Laporan Kegiatan F1 Bheta.docx

  • Uploaded by: Bheta Silfana Convivencia
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kegiatan F1 Bheta.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,843
  • Pages: 26
LAPORAN KEGIATAN F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

ANEMIA PADA IBU HAMIL

Disusun Oleh: dr. Bheta Silfana Ulul Azmi

Puskesmas Cebongan Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga Periode April 2017-Juli 2017

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) Laporan F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Topik: Anemia Pada Ibu Hamil

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Kota Salatiga

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal

Mei 2017

Mengetahui, Dokter Internship,

dr. Bheta Silfana Ulul Azmi

Dokter Pendamping

dr. Galuh Ajeng Hendrasti NIP. 19821014 201001 2 017

1

A. Latar Belakang Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai hemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester dua (Centers for Disease Control, 1998). Perbedaan nilai batas diatas dihubungkan dengan kejadian hemodilusi. 1 Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi. 2 Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Sekitar 75 % anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi

yang

memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi. 2 Badan Kesehatan Dunia (1992) dalam Abel (1998) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75 % serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 63,5%. Lautan (2001) dalam Riswan (2003) melaporkan dari 31 orang wanita hamil pada trimester II didapati 23 (74 %) menderita anemia. Di Malaysia Rosline dkk (2001) melaporkan dari 52 orang wanita hamil yang menderita iron deficiency erythropoesis adalah 7 (13,5 %) dan 11 (61,1 %) 2

mengalami anemia defisiensi besi. Riswan (2003) melaporkan dari 60 wanita hamil, yang terdiri dari 20 orang trimester I, 20 orang trimester II, dan 20 orang trimester III, bila diambil batasan kadar Hb < 11 gr/dl adalah anemia pada wanita hamil, maka didapatkan 32 orang (53,3 %) mengalami anemia dengan distribusi 4 orang (20 %) pada trimester I, 14 orang (70 %) pada trimester II, dan 14 orang (70 %) pada trimester III. Perbedaan ini terjadi sesuai dengan proses perkembangan dan pertumbuhan masa janin yang ditandai dengan pertumbuhan tubuh yang cepat dan penyempurnaan susunan organ tubuh. Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Sedangkan pada awal trimester kedua pertumbuhan janin sangat cepat dan janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban sehingga lebih banyak kebutuhan oksigen yang diperlukan.2 Akibatnya kebutuhan zat besi semakin meningkat untuk mengimbangi peningkatan produksi eritrosit dan rentan untuk terjadinya anemia, terutama anemia defisiensi besi. Anemia pada kehamilan dapat berakibat buruk baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya. Menurut World Health Organization (WHO) 40 % kematian ibu-ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan. Menurut Hidayat (1994) dalam Riswan (2003) disamping pengaruhnya kepada kematian, anemia pada saat hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah dan peningkatan kematian perinatal. Merchan dan

3

Agarwal (1991) dalam Riswan (2003) melaporkan bahwa hasil persalinan pada wanita hamil yang menderita anemia defisiensi besi adalah 12-28 % angka kematian janin, 30 % kematian perinatal, dan 7-10 % angka kematian neonatal.

B. Permasalahan Anemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah. Menurut WHO, anemia didefinisikan sebagai Hb (hemoglobin) kurang 13 g/dl untuk laki-laki dan kurang 12 g/dl untuk wanita. Definisi sangat tergantung pada usia dan jenis kelamin. Definisi yang paling sering dipakai adalah definisi anemia menurut WHO dan CDC (Centers for Disease Control and Prevention). Menurut World Health Organization (WHO) 40 % kematian ibu-ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan. Menurut Hidayat (1994) dalam Riswan (2003) disamping pengaruhnya kepada kematian, anemia pada saat hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah dan peningkatan kematian perinatal. Merchan dan Agarwal (1991) dalam Riswan (2003) melaporkan bahwa hasil persalinan pada wanita hamil yang menderita anemia defisiensi besi adalah 12-28 % angka kematian janin, 30 % kematian perinatal, dan 7-10 % angka kematian neonatal.

4

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi 1. Kegiatan Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaan (empowerment). Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada individu (sasaran) melalui penyuluhan yang dibarengi dengan kegiatan KSI ( Kelompok Sayang Ibu ). Pesan-pesan pokok materi penyuluhan anemia pada ibu hamil antara lain : definisi dari anemia pada ibu hamil, penyebab, factor risiko, tanda dan gejala, dampak pada ibu dan janin,

pencegahan,

dan

penatalaksanaan

(non-medikamentosa dan

medikamentosa). 2. Menentukan Sasaran Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan anemia pada ibu hamil ini adalah sasaran primer para kader dari Kelurahan Noborejo.

3. Menetapkan Tujuan a. Tujuan Umum Memberikan informasi kepada kader tentang anemia pada ibu hamil dan cara pencegahannya. b. Tujuan Khusus 

Memberi tambahan informasi kepada kader tentang definisi anemia pada ibu hamil dan penyebab anemia pada ibu hamil.



Memberi informasi kepada kader tentang factor risiko, gejala, dan penanganan anemia pada ibu hamil.

5



Memberi informasi kepada kader tentang pencegahan anemia pada ibu hamil.

4. Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi KIE Metode komunikasi yang digunakan berupa penyuluhan pada kader Kelurahan Noborejo. Media atau saluran komunikasi yang digunakan adalah slide power point melalui LCD.

5. Penanggung Jawab Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari dokter internsip dan petugas kesehatan dari Puskesmas Cebongan.

D. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan

: Penyuluhan tentang anemia pada ibu hamil

Tujuan

: Meningkatkan pengetahuan kader Kelurahan Noborejo tentang anemia pada ibu hamil

Peserta

: Anggota kader berjumlah 23 orang

Waktu

: 26 April 2017, pukul 10.00-11.00 WIB

Metode

: Pemberian materi melalui slide presentasi dengan Ms. Power Point yang berisi materi penyuluhan anemia pada ibu hamil antara lain : definisi dari anemia pada ibu hamil, penyebab, factor risiko, tanda dan gejala, dampak pada ibu

dan janin, pencegahan,

dan

6

penatalaksanaan

(non-medikamentosa

dan

medikamentosa). Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Penanggung Jawab : Dokter internsip dan petugas Puskesmas Cebongan

E. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan penyuluhan dilaksanakan bersamaan dengan agenda rutin yaitu KSI ( Kelompok Sayang Ibu ). Salah satu acara dalam kegiatan tersebut adalah penyuluhan yang disampaikan oleh tenaga kesehatan. Pada kesempatan kali ini informasi yang diberikan adalah mengenai anemia pada ibu hamil. Tujuan penyuluhan adalah agar para kader mengetahui tentang pengertian anemia pada ibu hamil, penyebab, factor risiko, dampak, pengobatan beserta pencegahannya. Proses penyuluhan berjalan lancar, sesuai dengan tujuan penyuluhan. Para peserta berusaha untuk memahami materi, memanfaatkan sesi diskusi dengan baik dan banyak dari peserta yang bertanya. Sesi diskusi berjalan aktif dan lancar. Diharapkan saran-saran yang ada dalam penyuluhan ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa mencegah ataupun mengurangi terjadinya anemia pada ibu hamil. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengecekan pemahaman peserta penyuluhan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang telah disampaikan. Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh para peserta penyuluhan merupakan bukti keberhasilan bahwa penyuluhan

7

yang telah dilakukan mampu diterima dan dipahami oleh peserta. Dengan pemahaman tersebut diharapkan para peserta dapat berbagi informasi kepada keluarga, tetangga maupun teman.

F. Tinjauan Pustaka Anemia pada Ibu Hamil 1.

DEFINISI Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai pada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. (Sudoyo Aru,dkk 2009) Anemia Pada kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Center for deases control and prevention(CDC) mendefenisikan anemia pada kehamilan sebagai kadar hemoglobin lebih rendah dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 d/dL pada trimester

8

kedua(Leveno,2009). Berdasarkan WHO, anemia pada ibu hamil adalah bila Hb kurang dari 11 gr%(manuaba, 2007). Dapat disimpulkan bahwa anemia pada kehamilan adalah penurunan kadar sel darah merah (Hb) dibawah rentang normal,Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.

2.

ETIOLOGI Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Kurang gizi (malnutrisi) 2. Kurang zat besi dalam diit 3. Malabsorpsi 4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain 5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

3. FAKTOR RESIKO ANEMIA DALAM KEHAMILAN5,10,11,17 a. Umur Ibu Ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang berumur 20 – 35 tahun

9

yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun

janinnya,

beresiko

mengalami

pendarahan

dan

dapat

menyebabkan ibu mengalami anemia. b. Paritas Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. c. Kurang Energi Kronis (KEK) 41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan sebagainya. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK denganukuran LILA yang rendah

10

mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake makanan sehari hari yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk menderita anemia. d. Infeksi dan Penyakit Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria, TBC). Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya. Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta rusak oleh

11

bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun janin tidak langsung menderita penyakit, namun Demam yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus dapat menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak menular dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30%. e. Jarak kehamilan Proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk

keperluan janin

yang

dikandungnya. f. Pendidikan Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah

12

4. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut: 1. Anemia Defisiensi Zat Besi anemia

yang

terjadi

akibat

kekurangan

zat

besi

dalam

darah.

Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. a.

Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).

b.

Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).

Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan

13

alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut: 1)

Hb 11 gr% : Tidak anemia

2)

Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

3)

Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang

4)

Hb < 7 gr% : Anemia berat

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001). 2. Anemia Megaloblastik Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12. Pengobatannya: a.

Asam folik 15 – 30 mg per hari

b.

Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

c.

Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

14

d.

Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga

dapat diberikan transfusi darah. 3. Anemia Hipoplastik Anemia

yang

disebabkan

oleh

hipofungsi

sumsum

tulang,

membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan

diantaranya

adalah

darah

tepi

lengkap,

pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi. 4. Anemia Hemolitik Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obatobatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.

5. PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan

15

meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. Pada ibu hamil terjadi penambahan cairan tubuh (volume plasma) yang tidak sebanding dengan penambahan masa sel darah merah sehingga terjadi pengenceran darah akibatnya kadar hemoglobin menurun dan berakibat terjadinya anemia pada kehamilan. Penurunan kadar Hb mulai timbul sejak usia kehamilan 8 minggu sampai minggu kedua kehamilan walaupun bervariasi biasanya penambahan volume plasma pada wanita hamil dapat mencapai 50% sedangkan kenaikan massa sel darah merah hanya 25%. (Price, 1995).

6. MANIFESTASI KLINIS ANEMIAPADA IBU HAMIL Manifestasi klinis pada anemia timbul akibat respon tubuh terhadap hipoksia (kekurangan oksigen dalam darah). Manifestasi klinis tergantung dari kecepatan kehilangan darah, akut atau kronik anemia, umur dan ada atau tidaknya penyakit misalnya penyakit jantung. Kadar Hb biasanya berhubungan dengan manifestasi klinis. Bila Hb 10-12 g/dl biasanya tidak ada gejala. Manifestasi klinis biasanya terjadi apabila Hb antara 6-10 g/dl diantaranya dyspnea (kesulitan bernapas, napas pendek), palpitasi, keringat banyak, keletihan. Apabila Hb kurang dari 6 g/dl manifestasi klinis seperti table.

16

Tabel 2.1. Manifestasi klinis anemia berat (Hb < 6 g/dl) Area Manifestasi Klinik  Keadaan umum  Pucat, keletihan berat, kelemahan, nyeri kepala, demam, dispnea, vertigo, sensitive terhadap dingin, berat badan menurun  Kulit  Pucat, jaundice (pada anemia hemolitik), kulit kering, kuku rapuh, clubbing  Mata  Penglihatan kabur, jaundice sclera dan perdarahan retina  Telinga  Vertigo tinnitus  Mulut  Mukosa licin dan mengkilap, stomatitis  Paru-paru  Dyspnea, orthopnea  Kardiovaskuler  Takhikardia, palpitasi, murmur, angina, hipotensi, kardiomengali, gagal jantung  Gastrointestinal  Anoreksia, disfagia, nyeri abdomen, hepatomegali, splenomegali  Genitourinaria  Amenore dan menoragia, menurunnya fertilisasi, hematuria (pada naema hemolitik)  Muskoleskeletal  Nyeri pinggang, nyeri sendi, tenderness sterna  Sistem  Nyeri kepala, bingung, neuropati perifer, persafaran parestesia, mental depresi, cemas, kesulitan koping Sumber: Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil (Tarwoto & Wasnidar, 2007)

7.

PENATALAKSANAAN MEDIS Tindakan umum : a. Transpalasi sel darah merah. b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi. c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah. d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen e. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada. f. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

17

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) : 1. Anemia defisiensi besi Penatalaksanaan : Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan. 2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12 3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral 4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.

8. PENCEGAHAN ANEMIA PADA IBU HAMIL Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium, dan zink. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 untuk tambahan gizi ibu hamil pada trimester ketiga adalah vitamin A +300 RE, vitamin C +10 mg, tiamin +0,3 mg, riboflavin +0,3 mg, niasin +4 mg, asam folat +200 μg, vitamin B12 +0,2 μg, kalsium +150 mg, magnesium +40 mg, zat besi +13 mg, zink +10,2 mg,serta iodium +50 μg. 1) Zat Besi

18

Selama hamil, zat besi banyak dibutuhkan untuk mensuplai pertumbuhan janin dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah merah ibu. Zat besi merupakan senyawa yang digunakan untuk memproduksi hemoglobin yang berfungsi untuk : a) Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh b) Sintesis enzim yang terkait besi c) Penggunaan oksigen untuk produksi energi sel. Total besi yang diperlukan selama hamil adalah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg ditransfer ke janin dengan rincian 5075 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 13 mg untuk kehamilan pada trimester ketiga Dengan demikian, angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil trimester ketiga adalah 39 mg/hari. Ada dua bentuk besi yang terdapat dalam pangan, yaitu besi heme yang terdapat dalam produk-produk hewani dan besi nonheme yang terdapat dalam produk-produk nabati. Makanan dari produk hewani seperti hati, ikan dan daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Selain sumber hewani, ada juga makanan nabati yang kaya akan zat besi seperti singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau lainnya. Namun, zat

19

besi dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya. Dibutuhkan porsi besar sumber nabati untuk mencukupi kebutuhan besi sehari. Makanan-makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi selama hamil diantaranya sebagai berikut : a) Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi, yaitu daging, sayur, dan buah yang kaya vitamin C. b) Menghindari penghambat (inhibitor) absorpsi besi seperti teh dan kopi. Kebutuhan akan zat besi yang besar terutama pada kehamilan yang menginjak usia trimester ketiga tidak akan mungkin tercukupi hanya melalui diet. Oleh karena itu, suplementasi zat besi sangat penting sekali, bahkan kepada ibu hamil status gizinya sudah baik.

9. EFEK ANEMIA PADA IBU HAMIL a. Efek anemia pada ibu hamil yaitu sebagai berikut: 1) Trimester I: anemia dapat mengakibatkan abortus, missed abortus dan kelainan congenital 2) Trimester II: mengakibatkan persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, berat badan bayi lahir rendah, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.

20

3) Trimester III: merupakan saat inpartu anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder. Janin akan lahir dengan anemia dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Setelah post partum anemia dapat menyebabkan atonia uteri, tensio placenta, perlukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpurolis dan gangguan involusio uteri. b. Akibat kekurangan zat besi (Fe) Pada ibu hamil yaitu sebagai berikut: Akan terjadi anemia defisiensi zat besi (Fe) yang merupakan anemia karena kebutuhan zat besi (Fe) untuk erithopoetic tidak cukup, biasanya ditandai dengan eritrosit mikrositik, kadar besi serum rendah, satu rasi transferin mengurang dan tidak adanya zat besi (Fe) pada sumsum tulang dan tempat cadangan zat besi (Fe) yang lain. Pemeriksaan dan pengawasan haemoglobin dapat dilakukan dengan menggunakan alat

Sahli. Berkurangnya

kadar haemoglobin pada wanita hamil menurut WHO adalah, normal= 11 gr%, anemia ringan= 10-11 gr%, anemia sedang= 710 gr%, anemia berat= <7 gr% (De Meyer, 1995 dalam Astiti 2010).

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Bothamley, judy dan Maureen boyle. 2011. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta: EGC 2. M, Judith wilkinson dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC 3. Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan NANDA. 4. Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka. 5. Wenstrom, K.D. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC, pp: 1820, 91, 146-49, 191-93, 1463-72. 6. Doenges,

Marilynn

E,dkk.2000.Rencana

Asuhan

Keperawatan.Jakarta:EGC. 7. Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC. 8. Wiknjosastro, 2005, Ilmu Kebidanan edisi ketiga Cetakan ke 7 ,Jakarta ; EGC 9. Wiknjosastro, 2005, Ilmu Kandungan Edisi ke dua Cetakan ke 4, Jakarta ; EGC 10. Masrizal, 2007, Anemia Defisiensi besi, Jurnal Kesehatan Masyarakat, II (I), available from; http://www.searchinpdf.com. 11. Simanjuntak, D.H. dan Sudaryati, E., 2005. Gizi Pada Ibu Hamil dan Menyusui. FKM USU. 12. Aritonang, E., 2010. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil, Bogor : IPB Press. 13. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama

22

14. Ani, L. 2007. Pengaruh Pemberian Tablet Besi Terhadap Kadar Feritin Serum Dan Haemoglobin Pada Wanita Pra Hamil Dengan Anemia Defisinsi Besi Derajat Ringan Di Bali, 2007 journal.unud.ac.id.

23

LAMPIRAN

DOKUMENTASI

24

DOKUMENTASI

25

Related Documents


More Documents from "MICKE"