Laporan Modul 3 Bl 5.docx

  • Uploaded by: Anugrah Aztri
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Modul 3 Bl 5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,231
  • Pages: 31
LAPORAN TUTORIAL BLOK 5 MODUL 3 "PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GIGI"

Insisivus 1 Tutor: drg. Eni Rahmi, Sp.Prost Ketua : Vania Yohandevi (1811413008) Sekretaris Meja: Anugrah Dwi Aztri (1811411024) Sekretaris Papan: Wirackhul Ikhsan (1811413009) Aidha Mestika Amril (18114 Aqila Syifa Nada (1811411017) Raisa Milenia Syukma (1811411012) Selly Okta Epriyani (1811419001) Shania Azzira (1811412010) Tri Aditya Septian (1811412006) Wenny Frianti Putri (1811411005)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS 2019

Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb Alhamdulillahirabbilalamin, sungguh banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji bagi Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta Hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas hasil laporan Tutorial Skenario modul 3 ini. Dalam penyusunannya kami mengucapkan terimakasih kepada dokter tutor kita drg. Eni Rahmi, Sp.Prost yang telah memberikan dukungan, kasih dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga laporan ini bisa bermanfaat dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi bagi kami. Meskipun kami berharap isi dari laporan tutor kami ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun pasti selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan tutorial ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan tutorial kami ini dapat bermanfaat. Wassalam. Padang, 23 Maret 2019

Penyusun

Modul 3 Skenario 3 Skenario 3 "Bentuk Gigi Ardi”

Ardi (8 th) datang ke RSGM bersama ibunya untuk memeriksakan gigi depannya yang terlihat lebih besar dibanding gigi sebelahnya. Dari hasil pemeriksaan terlihat kalau gigi 11 Ardi besar seperti 2 gigi dan gigi 12 tidak ada. Dokter gigi menjelaskan bahwa pada gigi Ardi terjadi fusi atau penggabungan 2 gigi yang merupakan salah satu anomali pertumbuhan dan perkembangan gigi. Selain itu gigi molar sulung Ardi juga banyak mengalami karies, sehingga dokter gigi menyarankan dilakukan perawatan untuk mencegah terjadinya gangguan erupsi gigi permanen. Karena gangguan erupsi akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan oklusi rahang. Dokter gigi menyarankan agar Ardi menjaga kebersihan giginya dan lebih banyak mengkonsumsi makanan yang baik untuk kesehatan giginya. Bagaimana saudara menjelaskan yang dialami Ardi?

STEP 1 TERMINOLOGI 1. Oklusi : Pertemuan antara gigi maksila dan mandibula 2. Karies : Hancurnya jaringan gigi yang terjadi secara sistematis 3. Fusi : penyatuan/ penggabungan pada bagian enamel,dentin,enamel dentin dari 2 atau lebih gigi yang berdekatan yang membentuk gigi yang abnormal 4. Anomali : Bentuk gigi yang menyimpang dari aslinya STEP 2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa sajakah tahap Tumbuh Kembang pada gigi? 2. Apa sajakah faktor Tumbuh Kembang pada gigi? 3. Apa sajakah makanan yang mendukung Tumbuh Kembang gigi? 4. Bagaimanakah proses perkembangan Oklusi pada gigi? 5. Apa sajakah gangguan yang terjadi pada Oklusi gigi? 6. Perawatan apa sajakah yang dilakukan untuk mencegah gangguan pada Oklusi gigi?

7. Apa sajakah dampak dari Fusi gigi? 8. Selain fusi apa sajakah Anomali yang terjadi pada Tumbuh Kembang gigi? 9. Apa sajakah faktor terjadinya Anomali gigi? 10. Apa hubungan gigi berlubang dengan erupsi gigi permanen? 11. Kenapa gigi 12 Ardi tidak ada? 12. Kenapa gigi Molar Ardi banyak karies dan apa penyebab dari karies?

STEP 3 ANALISA MASALAH 1. Tahap Tumbuh Kembang gigi  Tahap pertumbuhan 1. Tahap Inisiasi 2. Tahap Poliferasi 3. Tahap Histodiferensiasi 4. Tahap morfodiferensiasi  Tahap Intraoseus 1. Tahap Aposisi 2. Tahap Kalsifikasi 3. Tahap Erupsi

2. Apa sajakah faktor Tumbuh Kembang pada gigi? 1. Trauma pada prenatal (dapat terjadi pada intrauterin atau trauma masa postnatal) Ex : Fraktur rahang/gigi 2. Agen Fisik Ex : Ekstrkasi premolar gigi sulung, jenis makanan 3. Kebiasaan menghisap jempol

4. Faktor local Ex : posisi gigi yang salah atau menyimpang, tidak adanya space pada rahang, ectopic erupsi, tidak adanya kognetal gigi, adanya kebiasaan abnormal 5. Faktor sistemik Ex : Hipertiroid , Hiperpituitari 3. Apa makanan yang mendukung tumbuh kembang gigi? 

Keju



Salmon



Kentang



Seledri dan timun



Strawberi



Apel dan wortel



Teh

4. Proses perkembangan oklusi pada gigi? Perkembangan pada gigi sulung akan lengkap erupsi pada anak (+-) 2,5 tahun. Bentuk lengkung giginya oval dengan gigitan yang dalam pada Overbite dan Overjet. Dijumpai celah antara gigi geligi itu terjadi karena adanya pertumbuhan tulang faring ke oleh transversal untuk persiapan gigi permanen. Pada gigi permanen : Erupsi gigi M1 dan I permanen itu rentang dari 6-8 tahun Erupsi C,P,M2 = 10-13 tahun M3 = umurnya diatas 13 tahun 5. Apa saja kelainan pada oklusi gigi? Anadonsia, Supernumeriteeth(mesiodens,pramolar,distomolar), Abnormal ukuran gigi (makrodonsia,mikrodonsia), crossbite, ectopic ,crocoding , oligonsia

6. Perawatan yang dilakukan untuk mencegah kelainan erupsi gigi PSA (Perawatan Saluran Akar) , Makanan yang bergizi, menyikat gigi yang rutin 7. Dampak dari fusi gigi? Mengurangi jumlah gigi, ukuran dan bentuk abnormal 8. Kelainan bentuk gigi :Pegshape, Geminasi, Fusi, Dilaserasi, Deformitas gigi, Taurodonsia, Mulberry Molar Kelainan struktur gigi : hypoplasia . fluorosis , ghost teeth 9. Factor terjadi anomaly gigi Faktor herediter, gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan, gangguan metabolisme, infeksi, kekurangan nutrisi, trauma 10. Hubungan gigi berlubang dengan eupsi Karies gigi dapat menyebabkan erupsi gigi terlalu awal dikarenakan karies gigi yang parah dapat menyebabkan kerusakan tulang di koronal gigi permanen pengganti , akibatnya gigi permanen erupsi terlalu awal walaupun akar baru terbentuk kurang dari 50% 11. Kenapa gigi 12 ardi tidak ada? 

Karena terjai fusi



Karena urutan pertumbuhan



Tidak ada benih gigi

12. Kenapa gigi molar banyak karies dan penyebab karies? 

Oral hygiene buruk



Jumlah bakteri banyak



Banyak makanan manis



Kebiasaan sikat gigi tidak baik



Adanya asam dan bakteri pada celah gigi

STEP 4 SKEMA

Ardi (8th) Keluhan : Gigi depan lebih besar dari sebelahnya Faktor penyebab terjadinya karies

Terdapat banyak karies -melalukan perawatan

Hasil pemeriksaan drg

Saran drg

- mengosumsi makan yang baik dan sehat

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gigi -sistemik -lokal

Proses perkembangan oklusi gigi dan gangguannya

Anomali tumbuh kembang gigi -bentuk -ukuran -jumlah

Cara mencegah anomali -

Nutrisi Kebiasaan

STEP 5 TUJUAN PEMBELAJARAN / LEARNING OBJECTIVE 1. Menjelaskan Tahapan Tumbung Kembang Gigi! 2. Menjelaskan Faktor Tumbuh Kembang Gigi! 3. Menjelaskan Gangguan Tumbuh Kembang Gigi & Perawatan serta Pencegahannya! 4. Menjelaskan Proses dan gangguan dari Erupsi dan Oklusi !

STEP 6 PENJELASAN LEARNING OBJECTIVE 1. Tahap Tumbuh Dan Kembang Gigi Pertumbuhan gigi merupakan proses pertumbuhan gigi yang dimulai dari gigi anterior rahang bawah pada usia 5-6 minggu kehamilan. Gigi berasal dari derivate ectoderm yaitu dental organ dan derivate mesoderm yaitu dental papilla dan dental sac. Dental organ ini menjadi cikal bakal enamel , dental papilla akan menjdi dentin dan pulpa serta dental sac akan menjadi sementum dan membrane periodontal. Pertumbuhan gigi terdiri dari beberapa tahap yaitu : 1. Tahap dental lamina (initial stage) Terjadi pada usia minggu ke 6-7 kehamilan. Pada tahap initerjadi penebalan epitel rongga mulut di sepanjang rahang atas dan rahang bawah. Penebalan ini membentuk serupa huruf c dan disebut juga sebagai lamina dentalis. Dental lamina ini tumbuh dari permukaan epitel hingga melayang di sekitar sel-sel mesenkim. 2. Tahap bud (bud stage) Terjadi pada usia 8 minggu kehamilan. Tahap ini merupakan tahap selanjutnya dari tahap dental lamina. Terbentuk 10 tonjolan menyerupai kuncup/tunas , setiap kuncupnya merupakan struktur dari enamel organ (dental organ) 3. Tahap cap (cap stage) Terjadi pada minggu ke 9-10 kehamilan. Pada tahap ini kuncup-kuncup gigi mengalami invaginasi membentuk cup. Pada tahap ini terjadi perubahan morfologi benih gigi. Jaringan-jaringan ikat dibawah dental papilla berubah menjadi fibrous dan mengelilingi papilla, bagian dari enamel organ nantinya akan membentuk dental sac. 4. Tahap bell (bell stage) Terjadi pada minggu ke 11-12 kehamilan. Pada tahap ini terjadi diferensiasi yaitu enamel organ menjadi 4 tipe sel dan dental lamina menjadi 2 tipe sel. 4 tipe sel dari enamel organ adalah outer enamel epithelium (OEE) , inner enamel epithelium (IEE) , stellate reticulum , dan stratum intermedium . 2 tipe sel dari dental lamina adalah outer cell dental papilla dan inner cell dental papilla. Pada tahap ini terjadi perubahan bentuk benih gigi menyerupai lonceng. Selai itu juga terjadi peningkatan pembentukan serat kolagen disekitar enamel organ yang disebut sebagai dental sac.

5. Tahap aposisi Terjadi sekresi enamel , dentin dan sementum yang berturut-turut. Jaringan keras gigi disekresikan sebagai matriks terkalsifikasi sebagian. Pada tahp ini terjadi pembentukan jaringan untuk tahap kalsifikasi selanjutnya. 6. Tahap maturasi Pada tahap ini terjadi kaslsifikasi secara penuh dari matriks jaringan keras gigi. Periode terjadinya tahap ini bervariasi menurut gigi yang terlibat.

2. Faktor tumbuh kembang gigi 1. HERIDITER (Keturunan) Sudah lama diketahui bahwa faktor heriditer sebagai penyebab maloklusi. Kerusakan genetik mungkin akan tampak setelah lahir atau mungkin baru tampak beberapa tahun setelah lahir. Peran heriditer pada pertumbuhan kraniofasial dan sebagai penyebab deformitas dentofasial sudah banyak dipelajari, tetapi belum banyak diketahuai bagian dari gen yang mana berperan dalam pemasakan muskulatur orofasial. Tabel Sindroma malformasi yang berhubungan dengan defisiensi mandibula

1 2

3

4

5

6

Kondisi

Penampakan

Penyebab Autosomal dominant

Robin complex

Micrognathia, cleft palate, glossoptosis

Sindroma Teacher Collin’s Acrofacial Dysostosis

Symetrically hypoplastic ear, down slanting, palpebral fissures, micrognathia, cleft palate, Preaxial upper limb deficiency

Autosomal dominant

Sindroma Wildervanck-Smith

Symetrically hypoplastic ear, down slanting, Palpebral fissures, cleft lip and palate, limb reduction defects of upper and lower limbs

Belum diketahui

Hemifacial Microsomia (sindroma Goldenhar)

Unilateral atau bilateral asymetrically hipoplastik ears dan ramus mandibula, micrognathia, cleft lip and palate, epibulbar dermoids, vertebral anomalies, cardiac defects, renal anomalies.

Autosomal dominant or autosomal recessive

Sindroma Mobius

Bilateral sixth & seventh nerve palsy and other cranial nerve, high broad nasal bridge, epicanthic folds, micrognathia, limb reduction, mental defisiency.

Belum diketahui

Sindroma Hallermann- Streiff

Dyscephaly, hypotrichosis, congenital cataracts, beaced nose, micrognathia, anteriorly placed Belum diketahui mandibular condyles,natal teeth, oligodontia

2. LINGKUNGAN Pengaruh lingkungan pada pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi terus menerus selama individu masih bertumbuh dan berkembang. Ada beberapa pengaruh lingkungan yang dapat menyebabkan kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial : A. TRAUMA  Trauma prenatal o Hipoplasia mandibula dapat disebabkan oleh tekanan intrauterin atau trauma selama kelahiran. o “Vogelgesicht” pertumbuhan mandibula terhambat berhubungan dengan ankilosis persendian temporomandibularis, mungkin disebabkan karena cacat perkembangan oleh trauma. o Asimetri. Lutut atau kaki dapat menekan muka sehingga menyebabkan asimetri pertumbuhan muka dan menghambat pertumbuhan mandibula.  Trauma postnatal o Fraktur rahang atau gigi o Trauma pada persendian temporomandibularis menyebabkan fungsi dan pertumbuhan yang tidak seimbang sehingga terjadi asimetri dan disfungsi persendian. B. AGEN FISIK  Ekstraksi prematur gigi susu Bila gigi susu hilang sebelum gigi permanen pengganti mulai erupsi (mahkota terbentuk sempurna dan akar mulai terbentuk), tulang akan terbentuk diatas gigi permanen, menyebabkan erupsi terlambat, terlambatnya erupsi akan menyebabkan gigi yang lain bergeser ke arah ruang yang kosong.  Jenis makanan Pada masyarakat primitif, diet yang berserat merangsang otot mastikasi bekerja keras, menambah beban fungsi pada gigi. Diet semacam ini mencegah karies, mempertahankan lebar lengkung gigi tetapi menyebabkan atrisi pada gigi. Pada masyarakat modern, diet berubah menjadi lunak dan kurang berserat, menyebabkan beberapa maloklusi dan kariogenik. Berkurang fungsi penguyahan dan menyebabkan kontraksi lengkung gigi, tidak terjadi atrisi, tidak terjadi penyesuaian oklusal seperti yang terjadi pada perkembangan normal. C. KEBIASAAN BURUK Beberapa kebiasaan merangsang pertumbuhan rahang secara normal misalnya gerakan bibir dan penguyahan yang fisiologis. Kebiasaan abnormal mempengaruhi pola pertumbuhan fasial yang akan mempengaruhi fungsi orofasial yang mempunyai pengaruh penting pada pertumbuhan kraniofasial dan fisiologi oklusal.

Kebiasaan buruk dan kebiasaan otot menghambat pertumbuhan tulang, malposisi gigi, hambatan pernapasan, gangguan bicara, keseimbangan otot fasial dan problem psikologis.  Mengisap jempol dan mengisap jari Bila kebiasaan ini sudah tampak pada minggu pertama kehidupan biasanya disebabkan oleh problem makan. Bila kebiasaan ini dilakukan pada anak usia yang lebih lanjut biasanya disebabkan oleh problem psikologis. Arah dan kekuatan pada gigi-gigi selama mengisap jempol menyebabkan incisivus atas tertekan ke labial, incisivus bawah tertekan ke lingual, otot-otot pipi menekan lengkung gigi didaerah lateral ke arah lingual.  I. II.

Menjulurkan lidah Terdapat 2 tipe menjulurkan lidah, yaitu : Simple tongue thrust swallow Biasanya berhubungan dengan kebiasaan mengisap jari. Complex tongue thrust swallow Biasanya disebabkan oleh karena gangguan nasorespiratori kronis, bernapas lewat mulut, tosilitis atau pharingitis. Pada penelanan normal, gigi dalam kontak, bibir menutup, punggung lidah terangkat menyentuh langit-langit. Pada penelanan abnormal yang disebabkan pembengkaan tonsil atau adenoid, lidah tertarik dan menyentuh tonsil yang bengkak, akan menutup jalan udara, mandibula turun, lidah menjulur ke depan menjauhi pharynk, dengan mandibula turun bibir harus berusaha menutup untuk menjaga lidah dalam rongga mulut dan menjaga efek penelanan dapat rapat sempurna. Diastemata dan open bite anterior merupakan akibat dari kebiasaan menjulurkan lidah.



Mengisap dan menggigit bibir Mengisap bibir dapat sendiri atau bersamaan dengan mengisap ibu jari. Dapat dilakukan pada bibir atas atau pada bibir bawah. Bila dilakukan dengan bibir bawah maka maloklusi yang ditimbulkan adalah labioversi gigi depan atas, open bite, lunguoversi gigi depan rahang bawah.



Posture Sikap tubuh mempengaruhi posisi mandibula. Seseorang dengan sikap kepala mendongak, dagu akan menempati posisi ke depan, pada sikap kepala menunduk maka pertumbuhan mandibula bisa terhambat.



Mengigit kuku Menyebabkan malposisi gigi.



Kebiasaaan buruk yang lain Kebiasaan menggendong bayi hanya pada satu sisi menyebabkan kepala dan muka menjadi asimetri. Kebiasaan atau posisi tidur, dengan bantal atau dengan lengan, bertopang dagu. Kebiasaan mengigit pensil dan lain-lain.

D. PENYAKIT  Penyakit sistemik Contoh penyakit yang dapat menimbulkan maloklusi:  Rachitis Kekurangan vitamin D, pengapuran tulang berkurang sehingga terjadi deformasi tulang. Pada rahang ditandai dengan tepi prosesus alveolaris abnormal dan pembentukan email gigi terganggu.  Sifilis Menyebabkan kelainan bentuk gigi (hutchinson teeth) terutama sifilis kongenital. 

TBC tulang Menyebabkan kelainan bentuk tulang terutama pada mandibula.  Kelainan endokrin Ketidakseimbangan kelenjar endokrin mempengaruhi metabolisme zatzat yang ada dalam tubuh. Hiperfungsi atau hipofungsi kelenjar endokrin akan menyebabkan gangguan metabolik dan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan kraniodentofasial. Misalnya : Hipoplasia gigi, menghambat atau mempercepat pertumbuhan muka tetapi tidak merubah arah pertumbuhan, menggangu osifikasi tulang, waktu menutupan sutura, waktu erupsi gigi, waktu resorpsi akar gigi susu, membrana periodontalis dan gingiva sensitif terhadap gangguan endokrin.

      

 Penyakit-penyakit local Penyakit nasopharingeal dan gangguan pernapasan Penyakit periodontal Tumor Karies Prematur loss gigi susu Gangguan urutan erupsi gigi permanen Hilangnya gigi permanen

E. MALNUTRISI Selama anak dalam kandungan, ibu harus memperoleh cukup kalsium, fosfor vit A, C, D untuk menjamin kebutuhan foetus akan zat-zat tersebut. Zat-zat ini dengan pengawasan fungsi hormon yang seimbang merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan tulang.

3. Gangguan Tumbuh Kembang Gigi dan Perawatan Gigi A. Jumlah gigi 1. Anadonsia Kelainan kongenital yang menyebabkan absennya gigi secara keseluruhan di rongga mulut. Anodontia dibagi menjadi: Anodontia sebenarnya  kegagalan pertumbuhan gigi di gusi. Pseudoanodontia  absennya gigi namun benih gigi ada di gusi. Biasanya gigi tersebut impaksi atau gigi yang tidak erupsi. False anodontia  absennya gigi karena adanya ekstraksi gigi. 2. Partial Anadontia Kelainan kongenital yang menyebabkan kegagalan pertumbuhan satu atau beberapa gigi. Kelainan ini lebih sering terjadi pada perempuan. Gigi yang paling sering tidak tumbuh adalah gigi M3; gigi P2; dan gigi I2. Gigi M1 dan gigi I2 mandibular paling jarang mengalami partial anodontia. Partial anodontia dibagi menjadi hipodontia dan oligodontia.  Hipodontia adalah Kegagalan pertumbuhan dari satu atau lebih gigi  Oligodontia adalah Kegagalan pertumbuhan dari enam atau lebih gigi 3. Supernumerary teeth Kelainan jumlah tumbuh kembang gigi  adanya satu atau lebih elemen gigi melebihi jumlah gigi yang normal  dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi tetap  terjadi pada tahap inisiasi dan proliferasi. Disebakan oleh 1. Proliferasi sel yang berlebihan pada saat pembentukan benih gigi  Gigi yang terbentuk melebihi jumlah yang normal 2. Diturunkan dari orang tua (herediter) 3. Bagian dari sindroma tertentu  cleft lip and cleft palate (sumbing pada bibir dan langit-langit).

B. Bentuk Gigi 1. Talon Cusp Kelainan bentuk tumbuh kembang gigi  tonjolan kecil dari enamel pada daerah singulum gigi anterior atas dan bawah tetap menyerupai tanduk  terjadi pada tahap morfodiferensiasi. Disebabkan oleh faktor genetik / turunan 2. Hutchinson Teeth Bentuk gigi abnormal pada sifilis kongenital Bentuk khas : "gigi obeng", lebar pada bagian servikal sempit pada bagian insisal dan tonjolan-tonjolan (notch) pada edge insisal Pada gigi M1 permukaan oklusalnya mempunyai turbekel kecil-kecil ganda, dengan cusp yang perkembangannya jelek terlihat seperti buah murbei (mulberrry molar) Terjadi karena adanya perubahan benih gigi pada tahap morfodiferensiasi Perubahan pada benih gigi ini berupa inflamasi di dalam dan disekitar gigi yang ditandai dengan hiperplasia organ

3. Peg Shaped Akar dan mahkota yang konikal serta berukuran lebih kecil dari gigi normal. GC Black menamakan tipe ini sebagai enamel drops. Disebut juga sebagai mesiodens dan sering ditemukan pada daerah midline dari insisif tetap maksila. Umumnya dijumpai di antara gigi tetap khususnya gigi anterior, biasanya di gigi kaninus. Gangguan pada tahap morfodiferensiasi 4. Geminasi Geminasi merupakan gigi yang besar karena satu benih gigi berkembang membentuk dua gigi. Biasanya menyebabkan terpisahnya mahkota gigi secara menyeluruh atau sebagian melekat pada satu akar dengan satu saluran akar. Bisa terdapat pada gigi desidui maupun gigi tetap. Gigi insisivus sulung rahang bawah dan gigi insisivus permanen rahang atas adalah yang paling sering mengalami geminasi 5. Fusion Fusi merupakan penggabungan dua benih gigi yang berdekatan pada bagian dentin pada saat pertumbuhan yang menghasilkan penggabungan dua gigi bagian dentin dan email. Disebabkan oleh herediter dan trauma saat pembentukan gigi.

Shafer (1974) dkk berspekulasi bahwa tekanan yang dihasilkan oleh sejumlah gaya fisik akan memperlama kontak antara gigi yang sedang berkembang dan mengakibatkan gigi fusi. Gigi sulung dan gigi tetap dapat mengamali fusi tetapi lebih sering terjadi pada gigi sulung. Fusi dapat terjadi secara complete dan incomplete  Complete fusion : jika fusi terjadi sebelum kalsifikasi gigi mulai. Mahkota gigi menyatu dan akan menggabungkan komponen gigi yaitu dentin, enamel, dan ruang pulpa.  Incomplete fusion : jika fusi terjadi pada later stage pada pembentukan gigi. Terlihat mahkota yang terpisah dan fusi hanya terjadi hanya pada akar dengan ruang pulpa yang menyatu atau terpisah. 

Perbedaan fusi dengan geminasi :

o Terjadi pengurangan jumlah gigi pada fusi begitu juga sebaliknya pada geminasi o Gambaran radiografi akan memperlihatkan akar gigi yang terpisah pada gigi yang terlihat menyatu. Fusi  akar 2 & 2 gigi jadi 1 Geminasi  akar 1 & 1 gigi jadi 2 6. Concrescence Concrescence adalah pelekatan yang erat antara akar-akar gigi yang berdekatan karena adanya pengendapan sementum. Etiologi: Trauma dan Crowding of teeth dengan resorpsi tulang interdental yang menyebabkan dua akar menyatu dengan deposisi sementum diantaranya. Bisa muncul sebelum dan sesudah gigi erupsi. Sering terjadi pada gigi molar permanen rahang atas 7. Dens evaginatus Dens evaginatus adalah anomali perkembangan yang menghasilkan struktur serupa kuspa, biasanya pada daerah batas yang melintasi premolar. Etiologi: Anomali ini terbentuk pada waktu perkembangan awal gigi oleh proliferasi dan evaginasi epitelium email ke dalam retikulum stelat dan menghasilkan protuberansi email dan dentin dengan tanduk pulpa. 8. Dens invaginatus Merupakan gigi di dalam gigi Bisa terjadi pada gigi sulung dan permanen

Etiologi: merupakan keturunan dengan autosomal dominan dengan ekspresi yang bervariasi dan mungkin penetrasi yang tidak sempurna Sering terlihat pada daerah ceruk lingual gigi insisif kedua atas Karakteristik: o ada garis invaginasi di enamel dan adanya foramen caecum dengan kemungkinan adanya hubungan antara kavitas dengan pulpa o Ada debris dalam invaginasi membuat kerusakan pada gigi tidak terdeteksi o Makanan dapat bersarang dalam invaginasi tersebut dan mengakibatkan nekrosis o Indikasi pertama : radang periapeks o Terdapat 2 tipe, yaitu tipe koronal dan tipe radikular 9. Taurodontia Pelebaran ruang pulpa dengan karakteristik seperti tanduk sapi Dapat terjadi pada: gigi posterior dan anterior, gigi sulung maupun permanen dan sering terjadi pada molar sulung Secara klinis terlihat normal Pada kelainan ini hanya dapat dideteksi melalui gambaran radiografi Dalam foto rontgen akan terlihat kamar pulpa yang sangat luas, akar pendek, dan bifurkasi hanya beberapa milimeter dari apeks 10. Dilaserasi Dilaserasi merupakan suatu angulasi akar yang abnormal terhadap aksis memanjang dari mahkota gigi. Umumnya deviasi angulasi terlihat sangat tajam , hampir tegak lurus. Etiologi: trauma merupakan salah satu faktor penyebab sehingga mahkota bergeser dan akar memutar atau bengkok setelah terjadinya trauma. Keadaan ini menimbulkan masalah pada saat pencabutan gigi. 11. Deformitas Gigi pada Penyakit Ricketsia Etiologi: o Tidak bisa menyerap kalsium o Adanya gangguan penyerapan kalsium karena defisiensi vitamin D o Gambaran klinis: o Hipokalsifikasi rangka o Hipokalsifikasi email dan dentin, tubuli dentin tidak beraturan dengan interglobular dentin yang luas o Dapat terjadi late eruption C. Kelainan struktur gigi 1. Fluorosis

Adalah salah satu gejala yang muncul apabila seseorang mendapat asupan fluor secara berlebih Fluorosis gigi dapat didefinisikan sebagai kerusakan enamel secara kualitatif yang merupakan hasil dari peningkatan konsentrasi fluor di sekitar ameloblast selama pembentukan enamel gigi. Menyebabkan perubahan warna gigi menjadi tidak putih lagi sebagaimana gigi yang sehat, akan tetapi menjadi pucat dan buram. 2. Ghost teeth Disebut juga Odontodysplasia regional / Odontogenesis imperfecta Kelainan terlokalisasi yang hanya mengenai sekelompok gigi yang berdekatan dalam satu lengkung rahang. Terlihat adanya malformasi dan klasifikasi yang buruk. Lapisan email tipis, hipoplasi dan hipoklasifikasi. Lapisan dentin tipis, rongga pulpa besar 3. Shell Teeth Merupakan Dentinogenesis Imperfecta tipe III Kelainan yang terjadi pada dentin, sedangkan email normal. Dentin sangat tipis dengan kamar pulpa lebar. Akar gigi sangat pendek Etiologi : Kelainan pada fase histodiferensiasi pada pembentukan gigi Merupakan penyakit herediter Gambaran Klinis : Gigi geligi tampak seperti “shell” dan pembukaan pada pulpa gigi 4. Hipokalsifikasi Email o bercak putih opak yg tampak pada gigi geligi susu dan tetap o umumnya ditemukan pada 25% populasi o Insisivus central  paling sering kena o Etiologi: jejas pada benih gigi selama stadium kalsifikasi o Kerusakan tampak sebagai bercak putih karena kekurangan kalsium pada saat serangan o Bentuk gigi normal o Sukar dibedakan antara hipoplastik dan hipokalsifikasi email 5. Amelogenesis imperfect Suatu kelainan formasi dari enamel atau permukaan luar gigi permanen yang diturunkan. Karakteristiknya terjadi hipokalsifikasi, hipoplasia, atau hipomaturasi yang menyeluruh. Terbagi menjadi 3 tipe :  Tipe 1 : hipoplastik

 

Tipe 2 : hipokalsifikasi Tipe 3 : hipomaturasi

Perawatan Gigi 1. Pemeriksaan Rutin Gigi Dokter gigi akan memeriksa seluruh gigi dengan menggunakan alat kecil yang dimasukkan ke dalam mulut Anda, seperti cermin dan alat-alat kecil lainnya. Dokter gigi akan berusaha menemukan masalah pembusukan, penyakit gusi dan kondisi lainnya yang mungkin ada. Jika dokter gigi menemukan masalah pada gigi yang sulit dilihat dengan mata, misalnya kemungkinan kerusakan di antara dua gigi yang saling bersinggungan, dokter gigi mungkin akan melakukan pemeriksaan dengan sinar X (rontgen). Jika ada masalah, dokter gigi akan menawarkan pilihan pengobatan, dan merinci biaya, dan kemungkinan waktu tunggu kapan pengobatan/tindakan dapat dilakukan. 2. Scaling dan Pembersihan Gigi Perawatan scaling dan pembersihan gigi diterapkan untuk menghilangkan kotoran pada gigi. Kotoran-kotoran ini antara lain: partikel makanan, plak lunak atau kalkulus keras (yang disebabkan karena akumulasi terus menerus dari mineral dari air liur dan plak - kadang-kadang juga disebut sebagai tartar). Dokter gigi kemudian membersihkan atau mengolesi gigi dengan pasta abrasif menggunakan sikat berputar. Ini akan membantu mengobati dan mencegah penyakit gusi. Dokter gigi juga akan memberikan petunjuk atau saran tentang bagaimana cara menjaga kebersihan mulut Anda hingga waktu kunjungan berikutnya, karena ini penting untuk membantu menjaga kesehatan gusi. 3. Sealants Fisura Sealants melindungi ggi dari pembusukan. Seluruh gigi yang memiliki celah yang dalam sebenarnya bisa diobati, namun gigi yang paling sering diobati adalah geraham dan premolar. Sealant adalah cairan plastik tahan lama yang dilapiskan pada permukaan gigi. Lapisan ini akan menjadi penghalang fisik yang menghadang penumpukan makanan dan bakteri lain di celah gigi. Sealants fisura biasanya dianjurkan untuk anak-anak, karena akan mengurangi risiko kerusakan pada gigi permanen. 4. Tambalan Gigi Kerusakan yang menyebabkan munculnya rongga pada gigi diobati dengan tambalan gigi. Dokter gigi menggunakan bor dan alat-alat lain untuk membuang bagian gigi yang sudah busuk. Rongga kemudian dibersihkan, dikeringkan dan ditambal dengan bahan pengisi.

Terdapat berbagai macam jenis bahan untuk mengisi rongga gigi. Dokter gigi akan memberitahu mengenai bahan tambalan apa yang paling cocok untuk gigi Anda, tentunya berdasarkan ukuran dan lokasi rongga pada gigi Anda. Pilihan yang paling sering diambil adalah penambal yang berwarna sama dengan gigi, karena akan menjaga penampilan estetika gigi Anda, selain tentunya mengembalikan bentuk dan fungsinya. 5. Restorasi Gigi Rusak Dokter gigi akan menyarankan berbagai perawatan untuk merestorasi gigi yang rusak. Perawatan ini akan membantu mengembalikan penampilan, bentuk dan fungsi gigi Anda. Perawatan restorasi ini antara lain: o Bonding. Gigi yang berubah warna atau berbentuk tidak lazim akan diatasi dengan bonding. Semacam resin gigi berwarna digunakan untuk membuat gigi menjadi lebih teratur. Namun resin perlu diganti dalam jangka waktu tertentu. o Veneers. Gigi dapat dipasangi veneer porselen. Vener biasanya memiliki ketebalan 0,5 mm dan terpaku ke depan gigi secara permanen. o Mahkota. Ini merupakan "topi" yang disemen secara permanen atau terikat pada gigi. Mahkota terbuat dari porselen dan dapat disesuaikan dengan warna gigi Anda. 6. Perawatan Saluran Akar Perawatan saluran akar adalah prosedur yang menggantikan gigi yang rusak atau pulpa yang terinfeksi dengan cara diisi. Pulpa merupakan jaringan sensitif yang menyediakan oksigen, nutrisi dan indera perasa bagi gigi. Lokasinya di pusat rongga gigi (ruang pulpa), bersama dengan pembuluh darah dan saraf. Setelah gigi sepenuhnya terbentuk, nutrisi gigi berasal dari jaringan sekitar akar dan gigi dapat berfungsi tanpa pulpa. Selama perawatan saluran akar, pulpa akan dihilangkan dari gigi. Dokter gigi membersihkan dan membentuk saluran akar dengan bor dan alat kecil lainnya. Interior gigi dibersihkan, dikeringkan dan dikemas dengan bahan pengisi yang mengisi sepanjang jalan ke ujung akar. Permukaan buatan untuk menggigit juga dibuat dari amalgam gigi, material komposit atau mahkota. Ini juga untuk melindungi gigi dari patah (fraktur), yang dapat terjadi setelah perawatan saluran akar.

7. Ekstraksi Gigi Kedokteran gigi modern bertujuan untuk menjaga gigi alami. Namun, gigi yang rusak atau membusuk parah mungkin perlu diekstraksi (dicabut). Dokter gigi juga akan merekomendasikan ekstraksi untuk menangani gigi bungsu yang menyebabkan masalah. Gigi ini dapat menyebabkan berbagai masalah gigi, termasuk kepadatan gigi dan impaksi (gigi tumbuh pada sudut ke dalam molar atau gusi) yang ada. Gigi juga dapat diekstraksi dengan menggunakan anestesi (bius) lokal. Sedasi atau anestesi umum mungkin juga akan diterapkan dokter gigi apabila terjadi kesulitan prosedur. 8. Pemasangan Gigi Palsu Gigi palsu dapat dilepas dan dipasang kembali oleh pemakainya sendiri. Satu gigi tiruan bisa Anda gunakan sementara Anda masih memiliki gigi-gigi alami lainnya. Namun, perubahan tulang rahang selama proses penyembuhan dapat menyebabkan gigi tiruan menjadi longgar. Dalam beberapa bulan, gigi tiruan mungkin perlu ditata kembali untuk menyamankan penggunanya. Atau bila mau menunggu, gigi tiruan baru dibuat setelah beberapa bulan setelah gigi hilang. Ini memberikan waktu bagi tulang rahang untuk sembuh dan tidak berubah bentuk lagi. 9. Pemasangan Mouthguard Mouthguard adalah perangkat pelindung yang menutupi gigi dan gusi untuk mencegah cedera pada gigi, bibir dan gusi. Mouthguard sering digunakan saat berolahraga untuk mencegah kerusakan gigi akibat benturan pada wajah (hantaman, pukulan atau terjatuh). Seorang doter gigi yang baik tentu akan memilihkan mouthguard yang terbaik dan pas bagi Anda. 10. Implan Gigi Implan gigi dapat digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang. Implan adalah gigi tiruan yang terdiri dari sekrup titanium kecil yang akan menjadi rahang dan gigi buatan. Tidak cukup satu kali ke dokter gigi untuk memasang implan. Pada waktunya, implan akan menyatu dengan tulang rahang. Implan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Namun, ini sudah masuk ke bidang khusus kedokteran gigi, sehingga dokter gigi biasa mungkin akan merujuk Anda untuk pemasangan implan.

11. Perawatan Ortodontik Perawatan ortodontik dilakukan utnuk memperbaiki kelainan pada rahang dan posisi gigi, seperti gigi overbite atau menonjol. Dokter gigi akan mendiagnosa dan mengobati masalah ini atau mungkin merujuk Anda ke dokter gigi khusus untuk perawatan ortodontik. Perawatannya mungkin termasuk pemasangan kawat gigi atau perangkat lepas pasang lainnya. 4. Tahap erupsi dan oklusi gigi beserta gangguannya 1. Tahap Pra-Fungsional/Pra-Oklusal (Tahap Erupsi) Erupsi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Latin ‘erumpere’, yang berarti menetaskan.7 Erupsi gigi adalah suatu proses pergeraka gigi secara aksial yang dimulai dari tempat perkembangan gigi di dalam tulang alveolar sampai akhirnya mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut. Erupsi gigi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari tahap pembentukkan gigi sampai gigi muncul ke rongga mulut. Menurut Lew (1997, cit Primasari A, 1992), gigi dinyatakan erupsi jika mahkota telah menembus gingiva dan tidak melebihi 3 mm di atas gingiva level dihitung dari tonjol gigi atau dari tepi insisal.14 Gerakan dalam proses erupsi gigi adalah ke arah vertikal selama proses gigi berlangsung, gigi juga mengalami pergerakan miring, rotasi, dan pergerakan ke arah mesial. Proses erupsi gigi permanen selain gigi molar permanen, melibatkan gigi desidui, yaitu gigi desidui tanggal yang digantikan oleh gigi permanen. Resorpsi tulang dan akar gigi desidui mengawali pergantian gigi desidui oleh gigi permanennya. Resoprsi akar gigi desidui dimulai di bagian akar gigi desidui yang paling dekat dengan benih gigi permanen. Tahap awal erupsi gigi permanen akan menghasilkan tekanan erupsi yang akan menyebabkan resorpsi akar gigi desidui. Namun, folikel gigi dan retikulum stelata yang merupakan bagian dari komponen gigi juga berperan dalam resorpsi akar gigi desidui.25-26 Erupsi gigi permanen tidak terlepas dari proses seluler dan molekuler. Sel-sel retikulum stelata dari gigi permanen yang sedang terbentuk mensekresi parathyroid hormone (PTH)-related protein (PTHrP), yaitu suatu molekul pengatur pembentukan yang dibutuhkan untuk erupsi gigi. PTHrP yang disereksi kemudian terikat dalam suatu fungsi parakrin pada reseptor PTHrP yang diekspresikan oleh sel-sel dalam folikel gigi. Interleukin 1a juga disereksi oleh epitel stelata dan dengan cara yang sama terikat pada reseptor IL-1a yang ditemukan pada folikel gigi. Akibatnya, sel-sel folikel gigi yang terstimulasi ini akan mensereksi faktor-faktor perekrut monosit, seperti colony-stimulating factor1, monocyte chemotactic protein-1 atau vascular endothelial growth factor. Kemudian, di bawah pengaruh faktor-faktor tersebut, monosit dibawa dari daerah di dekat folikel gigi yang kaya pembuluh darah dan diletakkan di daerah koronal.

Bila lingkungan folikel gigi mendukung maka monosit-monosit tersebut akan berfusi, lalu berdiferensiasi menjadi sel-sel osteoklas atau odontoklas yang jika selsel tersebut berkontak dengan sel-sel yang mengekspresikan RANKL (Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B Ligand) maka akan meresorpsi jaringan keras. RANKL adalah suatu protein yang terikat pada membran yang TNF ligand yang diekspresikan oleh osteoblast, odontoblast, pulpa, ligamen periodontal, fibroblast, dan sementoblas yang berfungsi dalam menginduksi dan mengaktifasi osteoklas dari selsel precursor. Reseptor RANKL adalah RANK (Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B) yang diekspresikan oleh osteoklas dan odontoklas. OPG (Osteoprotegerin) merupakan glikoprotein yang termasuk golongan TNF. OPG dihasilkan oleh berbagai macam sel dan menghambat diferensiasi osteoklas dari sel prekursornya. OPG juga bertindak sebagi reseptor RANKL dan bila RANKL dan OPG bertemu maka tidak terjadi pembentukkan osteoklas. Sel-sel yang mengekspresikan OPG antara lain odontoblast, ameloblast, dan sel-sel pulpa. Gigi didorong atau didesak keluar sebagai hasil dari kekuatan yang dihasilkan dari bawah dan disekitarnya, seperti pertumbuhan tulang alveolar, akar, tekanan darah atau tekanan cairan dalam jaringan (proliferasi). Gigi mungkin keluar sebagai hasil dari tarikan jaringan penghubung di sekitar ligamen periodontal. Pergerakan gigi ke arah oklusal berhubungan dengan pertumbuhan jaringan ikat di sekitar soket gigi. Proliferasi aktif dari ligamen periodontal akan menghasilkan tekanan di sekitar kantung gigi yang mendorong gigi ke arah oklusal. Tekanan erupsi pada tahap ini semakin bertambah seiring meningkatnya permeabilitas vaskular di sekitar ligamen periodontal yang memicu keluarnya cairan secara difus dari dinding vaskular sehingga terjadi penumpukkan cairan di sekitar ligamen periodontal yang kemudian menghasilkan tekanan erupsi. Faktor lain yang juga berperan dalam menggerakkan gigi ke arah oklusal pada tahap ini adalah perpanjangan dari pulpa, di mana pulpa yang sedang berkembang pesat ke arah apikal dapat menghasilkan kekuatan untuk mendorong mahkota ke arah oklusal. 2. Tahap Fungsional/Tahap Oklusal Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal dan berlangsung bertahun-tahun. Selama tahap ini gigi bergerak ke arah oklusal, mesial, dan proksimal. Pergerakan gigi pada tahap ini bertujuan untuk mengimbangi kehilangan substansi gigi yang terpakai selama berfungsi sehingga oklusi dan titik kontak proksimal dipertahankan. Pada tahap ini, tulang alveolar masih mengalami pertumbuhan terutama pada bagian soket gigi sebelah distal. Demikian halnya dengan sementum pada akar gigi yang menimbulkan interpretasi bahwa bergeraknya gigi ke arah oklusal dan proksimal pada tahap ini berhubungan dengan pertumbuhan tulang alveolar dan

sementum. Interpretasi ini tidak benar, pertumbuhan tulang alveolar dan sementum bukanlah penyebab bergeraknya gigi tetapi pertumbuhan tulang alveolar dan sementum yang terjadi merupakan hasil dari pergerakan gigi. Pergerakan gigi pada tahap fungsional sama dengan pada tahap prafungsional, tetapi proliferasi ligamen periodontal berjalan lambat.

Waktu Erupsi Gigi Waktu erupsi gigi diartikan sebagai waktu munculnya tonjol gigi atau tepi insisal dari gigi menembus gingiva. Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat perbedaan waktu erupsi antara satu populasi dengan populasi lain yang berbeda ras.17 Berdasarkan penelitian Hurme pada berbagai etnis di Amerika Serikat dan Eropa Barat didapat data bahwa tidak ada dua individu yang mempunyai waktu erupsi yang persis sama pada rongga mulut.23 Perbedaan atau variasi 6 bulan pada erupsi gigi adalah biasa, tetapi kecenderungan waktu erupsi terjadi lebih lambat daripada waktu erupsi lebih awal. Berdasarkan penelitian Djaharuddin (1997, cit Primasari A, 1980) di Surabaya, terdapat perbedaan waktu erupsi gigi permanen pada anak perempuan dan anak laki-laki di mana gigi pada anak perempuan lebih cepat dari pada anak lakilaki.14 Menurut Mundiyah, tidak terdapat perbedaan waktu erupsi gigi desidui antara anak perempuan dan anak laki-laki. Gigi yang bererupsi pertama kalinya adalah gigi susu atau gigi desidui atau gigi primer. Untuk beberapa lama gigi susu akan berada dalam rongga mulut untuk melaksanakan aktivitas fungsionalnya, sampai akhirnya gigi permanen erupsi untuk menggantikan gigi susu tersebut.23 Gigi susu berjumlah 20 di rongga mulut, yaitu 10 pada maksila dan 10 pada mandibula. Gigi susu terdiri dari insisivus pertama, insisivus kedua, kaninus, molar pertama dan molar kedua di mana terdapat sepasang pada rahang untuk tiap jenisnya.19,20 Erupsi gigi desidui dimulai saat bayi berusia 6 bulan yang ditandai dengan munculnya gigi insisivus rahang bawah dan berakhir dengan erupsi gigi molar dua pada usia 2 tahun. Gigi permanen berjumlah 32 yang terdiri dari 4 insisivus, 2 kaninus, 4 premolar, dan 6 molar pada masing-masing rahang.19 Waktu erupsi gigi permanen ditandai dengan erupsinya gigi molar pertama permanen rahang bawah pada usia 6 tahun. Pada masa ini gigi insisivus pertama rahang bawah juga sudah bererupsi di rongga mulut. Gigi insisivus pertama rahang atas dan gigi insisivus kedua rahang bawah mulai erupsi pada usia 7-8 tahun, serta gigi insisivus kedua rahang atas erupsi pada usia 8-9 tahun. Pada usia 10-12 tahun, periode gigi bercampur akan mendekati penyempurnaan ke periode gigi permanen.8 Gigi kaninus rahang bawah erupsi lebih dahulu daripada gigi premolar pertama dan gigi premolar kedua rahang bawah. Pada srahang ata, gigi premolar pertama bererupsi lebih dahulu dari gigi kaninus dan gigi premolar kedua bererupsi hampir bersamaan dengan gigi kaninus. Erupsi gigi molar kedua berdekatan dengan erupsi gigi premolar kedua,

tetapi ada kemungkinan gigi molar kedua bererupsi lebih dahulu daripada gigi premolar kedua. Erupsi gigi yang paling akhir adalah molar ketiga rahang atas dan rahang bawah.

Tabel 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Permanen Gigi

Rahang Insisivus Atas Pertama Insisivus Kedua Kaninus Premolar Pertama Premolar Kedua Molar Pertama Molar Kedua Molar Ketiga Rahang Insisivus Bawah Pertama Insisivus Kedua Kaninus Premolar Pertama Premolar Kedua Molar Pertama Molar Kedua Molar ketiga

Tahap awal pembentukkan jaringan keras 3 – 4 bulan

Mahkota lengkap (tahun) 4–5

Erupsi (tahun) 7–8

Pembentukkan akar lengkap (tahun) 10

10 bulan

4–5

8–9

11

4 – 5 bulan

6–7

11 – 12

13 – 15

11/2 - 13/4 tahun 2 - 21/4 tahun

5–6

10 – 11

12 – 13

6–7

10 – 12

12 – 14

Pada saat lahir

21/2 – 3

6–7

9 – 10

21/2 - 3 tahun

7–8

12 – 13

14 - 16

7 – 9 tahun

12 – 16

17 – 21

18 – 25

3 – 4 bulan

4–5

6–7

9

3 – 4 bulan

4–5

7–8

10

4 – 5 bulan 11/2 – 13/4 tahun 2 – 21/4 tahun

6–7 5–6

9 – 10 10 – 12

12 – 14 12 – 13

6–7

11 – 12

13 – 14

Pada saat lahir

21/2 – 3

6–7

9 – 10

21/2 – 3 tahun

7–8

11 – 13

14 – 15

7–9

12 – 16

17 – 21

18 – 25

Gangguan Erupsi Gigi 1. Ankylosis : adalah suatu penggabungan jaringan keras antara tulang dan gigi. Ini kemungkinan terjadi sebagai hasil dari suatu kerusakan dalam interaksi antara resorbsi normal dan perbaikan jaringan keras selama proses penggantian gigi desidui dengan gigi permanen.2 Ankylosis secara khas terjadi setelah erupsi parsial gigi ke dalam rongga yang digambarkan sebagai suatu fusi dari cementum atau dentin ke tulang alveolar selama perubahan selular dalam ligamen periodontal yang disebabkan oleh trauma dan penyakit lain. Pada gigi desidui prevalensi terjadinya antara 7-14 %. Dan paling sering terjadi pada gigi molar pertama desidui rahang bawah, gigi molar kedua desidui rahang bawah, gigi molar pertama desidui rahang atas dan molar kedua desidui rahang atas. Ankylosis dapat memicu terjadinya (a) kehilangan panjang lengkung, (b) ekstrusi pada gigi yang berada dilengkung yang berseberangan, (c) gangguan terhadap urutan erupsi gigi. 2. Eruption Cyst merupakan suatu variasi dari kista dentigerous yang mengelilingi gigi yang sedang erupsi. Kista ini seringkali terlihat secara klinis sebagai suatu lesi kebiru-biruan, translusen, elevasi, dapat ditekan, asymptomatik, lesi berbentuk kubah (dome-shape) dari alveolar ridge yang dihubungkan dengan suatu erupsi gigi permanen ataupun erupsi gigi desidui. Kista erupsi memperlihatkan suatu pembengkakan yang halus menutupi gigi yang erupsi, dengan warna berbeda dari gingival normal. terkadang sakit , tidak mengalami infeksi, lembut dan berfluktuasi. Kista bisa seringkali pecah secara spontan pada saat erupsi gigi, namun trauma pada kista ini bisa menghasilkan perdarahan sehingga terjadi perubahan warna dan timbul rasa sakit.9

3. Eruption Hematoma adalah suatu lesi kebiru-biruan, buram, lesi asymptomatic yang melapisi gigi yang sedang erupsi. Bengkak terjadi dalam kaitannya dengan terjadinya akumulasi darah, cairan jaringan, yang terjadi dalam follicular kantung yang meluas di sekitar erupsi

4. Ectopic Eruption: suatu keadaan yang biasanya terlihat ketika gigi permanent mulai menggantikan gigi desidui pada usia sekitar 6 tahun. Merupakan erupsi yang abnormal dari suatu gigi permanen dalam hal ini gigi ke luar dari jalur normal dan menjadi penyebab resorbsi abnormal suatu gigi desidui yang akan diganti. Sering terlihat adanya dua jalur gigi pada area anterior rahang bawah. Gigi incisivuspermanent tumbuh dibelakang gigi insisivus desidui.10

Ectopic Eruption mungkin berhubungan dengan salah satu dari tiga proses yang berbeda : gangguan perkembangan, proses patologis, dan aktifitas iatrogenic. Etiologi dari gigi ektopik tidaklah diketahui. Interaksi jaringan yang abnormal selama perkembangan mungkin berpotensi mengakibatkan perkembangan gigi dengan erupsi Etiologi dari erupsi ektopik suatu maxillary permanen geraham pertama tidaklah dengan jelas dipahami meskipun demikian satu atau lebih kondisikondisi berikut mungkin terkait dengan hal tersebut: o Akibat dari ukuran Molar pertama Permanen dan atau gigi molar kedua desidui lebih besar dari normalnya o Gigi bererupsi pada suatu sudut abnormal terhadap dataran oklusal o Pertumbuhan tuberositas terlambat, menghasilkan panjang lengkung yang abnormal o Morfologi dari permukaan distal mahkota gigi molar kedua desidui dan akar memberikan hambatan erupsi sehingga terjadi abnormalitas kemiringan gigi permanen molar pertama Ectopic eruption : Self-corrective (Jump-type), 66% dari kasus ectopic eruption gigi molar akhirnya dapat erupsi pada posisi seharusnya tanpa melalui perawatan korektif. Metode perawatan dapat bervariasi berdasarkan pemeriksaan klinis, tergantung dari hambatan dan analisa ruang. Perawatan pada ectopic eruption gigi molar permanen bertujuan untuk membebaskan gigi molar permanen dari hambatan dan memberikan pedoman erupsi bagi gigi tersebut. Pada beberapa kasus, gigi molar kedua desidui diekstraksi; gigi molar permanen dapat erupsi dan kemudian bergerak ke distal menuju posisi normal. Beberapa metode yang digunakan adalah dengan brass ligature wire, stainless steel crown, Humphrey appliance, dan helical spring.

Gangguan Oklusi 

Maloklusi adalah oklusi abnormal yang ditanda dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung di setiap bidang spatial atau anomaly abnormal dalam posisi gigi. Maloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler. Keadaan ini dikenal dengan istilah maloklusi tetapi batas antara oklusi normal dengan tidak normal sebenarnya cukup tipis. Maloklusi sering pula tidak mengganggu fungsi gigi secara signifikan dan termodifikasi pemakaian gigi. Maloklusi terjadi pada kondisi-kondisi berikut ini : 1.Ketika ada kebutuhan bagi subjek untuk melakukan posisi postural adaptif dari mandibula.

2.Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula, dari posisi istirahat atau dari posisi postural adaptif ke posisi interkuspal. 3.Jika posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleks yang merugikan selama fungsi pengunyahan dari mandibula. 4.Jika gigi-gigi menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak mulut. 5.Jika ada gigi berjejal atau tidak teratur, yang bias merupakan pemicu bagi terjadinya penyakit periodontal dan gigi. 6.Jika ada penampilan pribadi yang kurang baik akibat posisi gigi. 7.Jika ada posisi gigi yang menghalangi bicara yang normal. Etiologi dari maloklusi dapat terbagi 2, yaitu : 1. Primary etiologi site 2. Etiologi pendukung Primary etiologi site terbagi menjadi :  System Neuromuskular Beberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptsi terhadap ketidakseimbangan skeletal / malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak seimbang adalah bagian penting dari hamper semua maloklusi.  Tulang Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar untuk dental arch, kesalahan dalam marfologi / pertumbuhannya dapat merubah hubungan dan fungsi oklusi. Sebagian besar dari maloklusi ynag sangat serius adalah membantu dalam identifikasi dishamorni osseus.  Gigi Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk dentofacial dalam berbagai macam cara. Variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah dan posisis gigi semua dapat menyebabkan maloklusi. Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa malposisisi dapat menyebabkan malfungsi, secara tidak langsung malfungsi merubah pertumbuhan tulang. Yang sering bermasalah adalah gigi yang terlalu besar.  Jaringan Lunak (tidak termasuk otot) Peran dari jaringan lunak, selain neuromuskulat dalam etiologi maloklusi, dapat dilihat dengan jelas seperti tempat- tempat yang didiskusi sebelumnya. Tetapi, maloklusi dapat disebabkan oleh penyakit periodontal / kehilangan perlekatan dan berbagai macam lesi jaringan lunak termasuk struktur TMJ. Etiologi Pendukung antara lain : 1. Herediter Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi.

Kesalahan asal genetic dapat menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir / mereka tidak dapat dilihat sampai 6 tahun setelah kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Peran herediter dalam pertumbuhan craniofacial dan etiologi kesalahan bentuk dentalfacial telah menjadii banyak subjek penelitian. Genetic gigi adalah kesamaan dalam bentuk keluaraga sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi / tempat aksi genetiknya tidak diketahui kecuali pada beberapa kasus ( contoh : absennya gigi / penampilan beberapa syndrome craniofacial). Perkembangan abnormal yang tidak diketahui penyebabnya Misalnya : deferensiasi yang penting pada perkembangan embrio. Contoh : facial cleft. 2.Trauma Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan atau kesalahan bentuk dentofacial. 3.Prenatal trauma / injuri semasa kelahiran 4.Hipoplasia dari mandibula Disebabkan karena tekanan intrauterine (kandungan) atau trauma selama proses kelahiran. 5.Asymetri Disebabkan karena lutut atau kaki menekan muka sehingga menyebabkan ketidaksimetrian pertumbuhan muka. 6.Postnatal trauma  Retak tulang rahang dan gigi  Kebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama. 7.Agen Fisik  Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung.  Makanan Makanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang bekerja lebih dan peningkatan fungsi gigi. Jenis makanan seperti ini menimbulkan karies yang lebih sedikit 8.Habits  Mengisap jempol / jari Biasanya pada usia 3 tahun – 4 tahun anak-anak mulai mengisap jempol jika M1 nya susah saat erupsi. Arah aplikasi tekanan terhadap gigi selama mengisap jempol dapat menyebabkan Insisivus maksila terdorong ke labial, sementara otot bukal mendesak tekanan lingual terhadap gigi pada segmen leteral dari lengkung dental.

9.Desakan lidah Ada 2 tipe, yaitu : 1. Simple tounge, desakan lidah yang berhubungan dengan gigi, sekalian menelan. 2. Kompleks tounge, normalnya anak-anak menelan dengan gigi dalam oklusi bibir sedikit tertutup dan lidah berada pada palatal di belakang gigi anterior. Simple tounge dihubungkan dengan digital sucking walaupun kebiasaannya tidak lagi dilakukan karena perlunya lidah untuk mendesak ke depan kea rah open bite untuk menjaga anterior seal dengan bibir selama penelanan. Kompleks tounge dihubungkan dengan stress nasorespiratoty, bernapas dengan mulut. 10. Lip sucking and lip biting Menyebabkan open bite, labioversion maksila / mandibula ( terkadang). 11. Menggigit kuku 12.Penyakit local Penyakit gingival periodontal dapat menyebabkan efek langsusng seperti hilangnya gigi, perubahan pola penutupan mandibula untuk mencegah trauma, ancylosis gigi. 13.Malnutrisi Berefek pada kualitas jaringan dan kecepatan dari kalsifikasi

DAFTAR PUSTAKA Buku gangguan tumbuh kembang dentokraniofasial Buku ajar praktis bedah mulut Buku anatomi gigi dan mulut drg. JCP. Heryumani Sulandjari, MS., Sp.Ort, Buku ajar Ortodonsia I KGO I, Universitas Gadjah Mada Jurnal : Indri Kurniasih Ilmu Kedokteran Gigi Dasar, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jurnal Universitas Sumatera Utara Wise, G. E,, et al., 2002, Cellular, Molecular, and Genetic Determinats of Tooth Eruption Melfi, R. C., and Alley, K. E., 2000, Permar’s Oral Embryology and Microscopic Anatomy, tenth edition, Lippincott Williams & Wilkins

Related Documents


More Documents from ""