LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UPTD PUSKESMAS BAITURRAHMAN PERIODE 11 FEBRUARI – 22 FEBRUARI 2019 Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menjalani Kepaniteraan Klinik di SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Disusun oleh :
Siti Maghfirah Hafiz 1607101030126
Pembimbing:
dr. Suraiya dr. Laura Machnum dr. Mafizarni., M.Kes
SMF/BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2019
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UPTD PUSKESMAS BAITURRAHMAN PERIODE 11 FEBRUARI – 22 FEBRUARI 2019 Disusun Oleh:
Siti Maghfirah Hafiz Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian Family Medicine Fakultas Kedokteran Unsyiah di UPTD Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh
Disahkan Oleh : Banda Aceh, Februari 2019
Pembimbing I
Pembimbing II
dr. Laura Machnum NIP. 19801221 200904 2 004
dr. Mafizarni., M.Kes NIP. 19691112 200112 2 003
Mengetahui Kepala UPTD Puskesmas Baiturrahman
dr. Suraiya NIP. 19681021 200212 2 001
Kepala Bagian Family Medicine
Rina Suryani Oktari, S.Kep., M.Si NIP. 19831012 201404 2 001 KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Unsyiah di UPTD Puskesmas Baiturrahman periode 11 Februari hingga 22 Februari 2019. Shalawat dan salam kami hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah juga kepada sahabat dan keluarga beliau. Penyusunan laporan ini berdasarkan data-data yang ada, bimbingan dan hasil pengamatan yang dilakukan di UPTD Puskesmas Baiturrahman selama mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Unsyiah. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Kepala UPTD Puskesmas Baiturrahman, dr. Suraiya dan seluruh staf yang telah banyak membimbing dan membantu kami mulai dari pelaksanaan tugas hingga pembuatan laporan ini, juga kepada teman sejawat dokter muda yang telah turut memberikan kontribusinya berupa ide, semangat dan dukungan moral, tidak lupa pula kepada semua pihak yang telah membantu sehingga semua tugas dapat dilaksanakan dengan baik. Kami menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dan perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Banda Aceh,
Penulis
Februari 2019
LAMPIRAN I PENYULUHAN KESEHATAN
LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI UNIT PELAYANAN TERPADU PUSKESMAS BAITURRAHMAN BANDA ACEH
I.
PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk terutama Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.(1) Sampai saat ini demam berdarah masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya mobilitas serta kepadatan penduduk, jumlah penderita, dan luas daerah penyebarannya yang semakin bertambah.(2) Kasus DBD yang terjadi di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 68.407 kasus sedangkan tahun 2016 terdapat sebanyak 204.171 kasus. Hal ini menunjukkan adanya penurunan jumlah kasus yang signifikan. Provinsi dengan jumlah kasus DBD tertinggi di Indonesia terdapat di Pulau Jawa.(3) Berdasarkan Profil kesehatan Provinsi Aceh, pada tahun 2014 salah satu Kabupaten atau Kota di provinsi Aceh yang endemis DBD adalah Kota Banda Aceh. Pada tahun 2014 dilaporkan terdapat sebanyak 2.211 kasus, serta angka kesakitan sebesar 45 per 100.000 penduduk.(4) Faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit demam berdarah dengue antara lain faktor host, lingkungan, serta faktor virusnya sendiri. Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang berkaitan dengan terjadinya infeksi virus ini. Lingkungan pemukiman sangat besar peranannya dalam penyebaran penyakit DBD ini.(5) Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit salah satunya disebabkan oleh karena kurangnya perilaku terhadap pemberantasan nyamuk dan terdapatnya vektor hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya ke empat serotipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.(6) Demam Berdarah Dengue ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu demam tinggi, perdarahan terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran darah. Demam timbul secara mendadak disertai gejala klinis yang tidak
spesifik seperti anoreksi, lemah, nyeri punggung, tulang, sendi dan nyeri kepala. Demam sebagai gejala utama terdapat pada semua penderita. Lama demam sebelum dirawat antara 2-7 hari.(7) Penanganan yang dapat dilakukan yaitu bersifat simptomatis dan suportif, dengan cara mengatasai kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Simptomatik dengan cara memperbaiki keadaan pasien, jika demam diberikan antipiretik ditambah dengan pemberian cairan yang banyak. Supportif dengan cara pemberian cairan baik secara oral atau secara intravena.(8) Keberhasilan penanganan DBD ini terletak pada bagaimana cara mendeteksi secara dini fase kritis. Fase kritis terjadi yaitu disaat suhu tubuh turun yang merupakan fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi. Pada pasien DBD dapat terjadi peningkatan nilai hematokrit, jika nilai hematokrit meningkat lebih dari 20% mencerminkan perembesan plasma dan merupakan indikasi untuk pemberian cairan. (9) Demam Berdarah Dengue ini dapat dicegah dan dikendalikan. Saat ini, cara yang dianggap efektif dalam pencegahan dan pemberantasan DBD adalah dengan memberantas sarang nyamuk. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M Plus memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, sejak Juni 2015 Kemenkes juga sudah mengenalkan program 1 rumah 1 Jumantik (juru pemantau jentik) untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat DBD. (10) Program-program diatas merupakan beberapa upaya preventif untuk mencegah DBD. DBD masih sulit diberantas karena belum ada vaksin untuk pencegahan dan penatalaksanaannya hanya bersifat suportif.
(11)
Oleh sebab itu
penulis tertarik untuk melakukan penyuluhan kesehatan terkait masalah Penanganan pada Demam Berdarah Dengue ini.
II.
NAMA KEGIATAN Penyuluhan kesehatan tentang Penanganan pada Demam Berdarah Dengue
III. TUJUAN KEGIATAN 1. Sebagai tindakan promotif dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang upaya penanganan awal demam berdarah dengue. 2. Sebagai wahana mempererat tali silaturrahmi antara mahasiswa kedokteran dengan masyarakat wilayah kerja UPT Puskesmas Baiturrahman. 3. Sebagai satu wadah bagi dokter muda untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama pendidikan profesi dokter kepada masyarakat. IV. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan pada tanggal:
V.
Hari/Tanggal
: Kamis, 14 Februari 2019
Waktu
: 09.00 wib s/d selesai
Tempat
: UPT Puskesmas Baiturrahman
Topik
: Penyuluhan Penanganan Demam Berdarah Dengue
PESERTA KEGIATAN Kegiatan diikuti oleh masyarakat yang berobat di UPT Puskesmas
Baiturrahman VI. METODE PENYULUHAN Adapun metode penyuluhan yang dilakukan yaitu dengan cara komunikasi langsung kepada masyarakat dengan materi penyuluhan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan memberikan kesempatan interaksi tanya jawab sesudah materi penyuluhan selesai disampaikan. Metode kegiatan penyuluhan dibagi dalam 3 tahap, yaitu: 1.
Tahap pengenalan dan penggalian pengetahuan peserta. Setelah memberi salam dan perkenalan, pemateri terlebih dahulu
menyampaikan maksud dan tujuan diberikannya penyuluhan sebelum materi disampaikan. 2.
Penyampaian materi Materi disampaikan dengan menggunakan alat bantu penyajian berupa
leaflet. Dan disela materi diberikan, pemateri memberikan kesempatan bertanya jika ada materi yang tidak dimengerti oleh peserta.
3.
Penutup Setelah penyampaian materi, pemateri memberikan kesempatan peserta
untuk bertanya. VII. MATERI PENYULUHAN 1. Definisi Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu infeksi virus yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue sendiri berasal dari Arbovirus yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride. Infeksi virus dengue ini memiliki manifestasi klinis yang ditandai dengan demam bersifat bifasik. Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari disertai gejala perdarahan dengan atau tanpa syok, disertai pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan trombositopenia (trombosit <100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau lebih dari nilai normal.(12) 2. Etiologi Demam Berdarah Dengue Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, virus ini termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi dari salah satu serotipe mengakibatkan terbentuknya antibodi terhadap virus yang bersangkutan, sedangkan untuk serotipe lain antibodi yang terbentuk sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe yang berbeda selama hidupnya. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.(13) 3. Tanda dan Gejala Demam Berdarah Dengue Demam akut 2-7 hari bersifat bifasik dengan tanda-tanda non-spesifik dan gejala seperti nyeri kepala, malaise, mual-muntah, terkadang muncul ruam, nyeri retro-orbital, mialgia dan arthralgia. Manifestasi perdarahan yang umum terjadi pada DBD adalah petekie dan perdarahan lainnya seperti epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hipermenorea, hemoglobinuria yang membantu mengidentifikasi sejak dini pasien-pasien yang dicurigai menderita demam berdarah(7).
Menurut World Health Organization 2011, pasien diduga demam berdarah dengue jika demam tinggi disertai dua tanda atau gejala berikut(12): • Sakit kepala • Nyeri retro-orbital • Mialgia • Arthralgia / nyeri tulang • Ruam • Manifestasi pendarahan: petekie, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, atau uji tourniquet positif. • Leukopenia (≤ 5.000 sel/mm3) • Jumlah trombosit ≤ 150.000 sel/mm3 • Hematokrit meningkat 5-10%. 4. Diagnosis Demam Berdarah Dengue a. Anamnesis Demam berdarah dengue ditandai dengan demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan sering pula terjadi gangguan sirkulasi serta syok. Trombositopenia sedang hingga berat bersamaan dengan hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit merupakan temuan laboratorium yang sering dan khas. Perubahan patofisiologi utama yang menentukan keparahan DBD dan membedakannya dari demam dengue dan demam akibat virus lainnya adalah adanya gangguan hemoestasis dan kebocoran plasma(11,7). Perjalanan klinis DBD diawali dengan kenaikan suhu yang mendadak disertai kemerahan pada wajah serta gejala lain yang khas pada demam dengue, seperti anoreksia, muntah, sakit kepala, nyeri otot dan nyeri sendi. Beberapa pasien DBD mengeluh sakit tenggorokan yang sejalan dengan ditemukannya injeksi pada faring saat pemeriksaan. Rasa tidak nyaman di epigastrium, nyeri pada area sub-kosta kanan, nyeri pada seluruh area abdomen. Suhu biasanya tinggi dan berlanjut selama 2-7 hari sebelum kembali ke suhu normal atau di bawah normal. Kadang-kadang suhu bisa mencapai 40°C dan kejang demam dapat pula terjadi. Pola demam bifasik dapat diamati(11,12,7).
Gambar 2.1 Fase Demam Dengue dan Potensi Komplikasi(15). Pada kasus DBD sedang hingga berat, kondisi pasien akan semakin memburuk beberapa hari setelah munculnnya demam. Ada beberapa warning sign seperti muntah persisten, nyeri abdomen, anoreksia, letargi atau gelisah atau mudah marah, hipotensi postural dan oliguria. Saat mendekati akhir dari fase demam, begitu demam hilang, beberapa saat setelah suhu tubuh turun, atau biasanya antara hari ketiga hingga ketujuh setelah onset demam akan muncul tanda-tanda kegagalan sirkulasi. Kulit menjadi dingin, sianosis kulit sekitar mulut, nadi cepat dan lemah, perubahan kesadaran dimana pasien terlihat letargi dan gelisah, hal ini dapat berpindah secara cepat kepada kondisi syok. Nyeri abdomen akut adalah keluhan yang paling sering sesaat sebelum pasien syok(11). b. Pemeriksaan Fisik Uji tourniquet positif (≥10 petekie per inci persegi), merupakan fenomena perdarahan yang paling sering dan dapat dijumpai pada awal fase demam. Mudah memar dan pendarahan di titik pungsi vena sering dijumpai pada banyak kasus. Petekie halus tersebar di ekstremitas, aksila, wajah serta palatum lunak dapat dilihat selama fase awal demam. Ruam petekie konfluen ukuran kecil, bulat dapat terlihat di area kulit yang normal pada fase pemulihan. Epistaksis dan perdarahan gusi tidak begitu sering dijumpai. Perdarahan gastrointestinal ringan kadang-
kadang dapat dijumpai, namun, hal ini bisa menjadi semakin berat jika pasien sebelumnya menderita ulkus peptikum. Hematuria jarang terjadi(11,12,7). Fase kritis DBD, yaitu periode kebocoran plasma, dimulai saat transisi dari fase febris ke fase afebris. Bukti kebocoran plasma, efusi pleura dan ascites dapat ditemui, namun sering tidak terdeteksi dengan pemeriksaan fisik terutama pada fase awal kebocoran plasma atau jika kasusnya ringan. Kebocoran plasma akan semakin terdeteksi sejalan dengan progresivitas penyakit atau setelah terapi cairan. Bahaya yang paling signifikan dari kebocoran plasma adalah syok hipovolemik.(11) Ciri dari syok adalah jarak tekanan darah yang sempit yakni <20 mmHg dengan peningkatan TD diastolik misalnya 100/90mmHg, atau hipotensi. Tandatanda berkurangnya perfusi jaringan : waktu pengisian kapiler yang memanjang (> 3 detik), kulit dingin dan basah serta gelisah. Pasien syok memiliki resiko dekat dengan kematian jika tidak ada penanganan yang cepat dan tepat. Selanjutnya pasien bisa jatuh pada kondisi syok yang sebenarnya dimana tekanan darah dan atau pols tidak dapat diperiksa (DBD derajat IV). Yang paling penting diketahui adalah pasien DBD dapat tetap sadar hingga di ujung mendekati derajat akhir (derajat IV)(11). c. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru(7). Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, lgM maupun lgG.-lebih banyak.(7) Parameter Laboratorium yang dapat diperiksa antara lain(7): 1. Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (>45 % dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan
meningkat. Pada kasus DHF ditemukan jumlah bervariasi mulai dari lekositosis ringan sampai lekopenia ringan. 2. Pemeriksaan Limfosit Plasma Biru (LPB) Pada pemeriksaan darah hapus ditemukan limfosit atipik atau limfosit plasma biru 4 % dengan berbagai macam bentuk : monositoid, plasmositoid dan blastoid. 3. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8. Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali pada saat pasien didiagnosa sebagai pasien DHF, Pemeriksaan trombosit perlu di lakukan pengulangan sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebut normal atau menurun. Penurunan jumlah trombosit < 100.000 /µl atau kurang dari 1-2 trombosit/ lapang pandang dengan rata-rata pemeriksaan 10 lapang pandang pada pemeriksaan hapusan darah tepi. 4. Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
Peningkatan
nilai
hematokrit
menggambarkan
terjadinya
hemokonsentrasi, yang merupakan indikator terjadinya perembesan plasma. Nilai peningkatan ini lebih dari 20%. Pemeriksaan kadar hematokrit dapat dilakukan dengan metode makro dan mikro. 5. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah. 6. Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. 7. SGOT/SGPT dapat meningkat. 8. Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal. 9. Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan. 10. Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi): bila akan diberikan transfusi darah atau komponen darah. 11. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan lgM dan lgG terhadap dengue. IgM: terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hari. lgG: pada infeksi primer, lgG mulai terdeteksi pada hari ke14, pada infeksi sekunder lgG mulai terdeteksi hari ke-2.
12. Uji HI: dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans. 13. NS 1 : antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai hari ke delapan. Sensitivitas antigen NS1 berkisar 63% - 93,4% dengan spesifisitas 100% sama tingginya dengan spesifisitas gold standard kultur virus. Hasil negatif antigen NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue. d. Pemeriksaan Radiologis Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG(11,7). 5. Penanganan Awal Demam Berdarah Dengue Pada pasien DBD dapat terjadi peningkatan nilai hematokrit, jika nilai hematokrit meningkat lebih dari 20% mencerminkan perembesan plasma dan merupakan indikasi untuk pemberian cairan. Tujuan pemberian cairan oral adalah untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah, atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu diberikan(7). Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung dari umur dan berat badan serta derajat kehilangan plasma. Jumlah cairan rumatan diperhitungkan 24 jam(7). Tabel 2.1 Kebutuhan Cairan Rumatan Berat Badan (kg) Jumlah Cairan (ml) 10 100 per kg BB 10-20 1000 + 50 x kg (diatas 10 kg) >20 1500 + 20 x kg (diatas 20 kg) Jenis cairan yang direkomendasikan pada pasien DBD sebagai cairan rumatan adalah(7): a. Kristaloid 1. Larutan ringer laktat (RL) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL).
2. Larutan asetat (RA) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RA). 3. Larutan NaCl 0,9% (faali/GF) atau dekstrosa 5% dalam larutan garam faali (D5/GF) 6. Pencegahan Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi virus dengue ini, diantaranya yaitu(5): 1. Host, yaitu kondisi imunitas tubuh pasien, pencegahan dengan menggunakan baju lengan panjang ataupun menggunakan obat anti nyamuk, dan dapat menjaga nutrisi pasien dengan baik. 2. Vektor, dengan menggunakan obat pembasmi nyamuk, menghilangkan tempat perkembangbiakan vektor, menggunakan obat abate untuk mencegah perkembangbiakan telur vektor pada air, serta menyadari bahwa vektor dapat bertransportasi dari satu tempat ke tempat lain dengan kemampuan terbang kurang lebih 100 meter. 3. Lingkungan, dengan cara 3 M yaitu (menutup, mengubur dan menguras), menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan di dalam rumah, kurangi menggantung baju serta membersihkan sampah secara rutin yang dapat membuat genangan air yang bertahan lama. VIII. TANYA JAWAB DENGAN PESERTA 1. Apa itu trombosit? Trombosit adalah sel darah yang penting dalam pembekuan darah normal. Apabila trombosit seseorang rendah maka faktor risiko terjadinya perdarahan semakin meningkat. 2. Apa saja gejala pada fase kritis yang harus diketahui? Suhu tubuh menurun, terjadi perdarahan aktif (mimisan, gusi berdarah, muntah darah, BAB berdarah atau perdarahan dari saluran cerna lainnya). Bisa sampai perubahan tingkat kesadaran dan terjadi IX.
PENUTUP Target penyuluhan kesehatan ini adalah masyarakat yang berobat ke UPT
Puskesmas Baiturrahman. Adapun tujuan dari penyuluhan kesehatan ini yaitu
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penanganan pada demam berdarah dengue dan menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya serta tatacara pencegahan. Penyuluhan ini juga bertujuan untuk menurunkan angka kejadian dan angka kematian demam berdarah dengue. X.
DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. 2015. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Fact Sheets World Health Organization. 2015 2. Pusat Data dan Infromasi Kementerian Kesehatan RI, 2016. Situasi DBD di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2016. 3. Pusat Data dan Infromasi Kementerian Kesehatan RI, 2018. Situasi Penyakit Demam Berdsarah Dengue di Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2018. 4. Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2016. Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2015. Banda Aceh: Dinkes Provinsi Aceh. 2016 5. Maria I, Ishak H, Selomo M. Faktor Risiko Kejadiam Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Makassar Tahun 2013. Artikel Kesehatan Lingkungan Universitas, UNHAS, Makassar. 2013 6. Lim H, Lindarto D, Zein U. Prinsip Farmakologi-Endokrin-Infeksi; Pengobatan Berbasis Patobiologi. Edisi pertama. PT.Sofmedia. 2014. p175-2018. 7. Setiawati S, Alwi I, Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi keenam. Jakarta: Interna Publishing. 2014. 8. Karyanti MR, Diagnosis dan Tatalaksana Terkini DBD. Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSUPN Cipto Mangunkusumo, FKUI. 2011 9. Khie Chen., Herdiman, T., Pohan., Robert. Diagnosis dan terapi cairan pada demam berdarah dengue. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. RS Dr. Cipto Mangunkusumo. 2009;22(1): 5 – 6 10. Yulidar, Status Angka Bebas Jentik Kota Banda Aceh Sebagai Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Tahun 2014. Jurnal Biotik, Vol. 5, No. 1, 2017(4). p.78-82.
11. World Health Organization. Dengue; Guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control. New Edition. 2009. 12. World Health Organization. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever: Revised and expanded edition. Regional Office for South East Asia. SEARO Technical Publication Series No.60. India. 2011. 13. Kalayanarooh S. Clinical Manifestations and Management of Dengue/DHF/DSS. Tropical Medicine and Health Supplement. 2011;39(4) p.83-87 XI. DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUHAN
Disahkan Oleh : Banda Aceh, Februari 2019
Pembimbing I
Pembimbing II
dr. Laura Machnum NIP. 19801221 200904 2 004
dr. Mafizarni., M.Kes NIP. 19691112 200112 2 003
Mengetahui Kepala UPTD Puskesmas Baiturrahman
dr. Suraiya NIP. 19681021 200212 2 001
Leaflet Penyuluhan Demam Berdarah Dengue