KIMIA LINGKUNGAN ANALISIS PARAMETER KUALITAS AIR LAUT DAN AIR SUMUR DI SEKITAR PLTU KELURAHAN RUM KOTA TIDORE Dosen Pengampu: Dr. Zulkifli Zam Zam, M.Sc Fadlan Muin, A.Md.,S.Pd.,M.Sc
Oleh: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Erna Kurniawati Nani Mariani Minarto Siti Hajra H. Umra Milasari Nofianti Miranti
Kelompok : III Kelas
: B/VI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE 2018
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kelompok III dapat menyelesaikan tugas praktiikum yang hasilnya tertulis dalam laporan praktikum dengan judul “ANALISIS KUALITAS AIR DI AREA PLTU TIDORE”. Penulisan laporan ini merupakan tugas Mata Kuliah Kimia Lingkungan, yang bertujuan agar mahasiswa dapat lebih memahami apa yang telah dipelajari dalam perkuliahan. Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Kimia Lingkungan yang telah memberikan bimbingan dan arahan, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan laporan ini. Semoga laporan praktikum ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan ke arah yang lebih baik. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Ternate, 26 Mei 2018
Kelompok III
DAFTAR ISI Kata Pengantar……………………………………………………..
i
Daftar Isi……………………………………………………………
ii
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang……………………………………………. 1.2 Rumusan Masalah………………………………………… 1.3 Tujuan…………………………………………………….. BAB II Dasar Teori 2.1 Kualitas Air………………………………………………. 2.1 Parameter Uji Kualitas Air……………………………….. BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian………………………………… 3.3 Prosedur Penelitian……………………………………….. BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Data Kegiatan Air Sumur Spot III………………………… 4.2 Pembahasan……………………………………………….. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan……………………………………………….. 5.2 Saran……………………………………………………… Daftar Pustaka…………………………………………………….
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dann makhluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Air dibutuhkan oleh organ tubuh manusia untuk melangsungkan metabolisme, sistem asimilasi, menjaga keseimbangan cairan tubuh, memperlancar proses pencernaan, melarutkan dan membuang racun dari ginjal. Air yang cukup dan layak masuk ke dalam tubuh akan membantu berlangsungnya fungsi tersebut dengan sempurna. Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Terdapat 1,4 Triliun kubik (330 juta mil3) tersedia di Bumi. Untuk menentukan kualitas air, pengamatan dilakukan berdasarkan berbagai parameter air. Dari segi parameter suhu, pH, salinitas, DO, BOD, COD, HDL, TSS, TDS, kecerahan, logam, dan partikel. Pengukuran kualitas air dilakukan pada ekosistem perairan air laut dan sumur. Dilakukannya pengukuran kualitas air untuk mengetahui kelayakan dari air tersebut. Air merupakan bahan yang sangat vital yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh aktivitas kehidupan mahkluk hidup di bumi ini. Keseluruhan jumlah dari 40 juta mil kubik air yang berada di palnet bumi ini, baik yang di dalam atau di permukaan ternyata hanya 0,5% atau 0,2 juta mil kubik yang secara langsung dapat digunakan. Sisanya, yaitu 97% berbentuk air laut dan 2,5% berbentuk salju dan es abadi yang dalam keadaan cair baru dapat digunakan. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi atau pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi. Kualitas air
dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Kualitas air menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air yang bagus juga perlu dijaga, seperti halnya di area Kelruharan Rum Kecamatan Tidore yang terdapat sebuah PLTU. Adanya PLTU tersebut menurut warga sekitar cukup mengganggu untuk kualitas air yang mereka gunakan sehari-hari. Warga mengeluhkan bahwa air di area PLTU tersebut berasa anyir dan kurang layak dikonsumsi karena akibat dari pencemaran aktivitas PLTU. Praktikum yang dilakukan di area PLTU Kelruharan Rum Kecamatan Tidore
dengan metode perposive sampling, yaitu pengambilan sampel
dilakukan dengan memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan. Analisis yang dilakukan menggunakan dua cara, yakni analisis secara insitu dan eksitu. Analisis insitu yaitu analisis sampel yang dilakukan langsung di lokasi pengamatan, dan analisis eksitu yaitu analisis yangdilakukan di laboratorium namun sebelumnya sampel telah diambil dilokasi pengamatan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka praktikum d area PLTU Kelurahan
Rum
Kecamatan
Tidore
mampu
merumuskan
masalah
diantaranya, bagaimana aktivitas dan kualitas air di sekitar PLTU Kelurahan Rum Kecamatan Tidore?
1.3 Tujuan Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui aktivitas dan kualitas air di sekitar PLTU Kelurahan Rum Kecamatan Tidore dan sebagai informasi mengenai kualitas air bagi para pembaca, dan khususnya mahasiwa Prodi
Kimia FKIP Unkhair juga untuk memenuhi tugas laporan hasil praktikum Kimia Lingkungan menganai pengukuran kualitas air.
BAB II DASAR TEORI 2.1 Kualitas Air Air adalah senyawa yang penting bagi semuah bentuk kehidupan yang diketahuai sampai saat in di bumi , tetapi tidak di planet lain. Air merupakan suatu yang berbentuk cair yang bisah menyesuaikan bentuk dengan wadahnya air juga merupakan salah satuh kebutuhan manusia yang sangat penting karena di gunakan untuk minum, masak, dan mencuci. Tetapi tidak semua air baik untuk digunakan karenaair yang baik mempunyai cirri-ciri khusus yang menerangakan bahwa kualitas air itu baik (Sasongko, 2014). Kualitas adalah karakteristik mutu yang diperlukan untuk pemanfaatan tertentu dari berbagai sumber air. Kreteria mutu air merupakan suatu dasar baku mengenai sayaratat kualitas air yang dapat dimanfaatkan. Baku mutu air adalah suatu peraturan yang disiapkan oleh suatu negara atau suatu daerah yang bersangkutan (Arafah, 2015). Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya (Hasriani, 2014). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun air baku. Air merupakan bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan manusia, hewan dan tanaman yaitu sebagai media pengangkutan zat-zat makanan, juga merupakan sumber energi serta berbagai keperluan lainnya (Arsyad, 1989).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang menyebutkan bahwa kebutuhan air rata-rata secara wajar adalah 60 l/orang/hari untuk segala keperluannya. Kebutuhan akan air bersih dari tahun ke tahun diperkirakan terus meningkat. Menurut Suripin (2002), pada tahun 2000 dengan jumlah penduduk dunia sebesar 6,121 milyar diperlukan air bersih sebanyak 367 km3 per hari, maka pada tahun 2025 diperlukan air bersih sebanyak 492 km3 per hari, dan pada tahun 2100 diperlukan air bersih sebanyak 611 km3 per hari. Masalah utama yang dihadapi berkaitan dengan sumber daya air adalah kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, termasuk penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air (Effendi, 2003). Air merupakan bahan yang sangat vital yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh aktivitas kehidupan mahkluk hidup di bumi ini. Keseluruhan jumlah dari 40 juta mil kubik air yang berada di palnet bumi ini, baik yang di dalam atau di permukaan ternyata hanya 0,5% atau 0,2 juta mil kubik yang secara langsung dapat digunakan. Sisanya, yaitu 97% berbentuk air laut dan 2,5% berbentuk salju dan es abadi yang dalam keadaan cair baru dapat digunakan (Suriawiria, 2005). Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi atau pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi. Kualitas air mencakup tiga karakteristik, yaitu fisika, kimia dan biologi (Suripin, 2001). Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Kualitas air menggambarkan kesesuaian atau
kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Air yang digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari khususnya untuk penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air, kadar besi dalam air bersih yang dipergunakan adalah 1,0 mg/L. Air mempunyai fungsi penting bagi tubuh manusia yaitu sebagai pembentuk sel dan cairan tubuh, pengatur suhu tubuh, pelarut, pelumas, media transportasi, media eliminasi toksin dan produk sisa metabolisme. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan air dalam tubuh dapat mencegah timbulnya berbagai penyakit dan membuat hidup jadi lebih sehat dan nyaman. Kandungan bahan-bahan kimia yang ada di dalam air berpengaruh terhadap kesesuaian penggunaan air. Secara umum karakteristik kimiawi air meliputi pH, alkalinitas, kation dan anion terlarut dan kesadahan (Suripin, 2001). pH, menyatakan intensitas kemasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. pH merupakan parameter penting dalam analisis kualitas air karena pengaruhnya terhadap proses-proses biologis dan kimia di dalamnya. Air yang diperuntukkan sebagai air minum sebaiknya memiliki pH netral (+7) karena nilai pH berhubungan dengan efektifitas klorinasi. pH pada prinsipnya dapat mengontrolkeseimbangan proporsi kandungan antara karbon dioksida, karbonat dan bikarbonat (Chapman, 2000). Derajat keasaman (pH) air yang lebih kecil dari 6,5 atau pH asam meningkatkan korosifitas pada bendabenda logam, menimbulkan rasa tidak enak dan dapat menyebabkan beberapa bahan kimia menjadi racun yang mengganggu kesehatan (Sutrisno, 2006).
Menurut Kusnaedi (2010), persyaratan fisik air antara lain: tidak berwarna, termperatur normal, rasanya tawar, tidak berbau, jernih atau tidak keruh serta tidak mengandung zat padatan. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih, umumnya masyarakat banyak menggunakan sumur galian maupun sumur bor. Berdasarkan observasi yang dilakukan dimasyarakat, diketahui bahwa kualitas fisik air sumur galian maupun sumur bor banya yang berwarna kuning kecoklatan sehingga dapat meninggalkan noda coklat pada pakaian. Untuk mengetahui tingkat kejernihan air dapat dilakukan pengujian terhadap tingkat kekeruhan. Semakin keruh air sumur yang kita gunakan maka semakin banyak zat-zat terlarut yang terdapat pada air tersebut. Salah satu zat yang dapat menyebabkan kekeruhan pada air adalah adanya kandungan besi (Fe) pada air. Noda coklat yang muncul dipakaian salah satu penyebabnya karena adanya kandungan zat kimia didalam air seperti besi (Fe). Keberadaan besi Fe dalam air yang dikonsumsi maupun yang dipakai oleh masyarakat untuk keperluan mencuci merupakan salah satu permasalahan yang terkait dengan kualitas kimia dari air minum. Derajat keasaaman (pH) juga merupakan salah satu bagian dari kualitaa kimia yang dapat menurunkan kualitas air. pH air netrral adalah berkisar antara 6,8-7,0 jika pH air berada dibawah pH 7 maka air berada dalam keadaan asam. Air yang memiliki derajat keasaman yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan terhadap wadah penampungan air, pipa, bahkan dapat merusak pakaian jika digunakan untuk mencuci pakaian. 2.2 Parameter Uji Kualitas Air 2.2.1 Suhu Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama apabila temperatur sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah ±3ºC suhu udara disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis dari
sumbersumber air akan mempengaruhi temperatur air. Disamping itu, temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas. 2.2.2 Derajat Keasaman (pH) pH menyatakan intensitas keasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. pH standar untuk air bersih sebesar 6,5 – 8,5. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, jika dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Surnart, 2015). 2.2.3 Salinitas Salinitas adalah tingkat kadar garam atau keasinan terlarut dalam air. Salinitas dapat mengacu kandungan garam di dalam tanah. Kandungan garam pada air tawar kurang dari 0,55 ppt (partperthousand) sedangkan air laut merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5ppt (Asseggaf 2017). 2.2.4 Oksigen Terlarut (DO) DO (Dissolved oxygen) DO adalah kadar oksigen terlarut dalam air. Penurunan DO dapat diakibatkan oleh pencemaran air yang mengandung bahan organik sehingga menyebabkan organisme air terganggu. Semakin kecil nilai DO dalam air, tingkat pencemarannya semakin tinggi. DO penting dan berkaitan dengan sistem saluran pembuangan maupun pengolahan limbah. 2.2.5 Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) Pengukuran BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau Rata-rata industri, dan untuk mendesain sistem-sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Semakin banyak Kandungan BOD maka, jumlah bakteri semakin besar. Tingginya kadar BOD dalam air menunjukkan
kandungan zat lain juga kadarnya besar secara otomatis air tersebut di kategorikan tercemar. 2.2.6 Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimiawi. 2.2.7 Daya hantar listrik (HDL) Pengukuran daya hantar listrik bertujuan untuk mengukur kemampuan ion-ion air untuk menghantar listrik serta memperediksi kandungan mineral dalam air. 2.2.8 Zat Padat Terlarut (TDS) dan Residu Tersuspensi (TSS) Muatan padatan terlarut adalah seluruh kandungan partikel baik berupa bahan organik maupun anorganik yang telarut dalam air. Bahanbahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan kekeruhan selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya akan berpengaruh terhadap proses fotosíntesis di perairan. Perbedaan pokok
antara
kedua
kelompok
zat
ini
ditentukan
melalui
ukuran/diameter partikel-partikelnya. 2.2.9 Logam (Besi (Fe) dan Mangan (Mn)) Kandungan besi dan mangan dalam air berasal dari tanah yang memang mengandung banyak kandungan mineral dan logam yang larut dalam air tanah. Besi larut dalam air dalam bentuk fero-oksida. Kedua jenis logam ini, pada konsentrasi tinggi menyebabkan bercak noda kuning kecoklatan untuk besi atau kehitaman untuk mangan, yang mengganggu secara estetika. Kandungan kedua logam ini meninggalkan endapan coklat dan hitam pada bak mandi, atau alat-alat rumah tangga. 2.2.10 Kecerahan Kecerahan air menentukan sejahu mana cahaya matahari yang di teruskan kedalam air yang di nyatakan dalam % dari beberapa panjang gelombang di daerah spectrum yang terlihat cahaya melalu lapisan 1 meter jauh agak lurus lapisan 1 meter.
2.2.11 Kekeruhan Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa
yang
berlumpur
dan
kotor.
Bahan-bahan
yang
menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Tatangindatu, 2013).
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Praktikum
Kimia Lingkunan mengenai pengujian kualitas air yang
dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2018 pada pukul 07.00 WIT sampai dengan selesai bertempat di sekitar PLTU Kelurahan Rum Kecamatan Tidore dengan 10 spot pengambilan air yang terbagi atas 6 spot air laut dan 4 spot air sumur. Adapun sampel air yang diambil kemudian diuji di di laboratorium Lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Khairun Ternate. Praktikum dilakukan dengan metode perposive sampling dengan analisis yang dilakukan menggunakan dua cara, yakni analisis secara insitu dan eksitu.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan pada praktkum ini adalah Bahan yang digukan pada praktikum ini adalah: a. Air laut b. Air sumur
3.3 Prosedur Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Kegiatan Air Sumur Spot III 4.1.1 Peta Air Sumur Spot III
4.1.2 Hasil Air Sumur Spot III Waktu
S P O T
III
13.05 WIT
Ph
7,94
DO
2,97
HDL
579
Salinitas
1,3293
Turbidity
0,6
Suhu
29,51
BOD
-
TSS
10
4.2 Pembahasan 4.2.1 Derajat Keasaman (pH) Derajat keasaman (pH) air yang lebih kecil dari 6,5 atau pH asam meningkatkan korosifitas pada benda-benda logam, menimbulkan rasa tidak enak dan dapat menyebabkan beberapa bahan kimia menjadi
racun yang mengganggu kesehatan (Sutrisno, 2006 dalam Hasrianti, 2016). Menurut Kusnaedi (2010) dalam Hasrianti (2016), persyaratan fisik air yaitu tidak berwarna, termperatur normal, rasanya tawar, tidak berbau, jernih atau tidak keruh serta tidak mengandung zat padatan. Penggunaan sumur disuatu daerah yang dekat dengan kegiatan industri dapat menyebabkan pencemaran pada air sumur tersebut. Berdasarkan pengukuran area PLTU Kelurahan Rum Kecamatan Tidore dihasilkan nilai pH yaitu 7,94, maka termasuk dalam kategori normal. Dengan kata lain adanya aktivitas industri PLTU tidak berpengaruh pada pH dari air sumur tersebut.
4.2.2 Oksigen Terlarut (DO) Berdasarkan kandungan (oksigen terlarut), maka pengelompokan kualitas perairan air laut dapat dibagi menjadi empat macam yaitu tidak tercemar (> 6,5 mgr/l ), tercemar ringan (4,5 – 6,5 mgr/l), tercemar sedang (2,0 – 4,4 mgr/l) dan tercemar berat (< 2,0 mgr/l). Berdasarkan pengukuran area PLTU Kelurahan Rum Kecamatan Tidore dihasilkan nilai DO yakni 2,97. Dilihat dari hasil tersebut maka DO tergolong ke dalam tercemar sedang. Limbah industri PLTU yang dibuang di laut dan ada pula ke selokan permukiman secara sembarangan. Akibat dari hal pembuangan limbah industri ke laut bahkan ke selokan permukiman warga yang kemudian menyerap ke dalam tanah dan menimbulkan perubahan kondisi yang dipengaruhi oleh fluktuasi oksigen dan jenis organisme yang hidup di lokasi tersebut. Suhu air juga mempengaruhi konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air. Tekanan udara dapat pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air. Tekanan udara dapat pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air karena tekanan udara mempengaruhi kecepatan difusi oksigen dari udara ke dalam air. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut diperairan
alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turblensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Jika dilihat dari kegiatan industri PLTU batu bara di kelurahan Rum tersebut
juga
dapat
mengakibatkan
suhu
yang
tinggi,
yang
mengakibatlkan tekanan udaranya lebih besar sehingga mempengaruhi nilai DO. 4.2.3 Daya Hantar Listrik (HDL) Pengukuran daya hantar listrik bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air untuk menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air. Pengukuran yang dilakukan berdasarkan kemampuan kation dan anion untuk menghantarkan arus listrik yang dialirkan dalam sampel air yang dapat dijadikan indikator, semakin besar
nilai
daya
hantar
listrik
yang
ditunjukkan
pada konduktivitimeter berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang terdapat dalam sampel air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak mineral yang terkandung dalam air. Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm. Dalam analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling (aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500 µmhos/cm. Pengukuran HDL yang dihasilkan pada spot sumur III yaitu 579 µmhos/cm. Nilai HDL pada spot sumur III ini sesuai dengan rentang nilai HDL yang ditetapkan yaitu 20-1500 µmhos/cm, termasuk normal.
4.2.4 Salinitas Salinitas atau biasa disebut kadar garam atau keragaman ialah jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan permil atau g/L. Nilai salinitas
air untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt (Salinitas air Tawar), perairan payau biasanya berkisar antara 6–29 ppt (Salinitas air Payau), dan perairan laut berkisar antara 30–35 ppt. Hasil pengukuran salinitas air sumur di spot III ini yaitu 1,3293. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa air sumur di spot III memiliki nilai salinitas yang normal karena masih berada di kisaran antara 0-5 ppt untuk tetapan nilai slinitas air tawar.
4.2.5 Turbidity Hasil analisis parameter untuk rasa, bau, TDT dan kekeruhan pada sumur di spot III memperlihatkan nilai air yang masih layak menurut Standar Baku Mutu Kualitas Air Bersih Permenkes Nomor. 416 tahun 1990. Kekeruhan
air
umumnya
dipengaruhi
oleh
nilai
padatan
tersuspensi, semakin tinggi kandungan padatan tersuspensi semakin tinggi pula kekeruhan dan semakin rendah tingkat kecerahan perairan. Batas maksimal yang diperbolehkan oleh US EPA yaitu 0,5-1 NTU. Dalam batas tersebut, air dapat digunakan sebagai air minum. Hasil pengukuran kekeruhan pada spot air sumur III ini yaitu 0,6 NTU, hasil ini menunjukkan bahwa nilai kekeruhan dari air sumur ini baik karena padatan yang larut pada air sumur ini termasuk sedikit dan masih di bawah baku yang ditetapkan untuk air bersih (Siburian, dkk, 2017).
4.2.6 Suhu Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang sering disebut proses metabolisme. Suhu merupakan indikator yang penting untuk menentukan efek selanjutnya terhadap nilai parameter air lainnya, seperti mempercepat terjadinya reaksi kimia, reduksi kelarutan gas-gas dalam air atau dapat memperbesar bau atau rasa. Suhu alami untuk perairan tropis yang
layak untuk kehidupan organisme berkisar antara 23-320C. Hasil pengukuran suhu di spot sumur III yaitu 29,51 oC. Hal ini menunjukan suhu air di lokasi pengamatan tergolong baik dan berada di dalam kisaran suhu air normal yang umumnya terdapat di wilayah perairan (Siburian, dkk, 2017).
4.2.7 TSS TSS atau padatan tersuspensi total adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimum 2 µm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Kadar TSS yang diperbolehkan adalah 500 mg/L (standar PERMENKES dan SNI). TSS merupakan jumlah zat terlarut baik senyawa organik maupun non-organik. Berdasarkan data TSS di atas yaitu 10 mg/L pada sampel ais sumur spot III maka termasuk kategori yang asih normal dan layak untuk di konsumsi.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengukuran area PLTU Kelurahan Rum Kecamatan Tidore dihasilkan nilai pH yaitu 7,94, maka termasuk dalam kategori normal. Dengan kata lain adanya aktivitas industri PLTU tidak berpengaruh pada pH dari air sumur tersebut. Nilai DO yakni 2,97, maka DO tergolong ke dalam tercemar sedang. Limbah industri PLTU yang dibuang di laut dan ada pula ke selokan permukiman secara sembarangan. Akibat dari hal pembuangan limbah industri ke laut bahkan ke selokan permukiman warga yang kemudian menyerap ke dalam tanah dan menimbulkan perubahan kondisi yang dipengaruhi oleh fluktuasi oksigen dan jenis organisme yang hidup di lokasi tersebut. Pengukuran HDL yang dihasilkan pada spot sumur III yaitu 579 µmhos/cm. Nilai HDL pada spot sumur III ini sesuai dengan rentang nilai HDL yang ditetapkan yaitu 20-1500 µmhos/cm, termasuk normal. Hasil pengukuran salinitas air sumur di spot III ini yaitu 1,3293. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa air sumur di spot III memiliki nilai salinitas yang normal karena masih berada di kisaran antara 0-5 ppt untuk tetapan nilai slinitas air tawar. Batas maksimal yang diperbolehkan oleh US EPA yaitu 0,5-1 NTU dalam turbidity atau kekeruhan air. Dalam batas tersebut, air dapat digunakan sebagai air minum. Hasil pengukuran kekeruhan pada spot air sumur III ini yaitu 0,6 NTU, hasil ini menunjukkan bahwa nilai kekeruhan dari air sumur ini baik karena padatan yang larut pada air sumur ini termasuk sedikit dan masih di bawah baku yang ditetapkan untuk air bersih. Suhu alami untuk perairan tropis yang layak untuk kehidupan organisme berkisar antara 23-320C. Hasil pengukuran suhu di spot sumur III
yaitu 29,51 oC. Hal ini menunjukan suhu air di lokasi pengamatan tergolong baik dan berada di dalam kisaran suhu air normal yang umumnya terdapat di wilayah perairan. Berdasarkan data TSS di atas yaitu 10 mg/L pada sampel ais sumur spot III maka termasuk kategori yang asih normal dan layak untuk di konsumsi. 5.2 Saran Berdasarkan data kegiatan dari hasil kegiatan pengukuran parameter air umur spot III di area PLTU Kelurahan Rum Kecamatan Tidore di atas, termasuk kategori yang cukup baik karena jarak spot yang cukup jauh dari aktivitas PLTU. Namun tetap harus diwaspadai agar aktivitas PLTU tidak mencemari pemukiman sumber air bersih di pemukiman warga.
DAFTAR PUSTAKA Arafah, feni dkk. 2015. analisis parameter kualitas air laut di perairan kabupaten sumenep untuk pembuatan peta sebaran potensi ikan pelagis. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW). ISSN 2301-6752. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Asseggaf, abdurahman dkk. 2017. Salinitas air tanah akifer tertekan kedalaman 0-20 M daerah kali deres-cengkarengjakarta barat. jurnal riset geologi dan pertambangan. vol 17. No 1. Chapman. D. 2000. Water quality assesment- A guide to use of biota, sediments and water in environmental monitoring-second edition. Cambridge University Press : Inggris. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisisus. Yogyakarta. Hasriani & Nurasia. 2014. Analisis warna, suhu ,PH dan salinitas air sumur bor dikota palopo. Jurnal prosiding seminar nasional.vol 02. No 1. Hasrianti, dan Nurasia. 2016. Analisis Warna, Suhu, pH dan Salinitas Air Sumur Bor di Kota Palopo. Prosiding Seminar Nasional ISSN 2443-1109 Vol. 02, No. 1 Kusnaedi. 2010. Mengelolah Air Kotor untuk Air Minum. Penebar Swadaya: Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Sasongko, endra budi dkk. 2014. kajian kualitas air dan penggunaansumur gali oleh masyarakatdisekitar sungai kaliyasa kabupaten cilacap. Jurnal ilmu lingkungan. Vol 12. No 2.
Siburian, R, dkk. 2017. Analisis Kualitas Perairan Laut Terhadap Aktivitas di Lingkungan Pelabuhan Waingapu-Alor Sumba Timur. p-ISSN: 0852-2715 | e-ISSN: 2502-7220, Vol. 23, No. 1. Surnart ,N riri. . 2015. Uji kualitas air sumur dengan menggunakan metode MPN (most probable numbers).jurnal bioilmi. Vol 1. No 1. Suriawiria, U. 2005. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Penerbit PT. Alumni: Bandung. Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. ANDI. Yogyakarta. Tatangindatu, Frits dkk. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa. Jurnal Budidaya Perairan. Vol. 1 No. 2 : 8-19.