Laporan Paktikum Agrohodrologi 1.docx

  • Uploaded by: Fhenny Rama Shenthaury
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Paktikum Agrohodrologi 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,749
  • Pages: 11
LAPORAN PAKTIKUM AGROHODROLOGI “Pola Curah Hujan Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2001-2010”

Dosen Pengampu : Dr. Ir.Heri Junedi, M.Sc. Nama Kelompok : 1. Nency Putri Anisah Br Purba

(D1A017009)

2. Nanda Maslikan Saputra

(D1A017010)

3. Fhenny Rama Shen Thaury

(D1A017012)

4. Surahmat Hendryono

(D1A017015)

5. Yohana Meisy Ina Damanik

(D1A017007)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2019

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cuaca adalah keadaan fisis atmosfer pada suatu saat (waktu tertentu) di suatu tempat, yang dalam waktu singkat berubah keadaannya (gerak udaranya). Sedangkan iklim adalah keadaan rata-rata atmosfer pada suatu tempat dan dalam jangka waktu yang panjang. Faktor umum pembentuk cuaca dan iklim antara lain radiasi matahari, sirkulasi atmosfer dan faktor lokal. Indonesia terletak di sekitar ekuator yang diapit oleh dua benua,yaitu Benua Asia dan Australia dan dua samudera yakni Samudra Hindia dan Pasifik. Ditambah lagi wilayahnya yang berwujud kepulauan (maritim) menyebabkan Indonesia mempunyai cuaca dan iklim yang unik. Dua sirkulasi yakni Hadley dalam arah meridional dan Walker dalam arah zonal berpadu dan menyebabkan keragaman cuaca dan iklim yang tidak ada duanya di bumi ini. Posisi matahari yang bergerak semu dari 23.5º LU menuju ke 23.5º LS sepanjang tahun menyebabkan pengaruh monsun sangat dominan mempengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan bentuk topografi yang sangat beragam maka sistem golakan lokal juga cukup dominan dan pengaruhnya terhadap keragaman iklim di Indonesia tidak dapat diabaikan. Pengaruh topografi yang kompleks memegang peranan penting dalam pembentukan cuaca dan iklim yang khas di suatu daerah, seperti angin lembah, angin gunung, angin darat dan angin laut. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim Indonesia ialah gangguan siklon tropis. Semua aktifitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun. Dari parameter cuaca dan iklim yang ada, curah hujan merupakan elemen iklim yang paling penting. Curah hujan adalah unsur iklim yang sangat berubahubah dari tahun ke tahun. Curah hujan adalah penting bahwa setiap analisis iklim pertanian mempertimbangkan variabilitas ini dan tidak hanya didasarkan atas nilai rata-rata. Curah hujan pada suatu daerah yang terjadi secara terus-menerus atau berkelanjutan akan membentuk suatu pola yang dinamakan pola curah hujan.

1.2.Tujuan Praktikum Tujuan dilakukannya praktikum ini antara lain : a. Untuk mengetahui pola curah hujan di kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2001-2010. b. Untuk melihat distribusi hujan rata-rata bulanan selama 10 tahun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Iklim di Indonesia Berdasarkan faktor-faktor dan variabel yang mempengaruhi pembentukan cuaca, maka secara umum pola iklim di Indonesia berdasarkan distribusi curah hujan bulanan maupun dasarian (sepuluh harian) dibagi menjadi 3 (tiga) pola hujan, yaitu : 1. Pola Hujan Monsunal Pola monsunal dicirikan oleh distribusi curah hujan bulanan berbentuk V dengan jumlah curah hujan musiman rendah pada bulan Juni, Juli atau Agustus. Pada kondisi normal, saat monsun barat akan mendapat curah hujan yang berlimpah (musim hujan) sedangkan pada saat monsun timur jumlah curah hujannya sangat sedikit (musim kemarau). Pada pola hujan monsunal wilayahnya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau. Secara umum musim kemarau berlangsung dari April sampai September dan musim hujan dari Oktober sampai Maret. Tipe grafik curah hujan bersifat unimodial (memiliki satu puncak musim hujan). Puncak maksimum musim hujan yaitu pada bulan Januari / Desember. Sementara itu lembah minimum terjadi pada bulan Agustus pada saat musim kemarau. Tipe monsunal dipengaruhi oleh angin musiman (monsun), baik angin baratan maupun angin timuran yang bertiup akibat adanya perbedaan musim di Belahan Bumi

Utara

(BBU)

dan

Belahan

Bumi

Selatan

(BBS).

Pola

hujan monsunal terdapat di Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, dan sebagian Sumatera. 2. Pola Hujan Equatorial Pola equatorial dipengaruhi oleh gerak revolusi bumi mengelilingi matahari, dicirikan

oleh

pola

hujan

dengan

bentuk

bimodal,

yaitu mempunyai dua puncak musim hujan (berbentuk huruf M) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober saat matahari berada dekat equator atau pada saat terjadi ekinoks. Ekinoks terjadi dua kali selama periode revolusi (1

tahun) yaitu pada tanggal 21 Maret dan 23 September. Pada waktu ekinoks, energi matahari yang diterima pada daerah sekitar equator adalah maksimum, kemudian berkurang ke arah kutub sehingga energi matahari di daerah kutub menjadi nol. Selain itu, wilayah dengan pola ini mempunyai dua lembah minimum pada musin kemarau yang terjadi pada bulan Januari dan bulan Juli dan hampir sepanjang tahun masuk dalam kriteria musim hujan. Pada pola ini, angin monsun kurang berpengaruh dibandingkan dengan pengaruh insolasi (radiasi matahari yang diterima bumi) pada saat terjadi ekinoks. Wilayah Indonesia di sepanjang garis equatorsebagian besar mempunyai pola hujan equatorial, seperti Padang dan Pontianak. 3. Pola Hujan Lokal Tipe lokal lebih dipengaruhi oleh kondisi lokal suatu wilayah dan memiliki satu puncak maksimum yang terjadi pada musim hujan. Pada pola hujan lokal wilayahnya memiliki distribusi hujan bulanan berkebalikan dengan pola monsunal. Pola lokal memiliki ciri bentuk pola hujan unimodial (satu puncak hujan), tetapi bentuknya berlawanan dengan tipe hujan monsunal. Sehingga puncak musim hujan terjadi sekitar pertengahan tahun. Pola hujan lokal dipengaruhi oleh efek orografi. Salah satu wilayah yang mempunyai pola hujan lokal adalah Ambon (Maluku).

2.2. Peta Pembagian Pola Iklim di Indonesia Pembagian pola iklim menjadi tiga daerah di Indonesia berikut ini berdasarkan metode korelasi ganda. Pembagian pola iklim ini kami ambil dari disertasi Dr.EdvinAldrian.

Region atau daerah A, pola curah hujannya berbentuk huruf U ( paling kiri), sedang pola Region B, pola curah hujannya berbentuk huruf M ( tengah) dengan dua puncak curah hujan.Sedangkan pola Region C berbentuk huruf U terbalik ( kanan) atau berkebalikan dengan Region A. Garis merah merupakan curah hujan dalam milimeter sedangkan garis hitam merupakan deviasinya. Region A

:

Region

monsoon

tengara/Australian

Region B

: Region semi-monsoon/NE Passat monsoon

Region C

: Region anti-monsoon/Indonesian throughflow

monsoon

Kemudian dari literatur lain seperti diilustrasikan sebagai berikut : (Bayong,1999) Region A : Type Monsoon Region B : Type Ekuatorial Region C : Type lokal.

BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa, 12 Maret 2019 pada jam 07.30 sampai dengan selesai di Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.

3.2. Bahan dan Alat Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah data curah hujan 10 tahun terakhir Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan yang pada saat ini digunakan data dari tahun 2001-2010. Sedangkan alat yang digunakan adalah seperangkat Personal Computer yang telah terinstal aplikasi Microsoft Exel atau Microsoft Word untuk mengolah data yang digunakan. 3.3. Prosedur Kerja 1. Tentukan tempat atau wilayah yang akan kita lihat pola curah hujannya 2. Siapkan data curah hujan Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan tahun 2001-2010 atau data 10 tahun terakhir dengan range yang berbeda 3. Kemudian salin data tersebut agar dapat diolah 4. Jumlahkan curah hujan setiap bulan pada setiap tahun kemudian dirataratakan dengan membagi 10 sesuai jumlah tahun yang ada pada data 5. Selanjutnya, buatlah grafik dari data tersebut dengan menggunakan aplikasi Microsoft Exel atau Microsoft Word pada Persolan Computer 6. Buatlah pembahasan mengenai pola curah hujan yang dapat teramati dari grafik yang sudah dibuat 7. Kemudian buatlah kesimpulan pola curah hujan apa yang terjadi di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Data Curah Hujan Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan tahun 2001-2010

Bulan

Jumlah

Tahun Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Hujan

Juni

Juli

Agt

Sept

Okt

Nov

Des

2001

379,2 281,9 457,2 174,5 136,4 174,5

88,9

75,8

26,9

146,1

349,9

402,5

2693,8

2002

354,6

145

234,2 206,8 136,5

73,8

32,7

42,3

73,4

175,5

236,6

346,7

2058,1

2003

194,6

99,8

321,3 113,2 105,4 148,5

11,1

18

29,8

104

256,7

300

1702,4

2004

267,6 346,8 231,2 170,9

76,4

60,4

26,1

62

42,7

220,5

347,5

644,1

2496,2

384,7 245,5 211,1 215,3

24,1

171,1

0

9,8

24,9

227

255,3

2336,8

2006

269,7 290,1 260,7 221,7 199,1 138,8

71,6

34,1

15,3

211,5

186,7

264

2163,3

2007

362,6 299,9 294,8 213,3

24,7

4,6

2,9

16,5

115,6

403,4

1993,6

2008

240,6 329,3 482,7 329,6 253,3 170,9 229,3

54,8

30,1

62,4

169,8

255,9

2608,7

2009

272,1

2010

324,3 289,6 290,1

2005

Ratarata

568

240

554,3 241,2 243

323,3 270,7 337,2 212,5

72,5

182,8

54,4

259,5 143,8

82,8

99,1

77,7

287,8

420,5

2733,2

171

365,7

240

338,2

256

318

563

3570,9

142

159,9 97,13 61,44 66,82 129,51 249,56 385,5

172

-

Rata-Rata Curah Hujan Selama 10 Tahun 450 400

Rata-Rata

350 300 250 200 150 100

50 0 Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Agt

Sept

Okt

Nov

Des

Bulan

4.2. Pembahasan Grafik diatas diperoleh dari data curah hujan Kota Banjarbaru pada tahun 2001-2010. Adapun yang harus dilakukan sebelum mendapatkan grafik tersebut ialah merata-ratakan curah hujan tiap bulan sehingga dalam grafik dapat dilihat yang tertera adalah rata-rata curah hujan bulanan 10 tahun terakhir. Dari grafik diatas, dapat kita lihat bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu 385,5 mm. Kemudian sampai bulan Maret masih termasuk tinggi curah hujannya. Dapat dikatakan bahwa musim penghujan di Kota Banjarbaru sudah mulai berlangsung dari bulan November kemudian mencapai puncaknya pada bulan Desember dan terus berlangsung hingga bulan April. Selanjutnya curah hujan terendah dapat dilihat pada grafik terjadi pada bulan Agustus yaitu 61,44 mm. Kemudian pada bulan September tidak jauh berbeda dengan bulan September yaitu 66,82 mm. Dari grafik diatas, dapat dikatakan bahwa musim kemarau di Kota Banjarbaru sudah mulai berlangsung dari bulan Mei, kemudian pada bulan Juni naik sedikit walaupun masih tergolong pada bulan kering dan terus berlangsung sampai bulan Oktober. Dari bulan Juni hingga Agustus curah

hujan semakin kecil, yang artinya pada bulan Agustus merupakan puncak musim kemarau dengan curah hujan terkecil selama satu tahun. Selanjutnya mulai bulan September hingga Oktober curah hujan mulai membesar, artinya disini adalah fase peralihan untuk memasuki musim penghujan pada bulan November. Jika dilihat secara keseluruhan, grafik pola curah hujan di Kota Banjarbaru selama 10 tahun terakhir ini menggambarkan suatu pola, yaitu grafiknya membentuk huruf M yang memiliki dua puncak, yaitu pada bulan Desember dan bulan Maret. Sehingga Kota BanjarBaru Provinsi Kalimantan Selatan dapat digolongkan ke dalam pola iklim ekuatorial berdasarkan tinjauan pustaka yang tertera diatas.

BAB V KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tipe iklim di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan dilihat dari data pola curah hujan 10 tahun terakhir adalah termasuk tipe Ekuatorial yang memiliki dua puncak pada grafiknya, yaitu pada bulan Desember dan Maret.

DAFTAR PUSTAKA Nasichah, Isti. 2010. “Pola Iklim (Pola Hujan) di Indonesia”. Diakses pada tanggal 18 Maret 2019 pada pukul 20.10 WIB dari : http://chocittaisti.blogspot.com/2010/08/pola-iklim-pola-hujan-diindonesia.html Said, Kadarsah. 2007. “Tiga Pola Curah Hujan di Indonesia”. Diakses pada tanggal 18 Maret 2019 pada pukul 20.00 WIB dari : https://kadarsah.wordpress.com/2007/06/29/tiga-daerah-iklim-indonesia/ Setiawan, Agnas.2013. “Pola Curah Hujan di Indonesia”. Diakses pada tanggal 18 Maret 2019 pada pukul 20.20 WIB dari : https://geograph88.blogspot.com/2013/05/pola-curah-hujan-diindonesia.html Tukidi. 2010. “Karakter Curah Hujan di Indonesia”. Diakses pada tanggal 18 Maret 2019 pada pukul 20.30 WIB dari : https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JG/article/view/84/85

Related Documents

Laporan Paktikum 2
April 2020 22
Laporan Paktikum 2
April 2020 30
Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62

More Documents from ""

Laporan Enzim.docx
October 2019 30
Ismi.docx
May 2020 26
Laporan Fistum 1 - Copy
September 2019 38
Archagam_4
October 2019 53