Laporan Lapangan Ppl Ganjil 2018 (kelompok 6a).docx

  • Uploaded by: Irfan Pambudi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Lapangan Ppl Ganjil 2018 (kelompok 6a).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,615
  • Pages: 10
ANALISIS KESESUAIAN KONSERVASI MANGROVE PANTAI BAROS DALAM TINJAUAN PENGELOLAAN PENCEMARAN LAUT

E.D. Handoko, A.T. Faturohman, I.N. Pambudi 6-A / 16513020/ 16513080/ 16513104

1. Tujuan a. Mengetahui karakteristik material yang ada di lokasi titik pengamatan b. Mengetahui kondisi hidrologi permukaan yang ada di lokasi titik pengamatan c. Mengetahui bahan pencemar yang ada di sekitar lokasi titik pengamatan d. Mengetahui jenis mangrove yang ada di lokasi titik pengamatan e. Mengetahui biodiversitas yang ada di lokasi titik pengamatan

2. Peralatan Lapangan a. Komparator Komparator adalah alat ukur perbandingan

berdasarkan skala wentworth yang

digunakan untuk membantu mendeskripsikan suatu jenis batuan. Terdapat dua jenis komparator, diantaranya komparator batuan sedimen dan komparator batuan beku. Jenis komparator yang digunakan pada pengamatan adalah komparator batuan sedimen.

Gambar 2.1 Komparator Batuan Sedimen

b. Peta Lapangan Peta lapangan adalah alat yang digunakan sebagai panduan menuju lokasi titik pengamatan. Peta lapangan yang digunakan pada pengamatan dimasukkan ke dalam aplikasi tracking Avenza agar lebih mudah dalam menjangkau lokasi titik pengamatan.

Gambar 2.2 Peta Lapangan

c. Kamera Kamera adalah alat yang digunakan sebagai dokumentasi beberapa objek penting dan menarik yang ditemukan di lokasi titik pengamatan. Dokumentasi sangat penting dalam menunjang autentisitas keadaan yang ada di lapangan.

Gambar 2.3 Kamera

d. Penggaris Penggaris adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang, jarak, atau kedalaman suatu objek. Pada pengamatan di lapangan, penggaris digunakan dalam mengukur kedalaman Sungai Opak sebagai pengamatan kondisi hidrologi. Kedalaman diukur dengan memasukkan kayu ke dalam sungai secara vertikal. Kemudian, panjang bagian basah dari kayu diukur menggunakan penggaris.

Gambar 2.4 Penggaris

3. Deskripsi Lokasi Kuliah Lapangan

Gambar 3 Peta Titik Pengamatan Lapangan Kawasan konservasi mangrove Baros merupakan sebuah kawasan konservasi atau pelestarian penanaman pohon mangrove (bakau) di sebuah wilayah rawa dan berhadapan langsung dengan pantai Selatan. Lokasi ini berdampingan dengan aliran Sungai Opak yang mengarah ke muara. Hal tersebut tentu mempengaruhi kondisi lingkungan dan keberagaman jenis flora dan fauna yang ada di lokasi pengamatan. Di sekitar kawasan konservasi mangrove Baros terdapat permukiman yang berjarak ± 1 km dari kawasan konservasi. Selain itu, di sepanjang jalan menuju kawasan konservasi mangrove Baros juga dijumpai sawah yang merupakan lahan pendapatan masyarakat setempat.

Lokasi yang dijadikan pengamatan bagi kelompok kami adalah titik pengamatan 2 yang terletak di sebelah Barat kawasan konservasi mangrove Baros.

4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Identifikasi karakteristik material Kondisi karakteristik material di lokasi titik pengamatan yang terletak di sebelah Barat kawasan

konservasi

mangrove

Baros

adalah

berupa

tanah

clay,

yaitu

Tanah

liat atau lempung dengan partikel mineral berkerangka dasar silikat. Lempung mengandung leburan

silika

dan/atau aluminium

yang

halus.

Unsur-unsur

ini, silikon, oksigen,

dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi, Selain itu clay bercampur dengan coarse sand atau yang sering disebut dengan pasir kasar. Karena berbatasan langsung dengan sungai karakteristik jenis mineral juga dipengaruhi oleh aliran air sungai yang membawa partikel-partikel lainnya diantaranya adalah lumpur pasir dan batuan konglomerat yang terbawa oleh aliran air sungai dan mengalami sedimentasi.

Gambar 4.1 Pengamatan Material

4.2. Pengamatan kondisi hidrologi permukaan Kondisi hidrologi permukaan di konservasi mangrove Baros berupa air yang berasal dari daratan yang berasal dari sepanjang aliran Sungai Code dan air irigasi yang berasal dari sawah, serta air berjenis payau yang terjadi karena konservasi Mangrove Baros berbatasan dengan laut. Kondisi air bergerak dengan tenang mengalir ke arah laut selatan Pulau Jawa, dengan kondisi kedalaman yang bervariasi.

Gambar 4.2 Pengamatan Kondisi Hidrologi Permukaan

4.3. Pengamatan limbah/ pencemar Bahan pencemar yang berada di titik pengamatan konservasi mangrove Baros terdapat dua jenis pencemar yaitu bahan pencemar padat dan bahan pencemar cair. Bahan pencemar padat bisa berupa sampah plastik, sampah organik, sampah kaca, sampah karet, dll. Sampah dengan jenis tersebut bisa bersumber dari pengunjung yang datang dan melakukan konservasi, serta sampah-sampah yang berasal dari darat antara lain sampah rumah tangga yang terbawa oleh aliran air Sungai Opak yang kemudian bermuara di kawasan mangrove baros. Selain itu, bahan pencemar cair bersumber dari nutrient pupuk yang digunakan para petani yang masuk ke dalam aliran air sungai, dan ikut mengalir terbawa aliran air sungai, serta dari sisa-sisa botol pestisida maupun obat-obatan yang masih terdapat cairan bahan kimia yang kemudian masuk kedalam badan air

Gambar 4.3 Pengamatan Bahan Pencemar

4.4. Identifikasi jenis mangrove Konservasi mangrove Baros memiliki berbagai jenis mangrove antara lain Nypa fruticans, Rhizophora sp., dan Avicennia sp. Namun, jenis tumbuhan mangrove yang ditemukan di lokasi titik pengamatan adalah Rhizophora sp.. Rhizophora sp. merupakan salah satu jenis tanaman mangrove, yaitu kelompok tanaman tropis yang bersifat halophytic atau toleran terhadap garam. Rhizophora sp. memiliki daun berbentuk elips melebar hingga bulat memanjang dengan ujung meruncing dan memiliki sistem akar tunjang dan aka rudara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah. Tumbuhan jenis ini dapat tumbuh dengan ketinggian mencapai 27 m. Ketinggian tumbuhan mangrove yang dijumpai di lokasi titik pengamatan memiliki ketinggian 4 hingga 5 m. Pada umumnya, Rhizophora sp. tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus. Merupakan salah satu jenis tumbuhan mangrove yang paling penting dalam mencegah abrasi dan paling tersebar luas. Kerapatan vegetasi mangrove yang terdapat pada lokasi titik pengamatan tergolong tinggi atau rapat. Hal ini dapat dibuktikan dengan melakukan 5 langkah kaki membentuk persegi, lalu menghitung jumlah tumbuhan mangrove yang terdapat pada lingkup tersebut.

Gambar 4.4 Pengamatan Jenis Mangrove

4.5. Identifikasi biodiversitas Berdasarkan pengamatan, di sekitar lokasi titik pengamatan juga dijumpai jenis tumbuhan lain seperti waru, pandan, pisang, dan petai. Tumbuhan tersebut merupakan kelompok mangrove ikutan yang berasosiasi dengan mangrove sejati (Rhizophora sp.). Mangrove ikutan tidak memiliki bentuk adaptasi khusus karena bukan tumbuhan khas ekosistem mangrove namun memiliki toleransi yang tinggi untuk dapat hidup pada kondisi lingkungan ekosistem mangrove. Selain tumbuhan, di lokasi titik pengamatan juga dijumpai berbagai jenis hewan yang hidup di ekosistem mangrove. Di sana dapat ditemukan organisme penghuni tetap ekosistem mangrove seperti ikan tempakul atau salamander, kepiting (Uca sp.), laba-laba, burung, dan berbagai jenis moluska. Hewan-hewan yang merupakan penghuni tetap ekosistem mangrove umumnya memiliki adaptasi khusus untuk dapat bertahan hidup pada kondisi lingkungan ekosistem mangrove. Banyaknya fauna yang hidup di ekosistem mangrove disebabkan karena kawasan mangrove merupakan daerah mencari makan bagi berbagai jenis hewan, tempat pengasuhan terutama bagi anak ikan dan biota laut lainnya, serta merupakan tempat yang ideal bagi proses pemijahan biota laut yang ada di dalamnya. Selain itu, ekosistem mangrove juga banyak digunakan berbagai jenis hewan untuk membangun sarang untuk perlindungan diri dari predator.

Gambar 4.5 Pengamatan Biodiversitas

4.6. Analisis masalah ekosistem yang muncul di titik pengamatan 1. Erosi Pantai Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius degradasi garis pantai. Selain prosesproses alami, seperti angina, arus, hujan dan gelombang, aktivitas manusia juga menjadi penyebab penting erosi pantai. Kebanyakan erosi pantai akibat aktivitas manusia adalah pembukaan hutan pesisir untuk kepentingan pemukiman, dan pembangunan infrastruktur, sehingga sangat mengurangi fungsi perlindungan pantai. Gangguan yang cukup besar terhadap hutan mangrove dapat menimbulkan erosi pantai, karena perlindungan yang diberikan oleh pohon-pohon mangrove sudah lenyap. Pantai pesisir akan berkurang dan tinggallah pantai sempit yang terdiri dari pasir atau kolamkolam asin yang tak dapat dihuni. Maka pusat-pusat pemukiman pantai makin mudah diserang topan dan air pasang.

2. Instrusi air laut Instrusi air laut adalah masuknya atau merembesnya air laut kearah daratan sampai mengakibatkan air tawar sumur/sungai menurun mutunya, bahkan menjadi payau atau asin. Dampak instrusi air laut ini sangat penting, karena air tawar yang tercemar intrusi air laut akan menyebabkan keracunan bila diminum dan dapat merusak akar tanaman.

3. Sedimentasi dan Pencemaran Kegiatan pembuangan limbah pertanian, agro-industri dan limbah rumah tangga baik itu yang langsung ke hutan mangrove maupun lewat sungai, juga akan menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi hutan mangrove. Berbagai limbah yang dibuang ke areal hutan mangrove tersebut, akan menurunkan kualitas lingkungan perairan, sehingga pada akhimya kehidupan biota akuatik akan terganggu. Limbah dan industri yang menggunakan senyawasenyawa organik dan anorganik yang dibuang di sekitar perairan hutan mangrove, juga menyebabkan tumbuhan mangrove akan menggugurkan daunnya dan kemudian mati.

4.7. Analisis kesesuaian ekosistem mangrove baros untuk pengelolaan pencemaran laut Mangrove sangat berguna sebagai suatu media untuk menajaga kestabilan daerah pesisir dari abrasi sedimentasi dan lain-lain. Fungsi mangrove di pesisir Pantai Baros sudah sesuai sebagai media penahan semua bahan pencemar yang terancam masuk langsung ke lautan namun perawatan dan pembersihan hutan mangrove ini belum sesuai karena semua bahan pencemar yang masuk ke mangrove dibiarkan dengan tidak adanya upaya dalam melakukan pembersihan hutan mangrove tersebut.

5. Kesimpulan a. Kondisi karakteristik material di lokasi titik pengamatan yang terletak di sebelah Barat kawasan konservasi mangrove Baros adalah berupa tanah clay, yaitu Tanah liat atau lempung dengan partikel mineral berkerangka dasar silikat. b. Kondisi hidrologi permukaan di konservasi mangrove Baros berupa air yang berasal dari daratan yang berasal dari sepanjang aliran Sungai Code dan air irigasi yang berasal dari sawah, serta air berjenis payau yang terjadi karena konservasi Mangrove Baros berbatasan dengan laut. Kondisi air bergerak dengan tenang mengalir ke arah laut selatan Pulau Jawa, dengan kondisi kedalaman yang bervariasi. c. Bahan pencemar yang berada di titik pengamatan konservasi mangrove Baros terdapat dua jenis pencemar yaitu bahan pencemar padat dan bahan pencemar cair yang berasal dari limbah

pengunjung, rumah tangga, dan sisa nutrient pupuk aktivitas cocok tanam warga sekitar. d. Jenis tumbuhan mangrove yang ditemukan di lokasi titik pengamatan adalah Rhizophora sp.. Kerapatan vegetasi di lokasi titik pengamatan tergolong tinggi atau rapat dengan ketinggian vegetas 4 hingga 5 m. e. Jenis tumbuhan lain yang ditemukan di lokasi titik pengamatan antara lain waru, pandan, pisang, dan petai. Di lokasi tersebut juga ditemukan berbagai jenis hewan seperti ikan tempakul atau salamander, kepiting (Uca sp.), laba-laba, burung, dan berbagai jenis moluska.

6. Daftar Pustaka Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna pada Habitat Mangrove. Yogyakarta : Sekolah Pascasarjana, Jurusan Ilmu Pertanian UGM.

Related Documents


More Documents from ""