Laporan Observasi Ks Kelompok 3.docx

  • Uploaded by: Yoga Prayoga
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Observasi Ks Kelompok 3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,841
  • Pages: 13
LAPORAN OBSERVASI PERMASALAHAN KEMISKINAN STRUKTURAL PADA KELUARGA BAPAK CECE Diajukanuntukmemenuhitugas Mata KuliahKesejahteraanSosial DosenPengampu: Dr. Hj. YaniAchdiani, M.Si.

DisusunOleh: Kelompok 4 Mariam Triani S

1602484

PuspaSari K

1606645

Prilly Eprilia

1606649

Siti Indah N

1606577

PRODI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2017

Latar Belakang Bandung adalahsalahsatu Kota besar di Indonesia. Sebagai Kota besar, Bandung memilikibanyakpersoalan.

Persoalan

yang

muncul

di

Kota

Bandung

ini

di

antaranyamasalahsosial, lingkungan, danhukum. Menurut Dinas Sosial, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang, keluarga, atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani,rohani, dan sosial) secara memadai dan wajar. Salah satuhal yang menarikuntukdibahasadalahpersoalansosial yang ada di Kota Bandung,

lebihspesifiklagimasalahpemulung

di

Kota

Bandung.

Pemulungadalahgolongansosial yang memilikiusaha untukmengumpulkanbarangbekas. Merekamengambilberbagaimacam tempatpembuangansampah,

barangbekas,

pekaranganrumahpenduduk,

barangdiambildarijalan, pasar,

pertokoan,

terminal,

stasiun, bandara, tempatwisata, rumahibadah, sekolah, kampusdanpemakaman. Pada penelitian ini dilakukan kepada pemulung botol bekas di daerah gegerkalong girang, objek penelitian kami mengarah kepada keluarga bapak Cece. Saat melakukan penelitian kami menemukan banyak permasalahan yang terjadi di keluarga tersebut, seperti kemiskinan struktural, rumah tak layak huni, dan anak terlantar. 1. Pengertian pemulung Pemulungadalah

orang-orang

yang

melakukanpekerjaandengancaramemungutdanmengumpulkanbarangbarangbekas

yang

berada

di

berbagaitempatpemukimanpendudukan,

pertokoandan/ataupasarpasar

yang

bermaksuduntukdidaurulangataudijualkembali, sehinggamemilikinilaiekonomis. Kriteria

:

a.

tidakmempunyaipekerjaantetap;

mengumpulkanbarangbekas. (Mensos, 2012, Hal 4)

dan

b.

2. Pengertian Kemiskinan Struktural Kemiskinanstrukturaladalahkemiskinan

yang

dideritaolehsatugolonganmasyarkatkarenastruktursosialmasyarakattersebutti dakmampumemanfaatkansumber-sumberpendapatan

yang

sebenarnyatersediabagimereka (Alfian, Mely G, Tan, Selo Sumardjan kemiskinan struktural satu bunga rampai, 1980, Hal 5) 3. Pengertian Rumah Tak Layak Huni Keluarga yang kondisi rumah dan lingkungannya tidak memenuhi persyaratan yang layak untuk di jadikan tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan, maupun sosial. 4. Pengertian Anak Terlantar Anakterlantaradalahseoranganakberusia 6 (enam) tahunsampaidengan 18 (delapanbelas)

tahun,

meliputianak

mengalamiperlakuansalahdanditelantarkanoleh

yang orang

tua/keluargaatauanakkehilanganhakasuhdari orang tua/keluarga. Kriteria : a. berasaldarikeluarga fakir miskin; b. anak yang dilalaikanoleh orang tuanya; dan c. anak yang tidakterpenuhikebutuhandasarnya. (Mensos, 2012, Hal 1)

A. FAKTUAL Profil Narasumber: 1.

2.

3.

4.

Nama Umur Status Pekerjaan Nama Umur Status Pekerjaan Nama Umur Status Pekerjaan Nama Umur Status Pekerjaan

:Cece : 32 Tahun : Suami : Pemulung Rongsokan : Titin : 30 Tahun : Istri : Pemulung Rongsokan : Santi : 13 Tahun : Anak : Pemulung Rongsokan : Devi : 10 Tahun : Anak : Pemulung Rongsokan

Awalnya sebelum menjadi pemulung bapak Cece sempat berusaha mencari pekerjaan yang lebih layak, namun karena terbatasnya lapangan pekerjaan dan baik segi pengalaman maupun pendidikan yang minim beliau susah untuk mendapatkan pekerjaan sehingga beliau mengikuti orang tua dan saudaranya mencari barang bekas untuk dijual kembali.Bapak Cece dan Ibu Titin memiliki dua anak yang bernama Santi dan Devi.Sejak Santi berusia 9 tahun ia sudah membantu orang tuanya untuk mencari rongsokan, karena kondisi ekonomi yang kurang untuk kehidupan keluarga. Keluarga bapak Cece dan ibu Titin sangat kekurangan sehingga anaknya tidak bisa melanjutkan sekolah, Santi berhenti sekolah saat berumur 9 tahun pada kelas 3 SD sedangkan adiknya Devi belum sekolah sampai saat ini. Kondisi tempat tinggal hanya mengkontrak tanahnya saja dan membayar sewa tanah sebesar Rp500.000 perbulan sedangkan bangunan terbuat dari triplek dan atapnya hanya menggunakan banner -banner bekas saat memulung dan bangunan tersebut tidak cukup luas hanya berukuran 2x3 meter. Pada bagian

samping dan depan rumah tersebut di simpan berbagai macam rongsokan dan dibagian depan terdapat dapur kecil. Rumah tersebut tidak mempunyai kamar mandi sehingga jika ingin ke toilet harus pergi ke WC umum (MCK). Penerangan pada rumah tersebut hanya terdapat satu lampu, listriknya bergabung dengan tetangga sebelah rumahnya, keluarga bapak Cece hanya membayar token sebesar Rp75.000perbulan, kemudian ada biaya tambahan untuk keamanan sebesar Rp3000 – 5000 perbulan.Bapak Cece mulai keluar rumah mencari rongsokan dari pagi hari hingga malam di daerah KPAD sampai Sukajadi, ibu Titin mencari rongsokan dari siang hari karena harus menyelesaikan tugas rumah tangga terlebih dahulu ibu mencari rongsokan di sekitar UPI dan ledeng, sedangkan Santi dan Devi mulai mencari rongsokan sore hari hingga setelah isya di sekitar gegerkalong girang. Kemudian rongsokan yang di dapat akan di kumpulkan terlebih dahulu dan di bersihkan, jika sudah terkumpul banyak akan di timbang dan dijual. Terkumpulnya barang rongsokan selama seminggu atau dua minggu karena tergantung banyaknya barang rongsokan yang di dapat. Penghasilan dari menjual barang rongsokan Rp250.000 tetapi penghasilan tersebut tidak menentu dan tidak mencukupi kebutuhan keluarga tersebut. Keluarga bapak Cece biasanya memakan nasi dan telur pecah ( telur yang tidak layak). Awal mula terjadi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah faktor keturunan. Nenek dan sodara dari keluarga bapak Cece juga seorang pemulung rongsokan, oleh sebab itu mereka menjadi pemulung rongsokan. Awalnya mereka tinggal di daerah Majalaya bersama keluarga besar, tetapi karena merasa tidak memiliki apa-apa akhirnya mereka pindah ke daerah cibogo dan tetap bekerja sebagai pemulung rongsokan. Pada tahun 2016 keluarga bapak Cece pindah ke daerah gegerkalong girang Rt 05 Rw 01 hingga saat ini. Kehidupan sosial masyarakat di tempat tinggal bapak Cece sangat gotong royong dan tidak terlalu membeda-bedakan antar keluarga. Hubungan internal keluarga bapak Cece juga terbilang harmonis karena tidak mempermasalahkan keuangan yang sangat kurang dengan keadaan yang seperti itu mereka tetap bersyukur dan saling menyayangi.

DIAGNOSIS

Menurut kami, berdasarkan wawancaradan survei lokasi ke tempat kediaman keluarga bapak Cece, dapat menarik kesimpulan bahwa keluarga bapak Cece di diagnosa memilikimasalah yang termasuk kedalam Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sebagai berikut: 1. Rendahnya perekonomian keluarga 2. Rumah tak layak huni 3. Tidak memiliki keahlian untuk mengembangkan potensi 4. Kemiskinan Struktural 5. Anak terlantar Pekerjaan seorang pemulung rongsokan sudah menjadi tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh keluarga besar bapak Cece. Mulanya keluarga tersebut menetap di Majalaya yang kondisinya juga serupa. Namun karena sulit terpenuhinya kebutuhan akan barang rongsokan, keluarga ini memutuskan untuk menetap di Bandung. Kurangnya pengetahuan dan pendidikan menyebabkan rendahnya keinginan untuk menggali potensi yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhannya sehingga menyebabkan timbulnya rasa pasrah, dan berpandangan sesuatu yang terjadi padanya adalah takdir. Pada umumnya mereka tidak memiliki faktor produksi yang mencakup seperti tanah, modal, dan keterampilan hidup. Ditinjau dari segi pendidikan, tingkat pendidikan mereka rendah hanya tamatan sekolah dasar bahkan tidak sampai tamat sekolah dasar karena bapak Cece dan istrinya putus sekolah sejak duduk dibangku sekolah dasar, dan terjadi kembali pada kedua anak mereka yang saat duduk dibangku sekolah dasar juga bahkan salah satu anak mereka belum pernah merasakan sekolah. Bapak Cece dan istrinya ingin sekali menyekolahkan kembali anak-anaknya tetapi tidak adanya biaya menjadifaktor utama, sehingga kedua anaknya pun mengikuti mata pencaharian kedua orangtuanya yakni pemulung rongsokan.

Rumah di gegerkalong girang Rt 05 Rw 01 yang tergolong ilegal ini dindingnya terbuat dari triplek yang luas rumahnya sekitar 2 x 3 m2 yang tidak layak untuk di huni. Tanah yang di kontrak harus membayar Rp500.000 perbulan. Rumah ini hanya terdapat 1 ruangan yang digunakan untuk menyimpan rongsokan sekaligus tempat untuk segala aktivitas rumah tangga kecuali kamar mandi dan masak atau dapur sedangkan tempat untuk mandi dan mencuci juga masih sangat kekurangan segalanya karena masih memanfaatkan MCK bersama dengan para tetangga di tempat umum. Dapur juga terletak di luar rumah di tempat terbuka. Bapak Cece dan Ibu Titin memiliki 2 orang anak perempuan yang bernama Santi dan Devi. Mereka didiagnosis terlantar karena menghabiskan waktu untuk membantu mencari barang rongsokan dalam keadaan tidak bersama orang tua. sehingga masa kanak-kanak yang indah harusnya dialami mereka justru harus merasakan pekerjaan berat yang harus dipikul demi membantu orangtuanya. Santi pernah merasakan bangku sekolah walaupun hanya sampai di kelas tiga, sedangkan susan belum pernah merasakan sekolah, karena keluarga bapak Cece tidak memiliki usaha untuk mengurus persyaratan agar dapat menerima bantuan. Jika dilihat, keluarga bapak Cece sangat pasrah menerima kekurangan yang terjadi kepada keluarganya. Bapak Cece dan ibu Titin seharusnya lebih berusaha agar dapat menerima bantuan dari pemerintah sehingga kebutuhan keluarga tersebut dapat tercukupi dan dapat meningkatkan derajat sosial. Keseharian mereka mendapatkan pendidikan hanyalah mengandalkan relawan yang satu kali dalam seminggu mengajarkan pendidikan dan pengetahuan umum terbatas. Selain itu mereka sama sekali tidak mendapatkan pendidikan sehingga mereka tidak menguasai hal-hal yang

dasar.

Padahal

seusia

mereka

sangat

perlu

untuk

mendapatkan

arahan,bimbingan,pengetahuan, dan pendidikan sehari-hari dari orang tua, namun keterbatasan pendidikan orang tua juga menjadi faktor yang utama yang menjadi kendala.

TREATMENT Dalam istilah kedokteran disebut pengobatan atau penyembuhan adalah pelaksanaan pemberian bantuan dalam rangka bimbingan sosial perorangan. Pada hasil laporan observasi kepada keluarga bapa Cece kami memposisikan diri sebagai pekerja sosial untuk melakukan treatment (penyembuhan). Keluarga

merupakan

unit

terkecil

dari

masyarakat

yang

tersusunataskepalakeluarga (berperansebagaisuamidan ayah) danbeberapa orang yang terkumpuldantinggalbersamapadasuatutempat di bawahsatuatapdalamkondisi yang salingmembutuhkanatauketergantungan dan memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai sarana untuk membentuk kepribadian untuk anak, agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tugas dan perannya. Berbagai permasalah yang terjadi pada keluarga bapak Cece dapat dilakukan beberapa treatment (penyembuhan) diantaranya: 1.

Enabler, yaitu seorang pekerja sosial membantu individu, kelompok, dan masyarakat dalam mengakses sistem sumber yang ada, mengidentifikasi masalah dan mengembangkan kapasitasnya agar dapat mengatasi masalah untuk memenuhi kebutuhan. Pekerja sosial melakukan treatment dengan cara memberikan pelatihan keterampilan dan dapat memanfaatkan barang bekas yang ada di sekitar lingkungan keluarga tersebut agar keluarga tersebut dapat mengembangkan potensi yang di miliki pada setiap anggota keluarga.

2.

Fasilitator, menstimulasi atau mendukung pengembangan masyarakat. Bisa sebagai memfasilitasi, mendukung dengan proses dilakukannya pengembangan, penyediaan waktu, pemikiran, dan sarana yang dibutuhkan masyarakat.Pekerja sosial harus bisa memberikan motivasi, pemberian harapandan mengarahkan agar klien dapat mengikis nilainilai budaya yang negatif seperti apatis, pasrah dan berpandangan bahwa yang menimpanya adalah takdir. Jika budaya ini tidak dihilangkan maka kemiskinan akan sulit di tanggulangi.Pekerja sosial mampu melakukan

pemilahan masalah menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah dipecahkan sehingga klien dapat mengerti dan mengetahui hal apa saja yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.Menyarankan kepada klien untuk mencari hunian yang lebih layak dengan harga yang lebih terjangkau seperti kontrakan yang sudah memiliki fasilitas kamar dan kamar mandi dengan bangunan yang sudah permanen, pekerja sosial

juga dapat

memberikan pengetahuan

bagaimana penataan hunian yang baik. 3.

Broker, menghubungkan individu, kelompok dan masyarakat dengan lembaga pemberi pelayanan masyarakat dalam hal ini : dinas sosial, pemberdayaan masyarakat, serta pemerintah agar dapat memberikan pelayanan

kepada

individu,

kelompok,

dan

masyarakat

yang

membutuhkan bantuan atau layanan masyarakat. Dalam hal ini pekerja sosial harus berkomunikasi dengan Rt atau Rw untuk mengetahui persyaratan pembuatan kartu keluarga, akte, dan sebagainya sehingga klien dapat menerima bantuandari pemerintah. 4.

Konseling, memberi pelayanan konsultasi kepada klien yang ingin mengungkapkan permasalahannya. Pekerja sosial harus menyadari permasalahan serta melihat potensi dan kekuatan yang dimiliki klien, memberi alternatif lain dalam pemecahan masalah. Peran pekerja sosial terhadap treatment anak terlantar ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran klien bahwa anak tersebut membutuhkan perhatian khusus agar dapat tercapainya tingkat tumbuh kembang anak dengan baik, pekerja sosial dapat mengusulkan kepada klien agar anak tersebut dapat di titipkan kepada suatu lembaga atau relawan sosial agar anak mendapatkan pendidikan, perhatian atau kasihsayang, tertanamnya kepribadian yang baik, serta kesejahteraan dalam kehidupan anak tersebut, seperti Rumah Perlindungan Sosial Asuhan Anak (RPSAA).

5.

Educator, dalam menjalankan peran sebagai pendidik, comunity worker diharapkan mempunyai kemampuan untuk menyampaikan informasi dengan baik dan benar serta mudah diterima oleh individu, kelompok, dan masyarakat yang menjadi sasaran perubahan. Contohnya dengan memberikan pengetahuan umum kepada anak-anak yang putus sekolah atau yang sama sekali belum pernah bersekolah. Seperti belajar berhitung, membaca, menulis, menyanyikan lagu anak-anak, mengenal huruf dan angka, serta mengajarkan doa sebelum dan sesudah makan agar anak-anak tersebut mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan lebih semangat lagi dalam belajar.

http://media.kemsos.go.id/images/336NSPK_PMKS_PSKS_PERMENS. pdf

LAMPIRAN

Related Documents


More Documents from "Dwiki Maulidditya"