya.

4.

Auskultasi, yaitu pemeriksaan fisikdengan mendengarkan bunyi-bunyi yang terjadi karena proses fisiologi atau patoligis di dalam tubuh, biasanya menggunakan alat bantu stetoskop

Pemeriksaan penunjang/tambahan Pemeriksaan penunjang yaitu suatu pemeriksaan medis yang dilakuan atas indikasi tertentu guna memperoleh ketarangan yang lebih lengkap. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus kista ovarii antara lain : 1. Laparaskopi : Menentukan asal dan sifat tumor, apakah tumor tersebut berasal dari ovarium atau tidak, dan apakah jenis tumor tersebut termasuk jinak atau ganas. 2.

Ultrasonografi (USG) :Menentukanletak, batas, dan permukaan tumor melalui abdomen atau vagina, apakah tumor berasal dari ovarium, uterus, atau kandung kemih, dan apakah tumor kistik atau solid.

3. Foto rontgen : Menentukan adanya hidrotoraks, apakah di bagian dada terdapat cairan yang abnormal atau tidak seperti gigi dalam tumor. 4. Pemeriksaan darah : Tes petanda tumor (tumor marker) CA 125adalah suatu protein yang konsentrasinya sangat tinggi pada sel tumor khususnya pada kanker ovarium. Lalu, sel tersebut diproduksi oleh sel jinak sebagai respon terhadap keganasan.

PENATALAKSANAAN 1. Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat diberikan kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa nyeri 2. Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi semakin membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus segera

mengangkatnya.Ada 2 tindakan laparaskopi dan laparatomi.

pembedahan

yang

utama

yaitu:

Referensi : -

Prof.dr.Mochamad Anwar, MmedSC, SpOG (K). Ilmu Kandungan Ed.3. 2011. Jakarta : PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

6.

Apa tatalaksanaa awal pada skenario ? 1. Uji dengan menggunakan progestogen, (uji P) Bila ternyata wanita tersebut diyakini tidak hamil, maka baru boleh dilakukan uji P. Jenis-jenis progestogen yang dapat digunakan ialah medroksiprogesteron asetat (MPA), noretisteron, didrogesteron, atau nomegestrol asetat. Dosis progestogen untuk uji P ialah 5-10 mg/hari dengan lama pemberian 7 hari. Umumnya perdarahan akan terjadi 3-4 hari setelah obat habis, dan dikatakan uji P pada wanita ini positif. Jika dalam 10 hari setelah obat habis belum juga terjadi perdarahan, maka dikatakan uji P negatif. Bila terjadi perdarahan setelah uji P, berarti wanita tersebut masih memiliki uterus, dengan endometrium normal.

2. Uji dengan menggunakan estrogen dan progestogen (uji E + P) Cara melakukan uji E+P ialah dengan memberikan estrogen, seperti etinil estradiol 50 µg, atau estrogen valerianat 2 mg, atau estrogen equin konjugasi 0, 625 mg selama 21 hari dan dari hari ke 12 sampai hari ke 21 diberikan progestogen 10 mg/hari. Paling mudah ialah dengan memberikan pil kontrasepsi kombinasi, meskipun cara ini tidak dapat dikatakan sebagai uji E+P yang murni karena sejak awal estrogen dan progestogen diberikan bersamaan. Uji E+P dikatakan positif, bila 2 atau 3 hari setelah obat habis terjadi perdarahan. Pada wanita tertentu perdarahan dapat saja terjadi 7-10 hari setelah obat habis. Bila tidak terjadi perdarahan, maka dikatakan uji E+P negatif. Uji E+P positif artinya pada wanita ini perdarahan baru terjadi setelah diberikan estrogen.

Referensi

-

7.

Baziad A. Amenorea sekunder. In Endokrinologi Ginekologi (3rd ed). Jakarta: Media Aesculapius, 2008. Speroff L, Marc AF. Amenorrhea. In: Clinical Gynecologic Endocrinology & Infertility (7th ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005

Bagaimana perspektif islam sesuai dengan skenario ? Allah SWT berfirman:

Artinya : "Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, Itu adalah sesuatu yang kotor. Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 222)  Makna yang terkandung dalam ayat tersebut : Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa surat al baqarah ayat 222 ini mengandung tema tentang kebersihan bagi perempuan, dimana perempuan mengalami suatu masa tidak suci yaitu ketika Haidh. Poinnya adalah kita tidak boleh menyetubuhi seorang wanita (istri) dalam keadaan haidh sampai ia suci kembali dalam artian haidhnya sudah berhenti.

 Alasan mengambil ayat tersebut : karena ayat ini mengandung tema tentang kebersihan bagi perempuan , dimana perempuan mengalami suatu masa tidak suci ketika haid. maka jagalah kebersihan agak terhindar dari penyakit yang bisa timbul karena gangguan haid.

Related Documents


More Documents from "Salsabila Widyadhana"

Exsum Andi.docx
April 2020 16
Bab V Utap.docx
December 2019 33
Lp Bronkopneumoni.docx
November 2019 45
Sap Diare.docx
November 2019 49