Laporan Netralisasi.docx

  • Uploaded by: Dzikra Maulidyawati
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Netralisasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,678
  • Pages: 25
REAKSI NETRALISASI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi netralisasi atau biasanya disebut reaksi asam basa yaitu reaksi yang terdiri dari larutan asam beserta campuran atau sebaliknya yang salah satunya bertindak sebagai zat peniter (larutan titer) dan sebagai zat uji. Reaksi netralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara asam dan basa yang mana akan menghasilkan garam dan molekul air. Dan dalam pembahasan netralisasi kita akan mendapatkan beberapa istilah seperti titrasi. Titrasi asam basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam pembuatan asam-basa. Titrasi adalah metode menghitung kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi asam dan basa yang sama kuatnya akan akan menghasilkan suatu larutan yang netral. Titrasi asam basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan reaksi asam basa. Bila titran digunakan larutan asam

baku

maka

penetapan

tersebut

dinamakan

asidimetri,

sedangkan apabila titran yang digunakan merupakan baku basa maka penetapan itu disebut dengan alkalimetri. Reaksi netralisasi adalah suatu reaksi antara senyawa basa dengan menggunakan indikator tertentu untuk menjadikannya senyawa netral. Dalam analisis kimia, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan kadar senyawa yang terkandung dalam suatu bahan. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan proses titrasi. Dalam hal ini metode titrasi asam basa berdasarkan asidimetri dan alkalimetri untuk mengetahui penetapan kadar larutan basa dan asam. Asidi-alkalimetri

berperan

penting

dalam

berbagai

bidang

kehidupan. Oleh karena itu, untuk lebih memahami konsep peniteran

REAKSI NETRALISASI aside-alkalimetri dan mengetahui konsentrasi standar dari zat yang dianalisa maka perlu dilakukan peniteran dengan menggunakan suatu standar primer, misalnya larutan asam oksalat.Untuk mencapai titik akhir dari titrasi digunakan indikator yang dapat member perbedaan warna dalam suasana asam maupun dalam suasana basa. Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu, menentukan kadar natrium carbonat dalam larutan, menentukan kadar NaOH dalam larutan, Menentukan pH larutan pada saat terjadi garam natrium di carbonat berdasarkan hasil titrasi. Prinsip dari percobaan ini adalah Penentuan kadar berdasarkan proses titrasi asidimetri di mana sampel yang bersifat basa di titrasi denganl arutan yang bersifat asam. Dan dalam bidang farmasi netralisasi bermanfaat dalam menetapkan dosis takaran yang tepat dalam suatu obat. 1.2 Maksud Praktikum Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk melakuan titrasi asam-basa 1.3 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Menentukan kadar Na2CO3 dalam larutan 2. Menentukan kadar NaOH dalam larutan 3. Menentukan pH larutan pada saat terjadi garam NaHCO 3 berdasarkan hasil titrasi

REAKSI NETRALISASI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Reaksi netralisasi atau biasanya disebut reaksi asam basa yaitu reaksi yang terdiri dari larutan asam beserta campuran atau sebaliknya yang salah satunya bertindak sebagai zat peniter (larutan titer) dan sebagai zatuji. Reaksi netralisasi merupakan salah satu cara analisa untuk menentukan jumlah kadar suatu zat uji yang terkandung dalam sampel. Proses ini adalah suatu cara dalam analisa kuantitatif metode volumetri (Krisbiyantoro,2008 h.220) Ketika asam dan basa bereaksi satu sama lain, maka akan terbentuk spesies garam yang diikuti dengan pembentukan molekul air. Reaksi ini disebut sebagai reaksi netralisasi. Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau basa kuat, karena zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit dibandingkan dengan jika dipakai asam atau basa yang lebih lemah. Titrasi merupakan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan atas reaksi asam-basa (Kamarudin, 2015 h.125). Umumnya titrasi digunakan untuk menganalisis jumlah asam atau basa di dalam larutan. Proses ini melibatkan larutan dengan konsentrasi yang diketahui (Titran) yang diteteskan dari buret ke dalam larutan yang akan diketahui konsentrasinya sampai pada titik stoikoimetris atau titik ekivalen, yang biasa ditandai dengan perubahan warna indikator. Suatu sistem titrasi asam-basa sring dimonitor dengan memplot pH larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan. Plot seperti itu dinamakan kurva pH atau kurva titrasi (Sunarya, 2013 h. 212). Jenis-jenis titrasi : (Sunarya, 2013 h. 98) 1. Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat. Reaksi netralisasi untuk titrasi asam kuat dan basa kuat dapat ditulis dalam persamaan kimia berikut :

REAKSI NETRALISASI H+ + OH-

H2O

Untuk menghitung [H+] pada titik tertentu dalam titrasi, perlu menentukan jumlah yang tersisa pada titik tersebut dibagu oleh volume total larutan. Namun, sebelumnya perlu mendefenisikan satuan konsentrasi yang secara khusus menyatukan volume larutan dalam milliliter. Oleh karena itu tirasi melibatkan sejumlah kecil volume larutan (buret merupakan ukuran dalam milliliter) sementara satuan mol ditetapkan dalam skala besar (Sunarya, 2013 h. 98). 2. Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat Telah diketahui bahwa asam kuat dan basa kuat terionisasi sempurna sehingga perhitungan untuk mendapatkan kurva pH titrasi hanya melibatkan ion sisa atau berlebih. Lain halnya ketika asam yang dititrasi adalah asam lemah. Dalam hal ini terdapat perbedaan utama untuk menghitung. Situasi yang sama terjadi jika memperlakukan penyangga. Perhitungan pH untuk titrasi asam lemah dan basa kuat melibatkan konsep penyangga dan hidrolisis. Pada perhitungan ini penting untuk diingat bahwa yang dititrasi adalah asam lemah, yang secara prinsip reaksi berlangsung sempurna dengan ion hidroksida dari suatu basa kuat (Sunarya, 2013 h. 100). 3. Titrasi Asam Kuat – Basa Lemah. Titrasi basa lemah dengan asam kuat dapat diperlakukan seperti prosedur sebelumnya. Seperti biasa, langkah pertama adalah menentukan spesi utama yang terdapat dalam larutan, kemudian tentukan apakah reaksi berlangsung sempurna atau kesetimbangan. Jika reaksi berlangsung sempurna, maka tahap selanjutnya melakukan perhitungan stoikiometri dan menentukan keadaan spesi yang membentuk keadaan kesetimbangan untuk menghitung nilai pH (Sunarya, 2013 h.102).

REAKSI NETRALISASI Terdapat dua metode umum untuk menentukan titik ekivalen suatu titrasi asam basa, yaitu : a. Membuat kurva titrasi menggunakan pH meter untuk memanau pH. Daerah vertikal dari kurva pH menunjukkan titik ekivalen (Sunarya, 2013 h. 102). b. Menggunakan indikator asam-basa, yang menandai titik akhir titrasi berdasarkan

perubahan

warna.

Walaupun

titik

ekivalen

didefenisikan secara stoikiometri, tetapi tidak perlu sama dengan titik akhir titrasi (titik dimana indikator berubah warna). Kita dapat memilih suatu indikator yang dapat berubah warna di antara dua titik yang sangat dekat dengan titik ekivalen, dengan kesalahan yang dapat diabaikan (Sunarya, 2013 h. 102). Indikator asam-basa merupakan molekul kompleks yang bersifat asam lemah dan dinyatakan dengan HIn. Indikator mengeluarkan warna tertentu ketika proton menempel pada molekul dan berbeda warna ketika proton lepas dari molekul. Misalnya fenolftalein, indikator yang banyak digunakan secara umum. Indikator ini tak berwarna dalam bentuk HIn atau asam, dan berwarna merah jambu dalam bentuk In- atau basa. (Sunarya, 2013 h. 103). Titik akhir titrasi terjadi bila indikator berubah warna. Namun, tidak semua indikator berubah warna pada pH yang sama, jadi pilihan indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat asam dan basa yang digunakan dalam titrasi. Dengan demikian memilih indikator yang tepat untuk titrasi, kita dapat menggunakan titik akhir untuk menentukan titik ekuivalen (Chang, 2006 h. 221). Asidimetri merupakan tipe reaksi penetralan yang ada dalam titrasi asam-basa. Asidimetri adalah pengukuran atau penentuan konsentrasi larutan asam dalam suatu campuran. Biasanya dilakukan dengan jalan titrasi bersama larutan basa yang telah diketahui konsentrasinya, yaitu larutan baku dan suatu indikator untuk menunjukkan titik akhir titrasi.

REAKSI NETRALISASI Titik dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik ekuivalen.Titik ekuivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir. Ekuivalen dari suatu basa, adalah massa basa yang mengandung suatu gugus hidroksil yang tergantikan. Sedangkan Ekuivalen dari asam, adalah massa basa yang mengandung sutu gugus hidroksil yang tergantikan (Muchtaridi,2007 h. 47). Alkalimetri (Alkali = basa, metri = pengukuran) diartikan sebagai titrasi untuk penetapan asam dengan standart basa sebagai alat ukurnya (Muchtaridi,2007 h. 55). Faktor utama dalam menentukan pengukuran adalah [H+] dan [OH] dalam larutan, baik sebagai titrat maupun sebagai titran. Karena itulah maka dalam mempersiapkan larutan pemeriksaan harus menggunakan air suling sebagai bahan pelarut, sebab air suling adalah netral (Muchtaridi,2007 h. 55). Dalam titrasi alakalimetri, didalam titrat asam sudah mempunyai harga pH tertentu. Perjalanan titrasi dengan penambahan titran yang akan menyebabkan perubahan pH, yang pada suatu saat nanti dimana meq titrat = meq titran akan mempunyai pH tertentu (Muchtaridi,2007 h. 51).

REAKSI NETRALISASI 2.2 Uraian Bahan 1. Aquadest (Ditjen POM,1979:96) Nama Resmi

: AQUA DESTILLATA

Nama Lain

: Aquadest, air suling

Rumus Molekul

: H2O

Berat Molekul

: 18,02

Rumus struktur

:

Pemerian

: Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan

: Larut dengan semua jenis larutan

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup kedap

Kegunaan

: Zat pelarut

2. Natrium Karbonat (Ditjen POM,1979:400) Nama Resmi

: NATRII CARBONAS

Nama Lain

: Natrium Karbonat

Rumus Molekul

: Na2CO3

Berat Molekul

: 124,00

Rumus struktur

:

Pemerian

: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih

Kelarutan

: Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Zat tambahan : keratolitikum

REAKSI NETRALISASI

3. Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979:412) Nama Resmi

: NATRII HYDROXYDUM

Nama Lain

: Natrium Hidroksida

Rumus Molekul

: NaOH

Berat Molekul

: 40,00

Rumus struktur

:

Pemerian

: Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

4. Phenolphtaleein (Ditjen POM, 1979:675) Nama Resmi

: PENOLPHTALEEIN

Nama Lain

: Fenolftalein

Rumus Molekul

: C20H14O4

Berat Molekul

: 318,32

Rumus struktur

:

Pemerian

: Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan.

REAKSI NETRALISASI Kelarutan

: Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Larutan indikator

5. Metil Merah (Ditjen POM, 1979 :705) Nama Resmi

: BENZOAT HIDROCSIDA

Nama Lain

: Metil Merah

Rumus Molekul

: C6H14COOH HCl

Berat Molekul

: 327,33

Rumus struktur

:

Pemerian

: Serbuk jingga kekuningan

Kelarutan

: Mudah larut dalam air panas, sukar larut dalam air dingin, sangat sukar larut dalam etanol

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Larutan indikator asam basa

2.3 Prosedur Kerja (Anonim, 2018) 1. Diambil larutan Na2CO3

0,1 M, sebanyak 25 cm3 dimasukkan

kedalam labu takar 100 ml kemudian ditambah 25 cm3 larutan NaOH 0,1 M dan ditambah air suling sampai batas tanda, dikocok sampai merata. 2. Dipasang buret 50 cm3 dan isi HCl baku 0,103 N sampai batas tanda 3. Dipipet 25 cm3 larutan campuran (1), dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 cm3 dan ditambah 3-4 tetes penujuk fenol merah kemudian dititar dengan larutan HCl baku sambil digoyang sampai

REAKSI NETRALISASI warna larutan berubah menjadi kuning. Dicatat volume HCl yang dipakai. 4. Larutan (3) ditambah penunjuk metil merah dan dititrasi kembali dengan larutan HCl baku sampai larutan menjadi jingga atau merah muda. Dicatat volume HCl yang dipakai. 5. Dilakukan kerja 3, 4 dan 5 dua kali.

REAKSI NETRALISASI BAB 3 METODE KERJA 3.1 Alat Praktikum Adapun alat yang digunakan adalah 1 buah buret 50 cm3 , 1 buah erlenmeyer 100 cm3, 1 buah pipet volume 25 cm3, 1 buah labu ukur 100 cm3, 1 buah statif, 2 buah pipet tetes, 1 gulung tissue, 1 buah botol semprot, 1 buah gelas kimia 100 cm3 dan 1 buah corong. 3.2 Bahan Praktikum Adapun bahan yang digunakan yaitu, larutan Na2CO3 0,1 M, larutan NaOH 0,1 N, larutan baku HCl 0,103 N, aquadest, penunjuk fenol merah dan metil merah 3.3 Cara Kerja Di siapkan alat dan bahan, kemudian sterilkan bahan yang akan digunakan dengan menggunakan aquadest, siapkan alat titrasi. Pipet larutan Na2CO3 0,1 M sebanyak 25 ml dan masukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Masukkan NaOH 0,1 M sebanyak 25 ml dengan pipet tetes, lalu masukkan ke dalam labu ukur yang berisi larutan Na 2CO3 tadi. Masukkan larutan baku HCl 0,103 N ke dalam buret. Lakukan titrasi pertama dengan menggunakan indikator fenol merah. Titrasi hingga larutan berubah warna menjadi kuning. Kemudian, catat volume HCl. Lakukan titrasi kedua dengan menggunakan indikator metil merah. Titrasi larutan hingga berubah warna menjadi jingga atau merah muda. Kemudian, catat volume HCl.

REAKSI NETRALISASI BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tabel 1. Titrasi Pertama TITRASI I Kelompok

Volume HCl 0,103 N

Penunjuk

Perubahan Warna

I

21,9 ml

Fenol merah

Ungu ke Kuning muda

II

21,5 ml

Fenol merah

Ungu ke Kuning muda

III

22,4 ml

Fenol merah

Ungu ke Kuning muda

IV

21,8 ml

Fenol merah

Ungu ke Kuning

Tabel 2. Titrasi Kedua TITRASI II Kelompok

Volume HCl 0,103 N

Penunjuk

I

21,9 ml

Metil Merah

II

21,5 ml

Metil Merah

III

22,4 ml

Metil Merah

IV

21,8 ml

Metil Merah

Perubahan Warna Kuning muda ke kuning kejinggaan Kuning muda ke kuning kejinggaan Kuning muda ke kuning kejinggaan Kuning muda ke kuning bening

REAKSI NETRALISASI B. Perhitungan Dik : Na2CO3 0,1 M (x) NaOH HCl

0,1 N (y) 0,103 N (z)

Dit : Kadar Na2CO3 (%)....? Peny : Kelompok 1 a = 21,9 mL b = 1,5 mL 25 π‘šπ‘™

Kepekatan Na2CO3 dalam larutan = 100 π‘šπ‘™ X (x)M = 0,25 X 0,1 M = 0,025 M Volume HCl + Na2CO3 = 2.b ml = 2. 1,5 ml = 3 ml Volume HCl + NaOH

= (a-b) ml = (21,9-1,5) ml = 20,4 ml π‘šπ‘œπ‘™

Jadi Na2CO3 yang ada = 4 . [2.b] ml . z . 1000 π‘šπ‘™ 1

= 4.3.0,103.10-3 .106 g/mol . 2 =1,236.10-3 . 53 = 0,65508 100

Na2CO3 menurut label = 25ml (x) 1000 π‘šπ‘™ 100

= 25ml . 0,1. 1000 π‘šπ‘™ = 25ml.10-2. BM = 25 ml. 10-2 . 106 g/mol = 26,5 g/ mol

REAKSI NETRALISASI Kadar Na2CO3

= =

4,24.1,5 .0,103.10βˆ’1 26,5 𝑔/π‘šπ‘œπ‘™ 0,424.1,5 .0,103 26,5 𝑔/π‘šπ‘œπ‘™

x100%

x 100%

0,65508

= 26,5 𝑔/π‘šπ‘œπ‘™ x100% = 0,2472% π‘šπ‘œπ‘™

NaOH yang ada = 4.(a-b) . z. 1000 π‘šπ‘™ = 4. (21,9-1,5) . 0,103 .10-3 = 4 (20,4) x 0,103.10-3. 40 g/mol = 1,6 (20,4). 0,103.10-1 = 0,336192 g π‘šπ‘œπ‘™

NaOH menurut label = 1000 π‘šπ‘™ .25 ml.0,1 = 2,5 .0,1 . 10-3 mol = 2,5. 10-3 mol. 40 = 0,1 Kadar NaOH =

0,336192 0,1

gram x 100%

= 336,192 %

Kelompok 2 a = 21,5 mL b = 1 mL Na2CO3 yang ada

𝑧 π‘šπ‘œπ‘™

: 4 .2b .1000 π‘šπ‘™ . : 4 . 2(1 ) .

𝐡𝑀 2

0,103 π‘šπ‘œπ‘™ 1000 π‘šπ‘™

.

106 2

gr/mol

: 0,043672gr Na2CO3 menurut label

:

25 . 𝑋 π‘šπ‘œπ‘™ 1000 π‘šπ‘™

. BM

0,1

: 25 .1000 π‘šπ‘™ . 106 gr/mol

REAKSI NETRALISASI : 0,0265 gr Kadar Na2CO3

Na2CO3π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘Žπ‘‘π‘Ž

: Na2CO3π‘šπ‘’π‘›π‘’π‘Ÿπ‘’π‘‘ π‘™π‘Žπ‘π‘’π‘™ Γ— 100% :

0,043672 0,0265

Γ— 100%

: 1,648 Γ— 100% : 164,8% NaOH yang ada

𝑧 π‘šπ‘œπ‘™

: 4 . (a – b) .1000 π‘šπ‘™ . BM 0,103

: 4 (21,5-1) . 1000 π‘šπ‘™ . 40 gr/mol : 4 . 20,5 . 0,103. 0,001 . 40 : 0,33784 gr NaOH menurut label

𝑦 π‘šπ‘œπ‘™

: 25 .1000 π‘šπ‘™ . BM 0,1 π‘šπ‘œπ‘™

: 25 .1000 π‘šπ‘™ . 40 gr/mol : 0,1gr Kadar NaOH

NaOHπ‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘Žπ‘‘π‘Ž

: NaOH π‘šπ‘’π‘›π‘’π‘Ÿπ‘’π‘‘ π‘™π‘Žπ‘π‘’π‘™ Γ— 100% :

0,33784 0,1

Γ— 100%

: 337,84 % Kelompok 3 a = 22,4 mL b = 3,6 mL Na2CO3 yang ada

𝑧 π‘šπ‘œπ‘™

: 4 .2b .1000 π‘šπ‘™ .

𝐡𝑀 2

REAKSI NETRALISASI : 4 . 2(3.6 ) .

0,103 π‘šπ‘œπ‘™ 1000 π‘šπ‘™

.

106 2

gr/mol

: 0,1572192gr Na2CO3menurut label

25 . 𝑋 π‘šπ‘œπ‘™

:

. BM

1000 π‘šπ‘™

0,1

: 25 .1000 π‘šπ‘™ . 106 gr/mol : 0,0265 gr Kadar Na2CO3

Na2CO3π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘Žπ‘‘π‘Ž

: Na2CO3π‘šπ‘’π‘›π‘’π‘Ÿπ‘’π‘‘ π‘™π‘Žπ‘π‘’π‘™ Γ— 100% :

0,1572192 0,0265

Γ— 100%

: 5,9328 Γ— 100% : 593,28% NaOH yang ada

𝑧 π‘šπ‘œπ‘™

: 4 . (a – b) .1000 π‘šπ‘™ . BM 0,103

: 4 (22,4 – 3,6) . 1000 π‘šπ‘™ . 40 gr/mol : 4 . 18,8 . 0,103. 0,001 . 40 : 0,309824 gr NaOHmenurut label

𝑦 π‘šπ‘œπ‘™

: 25 .1000 π‘šπ‘™ . BM 0,1 π‘šπ‘œπ‘™

: 25 .1000 π‘šπ‘™ . 40 gr/mol : 0,1gr Kadar NaOH

NaOHπ‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘Žπ‘‘π‘Ž

: NaOH π‘šπ‘’π‘›π‘’π‘Ÿπ‘’π‘‘ π‘™π‘Žπ‘π‘’π‘™ Γ— 100% :

0,309824 0,1

Γ— 100%

REAKSI NETRALISASI : 309,824 % Kelompok 4 a = 21,8 mL b = 3 mL 𝑧 π‘šπ‘œπ‘™

Na2CO3 yang ada

: 4 .2b .1000 π‘šπ‘™ . : 4 . 2(3 ) .

𝐡𝑀 2

0,103 π‘šπ‘œπ‘™ 1000 π‘šπ‘™

.

106 2

gr/mol

: 0,131016gr Na2CO3menurut label

25 . 𝑋 π‘šπ‘œπ‘™

:

. BM

1000 π‘šπ‘™

0,1

: 25 .1000 π‘šπ‘™ . 106 gr/mol : 0,0265 gr Kadar Na2CO3

Na2CO3π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘Žπ‘‘π‘Ž

: Na2CO3π‘šπ‘’π‘›π‘’π‘Ÿπ‘’π‘‘ π‘™π‘Žπ‘π‘’π‘™ Γ— 100% :

0,131016 0,0265

Γ— 100%

: 4,944 Γ— 100% : 494,4% NaOH yang ada

𝑧 π‘šπ‘œπ‘™

: 4 . (a – b) .1000 π‘šπ‘™ . BM 0,103

: 4 (21,8 – 3) . 1000 π‘šπ‘™ . 40 gr/mol : 4 . 18,8 . 0,103. 0,001 . 40 : 0,309824 gr NaOHmenurut label

𝑦 π‘šπ‘œπ‘™

: 25 .1000 π‘šπ‘™ . BM

REAKSI NETRALISASI 0,1 π‘šπ‘œπ‘™

: 25 .1000 π‘šπ‘™ . 40 gr/mol : 0,1gr Kadar NaOH

NaOHπ‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘Žπ‘‘π‘Ž

: NaOH π‘šπ‘’π‘›π‘’π‘Ÿπ‘’π‘‘ π‘™π‘Žπ‘π‘’π‘™ Γ— 100% :

0,309824 0,1

Γ— 100%

: 309,824 %

REAKSI NETRALISASI 4.2

Pembahasan Netralisasi adalah reaksi dimana asam dan basa bereaksi dengan larutan air untuk menghasilkan garam dan air. Netralisasi dibedakan menjadi dua yaitu alkali metri, suatu teknik analisis untuk mengetahui kadar keasaman suatu zat dengan menggunakan larutan standar basa sedangkan asidi metri, suatu teknik analisis untu mengetahui kasar kebasahan suatu zat dengan menggunakan larutan standar asam. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan kadar Na2CO3 dalam larutan dan untuk Menentukan kadar NaOH dalam larutan.

Titrasi asam basa adalah penetapan kadar suatu zat asam atau basa berdasarkan atas reaksi asam basa. Bila sebagai titran digunakan

larutan

baku

asam,

maka

penetapan

tersebut

dinamakan Asidimetri. Sedangkan apabila larutan bakunya sebagai titran adalah larutan baku basa, maka penetapan tersebut dinamakan Alkalimetri. Ketika asam dan basa bereaksi satu sama lain, maka akan terbentuk spesies garam yang diikuti dengan pembentukan molekul air. Reaksi ini disebut sebagai reaksi netralisasi. Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau basa kuat, karena zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit dibandingkan dengan jika dipakai asam atau basa yang lebih lemah. Titrasi merupakan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan atas reaksi asam-basa umumnya titrasi digunakan untuk menganalisis jumlah asam atau basa di dalam larutan. Pada percobaan ini digunakan bahan Na2CO3 yang akan dihitung kadar keasamannya dengan menggunakan larutan baku NaOH dan HCl. Indikator yang digunakan pada percobaan ini yaitu indikator fenol merah dan metil merah sehingga perubahan yang terjadi pada larutan berwarna merah muda.

REAKSI NETRALISASI Adapun cara kerjanya yaitu pertama menyiapkan alat dan bahan, kemudian sterilkan bahan yang akan digunakan dengan menggunakan aquades, siapkan alat titrasi. Pipet larutan Na 2CO3 sebanyak 25 ml dan masukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Masukkan NaOH sebanyak 25 ml dengan pipet tetes, lalu masukkan ke dalam labu ukur yang berisi larutan Na 2CO3 tadi. Masukkan larutan baku HCl ke dalam buret. Lakukan titrasi pertama dengan menggunakan indikator fenol merah. Titrasi hingga larutan berubah warna menjadi kuning. Kemudian, catat volume HCl. Lakukan titrasi kedua dengan menggunakan indikator metil merah. Titrasi larutan hingga berubah warna menjadi jingga atau merah muda. Kemudian, catat volume HCl. Pada percobaan ini digunakan sampel natrium karbonat yang akan dihitung kadarnya dalam larutan dengan menggunakan larutan baku NaOH. Indikator yang digunakan pada percobaan ini yaitu indikator fenolftalain yang dipakai dalam penentuan kadar dalam larutan yang ditandai dengan perubahan warna. Alasan penambah indikator fenol merah karena Fenolftalein jernih dan tidak berwarna di dalam larutan asam dan akan berwarna merah muda di dalam larutan basa dan alasan penambahan indikator metil merah karena mempunyai batas titik akhir titrasi sangat jelas. Penetapan kadar Na2CO3 pada farmakope Indonesia edisi III adalah tidak kurang dari 99,5%, sedangkan kadar yang diperoleh dari praktek adalah 164,8%. Ini berarti hasil yang diperoleh kurang tidak dari 99,5%. Untuk menetapkan kadar NaOH pada farmakope adalah 97,5%, sedangkan kadar NaOH yang diperoleh dari praktek adalah 337,84 %. Ini berarti hasil yang diperoleh tidak kurang dari 97,5%. Kedua hasil ini membuktikan bahwa hasil yang didapatkan sesuai dengan teori yang ada dalam farmakope.

REAKSI NETRALISASI Pada

percobaan

yang

telah

dilakukan

diatas,

maka

didapatkan volume akhir pada titrasi pertama yaitu 21,9 ml dan terjadi perubahan warna dari ungu ke kuning muda dan pada volume akhir titrasi kedua yaitu 21,8 ml dan terjadi perubahan warna dari ungu ke kuning. Pada percoban ada beberapa faktor-faktor kesalahan yang menyebabkan tidak akuratnya hasil titrasi yang didapat antara lain : 1. Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi. 2. Kurangnya ketelitian dalam memperlihatkan perubahan warna indikator. 3. Kurang teliti pada saat memipet larutan. 4. Kurang teliti saat mencukupkan dengan aquades.

REAKSI NETRALISASI BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Penetapan kadar Na2CO3 pada farmakope Indonesia edisi III adalah tidak kurang dari 99,5%, sedangkan kadar yang diperoleh dari praktek adalah 164,8%. Ini berarti hasil yang diperoleh kurang tidak dari 99,5%. 2. Untuk menetapkan kadar NaOH pada farmakope adalah 97,5%, sedangkan kadar NaOH yang diperoleh dari praktek adalah 337,84 %. Ini berarti hasil yang diperoleh tidak kurang dari 97,5%. Kedua hasil ini membuktikan bahwa hasil yang didapatkan sesuai dengan teori yang ada dalam farmakope. 5.2 Saran Adapun saran dalam melakukan praktikum lakukanlah dengan teliti,agar tidak terjadi kesalahan pada saat perhitungan. Dan sebaiknya pihak laboratorium agar dapat menyiapkan bahanbahan yang layak pakai agar praktikum dapat menghasilkan datadata yang baik.

REAKSI NETRALISASI DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2018, β€œPenuntun Praktikum Kimia Umum”, Universitas Muslim Indonesia, Makassar. Chang, Raymon, 2006, β€œKimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1”, Penerbit Erlangga , Jakarta. Ditjen POM, 1979, β€œFarmakope Indonesia Edisi ke-III”, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Krisbiyantoro, A., 2008, β€œPanduan Kimia Praktis”, Pustaka Widyatma, Jogja. Komarudin, Omang, 2015, β€œBuku Pocket Kimia”, Penerbit Cmedia, Jakarta. Muchtridi, 2007, β€œKimia 2”, Penerbit Yudistira , Bogor. Mulyono, 2005, β€œMembuat Reagen Kimia”, PT Bumi Aksara, Jakarta. Novianti, Yuni, 2010, β€œBuku Pintar Praktikum Kimia”, Laskar Aksara, Cipayung. Sunarya, Yayan. 2008, β€œMudah dan Aktif Belajar Kimia”, PT Setia Purna Invers, Bandung.

REAKSI NETRALISASI A. Gambar

Larutan Na2CO3

Larutan Na2CO3

+ Larutan NaOH

+ Larutan NaOH

+ penunujuk fenol merah

+ penunujuk fenol merah

Sebelum titrasi I

Sesudah titrasi I

Larutan Na2CO3

Larutan Na2CO3

+ Larutan NaOH

+ Larutan NaOH

+ penunujuk fenol merah

+ penunujuk fenol merah

+ penunujuk metil merah

+ penunujuk metil merah

Sebelum titrasi II

Sesudah titrasi II

REAKSI NETRALISASI C. Skema kerja

Ambil Larutan Na2CO3 25 ml Dimasukkan kedalam labu takar 100 ml Ditambahkan NaOH 0,1 M 25 ml Ditambahkan aquades sampai batas tanda

Dipipet 25 ml larutan ke erlemeyer

Ditetesi 3-4 tetes indikator fenol merah

Titrasi dengan HCl baku hingga larutan berubah warna jadi kuning

Catat volume HCl

Ditambahkan penunjuk metil merah Titrasi kembali dengan HCl baku sampai larutan menjadi jingga/merah muda Catat Volume HCl

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84
Laporan
December 2019 84
Laporan
October 2019 101

More Documents from "Maura Maurizka"