BAB I PENDAHULUAN .1
Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat yang diikuti pula oleh pertumbuhan perekonomian yang semakin tinggi, mendorong masyarakat untuk terus mencari sarana hiburan baru sekaligus sebagai peluang usaha. Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat baik dalam bentuk yang sekecil apapun tentunya memiliki dampak positif maupun negatifnya (pencemaran terhadap lingkungan). Dalam hal ini yang diharapkan selalu memiliki dampak positif yang akan berlangsung untuk kesejahteraan masyarakat yang hidup di sekitar lahan usaha. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Lapangan Merpai Golf dibangun diatas tanah milik desa Kepuharjo untuk memenuhi sarana hiburan bagi masyarakat menengah keatas ini dibangun pada tahun 1994 dan selesai pada 1996. Lapangan Golf tersebut merupakan lapangan golf terbesar di Yogyakarta maupun di Jawa Tengah. Pada pengoperasian lapangan golf ini juga memiliki dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya yaitu limbah berupa Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Hal ini dikarenakan oleh penggunaan pestisida yang digunakan untuk merawat rumput lapangan agar terhindar dari hama dan tumbuhan lain
yang
menggangu.
Penggunaan
pestisida
tersebut
telah
menimbulkan
kekhawatiran akan tercemarnya air tanah yang dikonsumsi warga sekitar. Oleh karena itu, penggunaan pestisida harus dilakukan sesuai dengan standarnya dan diperlukan pengelolaan yang baik untuk menangani limbah yang dihasilkan. .2
Maksud dan Tujuan Mengetahui bagaimana proses pengelolaan limbah pestisida pada Lapangan Merapi Golf beserta dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran pestisida terhadap lingkungan yang dipergunakan untuk membasmi hama yang terdapat pada rumput khususnya di Lapangan Merapi Golf. 1
1.3
Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh pestisida dan bahan kimia lainnya yang digunakan dalam pengelolaan Lapangan Merapi Golf ? 2. Bagaimana proses yang digunakan untuk mengelola buangan pestisida pada Lapangan Merapi Golf ? 3. Bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam mengurangi dampak pestisida terhadap kualitas lingkungan ?
.4
Tempat dan Waktu Kuliah lapangan ini dilakukan di lapangan Merapi Golf Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada hari Selasa, tanggal 6 Januari 2015.
.5
Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan pada kuliah lapangan ini adalah melakukan observasi /kunjungan ke lapangan dan mendengarkan penjelasan langsung dari pengelola lapangan merapi golf tentang pengelolaan pestisida.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI .1
Tinjauan Pustaka Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 18 Tahun1999 Juncto Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 85 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) : 1. Pasal 1 (ayat 1) : Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Yang dimaksud dengan sisa suatu kegiatan adalah sisa suatu kegiatan dan/atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, rumah sakit, industri, pertambangan, dan kegiatan lain. 2. Pasal 1 (ayat 2) : Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan /atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan /atau beracun yang karena sifat dan /atau konsentrasinya dan /atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
.2
Landasan Teori
.2.1
Penggolongan pestisida Kimia Pestisida dapat digolongkan menurut penggunaannya dan disubklasifikasi menurut jenis bentuk kimianya. Dari bentuk komponen bahan aktifnya maka pestisida dapat dipelajari efek toksiknya terhadap manusia maupun makhluk hidup lainnya dalam lingkungan yang bersangkutan.
3
Tabel 2.1 Penggolongan Pestisida Kimia NO 1.
Klasifikasi Insektisida
Bentuk Kimia Botani
Carbamat
Bahan aktif Nikotine
Keterangan Tembakau
Pyrethrine
Pyrtrum
Rotenon
-
Carbaryl
toksik kontak
Carbofuran
toksik sistemik
Methiocorb
bekerja pada lambung juga moluskisida
Organophosphat
Thiocarb
toksik kontak
Dichlorovos
toksik kontak,
Dimethoat
sistemik
Palathion
toksik kontak
Malathion
toksik kontak
Diazinon
kontak dan ingesti
Chlorpyrifos Organochlorin
2.
Herbisida
DDT
kontak, ingesti
Lindane
persisten
Dieldrin
persisten
Eldrin
kontak, ingesti
Endosulfan
kontak, ingesti
Aset anilid
gammaHCH Atachlor
Sifat residu
Amida
Propachlor
Diazinone
Bentazaone
Carbamate
Chlorprophan
Kontak
Asulam Triazine
Athrazin Metribuzine
3.
Fungisida
Triazinone Inorganik
Metamitron Bordeaux
Toksin kontak Protektan
mixture
Proteoktan
Copper 4
oxychlorid Benzimidazole
Mercurous
Protektan, sistemik
Hydrocarbon-
chloride
Protektan, kuratif
phenolik
Sulfur Thiabendazole Tar oil (Darmono, 2011)
.2.2
Dampak Negatif Penggunaan Pestisida Kimia Petani selama ini tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain yang harganya mahal, pestisida kimia juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Begitupun juga dengan hal penggunaan pestisida kimia di Merapi Golf mengendalikan hama dan penyakit tanaman khususnya untuk rumput yang ada di Merapi Golf. Adapun dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia antara lain adalah: 1. Hama menjadi kebal (resisten). 2. Peletakan hama baru (resuljensi). 3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen. 4. Tebunuhnya musuh alami. 5. Pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia. 6. Kecelakaan bagi pengguna. Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian Meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena pestisida tersebut bersifat racun yang bisa membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Usaha atau tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah : a. Perlu kita ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida. Jangan
sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan untuk
membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati, sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar. 5
b. Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai dosis yang dianjurkan pabrik atau petugas di lingkungan sekitar. c. Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Baca aturan pakai atau tanyakan terlebih dahulu pada yang ahli. d. Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama dan kadangkadang usia tanaman juga diperhatikan. e. Gunakan tempat khusus untuk melarutkan pestisida dan jangan sampai tercecer. f. Pahami dengan baik cara pemakaian dan penggunaan pestisida karena menyangkut kesehatan manusia.
.2.3
Cara Penggunaan Pestisida Kimia Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas.
Demikian pula kelembapan yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun. Curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida berkurang. Cara penggunaan pestisida kimia adalah sebagai berikut : 1. Dosis Pestisida Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau
6
satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida. 2. Konsentrasi Pestisida Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan pestisida.
Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air.
Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.
3. Alat Semprot Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya kurang dari 5 liter. 4. Ukuran Droplet Ada bermacam-macam ukuran droplet: Veri coarse spray lebih 300µm, Coarse spray 400-500µm, Medium spray 250-400µm, Fine spray 100-250µm, Mist 50100µm, Aerosol 0,1-50µm, dan Fog 5-15µm. 5. Ukuran Partikel Ada
bermacam-macam
ukuran
partikel:
Macrogranules
lebih
300µm,
Microgranules 100-300µm, Coarse dusts 44-100µm, Fine dusts kurang 44 µm, dan Smoke 0,001-0,1µm. 6. Ukuran Molekul Ukuran ini hanya ada satu macam yaitu kurang 0,001µm.
Sebelum menggunakan pestisida harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai : 1. Cairan
emulsi
(emulsifiable
concentrates/emulsible
concentrates).
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang 7
nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi. 2. Butiran (granulars). Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 2080 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule). 3. Debu (dust). Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman). 4. Tepung (powder). Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder). 5. Oli (oil). Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan automizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas. 8
6. Fumigansia (fumigant). Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan. Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105 unsur. Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21 unsur. Unsur atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon, hydrogen, oxigen, nitrogen, phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan yang berasal dari logam atau semi logam adalah ferum, cuprum, mercury, zinc dan arsenic. Setiap pestisida mempunyai sifat yang berbeda. Sifat pestisida yang sering ditemukan adalah daya, toksisitas, rumus empiris, rumus bangun, formulasi, berat molekul dan titik didih. Cara Kerja Pestisida
Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah hama tersebut terkena sasaran.
Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah hama sasaran terkena uap atau gas
Pestisida sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan mati kalau mengisap cairan tanaman.
Pestisida lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah hama sasaran memakan pestisida.
9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1.
Hasil Lapangan Merapi Golf dibangun di ketinggian sekitar 800 mdpl pada tahun 1994 dan selesai serta mulai beroperasi pada tahun 1996 yang berstandar internasional. Dahulu sebelum dibangun lapangan golf, daerah ini merupakan lahan tandus dan kering yang dipenuhi oeh semak belukar dan bebatuan yang berasal dari aktifitas gunung merapi. Daerah ini dahulunya ditempati oleh masyarakat kurang mampu karena tidak ada yang dapat dihasilkan dari lahan tempat tinggal mereka. Pada saat erupsi Gunung Merapi, lapangan ini sempat ditutup untuk beberapa bulan dan pada bulan April 2011 mulai dioperasikan kembali. Lapangan Merpai Golf memiliki area seluas 67 Ha memiliki 18 hole (lubang). Dari 67 Ha tanah tersebut terdiri dari 40 Ha lapangan rumput, 23,5 Ha untuk bangunan managerial ( land stapping ) dan sisanya untuk penghijauan dan daerah resapan juga untuk mengundang satwa untuk dating ke daerah tersebut. Dari 40 Ha tersebut dibagi atas beberapa bagian (part) yaitu part 4 yang memiliki 10 lubang, part 5 ada 4 lubang dan part 3 ada 4 lubang. Yang membedakan dari masing-masing bagian adalah jenis rumputnya. Rumput yang digunakan diimport dari Amerika yaitu evergreen yang ditamanam disekitar 2,5 Ha dengan tinggi 3 mm, barmuda 419 dan turwurf. Sistem yang digunakan dalam membangun Merapi Golf adalah sistem Cut dan Land fill, bentuk berbukit-bukit dan sedikit dataran rata. Sebelum ditanami rumput, di bawah dibangun sumur-sumur peresapan dengan kedalaman 6 meter dan diisi dengan batuan 50% batuan koral dan 30% pasir. Hal tersebut diharapkan agar air hujan yang masuk akan terserap dan lapangan tidak becek/banjir. Di sekeliling lapangan juga 10
dibangun saluran drainase yang bertujuan untuk menampung air hujan dari permukaan tanah/rumput. Untuk merawat rumput dilapangan golf ini, digunakan pestisida yang mempunyai fungsi mengendalikan hama rumput seperti orong-orong, gangsir, cacing, uret, serta tikus pada musim panas. Pestisida yang digunakan meliputi fungisida, insektisida dan puradan. Penggunaan pestisida tidak pada semua lahan hanya bagian tertentu saja dan tergantung dari kebutuhannya sendiri. Penggunaan pestisida pada rumput di Merapi Golf 10x lebih kecil dibanding penggunaa pestisida untuk daerah pertanian, yaitu 1 cc/liter, dengan perbandingan 125 liter air = 300 gr pestisida dalam 1000 m². Pestisida hanya digunakan dua bulan sekali atau pada saat ada penyakit yang menyerang, biasanya pada saat perubahan musim seperti pada saat musim hujan seperti saat ini yang akan banyak rumput seperti cendawan karena kelembaban tanah yang melebihi 80%. Upaya penanggulangan limbah pestisida di Merapi Golf, adalah air limbah di tampung dalam kolam, yang didalam kolam itu diberi ikan sebagai kontrol nilai ambang batas, apabila tidak melebihi ambang batas yang di perbolehkan ikan akan bertelur dan menetas, namun apabila melebihi ambang batas maka ikan tidak berkembang biak dari dalam kolam tersebut, secara berkala dilakukan uji laboratorium di BTKL dan hasilnya masih dibawah ambang batas. Untuk pemantauan kualitas likungan, pihak pengelola bekerja sama dengan BTKL yang untuk memeriksa kualitas udara, kualitas air di Merapi Golf dan pada sumur-sumur penduduk disekitar daerah tersebut secara rutin 6 bulan sekali dan hasil pemeriksaan dari BTKL menunjukan bahwa kualitasnya masih dibawah ambang batas. Namun begitu kita tidak boleh lengah karena dimungkinkan pada tahun–tahun mendatang akan terjadi pencemaran pestisida mengingat sifat pestisida yang komulatif. Standar air yang digunakan sebagai acuan ambang batas pencemaran adalah Standar Baku Air Minum Yang dikeluarkan Oleh Pemda. 3.2.
Pembahasan Untuk menjaga agar tanaman rumput tetap tumbuh dan tejaga beberapa hal yang harus diperhatikan: 1. Pemupukan Lapangan Golf sangat baik jika unsur tanahnya adalah tanah berpasir, tetapi cukup padat hal ini agar pada saat hujan air tidak dapat menggenangi 11
lapangan. Sedangkan tanah yang berhumus tidak baik karena akan memicu tumbuhnya gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan rumput aslinya. Pemupukan dengan mengunakan pupuk kimia yang berupa pupuk MPK, pemilihan pupuk kimia adalah untuk mempercepat penambahan unsur mineral dalam tanah yang sangat dibutuhkan oleh rumput, sedangkan jika menngunakan pupuk alami, prosesnya relative lama sehingga pemuluhan tanaman akan terganggu. Pemupukan dilakukan secara berbeda tergantung daerahnya. Pada daerah Green dilakukan pemupukan 15 hari sekali, sedangkan pada daerah disekitar Green dilakukan 3 bulan sekali. Pupuk yang digunakan biasanya adalah jenis Stored. 2. Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari untuk tetap menjaga kelembapan tanahnya, agar pertumbuhan rumput tidak terganggu. Pengaturan penyiraman dilakukan sedemikian rupa agar pada saat penyiraman tidak terlalu banyak ataupun terlalu sedikit. 3. Penyemprotan Pestisida Penyemprotan hama dengan pestisida dilakukan untuk mencegah hama yang dapat merusak pertumbuhan rumput. Pestisida yang digunakan meliputi fungisida, insektisida dan puradan. Penggunaan pestisida dalam penyemprotan telah menggunakan SNI dari Departemen Pertanian dan ditangani langsung oleh pakar pestisida, rumput dan penyakit. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan boom sprayer yang memiliki jumlah nozzle (lubang) sebanyak 12 buah dengan jarak semprotan sejauh 3 meter. Penyemprotan juga dilakukan berdasar permasalahan yang timbul saja. Contoh pestisida yang digunakan adalah jenis Daconil. Penyemprotan akan dilakukan dengan dosis yang ringan terlebih dahulu, jika tidak menunjukkan hasil yang baik barulah penyemprotan dilanjutkan kembali dengan penambahan dosisnya. Permasalahan yang dialami disebabkan karena banyak faktor. Untuk itu dilakukan pengambilan sampel tanah untuk diidentifikasi permasalahannya. Masalah yang sering timbul adalah fungi dan jamur yang menganggu pertumbuhan rumput, selain itu juga terjadinya Black layer pada tanah. Black layer disebabkan karena adanya penumpukan pelapukan akar yang membusuk didalam tanah, dan terjadinya penekanan yang berasal dari injakan yang berakibat pada pemadatan tanah. Pada rumput yang ditumbuhi cendawan, 12
sebelum dilakukan penyemprotan, dilakukan pengukuran pH dan mengukur perakaran dari cendawan tersebut. 4. Pengelolaan Pestisida Pengelolaan pestisida dilakukan dengan membuat IPAL yang berupa bak-bak yang terdiri dari kolam pemantauan, dan dengan sistem drainase yang tertutup . Pestisida yang disemprotkan pada rumput akan ikut turun dan masuk kedalam tanah. Pada area lapangan bagian bawahnya telah dipasangi pipa-pipa elastis yang menggunakan saringan (geo membrane), yang akan mengalirkan air ke kolam pemantauan. Kolam ini dilapisi dengan layer pada bagian dasarnya agar air tidak merembes masuk kedalam tanah. Dalam kolam ini diberikan indikator yang berupa ikan, dengan asumsi jika ikan dapat hidup berarti kadar pestisida rendah dan tidak berbahaya. Pada kolam resapan di ambil sampel untuk dilakukan pengujian karena sumur resapan sangat berpengaruh terhadap sumber air tanah dalam yang berada dibawahnya. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Lapangan Merapi Golf maka diketahui bahwa kandungan pestisida dan bahan kimia lainnya telah memenuhi syarat sehingga tidak menggangu kualitas lingkungan sekitar. Limbah yang dihasilkan dari penggunaan pestisida tersebut dibawa ke suatu badan yang khusus menangani kesehatan lingkungan yaitu BTKL dimana hasil dari pemeriksaan menunjukan bahwa limbah sudah tidak beracun bagi lingkungan dan pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sekali. Berdasarkan hasil pengamatan pada kuliah lapangan diperoleh bahwa air limbah pada kolam yang terdapat di lapangan golf merapi memiliki kekeruhan yang tidak begitu kental atau tidak terlalu keruh sehingga jika dibangdingkan dengan parameter kualitas air limbah yang ada maka air limbah tersebut masih dibawah batas normal artinya limbah tersebut dapat dilepaskan ke alam atau badan sungai. Untuk kesehatan dan keselamatan pekerjanya, pengelola Merapi Golf telah membekali dengan alat pelindung diri (APD) saat bekerja. Selama ini belum pernah ada kecelakaan kerja yang berhubungan dengan keracunan pestisida.
13
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1.
Kesimpulan 1. Pestisida yang digunakan untuk merawat rumput di Lapangan Merapi Golf berupa fungisida, insektisida dan puradan. Pestisida ini digunakan dalam dosis yang rendah namun tidak menentu. Penyemprotan pestisida dilakukan setelah mengukur pH dan pengakaran cendawan yang muncul khusunya pada musim penghujan kerena kelembabannya yang melebihi 80%. Penggunaan pestisida ini menggunakan SNI dari Departemen Pertanian. 2. Pengelolaan limbah pestisida di Merapi Golf dilakukan dengan memasang pipapipa elastis yang berada didalam tanah (geo membrane) yang berfungsi mengalirkan air limbah yang berasal dari penyemprotan pestisida pada rumput, agar bisa masuk kedalam bak pemantauan. Pememantauan limbah dilakukan dengan uji kualitas air limbahnya 6 bulan sekali yang bekerja sama dengan BTKL Yogyakarta untuk mengetahui kadar cemaran pestisidanya, dan menyediakan bak kontrol yang digunakan ikan sebagai indicator untuk melihat kualitas air limbahnya. Selama ini kualitas air limbah terutama kadar pestisidanya masih tergolong aman. Dan belum pernah terjadi kecelakaan kerja dan masalah kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan pestisida.
4.2.
Saran 1. Pemeriksaan limbah sebaiknya tidak hanya dilakukan setiap 6 bulan sekali tapi dengan interval waktu yang lebih pendek.
14
2. Pengelolaan limbah pestisida agar lebih ditingkatkan lagi supaya kandungan bahan kimia yang terdapat di dalam buangan tidak terakumulasi dan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. 3. Diusahakan agar limbah yang dihasilkan dapat diolah dan dimanfaatkan lagi. 4. Pemerintah dapat meningkatkan potensi daerah karena itu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. 5. Mensosialisasikan tentang pentingnya lingkungan kepada masyarakat luas agar masyarakat menyadari akan pentingnya menjaga lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA Aulia, 2002, Laporan Kunjungan Merapi Golf, Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan “ YLH” , Yogyakarta Mulyo, R.S, Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun, Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan “YLH” Yogyakarta Nugrahani, F, Imran, A, 2010, Metode Penulisan Karya Ilmiah, Pilar Media (Anggota IKAPI), Yogyakarta http://lingkunganbumi.blogspot.com/ http://www.minihub.org/siarlist/msg01812.html
15
LAMPIRAN
Gambar 1. Lapangan Merapi Golf
16
Gambar 2. APD yang digunakan karyawan Merapi Golf
17