Laporan Kba K.10.docx

  • Uploaded by: Bingu Jiddan
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kba K.10.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,122
  • Pages: 19
LAPORAN KIMIA BAHAN ALAM ISOLASI SENYAWA 2-FURANALDEHIDA DARI AMPAS TEBU

DISUSUN OLEH KELOMPOK 10 1. BAIQ RINA RISMAYANTI

(E1M015014)

2. LALU ARDIAN GUNAWAN

(E1M015039)

3. RIZKI FITRIANI

(E1M015060)

4. WAINDA SARDIKA DEWI

(E1M015069)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2018

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil-hasil pertanian salah satu diantaranya adalah tebu. Dalam proses produksi dipabrik gula, ampas tebu dihasilkan sebesar kurang lebih 90% dari setiap tebu yang diproses, gula yang termanfaatkan hanya 5%, sisanya berupa tetes tebu (molase) dan air. Selama ini pemanfaatan ampas tebu yang dihasilkan masih terbatas untuk adsorben, kompas, dan bahan bakar boiler. Mengingat begitu banyaknya jumlah ampas tebu yang dihasilkan, sedangkan pemanfaatannya masih sangat terbatas, maka perlu dipikirkan cara penanganan lebih lanjut agar nantinya ampas tebu tidak menimbulkan masalah lingkungan dan bahkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar berbagai produk dengan daya guna dan nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi. Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu giling. Namun, sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem, industri jamur, dan lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45% dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan. Ampas tebu sebagian besar mengandung lignocellulose. Panjang seratnya antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 μm, sehingga ampas tebu ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papanpapan buatan . Ampas tebu mengandung air 48-52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagas tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan, dan lignin. Pada umumnya, pabrik gula di Indonesia memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar bagi pabrik yang bersangkutan setelah ampas tebu tersebut mengalami pengeringan. Disamping untuk bahan bakar, ampas tebu juga banyak digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas, particleboard, fibreboard, dan lain-lain (Penebar Swadaya, 1992). Ampas tebu juga mengandung polisakarida yang dapat dikonversi menjadi produk atau senyawa kimia untuk mendukung proses produksi sektor industri lainnya. Salah satu polisakarida yang ada dalam ampas tebuialah pentosan dengan persentase sebesar 20-27%. Kandungan

pentosan yang cukup tinggi tersebut memungkinkan ampas tebu untuk diolah menjadi furfural. Senyawa tersebut memiliki aplikasi yang cukup luas dalam beberapa industri antaralain lain sebagai pelarut dalam industri pengolahan minyak bumi dan pembuatan pelumas pada pembuatan nilon. Selain itu 2-furanaldehida juga berfungsi sebagai senyawa intermediet untuk pembuatan furfuril alkohol, tetrahidrofuran, industri parmasi, herbisida, dan pewangi. Furfural (C5H4O2) atau sering disebut dengan 2-furankarboksaldehid, furanaldehid, 2-furfuraldehid, furaldehid, merupakan senyawa organik turunan dari golongan furan. Senyawa ini berfase cair berwarna kuning hingga kecoklatan dengan titik didih 161,5oC, berat molekul sebesar 96,086 g/mol, dan densitas pada suhu 20oC adalah 1,16 g/cm3. Furfural merupakan senyawa yang kurang larut dalam air, namun larut dalam alkohol, eter, dan benzena (Kirk and Othmer, 1955). Furfural dihasilkan dari biomassa (contohnyaampas tebu) lewat 2 tahap reaksi, yaitu hidrolisis dan dehidrasi. Untuk itu, biasanya digunakan bantuan katalis asam, misalnya asam sulfat, asam nitrat dan lain-lain. Secara komersial, pembuatan furfural dapat berlangsung dalam siklus batch maupun kontinyu. Kegunaan furfural dalam industri antara lain sebagai: Bahan kimia intermediet (chemical intermediate), misalnya untuk bahan baku adiponitril [CN(CN2)4CH], furfuril alkohol, metil furan, pirrole, pidin, asam furoat, hidro furamid, dan tetrahidrofurfuril alkohol; selective solvent dalam pemurnian minyak bumi maupun minyak nabati; pembuatan resin, misalnya fenolaldehid (fenol-furfural); zat penghilang warna untuk wood resin pada industri sabun, vernish, dan kertas (Kirk and Othmer, 1955); resin pelarut dan agensia pembasah dalam industri pembuatan roda pengasah dan lapisan rem; dan untuk medium distilasi ekstraksif sebagai salah satu proses utama dalam pembuatan butadiena dari petroleum. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan isolasi agar didapatkan kandungan senyawa 2-furanaldehida murni pada ampas tebu secara maksimal sebagai pelarut kimia, bahan pembentuk resin

sehingga dapat menambah pengetahuan

masyarakat akan pentingnya pengolahan dari ampas tebu. Tidak hanya itu senyawa 2-furinaldehida ini juga sangat dibutuhkan oleh masyarakat indonesia yang dimana pada tahun 2012 kebutuhan 2-furinaldehida meningkat sangat pesat yaitu sebanyak 348.263 ton. Dan pada 2013 sebanyak 462.315 ton. Jadi bisa dikatakan bahwa permintaan 2-furanaldehida jumlahnya terus meningkat dari tahun ketahun.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana cara mengolah ampas tebu menjadi 2-furanaldehida? 2. Bagaimana cara mengidentifikasi senyawa 2-furanaldehida yang telah diisolasi?

C. TUJUAN 1. Untuk mengolah ampas tebu menjadi 2-furanaldehida. 2. Untuk mengidentifikasi senyawa 2-furanaldehida yang telah diisolasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA a. Tebu dan ampas tebu Tebu (Saccharum officinarum L) adalah tanaman untuk bahan baku gula yang merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat ditanam didaerah yang beriklim tropis. Tebu-tebu yang ditanam di perkebunan ini untuk kemudian diolah menjadi gula di pabrikpabrik gula (PG). Dalam proses produksi di pabrik gula tersebut, gula yang termanfaatkan hanya sekitar 5% dari setiap tebu yang diproses. Sebanyak 35 – 40% nya menghasilkan ampas tebu (bagasse), dan sisanya berupa tetes tebu (molase), blotong dan air. Ampas tebu (bagasse) merupakan limbah selulosik yang banyak sekali potensi pemanfaatannya. Kadar selulosa dari ampas tebu (bagasse) adalah 46,07 %. Sedangkan untuk nilai kalornya sendiri, ampas tebu (bagasse) memiliki nilai kalor 3683,68 – 4520,88 kJ/kg. Untuk kadar asap adalah 36,91 – 30,15 % dan kadar abu adalah 8,05 – 6,10 %. Dengan nilai kalor tersebut, limbah ampas tebu (bagasse) dapat dimanfaatkan untuk membuat bahan bakar padat berupa biobriket (Misran, 2005). b. Manfaat ampas tebu dan kandungannya Ampas tebu merupakan salah satu limbah padat pabrik gula. Ampas tebu jumlahnya berlimpah di Indonesia. Ampas tebu merupakan limbah padat dari pengolahan industri gula tebu yang volumenya mencapai 30-40% dari tebu giling. Saat ini perkebunan tebu rakyat mendominasi luas areal perkebunan tebu di Indonesia. Ampas tebu termasuk biomassa yang mengandung lignoselulosa sangat dimungkinkan untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif seperti bioetanol atau biogas, selain ituampas tebu bisa diolah kembali menjadi bahan pembuat kertas, pembangkit tenaga listrik, pupuk kompos dan pakan ternak.Ampas tebu memiliki kandungan selulosa 52,7%, hemiselulosa 20,0%, dan lignin 24,2% (Samsuri et al., 2007). c. Senyawa 2-furanaldehida dan manfaatnya Furfural pertama kali diisolasi pada 1821 (diterbitkan pada 1832) oleh kimiawan jerman Johann Wolfgang Dobereiner, yang menghasilkan sejumlah kecil sampel sebagai hasil samping dari sintesis asam format. Pada saat itu, asm format terbentuk melalui destilasi semut mati, dan badan semut Dobereiner mungkin mengandung beberapa materi tambahan.

Furpural, suatu aldehid heterosiklik dengan struktur cincin disebelah kanan. Rumus kimianya adalah OC4H3CHO2. Furfural adalah cairan tidak berwarna dengan bau almond, tetapi bila dipanjankan dalam sampel udara dengan cepat menjadi kuning. Senyawa ini merupakan salah stu komponen yang dijumpai pada vanilla (Anonim, 2014). Furfural adalah senyawa organik siklik dengan lima atom karbon sebagai penyusun utama kerangkanya. Nama IUPAC Furfural adalah Furan-2-karbaldehida, Furan-2karboksaldehida, 2-Furaldehida atau Piromusataldehida. Furfural termasuk dalam sakarida dan merangsang saraf lidah merasakan manis. Senyawa 2-furfuraldehida merupakan senyawa yang kurang larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol, eter dan benzena. Senyawa2furanaldehida dapat dibuat dari bahan baku limbah pertanian yang banyak mengandung selulosa, terutama adalah senyawa pentosan. Limbah ampas tebu dapat dijadikan alternative bahan baku pembuatan 2-furanaldehida, karena didalam baggase masih mengandung selulosa yaitu pentosan dalam jumlah banyak (Susilowati, 2012). Manfaat furfural sangat penting dalam industri kimia, antara lain : 1. Bahan pembentuk resin. 2. Zat penghilang warna pada wood resin. 3. Sebagai intermediate pada pembuatan pylo dan pyrolidine, piperidine. 4. Sebagai bahan pembuatan senyawa furan yang lain seperti furfural alkohol,tetrahidro furfural alkohol. 5. Sebagai pelarut selektif untuk memisahkan senyawa jenuh dan tidak jenuh dalam minyak, solven untuk resin dan wax. 6. Produksi fiber plastik. 7. Desinfektan. 8. Produksi plastik. 9. Antifreeze, herbisida, aromatizing, agen untuk brandy dan industri parfum. Seperti yang kita tahu saaat ini diindonesia masih belum memili pabrik yang memproduksi 2-furinaldehida kebutuhan 2-furinaldehida diindonesia masih mengimpor dari negara lain. Berdasrkan data statistik pada tahun 2014 indonesia mengimpor 2-furinaldehida sebanyak 441.692 ton. Oleh kaarena itu, indonesia perlu mendirikan pabrik 2-furinaldehida. Pada tahun 2006, kebutuhan 2-furinaldehida sebanyak 83.616 ton dan bertambah sedikit 89.892 ton pada tahun 2007. Dan meningkat menjadi 127.927 ton pada tahun 2008. Terjadi peningkatan yang lumayan pada tahun 2010 sebanyak 208.349 ton. Ditahun 2012 kebutuhan 2-furinaldehida meningkat sangat pesat yaitu sebanyak 348.263 ton. Dan pada 2013 sebanyak 462.315 ton. Jadi bisa dikatakan bahwa permintaan 2-furinaldehida jumlahnya terus meningkat dari tahun ketahun. Oleh karena itu indonesia perlu mendirikan pabrik 2furinaldehida yang direncanakan pada tahun 2020 dengan kapasitas 1000 ton/tahun. Kapasitas tersebut dapat memenuhi kebutuhan 2-furinaldehida dalam negeri dan dapat mengekspor 2-furinaldehida untuk menambah devisa negara serta membuka lapangan kerja bagi masyarakat indonesia (Anonim, 2014).

BAB III METODE PENELITIAN A. ALAT 1. Gelas kimia 2. Gelas ukur 3. Erlenmeyer 4. Botol kaca 5. 1 set alat refluks 6. 1 set alat Evaporator 7. Neraca analitik 8. Plat KLT 9. UV lamp 10. Hot plate 11. Pipet tetes 12. Blender 13. Corong bucher 14. Batang pengaduk

B. BAHAN 1. Etanol 2. Benzena 3. Asam sulfat 30% 4. Serbuk natrium klorida 5. Aquades 6. Ampas tebu 7. Kertas saring 8. Plastik bening 9. Tissue 10. Kertas label

C. CARA KERJA 1. Ekstraksi ampas tebu a. Dikeringkan ampas tebu dengan cara diangin-anginkan kemudian dihaluskan atau diblender dan diayak dengan ukuran 100 mesh. b. Ditimbang ampas tebu yang sudah diblender tersebut pada neraca analitik sebanyak 100 gram. c. Direfluks 100 gram ampas tebu yang telah ditimbang dengan pearut etanol : benzena ( 1 : 2 ) sebanyak 300 ml selama 4 jam. d. Dilakukan refluks kedua selama 2 jam dengan pelarut etanol sebanyak 150 ml. e. Setelah itu, dipisahkan ampas tebu dengan pelarut yang mengandung pentosan tersebut dengan cara disaring menggunakan kertas saring.

2. Sintesis 2-furanaldehida dari larutan pentosan a. Dimasukkam campuran etanol : benzena

yang mengandung senyawa

pentosan kedalam alat refluks kemudian ditambahkan dengan 100 ml H2SO4 30% selama 5 jam. b. Setelah direfluks campuran senyawa tersebut ditambahkan NaCl sebanyak 8 gram kemudian diekstraksi dengan corong pisah sampai terbentuk 2 lapisan c. Diambil fase organik yang mengandung senyawa 2-furanaldehid.

3. Pemurnian 2-furanaldehida a. Lapisan organik yang mengandung 2-furanaldehida dievaporasi agar senyawa tersebut memisah dengan pealrutnya. b. Didiamkan larutan yang telah dievaporasi selama 1 hari kemudian diuapkan pada hot plate beberapa menit hingga terdapat endapan merah bata. c. Setelah diuapkan, larutan tersebut didiamkan beberapa saat agar endapan yang diperoleh menyatu. d. Dilakukan rekristalisasi pada larutan tersebut dengan etanol sebanyak 75 ml kemudian dipisahkan endapan yang diperoleh dengan penyaring vakum. e. Dilakukan rekristalisasi sebanyak 5 kali hingga endapan yang diperoleh merah bata yang murni.

4. Karakterisasi 2-furanaldehida yang diperoleh a. Endapan yang diperoleh dilarutkan dengan etanol secukupnya, kemudian ditotolkan larutan tersebut pada plat KLT yang sudah diberi batas bawah 1 cm dan batas atas 0.5 cm. b. Plat dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi etanol 5 ml yang telah disediakan. c. Diamati plat KLT secara visual, kemudian diangkat plat KLT dari gelas kimia dan dikeringkan. d. Plat KLT yang telah kering diamati dengan alat UV lamp dan ditandai spot yang ada. e. Agar spot terlihat jelas, maka plat KLT disemprotkan dengan senyawa ninhidrin.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN 1. Tabel Hasil Pengamatan NO

ANALILIS

1.

ENDAPAN YANG

GAMBAR

DIPEROLEH

2.

HASIL KLT

2. Persamaan Reaksi 

Pentosan menjadi pentosa (C5H10O5)n + H2O

nC5H10O5

(pentosan)



(pentosa)

Pentosa menjadi senyawa furfural nC5H10O5

nC5H4O2

+ 3 nH2O

(pentosa)

( 2-furanaldehida)

3. Perhitungan a. Presentase 2-furanaldehida Diketahui : Berat sampel

= 100 gram

Endapan yang diperoleh

= 4.126 gram

Ditanya : % 2-furanaldehida = ……? Jawab

:

% 2-furanaldehida = =

endapan yang diperoleh berat sampel

x 100%

4.126 x 100% 100

= 4.126 % b. Rf Diketahui : jarak tempuh start Jarak tempuh eluen

= 0 cm = 0 cm

Ditanya : Rf = …………? Jawab : jarak tempuh start

Rf = jarak tempuh eluen 0 cm

= 0 cm =0 B. PEMBAHASAN Percobaan ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa 2-furanaldehida pada ampas tebu. Dimana senyawa 2- furanaldehida merupakan senyawa yang kurang larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol, eter, dan benzena. Senyawa 2-furanaldehida dapat dibuat dari bahan baku limbah pertanian yang banyak mengandung selulosa, terutama adalah senyawa pentosan.Dalam percobaan ini digunakan ampas tebu, karena ampas tebu dipercaya mengandung senyawa selulosa dan diperkirakan memiliki kandungan senyawa 2- furanaldehida, karena biasanya dalam ampas tebu masih terkandung selulosa yang dapat memicu terbentuknya senyawa 2-

furanaldehida. Limbah ampas tebu (bagasse) dapat dijadikan alternatif sebagai bahan baku pembuatan senyawa 2-furanaldehida, karena di dalam bagassemasih mengandung selulosa yaitu pentosan dalam jumlah yang cukupbanyak, percobaan ini dapat dilakukan dengan 4 tahapan. Tahap pertama dalam percobaan pembuatan senyawa 2-furanaldehida,sampel yang digunakan adalah serbuk ampas tebu yang telahdikeringkan. Pengeringan ampas tebu dilakukan dengan cara diangin-anginkan. Hal ini bertujuan agar senyawa yang terdapat dalam ampas tebu tidak ikut menguap. Sedangkan tujuan penghalusan sampel adalah untuk memperluas bidang permukaan sampel yang akan direfluks. Dalam proses refluks ini digunakan 100 gram sampel ampas tebu yang ditambahkan dengan larutan etanol: benzena (1:2) dan direfluks selama 4 jam. Kemudian refluks kedua dilakukan selama dua jam dengan etanol. Hal ini dilakukan agar senyawa pentosan yang diperoleh lebih banyak. Setelah direfluks kemudian senyawa pentosan yang didapatkan dipsah dari ampas tebu dengan menggunakan penyaring. Hal ini dikarenakan agar material yang kasar tidak ikut tercampur dalam senyawa yang akan disintesis. Tahap kedua yaitu untuk mensintesis senyawa 2-furanaldehida. Dimana untuk mensintesis senyawa 2-furinaldehida dilakukan dengan reaksi hidrolisis senyawa pentosan dengan asam kuat. Hal ini dapat berlangsung karena apabila suatu pentosan direaksikan dengan larutan asam maka akan terjadi reaksi hidrolisis dan dehidrasi. Pada reaksi hidrolisis senyawa pentosan yang diperoleh adalah pentosa. Kemudian dilanjutkan dengan reaksi dehidrasi yang dimana untuk melakukan reaksi dehidrasi ini dilakukan dengan cara refluks pada etanol:benzena yang mengandung senyawa pentosan. Refluks ini sendiri adalah cara pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain disebut ekstraksi. Ekstraksi ini memiliki beberapa metode, diantaranya adalah metode refluks itu sendiri. Senyawa pentosan yang telah didapatkan tadi kemudian ditambahkan NaCl kemudian diekstraksi dengan corong pisah. Pada saat dilakukan ekstraksi disini terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah. Dimana pada lapisan atas merupakan fase organik dan lapisan bawah merupakan fase cair. Pada fase organik inilah terdapat 2-furanaldehida. Proses ekstraksi ini sendiri bertujuan untuk untuk mengisolasi / melarutkan senyawa pentosan. Dengan dilakukan proses ekstraksi terlebih dahulu diharapkan senyawa pentosan yang dapat diubah menjadi senyawa 2-

furanaldehida dapat terlarut dalam pelarut, sehingga reaksi hidrolisis dapat berlangsung lebih efektif dan senyawa 2-furanaldehida dapat terbentuk lebih banyak daripada dilakukan proses hidrolisis langsung terhadap sampel ampas tebu. Hal ini dikarenakan apabila hidrolisis tebu dilakukan langsung terhadap ampas tebu, diperkirakan reaksi akan berlangsung kurangefektif. Selanjutnya pada tahap ketiga yaitu pemurnian senyawa 2-furanaldehida. Untuk pemurnian senyawa 2-furinaldehida ini digunakan alat evaporator. Evaporasi ini adalah dengan menambahkan kalor atau panas yang bertujuan untuk memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat pelarut yang memiliki titik didih yang rendah dengan pelarut yang memiliki titik didih yang tinggi sehingga pelarut yang memiliki titik didih yang rendah akan menguap dan hanya menyisahkan larutan yang lebih pekat dan memiliki konsentrasi yang tinggi. Setelah dilakukan evaporasi ini didapatkan endapan yang berwarna merah bata setelah dilakukan penguapan dengan menggunakan hotplate. Endapan yang diperoleh kemudian didiamkan agar endapan yang diperoleh menyatu. Selanjutnya dilakukan proses penyaringan dengan menggunakan penyaring vakum. Hal ini bertujuan untuk memisahkan larutan dengan kristal yang diperoleh. Kemudian, setelah dilakukan penyaringan tahap berikutnya adalah rekristalisasi dengan pelarut etanol. Tujuan dari rekristalisasi ini adalah dua atau lebih senyawa memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut yang sama, hanya molekul-molekul yang sama yang mudah masuk ke dalam struktur lattik kristalnya, sedangkan molekul-molekul lain/pengotor akan tetap di dalam larutan atau berada diluar kristalnya. Proses ini dilakukan berulang-ulang yaitu sebanyak lima kali sehingga nantinya diperoleh senyawa 2-furanaldehid murni yang berwarna merah bata. Dimana berat endapan yang diperoleh 4.126 gram dengan presentase senyawa 2furanaldehida sebesar 4.126%. Hal ini menandakan bahwa senyawa 2-furanaldehida yang diperoleh sangat sedikit. Tahap keempat sekaligus sebagai tahap terakhir adalah karakterisasi senyawa 2-furanaldehida yang didapatkan. Untuk mengetahui karakter dari senyawa yang diperoleh digunakan KLT. Prinsip kerja dari KLT ini adalah Prinsip kerjanya memisahkan

sampel

berdasarkan

perbedaan

kepolaran

antara

sampel

dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan.Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh

fase gerak tersebut . Berdasarkan hasil percobaan senyawa yang diperoleh tidak murni yang dapat dilihat pada plat KLT yang tidak ditemukan spot. Setelah itu, karena tidak terdapat spot pada plat KLT kemudian disemprotkan ninhidrin yang berfungsi untuk memberikan warna pada noda. Akan tetapi, setelah penambahan ninhidrin spot tidak terbentuk juga. Hal ini terjadi karena banyaknya faktor, yaitu mulai dari proses refluks sampai proses evaporasi masih kurang memadai sehingga memungkinkan kesalahan dalam praktikum. Selain itu juga dapat disebabkan karena banyaknya senyawa pengotor yang ikut dalam kristal 2-furanaldehida yang diperoleh. Sehingga Rf bernilai 0 atau tidak dapat dihitung dikarenakan tidak terdapat spot pada plat KLT yang diperoleh. Akan tetapi pada percobaan ini dapat dikatakan sedikit berhasil karena endapan yang diperoleh berwarna merah bata, namun hanya saja pada saat KLT tidak didapatkan senyawa yang murni.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan, analisis data, dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa senyawa 2- furanaldehida merupakan senyawa yang kurang larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol, eter, dan benzena. Dari hasil percobaan penggunaan etanol dapat dijadikan sebagai pelarut yang baik untuk mendapatkan senyawa pentosan dalam ampas tebu. Pentosan yang didapat tersebut dapat dijadikan senyawa 2-furanaldehida melalui reaksi hidrolisis dan dehidrasi dengan menggunakan katalis asam sulfat. Endapan yang didapatkan dalam percobaan ini sebanyak 4.126 gram sehingga presentase senyawa 2-furanaldehida pada sampel diperoleh sebesar 4.126%. Nilai Rf yang diperoleh dari 2-furanaldehida sebesar 0 atau tidak dapat dihitung dikarenakan tidak terdapat spot pada plat KLT yang diperoleh. Akan tetapi, praktikum ini dapat dikatakan sedikit berhasil karna endapan yang diperoleh berwarna merah bata sesuai dengan literatur yang ada. B. SARAN Untuk penelitian selanjutnya praktikan yang akan melakukan penentuan senyawa 2-furinaldehida agar lebih hati-hati dan teliti dalam melakukan praktikum. Karena kesalahan yang sedikit saja dapat berdampak besar pada hasil percobaan yang nantinya dapat menyebabkan kesalahan sehinnga senyawa yang diinginkan tidak teridentifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002.Tanaman Obat Indonesia (Tebu). BPPT. Anonim. 2014. http://wawasan ilmu kimia.wordpress.com/2014/02/03/furfural-salahsatu-komponen-vanilla-dari-hasil-samping-pertanian/ Guntoro, D. Purwono, Sarwono. 2005. Kompas “Bagase” Atasi Kelangkaan Pupuk Departemen Budi Daya Pertanian. Bogor: Fakultas pertanian IPB. Misran, 2005.Industri Tebu Menuju Zero Waste Industry. Medan Program Studi Teknik Kimia. Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara. Utomo, S, B, susilowati, E. 2007. Jurnal Enviro. 9(1): 21-27. Sugito, J. 1992. Pembudayaan tebu Dilahan Sawah dan Tegalan. Jakarta: Penebar Swadaya. Susilowati, Endang. 2012. IsolasidanSintesis 2-Furanaldehida dariLimbahAmpas Tebu. Seminar Nasional Kimia. 247-253. Wijanarko, A, Witono, J, A. 2006. Journal of the Indonesian Oil and Gas Comunity. Jurnal Inonesia. 3(1): 25-27.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. AMPAS TEBU SEBELUM DIHALUSKAN

2. AMPAS TEBU SETELAH DIHALUSKAN

3. PADA SAAT PROSES REFLUKS (1) BERLANGSUNG

4. HASIL SETELAH PROSES REFLUKS (1)

5. SETELAH PENAMBAHAN H2SO4 & NaCl

6. SETELAH PROSES REFLUKS (2) BERLANGSUNG

7. ENDAPAN YANG DIPROSES SETELAH REKRISTALISASI

8. HASIL KLT

Related Documents

Laporan Kba K.10.docx
June 2020 14
Kba 45425
June 2020 24
Pengantar Kba
July 2020 17
Kba 5 Fix.docx
May 2020 12
Holography - Kba -k53m
June 2020 18
Proposal Kba Pdf
June 2020 24

More Documents from "setia wirawan"

Laporan Kba K.10.docx
June 2020 14