Laporan Kkn Peranan Pkk Terhadap Peningkatan Gizi Balita Di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi

  • Uploaded by: Eli Priyatna
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kkn Peranan Pkk Terhadap Peningkatan Gizi Balita Di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi as PDF for free.

More details

  • Words: 4,779
  • Pages: 45
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Hakikat Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional ini bukan hanya pembangunan secara fisik melainkan juga harus diikuti oleh pembangunan yang bersifat non fisik. Sehingga pembangunan ini meliputi pembangunan dalam aspek ideologi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Aspek-aspek tersebut harus dibangun secara seimbang dan sinergi untuk menciptakan keharmonisan kehidupan. Pembangunan bidang ideologi dan politik saja tidak akan berhasil apabila bidang sosial, budaya dan hankam tidak dibangun, demikian juga sebaliknya. Pada intinya dari berbagai bidang kehidupan tadi hendak diarahkan kepada terjadinya keselarasan dan kesinergisan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap penduduk dan merupakan hak azasi manusia pemerintah dan swasta. Apapun yang dilakukan pemerintah tanpa kesadaran individu dan masyarakat . untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka. Hanya memperoleh hasil minimal, maka perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapat

1

pelayanan kesehatan yang bermutu menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, kesehatan yang demikian menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Pendidikan dan kesehatan akan mendorong produktifitas dan pendapatan penduduk . Adapun masalah yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan itu sendiri sangat kompleks antara lain : a. Ekonomis, masih tingginya angka kemiskinan. Hal ini mengakibatkan daya beli masyarakat termasuk dalam memenuhi kebutuhan dibidang kesehatan; b. Geografis , jauhnya jangkauan penduduk terhadap akses kesehatan ( puskesmas dll ) ditambah infra struktur yang tidak memadai; c. Masih terbatasnya fasilitas kesehatan; d. Masih kurangnya tenaga kesehatan; e. Perilaku sebagian masyarakat yang tidak memperhatikan arti pentingnya kesehatan, misal membuang sampah sembarangan, rumah tidak dilengkapi WC,buang air di kebun/ sungai memelihara ternak didalam atau dibawah rumah.. 2

Dalam

pembangunan

kesehatan,

berbagai

upaya

pemberdayaan

masyarakat dan peningkatan kualitas sumber daya manusia telah menunjukan kemajuan-kemajuan yang cukup berarti, tercermin dari membaiknya berbagai indikator kinerja seperti pengendalian kelahiran, meskipun masih banyak lagi kondisi yang harus diperbaiki dan ditingkatkan. Disamping perlu terus diupayakan peningkatan mutu kualitas atau derajat kesehatan secara berkelanjutan untuk itu perlu menjadi perhatian dari seluruh komponen bangsa agar melaksanakannya secara sungguh-sungguh. Guna kepentingan peningkatan kualitas dan kapasitas anak-anak dan generasi muda. Gerakan PKK adalah gerakan pembangunan masyarakat dari bawah, ynag tujuannya secara umum adalah mengajak masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam mencapai kesejahteraanya. Gerakan PKK memiliki tim yang disebut penggerak PKK yang ada ditingkat pusat sampai ketingkat desa. Agar lebih dekat mencapai keluarga dibentuk kelompok dari Dusun ke dusun. Gerakan PKK dengan pokja IV nya mempunyai garapan yang sangat erat dengan penyelenggaraan kesehatan, selama lebih dari 30 tahun anggota PKK aktif memberikan penyuluhan, pelatihan membantu pelayanan di pos pelayanan terpadu termasuk didalamnya penyuluhan kesehatan. Berdasarkan hal terurai di atas dan dalam rangka Kuliah Kerja Nyata sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu 3

Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP-PGRI) Sukabumi, penulis tertarik untuk menulis laporan dengan tema: “PERANAN PKK TERHADAP PENINGKATAN GIZI BALITA DI DESA BOJONGKERTA KECAMATAN WARUNGKIARA KABUPATEN SUKABUMI “. 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, berikut ini penulis dapat mengidentifikasi masalah yang ada di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sebagai berikut: A. Bagaimana upaya peningkatan gizi balita di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi ? B. Bagaimana kondisi kesehatan masyarakat Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi ? C. Bagaimana kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi ? D. Bagaimana peranan PKK terhadap cakupan gizi balita di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi ?

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

4

Konsep sehat wal afiat menurut Mubarok Institut adalah untuk menyebut kondisi yang prima, tetapi kalau kita merujuk kepada asal istilah itu acoeas shihhah wa al afiyahac disitu ada dua dimensi, pengertian sehat merujuk kepada fungsi sedangkan afiat merujuk kepada kesesuaian dengan maksud penciptaan, misalnya mata yang sehat adalah mata yang dapat digunakan untuk melihat tanpa alat bantu, sedangkan mata afiat adalah mata yang tidak dapat digunakan untuk melihat sesuatu yang dilarang, karena Allah menciptakan mata untuk penunjuka kepada kebenaran, membedakannya dari yang salah. Dikatakan bahwa konsep kesehatan bukan hanya mengenal kesehatan tubuh, tetapi juga ada kesehatan mental dan bahkan ada kesehatan masyarakat. Menurut Siti Fadilah Supari dengan merujuk kepada UU 23 tahun 1992 mengatakan bahwa kesehatan adalah adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkin setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis, dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur pisik, mental, dan sosial dan didalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan, hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat adalah investasi. Sedangkan menurut Kepala Dinas KB dan PP Perilaku Hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong

5

dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Sekumpulan perilaku tersebut dapat dikelompokan kedalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bidang Gizi, PHBS bidang kesehatan lingkungan, PHBS bidang kesehatan Ibu dan Anak serta keluarga berencana(KB), PHBS pemeliharaan kesehatan, PHBS bidang gaya hidup sehat, dan PHBS bidang obat dan farmasi. Adapun uraian pengelompokan PHBS adalah sebagai berikut: •

PHBS bidang Gizi, mengatur : 1. makan dengan gizi seimbang 2. makan tablet besi selama hamil 3. memberi bayi ASI eksklusif



PHBS bidang KIA dan KB, mengatur; 1. memeriksa keamilan 2. persalinan ditolong nakes 3. meninbang balita tiap bulan



PHBS bidang kesehatan lingkungan, mengatur;

6

1. pembuangan limbah rumah tangga yang benar 2. BAB pada tempat yang bersih 3. jangan membuang sampah sembarangan •

PHBS bidang pemeliharaan kesehatan, mengatur; 1. punya JPKM 2. Aktif pemeriksaan diri ke puskesmas



PHBS bidang gaya hidup sehat, mengatur; 1. tidak merokok di dalam rumah 2. melakukan olahraga



PHBS bidang obat dan farmasi, mengatur; 1. menanam tumbuhan obat 2. gunakan obat-obtan alami

2.2 Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Pemberdayaan masyarakat dan partisipasi masyarakat merupakan strategi dalam paradigma pembangunan yang bertumpu pada rakyat. Strategi ini menyadari betapa pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan material melalui kesanggupan untuk melakukan 7

kontrol material atas sumber daya material dan non material yang penting melalui redistribusi modal / kepemilikan (Korten:1992). Dalam pemahaman tersebut konsep pemberdayaan rakyat diyakini sebagai ruh dalam meningkatkan kapasitas masyarakat. Senada dengan pendapat di atas, gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga berdasarkan Rakernas VI adalah: A. Pengertian Gerakan PKK •

Gerakan pembangunan masyarakt dari bawah yang mempunyai tujuan secara umum adalah mengajak masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam mencapi kesejahteraannya;



Untuk merencanakan, membimbing keluarga dalam pelaksanaan program-programnya



Tim Penggerak PKK adalah mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan dengan perempuan sebagai motor pengeraknya menuju terwujudnya keluarga bahagia, sejahtera, maju, dan mandiri.

B. Tujuan PKK Gerakan PKK mempunyai tujuan sebagaimana dituangkan dalam visinya, yaitu “ terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan 8

Yang Maha Esa, berahlak mulia dan berbudi luhur, sehat, sejahtera, maju, mandiri, kesetaraan, keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan “ yang selanjutnya dijabarkan di dalam misinya yaitu: •

Meningkatkan mental spiritual



Meningkatkan pendidikn dan keterampilan



Meningkatkan kualitas dan kuantitas pangan keluarga serta peningkatan pemanfaatan keluarga



Meningkatkan derajat kesehatan, kelestarian lingkungan hidup serta membiasakan hidup berencana



Meningkatkan pengelolaan PKK, baik pengorganisasian maupun pengelolaan program

C. Sasaran PKK Sasaran gerakan PKK adalah keluarga, baik dipedesaan mapun di perkotaan yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan kemampuan dan kepribadiannya dalam bidang: •

Mental spiritual meliputi sikap dan perilaku sebagai insan hamba Tuhan, anggota masyarakat dan warga negara yang dinamis serta bermanfaat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

9



Fisik material meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, kesempatan kerja yang layak serta lingkungan hidup yang sehat dan lestari melalui peningkatan pendidikan, pengetahuan dan keterampilan.

D. Program PKK Program PKK terbagi menjadi 10 bagian program pokok PKK diantaranya: •

Penghayatan dan pengamalan Pancasila



Gotong Royong



Pangan



Sandang



Perumahan dan tata laksana rumah tangga



Pendidikan dan keterampilan



Kesehatan



Pengembangan kehidupan berkoprasi



Kelestarian lingkungan hidup

10



Perencanaan sehat

2.3 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) A. Pengetian Adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). B. Tujuan 1. Mempercapat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR 3. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil sehat dan sejahtera.

11

4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup sehat. 5. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan penduduk dan geografi. 6. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat. C. Sasaran 1. Bayi berusia kurang dari 1 tahun 2. Anak balita usia 1 sampai dengan 5 tahun 3. Ibu hamil, Ibu menyusui dan Ibu nifas 4. Wanita usia subur. D. Kegiatan 1. Terdapat 5(lima) kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) diantaranya: A. Kesehatan ibu dan anak; B. Keluarga berencana; C. Imunisasi; D. Peningkatan gizi; E. Penanggulangan diare. 2. Terdapat 7(tujuh) kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu) 12

A. Kesehatan ibu dan anak; B. Keluarga berencana; C. Imunisasi; D. Peningkatan gizi; E. Penanggulangan diare; F. Sanitasi dasar; G. Penyediaan obat esensial. E. Pembentukan Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti : 1. Pos penimbangan balita 2. Pos imunisasi 3. Pos keluarga berencana desa 4. Pos kesehatan 5. Pos lain yang dibentuk baru. F. Persyaratan 1. Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 oran balita 2. Terdiri dari 120 kepala keluarga 3. Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa) 4. Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam satu tempat atau kelompok tidak terlalu jauh. 13

G. Alasan Pendirian Posyandu 1. Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB 2. Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana. H. Penyelenggara 1. Pelaksanaan kegiatan ;Adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan puskesmas. 2.

Pengelola posyandu; Adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut.

I. Lokasi 1. Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat 2. Ditentukan oleh masyarakat iu sendiri 3. Dapat merupakan lokal tersendiri 4. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya. J. Pelayanan Kesehatan Yang Dijalankan 14

1. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita. Diantaranya: A. Penimbangan bulanan B. Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang C. Imunisasi bayi 3-14 bulan D. Pemberian oralit untuk mengurangi diare E. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama. 2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur. Program yang dijalankan, diantaranya: A. Pemeliharaan kesehatan umum B. Pemeriksaan kehamilan dan nifas C. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah D. Imunisasi TT untuk ibu hamil E. Penyuluhan kesehatan dan KB F. Pemberian alat kontrasepsi KB G. Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare H. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama I. Pertolongan pertama pada kecelakaan K. Sistem Lima Meja 1. Meja I a. Pendaftaran 15

b. Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur. 2. Meja II a. Penimbangan balita, Ibu hamil 3. Meja III a. Pengisian KMS 4. Meja IV Pemeliharaan kesehatan umum A. Diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB B. Penyuluhan kesehatan C. Pelayanan TMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan, kondom 5. Meja V A. Pemberian imunisasi B. Pemeriksaan kehamilan C. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan D. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan oleh 16

petugas kesehatan diantaranya : dokter, bidan, perawat, juru immunisasi dan sebagainya. L. Langkah-Langkah Pembentukan Posyandu 1. Persiapan Sosial, diantaranya; A. Persiapan masyarakat sebagai pengelola dan pelaksanaan posyandu B. Persiapan masyarakat umum sebagai pemakai jasa posyandu 2. Perumusan Masalah A. Survei Mawas Diri B. Penyajian hasil survey (loka karya mini) 3. Perencanaan Pemecahan Masalah A. Kaderisasi sebagai pelaksana posyandu B. Pembentukan pengurus sebagai pengelola posyandu C. Menyusun rencana kegiatan posyandu 4. Pelaksanaan Kegiatan A. Kegiatan di posyandu 1 X sebulan atau lebih B. Pengumpulan dana sehat C. Pencatatan dan laporan kegiatan posyandu 2.4 Perbaikan Gizi Masa Balita merupakan masa kritis dalam tumbuh kembang anak, karena pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini akan mempengaruhi pertumbuhan 17

dan perkembangan pada masa berikutnya. Anak yang kekurangan gizi akan terpengaruh perkembangan otaknya karena jaringan otak anak yang tumbuh normal akan mencapai 80% berat otak orang dewasa sebelum berumur 3 tahun, sehingga apabila pada masa ini terjadi gangguan gizi kurang, dapat menimbulkan gangguan fisik maupun mental. Anak yang kurang gizi juga akan menurunkan daya tahan tubuhnya terhadap infeksi sehingga mudah sakit misalnya diare, tifus, ISPA, Tuberkulosa, dsb.

Penyakit gangguan gizi seperti kurang energi dan protein (KEP) merupakan penyakit gangguan gizi yang sangat penting bagi negara berkembang di Asia khususnya Indonesia. Keadaan ini biasanya terjadi pada golongan umur anak-anak di bawah 7 tahun, karena anak-anak dari golongan sosio-ekonomi rendah jarang mengunjungi balai pengobatan.

Perbaikan status gizi bergantung dari pemberian makanan sehari-hari pada anak-anak, yang harus mengandung cukup energi maupun zat-zat gizi esensial. Asupan bahan makanan yang kurang maupun berlebihan terus-menerus akan mengganggu perkembangan dan pertumbuhan anak-anak.

18

BAB III PEMBAHASAN

3.1 ANALISIS PERMASALAHAN 3.1.1. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita Berdasarkan data yang ada, berikut penulis sajikan tabel data penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara kabupaten Sukabumi. 19

Tabel 3.1 Data penduduk Desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara kabupaten Sukabumi Berdasarkan Jenis Kelamin No 1 2

Jenis

Jumlah % Laki-laki 3952 50.39 Perempuan 3891 49.61 Total 7843 100 Sumber : Profil Desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa perbandingan penduduk laki-laki berikutdan perempuan desa Bojongkerta adalah 1 : 1 Selanjutnya untuk menganalisis kesehatan masyarakat Desa Bojongkerta kabupaten Sukabumi, maka penulis sajikan data-data yang berkaitan dengan kesehatan sebagai berikut : Tabel. 3.2

Data penduduk Desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara kabupaten Sukabumi Berdasarkan Status Gizi Balita No

Data Balita

1

Jumlah Balita

2

Jumlah Balita Bergizi Buruk

3

Jumlah Balita Bergizi baik

4

Jumlah Balita Bergizi kurang

5

Jumlah Balita Bergizi lebih

Jumlah

Keterangan

980

orang

3

orang

973

orang

4 orang

orang

-

orang

Sumber : Profil Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan Data pada tabel 3.2 di peroleh Informasi bahwa 99 % balita yang ada memiliki gizi yang baik dan 1 % lainnya memiliki gizi yang buruk. 20

Tabel 3.3

Data penduduk Desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara kabupaten Sukabumi Berdasarkan Sarana Kesehatan dan Prasarana Kesehatan Masyarakat No

Data Posyandu

Jumlah

Keterangan

1

Jumlah Posyandu

11

Unit

2

Jumlah Kader posyandu aktif

55

Orang

3

Jumlah Pembina Posyandu

1

Orang

4

Jumlah kader bina keluarga balita aktif

10

Orang

5

Jumlah posyandu

5

Jenis

Sumber : Profil Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi

Tabel 3.4

Data penduduk Desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara kabupaten Sukabumi Berdasarkan Fasilitas Kesehatan Masyarakat No

Fasilitas

Jumlah

Keterangan

1

Rumah Sakit

-

-

2

Puskesmas Pembantu

1

unit

3

Posyandu

11

unit

4

Tempat Praktek Dokter

-

-

5

Bidan Desa

1

orang

Sumber : Profil Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan

data

pada

tabel

maka

diperoleh

informasi

bahwa

perbandingan antara penduduk dengan puskesmas pembantu yang ada adalah 1: 7843, perbandingan posyandu dengan balita 11: 980 balita Tabel 3.5 21

Data penduduk Desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara kabupaten Sukabumi Berdasarkan Cakupan Imunisasi No Data Bayi Keterangan 1 Jumlah Bayi usia 2 bulan 2 Jumlah 2 bulan imunisasi DPT 1, BCG dan Polio1 30 orang 3 Jumlah Usia 3 bulan 45 orang 4 Jumlah 3 bulan yang imunisasi DPT2, dan polio2 5 Jumlah Usia 4 bulan 60 orang 6 Jumlah 4 bulan yang imunisasi DPT3 dan polio 3 7 Jumlah 9 bulan 135 orang 8 Jumlah 9 bulan yang imunisasi campak 9 Jumlah Yang sudah imunisasi cacar 165 orang Sumber : Profil desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Data pada tabel 3.5 maka diperoleh Informasi bahwa cakupan Imunisasi Balita yang ada mencapai 100 % untuk imunisasi Polio, 83,7 % DPT, dan 75,9 % dari balita yang ada telah diimunisasi cacar. Tabel 3.6 Angka kematian penduduk Desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara kabupaten Sukabumi No Data Jumlah Keterangan 1 Ibu melahirkan 35 orang 2 Ibu melahirkan meninggal 0 orang 3 Bayi lahir 35 orang 4 Bayi lahir meninggal 0 orang Sumber : Profil Desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi Berdasarkan data pada tabel 3.6 diperoleh informasi bahwa tidak ada bayi yang meninggal dari setiap kelahiran .

Berdasarkan data pada tabel analisis yang telah disajikan sebelumnya, maka untuk memperjelas hasil analisis, penulis sajikan informasi berupa grafik sebagai berikut: 22

Grafik 3.1 Data Penduduk Desa BojongKerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Jenis Kelamin 3960 3940 3920 Sex

3900 3880 3860 Laki-Laki

Perempuan

Sumber : Profil Desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi

Grafik 3.2 Data Penduduk Desa BojongKerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Status Gizi Balita 1200 1000 800 Balita

600 400 200 0 Buruk

Baik

Kurang

Sumber : Profil Desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi

Grafik 3.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan Desa BojongKerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi

23

60 50 40 PosPelayananterpadu

30 20 10 0 Jumlah

Kader Aktif

Pembina

Keluarga Aktif

Sumber : Profil Desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi

Grafik 3.4 Fasilitas Kesehatan Desa BojongKerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi 12 10 8 SaranaKesehatan

6 4 2 0 Rumah Sakit

Puskesmas Posyandu

Prakterk Dokter

Bidan

Sumber : Profil Desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi

Grafik 3.5 Data Penduduk Desa BojongKerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Cakupan Imunisasi

24

200 150 DataBayi

100 50 0 2 bln

3 bln

4 bln

9 bln

Lainnya

Sumber : Profil Desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi

Grafik 3.6 Data Penduduk Desa BojongKerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Angka Kematian 40 35 30 25 20 15 10 5 0

Persalinan

Melahirkan

Meninggal

Bayi lahir

Bayi mati

Sumber : Profil Desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi

3.2 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil analisis maka untuk menjawab masalah yang teridentifikasi, maka ditetapkan alternatif sasaran pembangunan peningkatan gizi balita sebagai berikut: A. Upaya peningkatan gizi balita masyarakat Desa Bojongkerta Kecamatan

Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik; 25

B. Kondisi gizi balita masyarakat Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara

Kabupaten Sukabumi sudah baik; C. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan peningkatan gizi

balita Desa Bojongkerta Kecamatan Warungiara Kabupaten Sukabumi ; D. Dukungan pembangunan bidang peningkatan gizi balita terhadap Program

Perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik. Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilaksanakan untuk mencapai sasaran tersebut adalah sebagai berikut: A. Peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas peningkatan gizi balita;

B. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan; C. Pengembangan sistem jaminan kesehatan teruma bagi rakyat miskin; D. Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat; E. Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia dini; dan F. Pemeratan dan peningkatan kualitas kesehatan dasar.

3.3 PEMILIHAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH Sebagai langkah alternatif dalam pemecahan masalah pembangunan di bidang peningkatan gizi balita di Desa Bojingkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi, penulis sajikan beberapa alternatif pemecahan masalah sebagai berikut: 26

A. PROGRAM LINGKUNGAN SEHAT. Program ini ditujukan untuk membentuk lingkungan sehat disekitar ibu menyusui balita, seperti di rumah atau di pekarangan rumah. Kegiatan pokok yang dilakukan yaitu : 1) Penyediaan air bersih; 2) Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan; 3) Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan; 4) Pengembangan wilayah sehat. 5) Pemilihan teknologi pembuangan air limbah

B. PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT. Program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah, pemerataan, dan kualitas pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan jaringannya. Kegiatan pokok yang dilakukan yaitu : 1) Pelayanan penduduk miskin 2) Pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas. 3) Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obatobatan generik 27

4) Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurangkurangnya promosi kesehatan, sanitasi air bersih, kesehatan ibu dan

anak,

keluarga

berencana,

perbaikan

gizi,

kesehatan

lingkunagn, pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar.

C. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT Program ini di tujukan untuk menekan kematian akibat kurangnya cakupan gizi. Kegiatan pokok yang dilakukan yaitu: 1) Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko 2) Peningkatan imunisasi 3) Penemuan dan tatalaksana prnderita 4) Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi. D. PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Program ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran ibu rumah tangga tentang sanitasi air bersih. Kegitan pokok yang dilakukan yaitu: 1) Peningkatan pendidikan gizi 2) Penanggulangan kurang energi energi protein 28

3) Penanggulangan gizi lebih 4) Peningkatan surveilens gizi 5) Pemberdayaan masyarakat untuk sadar gizi. E. PROGRAM SUMBER DAYA KESEHATAN Program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah dan mutu penyebaran tenaga medis untuk peningkatan gizi balita. Kegiatan pokok yang dilakukan yaitu: 1) Perencanaan tenaga medis untuk peningkatan gizi balita; 2) Peningkatan keterampilan; 3) Pemenuhan kebutuhan tenaga medis; 4) Pembinaan tenaga medis; 5) Penyusunan standar kompetensi tenaga medis;

F. PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN Program ini ditujukan untuk menjamin terpenuhinya obat dan makanan untuk penanggulangan gizi balita. Kegiatan pokok yang dilakukan yaitu: 1) ;Peningkatan pengawasan obat dan makanan 2) Peningkatan pengawasan minuman dan makanan siap saji; 29

3) Peningkatan dan pengawasan mutu obat dan makanan;

4) Penguatan kapasitas laboratorium pengawasan obat dan makanan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN 30

Berdasarkan bahasan analisis dan bahasan masalah yang telah penulis lakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisis maka untuk menjawab masalah yang teridentifikasi, maka ditetapkan alternatif pemecahan masalah yang dapat dilaksanakan untuk mencapai sasaran tersebut sebagai berikut: A. Upaya peningkatan sanitasi air masyarakat Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik; B. Kondisi kesehatan masyarakat Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik; C. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik; D. Dukungan pembangunan bidang sanitasi air terhadap Program Perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik.

4.2. Saran Dari hasil evaluasi pelaksanaan program Kuliah Kerja Mahasiswa di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi , kami dari kelompok II mengajukan beberapa saran, yaitu sebagai berikut : Saran Kepada Pemerintah Setempat 31

o Melakukan pendekatan partisipatif dan pembinaan sebagai tindak lanjut dari hasil program KKN STKIP - PGRI 2008 o Melakukan perencanaan strategis pembangunan wilayah di tiap-tiap kelurahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan potensi yang dimiliki. o Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja aparatur desa dalam melayani masyarakat. o Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang lebih memadai, untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bewrkualitas. o Meningkatkan sarana dan prasarana kelurahan untuk mendukung kinerja para aparatur desa. Saran Kepada Pihak LPPM STKIP PGRI o LPPM Untirta dalam hal ini sebagai panitia dari kegiatan KKN, hendaknya menyiapkan konsep KKN secara matang, dimana bukan hanya konsep saat akan pelaksanaan KKN saja namun harus ada onsepan untuk follow up atau tindak lanjut dari hasil kegiatan KKN, hal ini bisa dilakukan dengan menjalin koordinasi dengan pemda setempat. o Dalam hal pembekalan KKN sebaiknya dilakukan dengan serius, dimana pembekalan yang akan diberikan lebih berisi program KKN secara konseptual dan teknis serta informasi terkini tentang gambaran lokasi KKN, sehingga ketika peserta KKN diterjunkan ke lapangan sudah mempersiapkan segala sesuatunya. 32

o Pembagian kelompok, sebaiknya sudah diumumkan jauh-jauh hari, sehingga sebelum terjun ke lokasi peserta KKN sudah saling mengenal dan bisa saling beradaptasi antara yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, kesiapan kelompok lebih matang. o Pengontrolan ke lokasi KKN harus lebih diintensifkan lagi, pungsi dari POKJA Kecamatan harus dimaksimalkan, sehingga tidak ada kesan terlantarkan. Serta koordinasi antara POKJA Kecamatan dengan setiap kelompok KKN juga harus diintensifkan, sehingga akan mempermudah mandapat informasi tentang perkembangan KKN.

DAFTAR PUSTAKA 1. Sekretaris Desa Bojong Kerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi, 2008, Profil Desa 2008, Bojong kerta

33

2. Sekretaris Negara Republik Indonesia, 2003.Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.. Jakarta : Sinar Grafika 3. ................., 2004. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bab 27 Tentang Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Pendidikan yang berkualitas. Jakarta 4. W.J.S Poerwadarminta. 1982.Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001: Studi Morbiditas dan Disabilitas. Dalam SURKESNAS. Jakarta. 2002: 6. Soekidjo Notoatmodjo. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.2003:24-28. 7. Perawatan Kesehatan Masyarakat, Drs. Nasrul Effendy. 8. Kebidanan Komunitas, Dr. J. H. Syahlan, SKM 9. Materi Ajar tentang Mutu Pelayanan Kebidanan, Hj. Ulvi Mariatai, SKP. M.Kes

34

LAMPIRAN 35

LAMPIRAN

36

BAB

III

RUMUSAN MASALAH 3.1

Masalah

:

Rendahnya

Penimbangan

Balita

di

Penyebab 1. 2. 3. 4. 5.

Posyandu Masalah

Rendahnya Kurangnya

partisipasi pengetahuan

Kurangnya

masyarakat

dukungan

Kurangnya Kurangnya

masyarakat

tenaga

tentang

TOMA

program

terhadap

yang

manfaat

terhadap

inovatif

kesehatan

posyandu posyandu posyandu

di

posyandu

professional

di

posyandu

6. Kurangnya pembinaan kader posyandu oleh tenaga kesehatan 3.2

Tersusunnya

A.

Upaya

Penyelesaian

Masalah

Unsur

Masukan

1. a.

Tenaga Petugas

b. c.

kesehatan

yang Pembinaan Melibatkan

professional

di

posyandu kader TOMA

2.

Dana

a.

Swadaya

1.

Donatur

2.

tetap Jimpitan

3. Simpan pinjam 37

b.

Pemerintah

1.

PMT

2.

Transport

3.

posyandu kader

Revitalisasi

posyandu

3. a.

Sarana Tampat

posyandu

tetap

dan

layak

untuk

penimbangan

(strategis)

b. Alat-alat posyandu yang memadai B. a. b. c.

Unsur Kebijakan

pemerintah

Pencapaian Setiap

posyandu

Lingkungan

mengaktifkan

posyandu

d/s

minimal

minimal

kader

1

x

sebulan

70 aktif

% 4

orang

d. Melibatkan anggota PKK terutama poleja IV C.

Proses

a.

Tindakan

-

medis

Penyelenggaraan Tersedianya

imunisasi

vaksin

yang

cukup

b.

Tindakan

non

medis

-

Penimbangan

yang

akurat

-

Pencatatan

dan

pelaporan

yang

- Penyuluhan pada ibu balita

38

lengakap

dan

rutin

tiap

bulan

c.

Keluaran

- Masyarakat merasa memiliki posyandu dan menyadari pentingnya posyandu 3.3

Saran

dan

Tindak

Lanjut

a. Adanya petugas kesehatan yang profesional dan tersedianya sarana dan prasarana b. c. d.

yang

Kerjasama

yang

Adanya Merencanakan

baik

antara

cukup

lintas

pembinaan

program

kader

program

inovatif

e. Tersedianya sumber dana untuk pelaksanaan posyandu

39

dan

lintas

dari dengan

sektoral

puskesmas TOMA

40

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN Berdasarkan bahasan analisis dan bahasan masalah yang telah penulis lakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisis maka untuk menjawab masalah yang teridentifikasi, maka ditetapkan alternatif pemecahan masalah yang dapat dilaksanakan untuk mencapai sasaran tersebut sebagai berikut: E. Upaya peningkatan sanitasi air masyarakat Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik; F. Kondisi kesehatan masyarakat Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik; G. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik;

41

H. Dukungan pembangunan bidang sanitasi air terhadap Program Perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi sudah baik.

4.2. Saran Dari hasil evaluasi pelaksanaan program Kuliah Kerja Mahasiswa di Desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi , kami dari kelompok II mengajukan beberapa saran, yaitu sebagai berikut : Saran Kepada Pemerintah Setempat o Melakukan pendekatan partisipatif dan pembinaan sebagai tindak lanjut dari hasil program KKN STKIP - PGRI 2008 o Melakukan perencanaan strategis pembangunan wilayah di tiap-tiap kelurahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan potensi yang dimiliki. o Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja aparatur desa dalam melayani masyarakat. o Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang lebih memadai, untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bewrkualitas. o Meningkatkan sarana dan prasarana kelurahan untuk mendukung kinerja para aparatur desa.

42

Saran Kepada Pihak LPPM STKIP PGRI o LPPM Untirta dalam hal ini sebagai panitia dari kegiatan KKN, hendaknya menyiapkan konsep KKN secara matang, dimana bukan hanya konsep saat akan pelaksanaan KKN saja namun harus ada onsepan untuk follow up atau tindak lanjut dari hasil kegiatan KKN, hal ini bisa dilakukan dengan menjalin koordinasi dengan pemda setempat. o Dalam hal pembekalan KKN sebaiknya dilakukan dengan serius, dimana pembekalan yang akan diberikan lebih berisi program KKN secara konseptual dan teknis serta informasi terkini tentang gambaran lokasi KKN, sehingga ketika peserta KKN diterjunkan ke lapangan sudah mempersiapkan segala sesuatunya. o Pembagian kelompok, sebaiknya sudah diumumkan jauh-jauh hari, sehingga sebelum terjun ke lokasi peserta KKN sudah saling mengenal dan bisa saling beradaptasi antara yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, kesiapan kelompok lebih matang. o Pengontrolan ke lokasi KKN harus lebih diintensifkan lagi, pungsi dari POKJA Kecamatan harus dimaksimalkan, sehingga tidak ada kesan terlantarkan. Serta koordinasi antara POKJA Kecamatan dengan setiap kelompok KKN juga harus diintensifkan, sehingga akan mempermudah mandapat informasi tentang perkembangan KKN.

43

DAFTAR PUSTAKA 10. Sekretaris Desa Bojong Kerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi, 2008, Profil Desa 2008, Bojong kerta 11. Sekretaris Negara Republik Indonesia, 2003.Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.. Jakarta : Sinar Grafika 12. ................., 2004. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bab 27 Tentang Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Pendidikan yang berkualitas. Jakarta 13. W.J.S Poerwadarminta. 1982.Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 14. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001: Studi Morbiditas dan Disabilitas. Dalam SURKESNAS. Jakarta. 2002: 44

15. Soekidjo Notoatmodjo. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.2003:24-28.

45

Related Documents


More Documents from "Eli Priyatna"

Rpp Cikembar Bab 5
December 2019 40
Chapter_6_id
April 2020 20
Sejarah 2000
December 2019 29
Soal Pai Smt 1 Kls X
December 2019 51
Seni Musik
December 2019 46