Laporan Magang Eby.docx

  • Uploaded by: Febriane 'ebhy' Lohonauman
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Magang Eby.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,983
  • Pages: 33
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Magang merupakan kegiatan mandiri mahasiswa yang dilaksanakan di luar lingkungan kampus untuk mendapatkan pengalaman kerja praktis yang berhubungan dengan bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, terutama sesuai dengan bidang peminatannya, melalui metode observasi dan partisipasi. Kegiatan magang dilaksanakan sesuai dengan formasi struktural dan fungsional pada instansi atau unit kerja tempat magang, baik milik pemerintah maupun swasta atau lembaga lain yang relevan. Melalui pelaksanaan magang diharapkan para calon Sarjana Kesehatan Masyarakat lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat memiliki bekal pengalaman dan keterampilan yang bersifat akademik dan profesional sehingga lebih kompetitif atau mampu bersaing dalam pasar kerja yang ada. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi (FKM Unsrat) Manado menyelenggarakan Mata Kuliah Magang dengan bobot 4 SKS sebagai salah satu mata kuliah wajib dalam kurikulum Sarjana Kesehatan Masyarakat (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, 2017). Pneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian balita, yaitu diperkirakan sebanyak 922.000 balita di tahun 2015. Pneumonia menyerang semua umur di semua wilayah, namun terbanyak terjadi di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Sampai dengan tahun 2014, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 20%30%. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan menjadi 63,45%. Salah satu penyebab peningkatan penemuan yaitu menurunnya sasaran penemuan pneumonia, yang sebelumnya sama untuk semua provinsi (10%), pada tahun 2015 menggunakan hasil Riskesdas 2013 yang berbeda-beda untuk setiap provinsi dan secara nasional sebesar 3,55%. Sejak tahun 2015 indikator Renstra yang digunakan yaitu persentase

1

kabupaten/kota yang 50% puskesmasnya melakukan pemeriksaan dan tatalaksana pneumonia melalui program MTBS. Pencapaian untuk tahun 2015 baru tercapai 14,64% sedangkan target sebesar 20% dari seluruh kab/kota yang ada. Angka kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 0,16%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 0,08%. Pada kelompok bayi angka kematian sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 0,17% dibandingkan pada kelompok umur 1-4 tahun yang sebesar 0,15%.

1.2. Tujuan Magang 1.2.1. Tujuan Umum Diharapkan selesai mengikuti kegiatan magang, peserta magang telah mampu dan trampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan praktik yang diperoleh selama menempuh pendidikan di FKM Unsrat, serta memperoleh gambaran mengenai tugas, fungsi dan tanggung jawab Sarjana Kesehatan Masyarakat di instansi/unit kerja pemerintah maupun swasta.

1.2.2. Tujuan Khusus 1. Bagi Peserta Magang 1. Mampu mengidentifikasi dan menjelaskan tentang organisasi, sistem manajemen, prosedur kerja dan ruang lingkup pelayanan di tempat magang (Puskesmas, Dinas Kesehatan, Rumah sakit, Perusahaan dan instansi terkait lainnya baik milik pemerintah maupun swasta). 2. Mampu mengidentifikasi masalah, merumuskan dan memberikan alternative pemecahan masalah (problem solving) yang ada di tempat magang. 3. Mampu melakukan tindakan-tindakan standar yang umum dilaksanakan dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, ditekankan pada bidang minat yang digeluti. 4. Mampu bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga diperoleh manfaat bersama baik bagi peserta magang maupun instansi tempat magang.

2

2. Bagi Fakultas dan Tempat Magang 1. Fakultas mendapat masukan yang berguna untuk penyempurnaan kurikulum dalam upaya mendekatkan diri dengan kebutuhan pasar kerja. 2. Memberikan masukan yang bermanfaat bagi tempat magang. 3. Membina dan meningkatkan kerja sama antara FKM dengan instansi/unit kerja pemerintah maupun swasta tempat mahasiswa melaksanakan magang. 4. Membuka peluang kerja bagi para lulusan untuk berkarir di instansi/unit kerja pemerintah maupun swasta.

1.3. Manfaat Magang 1. Bagi Mahasiswa 1. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan yang berhubungan dengan Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, terutama sesuai bidang peminatan yaitu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Gizi Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja, Promosi Kesehatan, serta Epidemiologi. 2. Terpapar dengan kondisi dan pengalaman kerja di lapangan. 3. Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah yang tepat terhadap permasalahan yang ditemukan di tempat magang. 4. Memperkaya kajian dalam Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat terutama sesuai bidang minat yang digeluti. 5. Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat pemecahan masalah kesehatan. 6. Memperoleh gambaran peluang kerja bagi Sarjana Kesehatan Masyarakat. 7. Mendapatkan bahan untuk penulisan skripsi/karya ilmiah. 2. Bagi Tempat Magang 1. Tempat magang dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam mambantu penyelesaian tugas-tugas yang ada sesuai kebutuhan di unit kerja masingmasing.

3

2. Tempat magang mendapatkan altenatif calon pegawai/karyawan yang telah dikenal kualitas dan kredibilitasnya. 3. Turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas pendidikan perguruan tinggi dalam menciptakan lulusan yang berkualitas. 3. Bagi Fakultas 1. Laporan magang dapat menjadi salah satu bahan audit internal kualitas pengajaran. 2. Memperkenalkan program kepada stakeholders terkait. 3. Mendapatkan masukan bagi pengembangan program. 4. Terbinanya jaringan kerja sama dengan tempat magang dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

4

BAB II GAMBARAN UMUM

2.1. Analisis Situasi Umum 2.1.1. Keadaan Geografis dan Demografis Kota Manado terletak diantara : 1º .30’ – 1 (B1)º . 40’ Lintang Utara 124º40’ – 126 (B2)º . 50’ Bujur Timur. Kota Manado berbatasan dengan : a.) Sebelah Utara

: Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara dan Teluk

Manado b.) Sebelah Timur

: Kecamatan Dimembe

c.) Sebelah Selatan

: Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa

d.) Sebelah Barat

: Teluk Manado / Laut Sulawesi

Secara administrative Kota Manado terbagi kedalam 11 kecamatan, 87 kelurahan dan luas wilayah sebesar 157.3 km2, dengan luas per kecamatan sebagai berikut : Tabel 1. Luas Wilayah Kecamatan di Kota Manado No. 1.

Bunaken

5

Luas Wilayah ( Km2) 36.2

2.

Bunaken Kepulauan

4

16.9

3.

Tuminting

10

4.3

4.

Singkil

9

4.7

5.

Mapanget

10

49.8

6.

Paal Dua

7

8.0

7.

Tikala

5

7.1

8.

Wenang

12

3.6

9

Wanea

9

7.9

10.

Sario

7

1.8

11.

Malalayang

9

17.1

87

157.3

JML

Kecamatan

Kelurahan

11

Sumber : Kantor Statistik Kota Manado Tahun 2015

5

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa Kecamatan Mapanget memiliki daerah yang paling luas, sedangkan Kecamatan Sario memiliki luas daerah yang paling kecil. Kota Manado memiliki topografi tanah yang bervariasi untuk tiap-tiap kecamatan, secara keseluruhan memiliki keadaan tanah yang berombak sebesar 37,95 persen dan dataran landai sebesar 40,16 persen dari luas wilayah. Sisanya dalam keadaan tanah berbukit dan bergunung. Ketinggian dari permukaan laut pada tiap-tiap kecamatan bervariasi. Secara keseluruhan sebesar 92,15 persen dari luas wilayah Kota Manado terletak pada ketinggian 0 – 240 meter dari permukaan laut, ini disebabkan tekstur alam Kota Manado yang berbatasan dengan pantai dan kontur tanah yang berombak dan berbukit. Sebagai daerah yang terletak di garis katulistiwa, maka Kota Manado hanya mengenal dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.

2.1.2. Kependudukan Perincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan, per kecamatan sebagai berikut : Tabel 2. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kota Manado No

Kecamatan

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

1.

Bunaken

7.861

7.803

15.664

2.

Bunaken Kepulauan

2.973

2.953

5.926

3.

Tuminting

27.102

26.898

54.000

4.

Singkil

24.314

24.128

48.442

5.

Mapanget

27.680

27.471

55.151

6.

Paal Dua

18.252

18.112

36.364

7.

Tikala

18.034

17.895

35.929

8.

Wenang

17.082

16.959

34.041

9

Wanea

29.638

29.418

59.056

10.

Sario

12.079

11.997

24.076

11.

Malalayang

28.597

28.387

56.984

Jumlah 213.612 212.021 425.633 Sumber: Data Pustadin 2015 dalam Profil Dinas Kesehatan Kota Manado 2015

6

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Manado berjumlah 425.633 jiwa yang terdiri dari 213.612 laki-laki dan 212.021 perempuan, dimana Kecamatan Wanea yang terbanyak penduduknya dan yang paling sedikit jumlah penduduknya yaitu Kecamatan Bunaken Kepulauan. Untuk komposisi penduduk Kota Manado Tahun 2015 menurut golongan umur, menunjukkan bahwa penduduk Kota Manado yang berusia muda (0 – 14 tahun) sebesar 107.793 yang berusia produktif (15 – 64 tahun) sebesar 298.343, dan yang berusia tua ( >65 tahun) sebesar 19.497. Berdasarkan data Pusdatin, jumlah penduduk Kota Manado tahun 2015 tercatat sebesar 425.633 jiwa terdiri dari 213.612 laki-laki dan 212.021 perempuan, dan rumah tangga sebesar 109.672 dengan rata-rata per rumah tangga 3 – 5 jiwa, sedangkan kepadatan penduduk sesuai dengan luas wilayah adalah 157,4 jiwa/km2.

2.1.3. Landasan Hukum 1. Undang-undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setingi-tingginya. 2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1144/Menkes/PER/VIII/2010 tanggal 19 Agustus 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : HK.03.01.160/I/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014. 4. Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 837/MENKES/VII/2007 Tentang Pengembangan SIKNAS Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional. 5. Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. 6. Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.

7

7. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Nomor 06 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan data gender dan anak. 8. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2010. 9. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2011. 10. Kesepakatan bersama (Nomor 07 /MEN.PP&PA/5 /2010 Nomor 593 /MENKES/SKB/V/2010) antara Menteri PP dan PA dengan Menteri Kesehatan tentang pelaksanaan pengarusutamaan gender di bidang kesehatan. 11. Keputusan Menkes RI 1712/2002 ttg PUG-BK dengan focal point Dit. Bina Kesehatan Keluarga & Biro Perencanaan. 12. Keputusan Menkes RI Nomor 878/Menkes/SK/XI/2006 tentang Tim Pengarusutamaan Gender Bidang Kesehatan (PUG-BK). 13. Keputusan Menkes RI 423/2008 tentang Pusat Pelatihan Gender Bidang Kesehatan (PPG-BK). 14. Keputusan Menkeu RI Nomor 119 Tahun 2009, yang mensyaratkan agar dalam penyusunan rencana dan anggaran menggunakan analisis gender. 15. Surat Edaran Nomor 615/Menkes/E/IV/2004, tentang pelaksanaan PUGBK.

2.1.4. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Manado dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dengan susunan struktur organisasi yang terdiri dari : 1. Kepala Dinas 2. Sekretariat Dinas, membawahkan : a. Subbagian Program dan Informasi; b. Subbagian Keuangan dan Aset; c. Subbagian Umum dan Kepegawaian; 3. Bidang Kesehatan Masyarakat, membawahkan :

8

a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi; b. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat; c. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga; 4. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit membawahkan : a. Seksi Surveilans dan Imunisasi b. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular c. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa 5. Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahkan : a. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional; b. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan; c. Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu; 6. Bidang Sumber Daya Kesehatan, membawahkan : a. Seksi Kefarmasian; b. Seksi Alat Kesehatan; c. Seksi Sumber Daya Manusia dan Kesehatan; 7. Unit Pelaksana Teknis Dinas terdiri dari: 1. Puskesmas Minanga 2. Puskesmas Bahu 3. Puskesmas Sario 4. Puskesmas Ranotana Weru 5. Puskesmas Teling Atas 6. Puskesmas Wenang 7. Puskesmas Tikala Baru 8. Puskesmas Ranomut 9. Puskesmas Paniki Bawah 10. Puskesmas Kombos 11. Puskesmas Wawonasa 12. Puskesmas Tuminting 13. Puskesmas Bengkol

9

14. Puskesmas Bailang 15. Puskesmas Tongkaina 16. Puskesmas Bunaken 8. Kelompok Jabatan Fungsional

2.1.5. Visi dan Misi Visi Dinas Kesehatan Kota Manado adalah “Manado Sehat Menuju Kota Ekowisata” Sedangkan Misi Dinas Kesehatan Kota Manado yaitu : 1. Mewujudkan Pelayanan yang Berkualitas dan Menyenangkan serta Terjangkau oleh Seluruh Masyarakat 2. Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Masyarakat Visi dan misi ini bersinergi dan berpedoman dengan Visi dan Misi Kota Manado yang ada pada saat ini. Pembangunan di bidang kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional, untuk itu perlu adanya upaya kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terencana, dan berkesinambungan ( sustainable ) serta terjangkau oleh masyarakat melalui fungsi dan program pokok puskesmas.

2.1.6. Ruang Lingkup 1. Jenis Data / Informasi Data yang dikumpulkan untuk penyusunan Profil Kesehatan Kota Manado adalah: a. Data umum meliputi data geografi, kependudukan, dan sosial ekonomi. b. Data derajat kesehatan yang meliputi data kematian, data kesakitan, dan data status gizi.

10

c. Data upaya kesehatan yang terdiri atas pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat, dan keadaan lingkungan. d. Data sumber daya kesehatan, antara lain tenaga kesehatan, sarana kesehatan, dan pembiayaan kesehatan. 2. Sumber Data Data untuk penyusunan Profil Kesehatan Kota Manado diperoleh dari : a. Catatan kegiatan Puskesmas baik untuk kegiatan dalam gedung maupun luar gedung. b. Catatan kegiatan Rumah Sakit yang berada di wilayah Kota Manado. c. Catatan kegiatan yang dilaksanakan langsung oleh Dinas Kesehatan Kota Manado ; catatan kegiatan harian, dan laporan bulanan. d. Dokumen Pusdatin 2015, kantor BKKBN Kota Manado, Bappeda Kota Manado, Dinas Pendidikan dan institusi terkait lainnya. 3. Periode Data dan Jadwal Penyusunan Periode data yang disajikan dalam Profil Kesehatan Kota Manado adalah periode Januari sampai dengan Desember tahun 2015. Dengan demikian Profil Kesehatan Kota Manado tahun 2015 berisi data / informasi tahun 2015.

2.1.7. Sumber Daya Kesehatan 2.1.7.1. Sarana dan Prasarana Kesehatan Sarana pelayanan kesehatan di Kota Manado relative cukup banyak baik dari segi jumlah maupun jenisnya. Jumlah sarana kesehatan yang menunjang program dari Dinas Kesehatan Kota Manado adalah sebagai berikut: Tabel 3. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Di Kota Manado Tahun 2015 No Sarana Jumlah 1

Rumah Sakit Umum

10

2

Rumah Sakit Khusus

2

3

Puskesmas Keliling

7

4

Puskesmas Pembantu

54

11

5

Balai Pengobatan/Klinik

30

6

Prakter Dokter Perorangan

7

Pedagang Besar Farmasi

12

8

Apotik

106

9

Toko Obat

35

10

Penyalur Alat Kesehatan

20

1.511

Sumber: Bidang UPJK Dinkes Kota Manado Tahun 2015

2.1.7.2. Tenaga Kesehatan Berdasarkan data yang didapatkan, ketenagakerjaan di Dinas Kesehatan Kota Manado adalah sebagai berikut: Tabel 4. Jumlah Ketenagakerjaan di Dinas Kesehatan Kota Manado No. Ketenagakerjaan

Jumlah Tenaga

1. Dokter 2. Farmasi 3 Perawat 4 Bidan 5 Nutrisionis 6 Kesehatan Lingkungan 7 Kesehatan Masyarakat 8 Terapis Gigi & Mulut 9 Terapis Fisik 10 Non Kesehatan Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kota Manado 2015

6 2 15 2 2 6 14 3 1 26

2.1.7.3. Pembiayaan Kesehatan Pelaksanaan pembangunan kesehatan diwujudkan dengan adanya program-program atau proyeksi sektor kesehatan dan program bantuan pembangunan kesehatan. Anggaran Kesehatan Kota Manado tahun 2015 dengan anggaran perkapita 377,727.16 bersumber dari 2. APBD sebesar Rp. 139.634.120.000,- terdiri dari : a. Belanja Tidak Langsung sebesar

Rp.

48.501.282.000,-

b. Belanja Langsung sebesar

Rp.

91.132.838.000,-

3. APBN sebesar Rp. 21.139.023.000,-

12

a. DAK

Rp.

5.395.020.000,-

b. JKN

Rp.

9.220.458.000,

c. BOK

Rp.

1.813.545.000,-

d. Dana TP

Rp.

4.710.000.000,-

2.2. Analisis Situasi Khusus 2.2.1. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menurut peraturan Peraturan Walikota Manado nomor: 15 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas Dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Manado, bidang P2P mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut: 1. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam mengoordinasikan penyelenggaraan tugas Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan rencana kegiatan Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; b. pengkoordinasian penyusunan perencanaan teknis Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; c. penyelenggaraan urusan penyakit menular wabah dan surveilens; d. penyelenggaraan urusan penanggulangan penyakit tidak menular dan kesehatan matra; e. pengkoordinasian penanggulangan bencana alam; f. penyelenggaraan urusan pengawasan kualitas air; g. penyelenggaraan urusan bina penyehatan lingkungan; h. penyusunan laporan kegiatan bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan; i. pelaksanaan tugas dan fungsi lain yang diberikan oleh atasan.

13

2.2.2. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Seksi

pencegahan

dan

pengendalian

penyakit

menular

mempunyai

tugas

melaksanakan sebagian tugas bidang pencegahan dan pengendalian penyakit dalam menyiapkan bahan mulai proses perencanaan, pengorganisasian tugas dan pelaksanaannya, pengelolaan data dan pengembangan sistem serta pengevaluasian dan pelaporan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Rincian tugas seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular : a. Merencanakan kegiatan seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan; b. Memberikan petunjuk kepada para bawahan di lingkungan seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular agar dalam melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku sehingga tercapai efektifitas pelaksanaan tugas; c. Membagi tugas atau kegiatan kepada para bawahan di lingkungan seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular dengan memberikan arahan baik secara lisan maupun tertulis sesuai dengan permasalahan dan bidang tugasnya masing-masing; d. Memeriksa, mengecek, mengoreksi, dan mengontrol hasil kerja para bawahan di lingkungan seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular guna penyempurnaan lebih lanjut; e. Menilai prestasi kerja para bawahan di lingkungan seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular berdasarkan hasil yang telah dicapai untuk dipergunakan sebagai bahan dalam peningkatan karier; f. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan tugas seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular sebagai pedoman landasan kerja; g. Menyiapkan bahan-bahan dalam rangka menyusun kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis serta melaksanakan kebijakan teknis operasional di bidang tugas seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular;

14

h. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan yang berhubungan denga bidang tugas seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan menyaipkan bahan-bahan dalam rangka pencegahan masalah; i. Memberikan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit menular; j. Memantau, mengevaluasi dan melaporkan kegaiatn di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit menular; k. Merencanakan obat, vaksin program dan bahan medis habis pakai untuk program; l. Melakukan penyusunan laporan pelaksanaan tugas dengan cara mencari, mengumpulkan, menghimpun, mensistematiskan dan atau mengolah data dan informasi yang berhubungan dengan bidang tugasnya; m. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.

2.2.3. Pneumonia pada Balita Berdasarkan laporan tiap puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Manado, jumlah kasus pneumonia pada balita adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Kasus Pneumonia pada Balita di Kota Manado Tahun 2016 No

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Puskesmas

Minanga Bahu Sario Ranotana weru Teling atas Wenang Tikala baru Ranomut Paniki bawah Bengkol Wawonasa Kombos Tuminting Bailang

Jml Pnddk

29,966 27,703 24,358 29,941 29,383 34,448 36,366 36,804 40,948 14,879 20,546 28,484 54,658 12,994

Jml. Penddk Usia Balita (10% peddk)

Perkiraan Pnemonia Balita

2,997 2,770 2,436 2,994 2,938 3,445 3,637 3,680 4,095 1,488 2,055 2,848 5,466 1,299

300 277 244 299 294 344 364 368 409 149 205 285 547 130

15

Jml. Kunjungan Balita Batuk / Kesukaran Bernapas

216

1,635 615

760

REALISASI PENEMUAN PENDERITA Pneumonia < 1 th L P 0 0 4 2 2 2 0 0 2 2 0 0 4 2 0 0 35 20 0 0 1 0 0 1 12 10 0 0

1-<5 Th L P 0 0 2 1 2 3 1 0 3 3 0 0 6 4 0 0 43 37 0 0 0 2 0 0 20 18 0 0

Pneumonia Berat < 1 th 1-<5 Th L P L P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 16 17

Tongkaina Bunaken kep Rs/suber lain Jumlah

2,866 6,007 0 430,351

287 601 0 43,035

29 60 0 4,304

3,226

0 1 0 61

0 1 0 40

0 0 0 77

0 0 0 68

0 0 0 0

0 0 0 0

Laporan ISPA Bulanan Tahun 2016 Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan balita batuk/kesukaran bernapas terbanyak berada pada wilayah Puskesmas Ranomut dengan jumlah kunjungan sebanyak 1.635 dan kasus Pneumonia terbanyak berada pada wilayah Puskesmas Paniki Bawah dengan kategori umur < 1 thn laki-laki sebanyak 35 kasus, < 1 tahun perempuan 20 kasus, 1 - < 5 thn laki-laki 43 kasus, dan 1 - < 5 thn perempuan 37 kasus.

16

0 0 0 0

0 0 0 0

BAB III HASIL KEGIATAN

3.1. Uraian Kegiatan Pelaksanaan kegiatan magang yang telah ditetapkan oleh panitia magang Fakultas Kesehatan Masyarakat, mulai dilaksanakan pada tanggal 23 Januari 2017 dan berakhir pada tanggal 10 Februari 2017. Kegiatan magang dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kota Manado. Dalam melaksanakan kegiatan magang, mahasiswa magang ditempatkan di Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dan mengikuti waktu dan hari kerja efektif yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Manado, yaitu hari Senin – Jumat dengan jam kerja mulai dari pukul 07.30 – 16.00 WITA. Kegiatan – kegiatan magang yang dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kota Manado adalah sebagai berikut : a. Minggu I (23 - 27 Januari 2016 ) 1. Apel pagi bersama staf Dinas Kesehatan Kota Manado 2. Orientasi lingkungan kerja sekaligus menerima bimbingan dari kepala Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan 3. Menerima bimbingan dari setiap kepala bidang dan kepala seksi Dinas Kesehatan Kota Manado b. Minggu II ( 30 Januari – 04 Februari 2017 ) 1. Apel pagi bersama staf Dinas Kesehatan Kota Manado 2. Analisis situasi khusus. Dalam analisis situasi khusus hal – hal yang dilakukan adalah pengumpulan data – data atau informasi tentang Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) 3. Observasi (pengumpulan data dan referensi laporan magang ) 4. Dokumentasi c. Minggu III ( 6 – 10 Februari 2017 ) 1. Apel pagi bersama staf Dinas Kesehatan Kota Manado 2. Partisipasi (Turun lapangan bersama staf Bidang P2P Dinkes Kota Manado)

17

3. Menerima bimbingan dari dosen pembimbing lapangan 4. Membuat laporan magang 5. Dokumentasi

3.2. Identifikasi Masalah dan Metode yang Digunakan Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Manado melalui pengambilan data, penulis mengambil topik Gambaran Kasus Pneumonia Balita di Kota Manado Tahun 2016. Menurut hasil Riskesdas 2007, Pneumonia adalah penyebab kematian kedua pada balita setelah diare. Metode yang digunakan adalah studi deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang kasus pneumonia pada balita di Kota Manado. Studi deskriptif digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program (Metodologi Penelitian Kesehatan, 2012) .

6, 2%

101, 40%

149, 58%

Bayi

Balita

≥ 5 Tahun

Gambar 1. Pneumonia Bayi, Balita Dan Umur Lebih 5 Tahun di Kota Manado Tahun 2016 Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa kasus Pneumonia tertinggi di Kota Manado tahun 2016 berada pada umur balita yaitu 149.58 % dan terendah berada pada umur ≥ 5 tahun yaitu 6.2 %

18

160 140 120 100 80 60 40 20 0 P

< 1 th 40

1-<5 Th 67

≥ 5 Th 6

L

61

82

15

Gambar 2. Pneumonia Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Berdasarkan gambar diatas, menunujukkan bahwa kasus pneumonia tertinggi terjadi pada laki-laki dengan kategori umur 1 - < 5 thn yaitu 82 kasus, < 1 thn yaitu 61 kasus, ≥ 5 thn yaitu 15 kasus. Kemudian perempuan dengan kategori umur 1 - < 5 thn yaitu 67 kasus, < 1 thn yaitu 40 kasus, ≥ 5 thn yaitu 6 kasus.

19

3.3. Alternatif Pemecahan Masalah Alternatif pemecahan masalah mengenai Gambaran kasus Pneumonia Balita di Kota Manado, ditentukan dengan menggunakan metode analisis SWOT (Stregth,Weakness, Opportunity, Threat). Analisis SWOT dapat diartikan sebagai salah satu kajian yang dilakukan terhadap suatu organisasi sedemikian rupa sehingga diperoleh keterangan yang akurat tentang berbagai faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh organisasi. Proses ini melibatkan identifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan tidak mendukung dalam pencapaian tujuan. a. Stregth atau kekuatan adalah kemampuan yang dimiliki suatu program yang merupakan

suatu

keunggulan

komparatif

sebagai

faktor

pendukung

berkembangnya suatu program. Faktor ini sangat menguntungkan bagi suatu program dan sangat mendukung dalam pengembangan keputusan. b. Weakness atau kelemahan adalah keterbatasan kemampuan suatu program untuk berkompetisi atau berkembang. Faktor-faktor ini harus diatasi oleh program untuk dapat bergerak menuju suatu kondisi yang baik dan berkembang. Apabila program tidak dapat mengatasi kelemahan yang dimiliki, maka kelangsungan program dapat terancam. c. Opportunities atau peluang adalah kondisi yang menguntungkan bagi suatu program untuk berkembang. d. Threat atau ancaman adalah kondisi yang tidak menguntungkan dan merupakan ancaman bagi kelangsungan program. Dari strategi di atas dapat menghasilkan empat alternatif strategi yaitu SO (Stregth Opportunities), WT (Weakness Threats), WO (Weakness Opportunities) dan ST (Stregth Threats). a. Strategi SO yaitu strategi yang digunakan untuk memaksimumkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. b. Strategi WT yaitu strategi yang digunakan untuk meminimumkan kelemahan dengan tujuan untuk menghindari ancaman. Sedangkan c. Strategi WO yaitu strategi yang digunakan dengan seoptimal mungkin meminimalisir kelemahan yang ada untuk memanfaatkan peluang dan strategi.

20

d. Strategi

ST

yaitu

strategi

yang

digunakan

untuk

memanfaatkan

atau

mengoptimalkan kekuatan untuk mengurangi ancaman yang ada.

3.3.1

Alternatif Pemecahan Masalah Pneumonia pada Balita

1. Strength atau kekuatan a. Memiliki Tenaga kesehatan yang memadai. b. Memiliki tujuan, strategi dan organisasi yang lengkap dan jelas. c. Adanya Sarana dan Prasarana yang menunjang untuk melakukan program. d. Adanya dukungan dari pemerintah dan instansi terkait guna keberhasilan program. 2. Weakness atau kelemahan a. Masih

minimnya

perhatian

terhadap

pencegahan

dan

pengendalian

Pneumonia. b. Pelaporan dari puskesmas ke Dinkes sering terjadi perbedaan antara seksi pencegahan dan pengendalian penyakit dan seksi surveilans. 3. Peluang (Opportunities) a. Pengobatan dengan menggunakan antibiotik: kotrimoksazol, amoksisilin selama 3 hari dan obat simptomatis yang diperlukan seperti parasetamol, salbutamol (dosis dapat dilihat pada bagan terlampir). b. Tindak lanjut bagi penderita yang kunjungan ulang yaitu penderita 2 hari setelah mendapat antibiotik di fasilitas pelayanan kesehatan. c. Rujukan bagi penderita pneumonia berat atau penyakit sangat berat. 4. Ancaman (Threat) a. Pengetahuan orangtua tentang pneumonia masih rendah. b. Kondisi tempat tinggal masyarakat yang kotor dan rentan terhadap penyakit penumonia. c. Cuaca yang sering berubah-ubah seringkali membuat daya tahan tubuh balita menurun. Dengan melihat beberapa faktor yang ada diatas, maka didapatkan beberapa alternatif strategi untuk penyelesaian masalah yaitu:

21

1. Strategi SO Memanfaatkan sarana dan prasarana serta tenaga kesehatan yang ada sebaik mungkin untuk pencegahan dan pengendalian pneumonia. 2. Strategi WT Memaksimalkan upaya promosi kesehatan dari petugas kesehatan melalui penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya pneumonia 3. Strategi WO Memaksimalkan kinerja petugas kesehatan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan kesehatan khususnya pneumonia. Balita yang memiliki ciri-ciri pneumonia, segera dibawa ke puskesmas terdekat untuk mendapat penanganan yang tepat. 4. Strategi ST Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang rumah sehat serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat melalui kegiatan promosi kesehatan dengan penyuluhan.

3.4.Kontribusi Bagi Instansi dan Peserta Magang sesuai dengan Tujuan dan Manfaat Magang 3.4.1. Kontribusi Bagi Instansi Kontribusi bagi instansi dalam pelaksanaan kegiatan magang yaitu membantu penyelesaian tugas – tugas yang ada di tempat magang atau unit kerja masing – masing dan teridentifikasinya masalah – masalah ada di instansi tersebut dan dapat dijadikan sebagai masukan dalam evaluasi kegiatan atau program – program yang ada di tempat magang . 3.4.2. Kontribusi Bagi Mahasiswa Kontribusi bagi mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan magang adalah: 1. Dapat mengaplikasikan teori yang telah didapatkan pada tempat magang. 2. Mendapatkan pengalaman kerja dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang minat.

22

3. Mampu menganalisis, mengidentifikasi dan mencari alternatif pemecahan masalah terhadap masalah yang ditemukan di tempat magang. 4. Memperoleh

gambaran peluang kerja bagi Sarjana Kesehatan

Masyarakat. 5. Mampu belajar bekerja sebagai tim baik lintas program maupun lintas sektor. (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, 2016).

23

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Definisi Pneumonia Untuk menghindari kerancuan istilah ISPA dan Pneumonia maka cermatilah definisi berikut. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga teling tengah, pleura). Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). (Depkes RI, 2007). Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah infeksi yang memicu inflamasi pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paruparu. Pada pengidap pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru akan membengkak dan dipenuhi cairan. Penyakit ini juga sering disebut bronkopneumonia, pneumonia lobular, dan pneumonia bilateral. Secara umum, pneumonia dapat ditandai dengan gejala-gejala yang meliputi batuk, demam, dan kesulitan bernapas. Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian anak-anak tertinggi di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa penyakit ini memicu 15% dari seluruh kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun. Pada tahun 2015, terdapat lebih dari 900.000 anak-anak yang meninggal akibat pneumonia. Di Indonesia sendiri, pneumonia diperkirakan telah merenggut sekitar 25.000 jiwa balita pada tahun 2013. Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang paling umum menyebabkan pneumonia. Namun, penyakit ini juga bisa dipicu oleh virus serta faktor lain, seperti: 

Pneumonia Akibat Virus. Sebagian virus pemicu flu atau pilek juga bisa menyebabkan pneumonia. Pneumonia ini paling sering dialami oleh balita.



Pneumonia Akibat Jamur. Pneumonia ini paling sering dialami oleh orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang menurun atau penyakit kronis.

24



Pneumonia Aspirasi. Ini merupakan jenis pneumonia yang dipicu karena pengidap menghirup objek asing, misalnya makanan atau minuman, muntah, atau ludah.

Lokasi penularan juga bisa memengaruhi jenis kuman penyebab pneumonia. Misalnya, kuman penyebab pneumonia yang didapat dari lingkungan umum berbeda dengan pneumonia yang didapat dari rumah sakit.

4.2. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernapasan dapat berupa: batuk, kesukaran bernapas, sakit tenggorok, pilek, sakit telinga, dan demam. Anak dengan batuk atau sukar bernapas mungkin menderita pneumonia atau infeksi saluran pernapasan yang berat lainnya. Akan tetapi sebagian besar anak batuk yang datang ke Puskesmas/fasilitas kesehatan lainnya menderita infeksi saluran pernapasan yang ringan. Petugas kesehatan perlu mengenal anak-anak yang sakit dengan gejala batuk atau sukar bernapas yang membutuhkan pengobatan dengan antibiotik, yaitu pneumonia (infeksi paru) yang ditandai dengan napas cepat dan mungkin juga tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Paru-paru terdiri dari ribuan bronchi yang masing-masing terbagi lagi menjadi bronkhioli, yang tiap-tiap ujungnya berakhir pada alveoli. Di dalam alveoli terdapat kapiler-kapiler

pembuluh

darah

dimana

terjadi

pertukaran

oksigen

dan

karbondioksida. Ketika seseorang menderita pneumonia, nanah (pus) dan cairan mengisis alveoli tersebut dan menyebabkan kasulitan penyerapan oksigen sehingga terjadi kesukaran bernapas. Anak yang menderita pneumonia, kemampuan paru-paru untuk mengembang berkurang sehingga tubuh bereaksi dengan bernapas cepat agar tidak terjadi hipoksida (kekurangan oksigen). Apabila pneumonia bertamabah parah, paru akan bertambah kaku dan timbul tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Anak dengan pneumonia dapat meninggal karena hipoksia atau sepsis (infeksi menyeluruh).

25

4.3. Manajemen Kasus Proses manajemen kasus disajikan dalam satu bagian yang memperlihatkan urutan langkah-langkah cara pelaksanaannya. Lima langkah penggunaan bagan tatalaksana anak batuk atau kesukaran bernapas adalah sebagai berikut: 4.3.1. Menilai anak batuk dan kesukaran bernapas Menilai berarti memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan anamnesis (mengajukan pertanyaan kepada ibu) dan pemeriksaan fisik balita dengan cara melihat dan mendengarkan pernapasan. Cara pemeriksaan fisik yang digunakan adalah dengan mencari beberapa tanda klinik tertentu yang mudah dimengerti dan diajarkan tanpa penggunaan alat-alat kedokteran seperti stetoskop, pemeriksaan penunjang baik laboratorium, radiologi ataupun pemeriksaan lainnya. Tanda klinik tersebut adalah: napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) dan suara napas tambahan (wheezing dan stridor). 4.3.2. Membuat klasifikasi dan menentukan tindakan sesuai untuk 2 kelompok umur balita Membuat klasifikasi berarti membuat keputusan mengenai kemungkinan tingkat keparahannya. Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan yang akan diambil oleh tenaga kesehatan dan bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit. Klasifikasi ini memungkinkan seseorang dengan cepat menetukan apakah kasus yang dihadapi adalah suatu penyakit serius ataubukan, apakah perlu dirujuk segera atau tidak. Dalam membuat klasifikasi harus dibedakan menjadi dua: -

Kelompok umur < 2 bulan

-

Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun

Menentukan tindakan berarti mengambil tindakan pengobatan terhadap infeksi bakteri yang secara garis besar dibedakan menjadi tiga yaitu: -

Rujuk segera ke rumah sakit

-

Beri antibiotic di rumah

-

Beri perawatan di rumah

Pemilihan pengobatan dengan antibiotik disini lebih bersifat empiris, bukan berdasarkan diagnosis etiologis.

26

4.3.3. Menetukan Pengobatan dan Rujukan Menetukan petunjuk pengobatan yang tepat berarti memilikiketrampilan untuk pemberian antibiotik, menjelaskan petunjuk perawatan di rumah bagi ibu/pengasuh, pengobatan demam dan wheezing. 4.3.4. Memberi Konseling bagi Ibu Memberi konseling bagi ibu bararti jugatermasuk menilai cara pemberian makan balita termasuk pemberian ASI, memberi anjuran pemberian makan yang baik serat kapan harus membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan. 4.3.5. Memberi Pelayanan Tindak Lanjut Memberi pelayanan tindak lanjur berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang kunjungan ulang. 4.3.6. Penerapan di Puskesmas Menjelaskan tentang persiapan yang harus dilakukan, proses pelaksanaan dan pencatatan-pelaporan di puskesmas.

4.4. Klasifikasi dan Tindakan 4.4.1. Pneumonia Berat pada Anak Berumur 2 Bulan - < 5 Tahun Hanya apabila tidak ada tanda bahaya maka kita saudara dapat meneruskan langkah berikutnya untuk menentukan klasifikasi pneumonia berat. 2. Klasifikasi Seseorang anak berumur 2 bulan - < 5 tahun diklasifikasikan menderita pneumonia berat apabila dari pemeriksaan ditemukan : Tarikan dinding dada bagain bawah ke dalam (TDDK) 3. Tindakan Anak yang diklasifikasikan menderita pneumonia berat harus dirujuk segera ke rumah sakit. -

Berikan satu kali dosis antibiotik (bila mungkin)

-

Sebelum anak meninggalkan puskesmas, petugas kesehatan dianjurkan memberi pengobatan pra rujukan, (missal atasi demam, wheezing, kejang

27

dan sebagainya), tulislah surat rujukan ke rumah sakit dan anjurkan pada ibu agar anaknya dibawa ke rumah sakit sesegera mungkin. 4.4.2. Pneumonia pada Anak Berumur 2 Bulan - < 5 Tahun Sebagian besar anak yang menderita pneumonia tidak akan menderita pneumonia berat kalau sepat diberi pengobatan yang tepat. 1. Klasifikasi Seseorang anak berumur 2 bulan - < 5 tahun diklasifikasikan menderita pneumonia apabila dari pemeriksaa: -

Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

-

Adanya napas cepat: -

50 kali/menit atau lebih pada anak umur 2 - < 12 bulan

-

40 kali/menit atau lebih pada umur 12 bulan - < 5 tahun

2. Tindakan Penderita pneumonia cukup diberikan pengobatan antibiotik di rumah. -

Nasihati ibu untuk memberikan oabat sesuai anjuran petugas kesehatan dan membawa kembali jika keadaan anak bertambah buruk serta jelaskan cara pemberian antibiotik.

-

Anjurkan untuk kembali control dalam 2 hari (48 jam) atau lebih cepat bila keadaan anak: -

Pernapsan menjadi cepat atau sesak

-

Tidak dapat minum

-

Sakitnya bertambah parah

4.4.3. Pneumonia Berat pada Bayi Berumur < 2 Bulan 1. Klasifikasi Seseorang bayi berumur < 2 bulan diklasifikasikan menderita pneumonia berat bila dari pemeriksaan ditemukan: -

Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat (TDDK kuat)

-

Adanya napas cepat: 60 kali/menit atau lebih

28

2. Tindakan Bayi yang mempunyai TDDK kuat serta napas cepat harus dirujuk segera ke rumah sakit. -

Sebelum bayi meninggalkan puskesmas, petugas kesehatan dianjurkan memberi pengobatan pra rujukan, (missal atasi demam, wheezing, kejang dan sebagainya), tulislah surat rujukan ke rumah sakit dan dianjurkan pada ibu agar anaknya ke rumah sakit sesegera mungkin.

-

Berikan satu kali dosis antibiotic sebelum anak dirujuk (bila memungkinkan).

-

Anjurkan ibunya untuk tetap memberika ASI.

-

Penting untuk menjaga agar bayi hangat. Cara terbaik mempertahankan kehanfatan adalah dengan menyelimuti bayi dan tetap menempelkan ke tubuh ibunya. Hipotermi dapat berakibat fatal/mematikan untuk bayi muda.

-

Kalau tidak dapat dirujuk, lanjut ke pengobatan selanjutnya.

4.5. Pengobatan dan Rujukan 4.5.1. Pengobatan 1. Pemberian Antibiotik Oral Beri antibiotic oral pilihan pertama (kotrimoksazol) bila tersedia. Ini dipilih karena sangat efektif, cara pemberiannya mudah dan murah. Antibiotic pilihan kedua (amaksisilin) diberika hanya apabila obat pilihan pertama tidak tersedia atau apabila dengan pemberian obat pilihan pertmam tidak membri hasil yang baik. 2. Pengobatan Demam Demam sangat umumterjadi pada infeksi saluran pernapasan akut. Penatalaksanaan demam tergantung dari apakah demam itu tinggi atau rendah. 3. Pengobatan Wheezing Pada bayi berumur < 2 bulan: wheezing merupakan tanda bahaya dan harus dirujuk segera. Pada kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun: penatalaksanaan

29

wheezing dengan bronkhodilator tergantung dari apakah wheezing itu merupakan episode pertama atau berulang. 4.5.2. Rujukan 1. Pengobatan pra rujukan (antibiotik dosis pertama) 2. Merujuk anak -

Menjelaskan perlunya rujukan

-

Menuliskan surat rujukan

3. Jika rujukan tidak memungkinkan -

Pemberian antibiotik untuk rawat inap

-

Pemberian oksigen.

30

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan 1. Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru. Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah infeksi yang memicu inflamasi pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru. 2. Pneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian balita, yaitu diperkirakan sebanyak 922.000 balita di tahun 2015. Pneumonia menyerang semua umur di semua wilayah, namun terbanyak terjadi di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara. 3. Adapun alternatif pemecahan masalah yang perlu dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Manado melalui metode analisis SWOT adalah sebagai berikut: a. Memanfaatkan sarana dan prasarana serta tenaga kesehatan yang ada sebaik mungkin untuk pencegahan dan pengendalian pneumonia. b. Memaksimalkan upaya promosi kesehatan dari petugas kesehatan melalui penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya pneumonia. c. Memaksimalkan kinerja petugas kesehatan dengan mengikuti pelatihanpelatihan kesehatan khususnya pneumonia. Balita yang memiliki ciri-ciri pneumonia, segera dibawa ke puskesmas terdekat untuk mendapat penanganan yang tepat. d. Meningkatkan

pengetahuan

masyarakat

tentang

rumah

sehat

serta

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat melalui kegiatan promosi kesehatan dengan penyuluhan.

5.2. Saran Melalui laporan pelaksanaan magang ini, saran penulis bagi Dinas Kesehatan Kota Manado serta kepada instansi terkait dalam menanggulangi penyakit Pneumonia pada balita, yaitu dengan:

31

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan di Wilayah Kerja Dinkes Kota Manado, khususnya di puskesmas yang memiliki jumlah kasus Pneumonia tinggi, 2. Memanfaatkan sumber daya kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Manado untuk ikut serta melaksanakan upaya promotif dan preventif seperti penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya penyakit Pneumonia.

32

DAFTAR PUSTAKA

33

Related Documents


More Documents from "Febriane 'ebhy' Lohonauman"