Laporan Kasus 2 Morbili.docx

  • Uploaded by: Timotius Agung Silaban
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kasus 2 Morbili.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,703
  • Pages: 24
BAB 1 PENDAHULUAN Campak yang disebut juga dengan morbili, measles atau rubeola adalah suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular,disebabkan oleh paramixovirus. Penyakit ini ditularkan melalui percikan liur (droplet) yang terhirup, yang ditandai oleh tiga stadium, kataral, erupsi serta konvalensi. Virus morbili terdapat di dalam sekret nasofaring dan darah selama stadium kataral sampai 24 jam setelah timbul bercak di kulit. Komplikasi yang dapat terjadi adalah bronkopneumonia, otitis media, laringotrakheobronkitis (croup), dan ensefalitis akut yang terjadi sekitar 1 dari 1000 kasus.1,9,10 Di Amerika Serikat angka kejadian campak tertinggi terjadi pada tahun 1989 sampai 1991 dikarenakan rendahnya pemberian imunisasi pada anak usia prasekolah. Dalam era posteliminasi dari tahun 2001 sampai 2010 angka kejadian campak diAmerika Serikat telah rendah (37-140 kasus per tahun). Di dunia, kematian akibat campak dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak 777.000 dan 202.000 di antaranya di Negara ASEAN serta 15% kematian campak tersebut di Indonesia. Insidensi kasus campak di Indonesia tahun 2013 dilaporkan terdapat 11.521 kasus campak, lebih rendah dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 15.987 kasus. Incidence rate (IR) campak pada tahun 2013 sebesar 4,64 per 100.000 penduduk, menurun dibandingkan tahun 2012 sebesar 6,53 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2013 KLB campak terjadi sebanyak 128 KLB dengan jumlah kasus sebanyak 1.677 kasus dengan frekuensi KLB campak tertinggi di Provinsi Banten (247 kasus) namun provinsi dengan kasus terbanyak terjadi di Lampung sebesar 309 kasus pada 8 KLB.9,12 Campak sangat menular, sekitar 90% kontak terhadap orang yang rentan akan terserang penyakit. Campak jarang subklinis. Sebelum penggunaan vaksin campak, puncak insiden pada umur 5-10 tahun. Saat ini di Amerika Serikat, campak terjadi paling sering pada anak umur sekolah yang belum diimunisasi serta pada remaja dan dewasa yang telah diimunisasi.9

1

BAB 2 LAPORAN KASUS

2.1 ANAMNESIS A. Identitas Identitas Pasien 1. Nama

: An. Aisyah Fadhillah

2. Umur

: 3 tahun 6 bulan

3. Alamat

: Jln. Nangka no.33 RT.11/RW.4, Panorama, Bengkulu

4. Pendidikan

: Belum Sekolah

5. Jenis Kelamin

: Perempuan

6. Suku

: Melayu

7. Agama

: Islam

8. No.MR

: 05.17.86

9. Tanggal masuk

: 20 Februari 2019

B. Keluhan Utama Keluhan Utama

: Demam

C. Riwayat Penyakit Sekarang - Pasien datang dibawa oleh kedua orangtuanya dengan keluhan demam tinggi sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Keluhan demam dirasakan terus menerus. Keluhan demam tidak disertai dengan kejang dan menggigil. - Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak disertai pilek namun tidak disertai sesak. Pasien juga sesekali mengeluh nyeri saat menelan makanan. - Pasien juga mengeluh mual namun tidak disertai muntah. Keluhan nyeri perut dan nyeri ulu hati disangkal. - Satu hari sebelum masuk RS timbul bercak kemerahan di wajah, leher, dada, serta tangan warnanya kemerahan, ibu mengaku awalnya timbul pertama kali di wajah pasien dan menyebar ke leher, dan dada, semakin lama bercak timbul semakin banyak, bercak tidak bersisik, tidak menonjol, tidak berair, tidak terasa panas dan tidak gatal.

2

- Keluhan buang air besar (BAB) cair juga dialami pasien sebanyak 2-3 kali dalam sehari. Keluhan dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Tidak terdapat lendir maupun darah. Keluhan buang air kecil (BAK) tidak ada. - Nafsu makan menurun selama sakit, namun pasien masih mau minum. - Riwayat pengobatan sebelumnya disangkal. D. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien juga menyangkal pernah masuk rumah sakit sebelum ini. Riwayat asma disangkal. Riwayat batuk lama dengan pengobatan selama 6 bulan disangkal. Riwayat alergi makanan dan obat di sangkal. E. Riwayat Penyakit Keluarga Saudara kandung pasien mengalami keluhan yang sama dengan pasien. F. Riwayat tumbuh kembang -

Umur 6-7 bulan pasien mulai bisa telungkup.

-

Umur 9 bulan pasien mulai bisa merangkak.

-

Umur 10-11 bulan pasien mulai dapat duduk.

-

Umur 12 bulan pasien mulai dapat berjalan dengan dibantu dan mulai dapat berbicara.

-

Umur 13 bulan pasien mulai dapat berjalan sendiri.

G. Riwayat Imunisasi -

BCG : usia 1 bulan

-

Polio : usia 0, 2, 3, 4, 18 bulan

-

Hepatitis B : usia 0, 2, 3, 4 bulan

-

DPT : usia 2, 3, 4, 18 bulan

-

Campak : usia 9, 18 bulan Kesimpulan: imunisasi lengkap sesuai usia

H. Riwayat kehamilan dan persalinan Riwayat ibu sakit saat kehamilan disangkal. Riwayat muntah berlebih, tekanan darah tinggi, kejang, asma, diabetes militus, infeksi, perdarahan dan trauma selama kehamilan disangkal. Pasien lahir cukup bulan (38-40 minggu) secara pervaginam di bidan desa. Lahir dengan Berat Badan Lahir (BBL) 3300 gram, segera menangis, tanpa asfiksia, riwayat biru tidak ada, dapat menghisap dan bergerak aktif. Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Riwayat kejang, sianosis dan kuning setelah lahir

3

disangkal. Ibu pasien rutin memeriksakan kehamilanya ke bidan sebanyak 4 kali dan mendapat imunisasi TT 2 x dan tidak mengalami penyulit. I. Riwayat perinatal dan post natal Pasien lahir normal di tolong bidan lahir cukup bulan (38 minggu), lahir tanpa penyulit, langsung menangis dan BBL 3.300 gr. 2.2 PEMERIKSAAN FISIK A. Status Present -

Keadaan Umum

: baik

-

Kesadaran

: kompos mentis

-

Nadi

: 80x / menit

-

Pernafasan

: 22x / menit

-

Suhu

: 37,90C

B. Status Gizi BB: 12 kg BB/U  Ambang batas (Z-Score) : -2 SD – 2 SD  Kategori : Gizi Baik C. Status Internus a. Kulit  Warna

: Sawo matang

 Turgor

: Kembali cepat

 Sianosis

: (-)

 Ikterus

: (-)

 Edema

: (-)

 Anemis

: (-)

b. Kepala  Rambut

: hitam, sukar dicabut, alopesia (-)

 Wajah

: simetris, edema (-)/(-), terdapat ruam makulopapular dengan

batas tidak tegas di seluruh wajah  Mata

: konjungtiva anemis (-/-), SI (-/-), injeksi konjungtiva (-/-)

 Telinga

: sekret (-/-), deformitas (-/-), tragus sign (-/-)

 Hidung

: sekret (+/+), darah (-/-), deformitas (-/-)

 Mulut  Bibir

: sianosis (-), scar (-), kering (+)

4

 Gusi

: pembengkakan (-)

 Lidah

: normal, deviasi lingua (-),

 Ovula

: deviasi (-), hiperemis (-)

 Faring

: hiperemis (+), bercak koplik (+)

 Tonsil

: hiperemis (-) pembesaran (-)

c. Leher  Inspeksi

: simetris, massa (-), terdapat ruam makulopapular dengan batas

tidak tegas  Palpasi

: pembesaran KGB (-)

d. Thorax Paru 

Inspeksi

: pergerakan dada simetris kanan dan kiri, retraksi

intercostal (-), terdapat ruam makulopapular dengan batas tidak tegas 

Palpasi

: stem fremitus normal



Perkusi

: sonor (+/+)



Auskultasi

: vesikuler normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)



Inspeksi

: ictus cordis tidak terlihat.



Palpasi

: tidak dilakukan



Perkusi

: tidak dilakukan



Auskultasi

: BJ I > BJ II, murmur (-), Gallop (-)

Jantung

e. Abdomen  Inspeksi

: simetris, distensi (-), terdapat ruam makulopapular

dengan batas tidak tegas di seluruh badan  Palpasi

: nyeri tekan (-)

 Hepar : tidak teraba  Lien

: tidak teraba

 Ginjal : ballotement tidak teraba  Perkusi

: timpani

 Auskultasi : peristaltik usus normal f. Genitalia

: tidak diperiksa

g. Anus

: tidak diperiksa

5

h. Kelenjar Limfe

: pembesaran KGB (-)

i. Ekstremitas  Atas

: akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik, terdapat ruam

makulopapular dengan batas tidak tegas di kedua tangan  Bawah

: akral hangat (+/+), edema (-/-),CRT < 2 detik, terdapat ruam

makulopapular dengan batas tidak tegas di kedua kaki 2.3 RESUME Pasien datang dibawa oleh kedua orangtuanya dengan keluhan demam tinggi sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Keluhan demam dirasakan terus menerus. Keluhan demam tidak disertai dengan kejang dan menggigil. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak disertai pilek namun tidak disertai sesak. Pasien juga sesekali mengeluh nyeri saat menelan makanan. Pasien juga mengeluh mual namun tidak disertai muntah. Keluhan nyeri perut dan nyeri ulu hati disangkal. Satu hari sebelum masuk RS timbul bercak kemerahan di wajah, leher, dada, serta tangan warnanya kemerahan, ibu mengaku awalnya timbul pertama kali di wajah pasien dan menyebar ke leher, dan dada, semakin lama bercak timbul semakin banyak, bercak tidak bersisik, tidak menonjol, tidak berair, tidak terasa panas dan tidak gatal. Keluhan buang air besar (BAB) cair juga dialami pasien sebanyak 2-3 kali dalam sehari. Keluhan dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Tidak terdapat lendir maupun darah. Keluhan buang air kecil (BAK) tidak ada. Nafsu makan menurun selama sakit, namun pasien masih mau minum. Riwayat pengobatan sebelumnya disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu febris, terdapat ruam makulopapular dengan batas tidak tegas di seluruh tubuh, tonsil tampak hiperemis, terdapat sekret di kedua hidung, serta pada pemeriksaan lainnya tidak terdapat kelainan. 2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Lab: H2TL Jenis Pemeriksaan Hemoglobin

Hasil 12,4

Hematokrit

37

Leukosit Trombosit

5500 145000

20 Februari 2019 Rujukan L: 14-15 gr/dl P: 12-14 gr/dl L: 42-52 P: 36-46 5000-10000 150000-500000

6

Pemeriksaan Lab: H2TL Jenis Pemeriksaan Hemoglobin

Hasil 11,8

Hematokrit

36

Leukosit Trombosit

4400 161000

22 Februari 2019 Rujukan L: 14-15 gr/dl P: 12-14 gr/dl L: 42-52 P: 36-46 5000-10000 150000-500000

Pemeriksaan Lab: HITUNG JENIS Jenis Pemeriksaan Hasil Neurofil 57 Limfosil 35 Monosil 6 Eosinofil 2 Basofil 0

22 Februari 2019 Rujukan 40-50% 20-40% 2-8% 1-2% 0-1%

2.5 DIAGNOSIS 

Diagnosis Kerja

: Morbili



Diagnosa Banding

:

1. Rubella 2. Eksantema Subitum 2.6 TERAPI - IVFD RL 12 tpm makro s/s Kaen 3B - Paracetamol syr 120mg/5 ml 3x5 ml - Apialis syr 1x1 Cth - Ambroxol syr 3x2,5 ml - Cetirizin 1x5 mg - Laprosin 3x4 ml - Vitamin A 1x200.000 IU - L-Bio 3x1 sacch 2.7 PROGNOSIS Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad sanationam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

7

2.8 FOLLOW-UP Hari/ S Tanggal Rabu Demam (+) 20/2/2019 Mual (+) Muntah (-) Batuk (+) Pilek (+) Lemas (+) Nafsu makan (-) menurun Bercak-bercak merah (+) BAB cair (+) 3x BAK t.a.k

O

A

KU : Baik Sens: Compos Mentis

Morbili

HR : 80x/i RR : 27 x/i T : 37,9ºC

P & Th - IVFD RL 12 tpm makro s/s Kaen 3B - Paracetamol syr 120mg/5 ml 3x5 ml - Apialis syr 1x1 Cth - Ambroxol syr 3x2,5 ml - Cetirizin 1x5 mg - Laprosin 3x4 ml - Vitamin A 1x200.000 IU - Rawat Isolasi P/ Pemeriksaan H2TL (Hasil Terlampir)

Kamis Demam (+) 21/2/2019 Mual (+) Muntah (+) 1x Batuk (+) Pilek (+) Lemas (+) Nafsu makan (-) menurun Bercak-bercak merah (+) BAB cair (+) 2x BAK t.a.k

KU : Baik Sens: Compos Mentis

Jumat Demam (+) 22/2/2019 Mual (-) Muntah (-) Batuk (+) Pilek (+) Lemas (+) Nafsu makan (-) menurun Bercak-bercak merah (+) BAB cair (+) 2x BAK t.a.k

KU : Baik Sens: Compos Mentis

Morbili

- IVFD RL 12 tpm makro s/s Kaen 3B - Paracetamol syr 120mg/5 ml 3x5 ml - Apialis syr 1x1 Cth - Ambroxol syr 3x2,5 ml - Cetirizin 1x5 mg - Laprosin 3x4 ml - Vitamin A 1x200.000 IU - L-Bio 3x1 sacch

Morbili

- IVFD RL 12 tpm makro s/s Kaen 3B - Paracetamol syr 120mg/5 ml 3x5 ml - Apialis syr 1x1 Cth - Ambroxol syr 3x2,5 ml - Cetirizin 1x5 mg - Laprosin 3x4 ml - Vitamin A 1x200.000 IU - L-Bio 3x1 sacch

HR : 92 x/i RR : 24 x/i T : 37,9ºC

HR : 103 x/i RR : 25 x/i T : 38,4ºC

P/ Pemeriksaan H2TL

8

dan Hitung Jenis (Hasil Terlampir) Sabtu Demam (-) 23/2/2019 Batuk (+) Pilek (+) Lemas (-) Nafsu makan (+) Bercak-bercak merah (+) BAB cair (-) BAK t.a.k

KU : Baik Sens: Compos Mentis

Morbili

HR : 102 x/i RR : 25 x/i T : 37ºC

- IVFD RL 12 tpm makro s/s Kaen 3B - Paracetamol syr 120mg/5 ml 3x5 ml - Apialis syr 1x1 Cth - Ambroxol syr 3x2,5 ml - Cetirizin 1x5 mg - Laprosin 3x4 ml - Vitamin A 1x200.000 IU - L-Bio 3x1 sacch P/ Pasien Boleh Pulang Obat rawat jalan: - Azitromisin 1x2ml - Ambroxol syr 3x2,5 ml - Cetirizin syr 2x2,5 ml - Laprosin 3x4 ml

9

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI Morbili atau Campak atau Measles merupakan penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus yang pada umumnya menyerang anak. Virus campak dapat menyebabkan penyakit akut pada anak yang dimulai dari traktus respiratorius bagian atas, selanjutnya menyebar ke organ dan jaringan sehingga mengakibatkan berbagai gejala klinis.1,6,9 Campak memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang masingmasing mempunyai ciri khusus:6 (1) stadium masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari, (2) stadium prodromal dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada mukosa pipi (bercak Koplik), faring dan peradangan mukosa konjungtiva, dan (3) stadium akhir (konvalesens) dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan, dan kaki. Ruam timbul didahului dengan suhu badan yang meningkat, selanjutnya ruam menjadi menghitam, dan mengelupas. Pada kasus ini pasien sudah memasuki stadium konvalesens karena dilihat dari manifestasi kliniknya pada tubuh pasien yaitu muka, badan, tangan, dan kaki sudah timbul ruam dan mulai kehitaman. 3.2 EPIDEMIOLOGI Biasanya penyakit ini timbul pada masa kanak-kanak dan menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan mulai berkurang sehingga bayi dapat menderita morbili. Bila ibu menderita morbili pada trimester pertama, kedua dan ketiga kehamilan, maka mungkin akan melahirkan anak dengan kelainan bawaan, berat badan lahir rendah, lahir mati, atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. Bila ibu tidak /belum menderita morbili maka bayi yang dilahirkan tidak memiliki kekebalan terhadap morbili. Sedangkan ibu yang menderita morbili pada usia kehamilan 1-2 bulan, 50 % kemungkinan dapat menyebabkan abortus.6

10

Di Indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga, campak menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%).2 Telah diketahui bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara umum, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit yang sering dijumpai bronkopneumonia (75,2%), gastroenteritis (7,1%), ensefalitis (6,7%) dan lain-lain (7,9%).2,6 Sidang WHA (World Health Assembly) tahun 1998, menetapkan kesepakatan global untuk membasmi polio atau Eradikasi Polio (Rapo), Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) dan Reduksi Campak (RECAM) pada tahun 2000. Beberapa negara seperti Amerika, Australia dan beberapa negara lainnya telah memasuki tahap eliminasi campak. Pada sidang CDC/PAHO/WHO tahun 1996 menyimpulkan bahwa campak dimungkinkan untuk dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) atau reservoir campak hanya pada manusia dan adanya vaksin dengan potensi yang cukup tinggi dengan efikasi vaksin 85 persen. Diperkirakan eradikasi akan dapat dicapai 10-15 tahun setelah eliminasi.7 Pada kasus ini dilihat dari usia pasien, untuk usia 3,6 tahun kasus terjadinya morbili cukup tinggi dan termasuk dalam 10 penyakit utama anak usia balita. Selain itu anak-anak yang sudah diberikan imunisasi campak jarang terkena penyakit campak namun tidak menutup kemungkinan seorang anak untuk terkena campak. 3.3 ETIOLOGI Penyebabnya adalah virus yang tergolong dalam famili Paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal dan dalam waktu yang singkat setelah timbul ruam. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 300C dan -200C, sinar ultraviolet, eter, tripsin, dan betapropiolakton. Cara penularan penyakit ini dengan droplet dan kontak langsung dengan penderita.1,6 Virus campak berada di sekret nasofaring dan didalam darah, minimal selama masa tunas dan dalam waktu singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu dalam pengawatan beku, minimal 4 minggu disimpan dalam temperatur 35˚C. Virus tidak aktif pada pH rendah.8

11

Faktor Resiko:6  Daya tahan tubuh yang lemah  Belum pernah terkena campak  Belum pernah mendapat vaksinasi campak Pada kasus ini dilihat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien ini mengalami Morbili, dan berdasarkan teori disebabkan oleh virus campak. Pasien ini juga diduga memiliki daya tahan tubuh yang lemah, karena nafsu makannya yang biasanya sulit dan kelelahan karna ikut menjaga saudaranya yang sedang sakit. Pasien juga belum pernah terkena campak sebelumnya. 3.3 PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penyakit ini sangat mudah menular dimana penularan dapat terjadi melalui:3,4,6 

Percikan ludah yang mengandung virus (droplet infection)



Kontak langsung dengan penderita



Penggunaan peralatan makan dan minum bersama Penderita dapat menularkan penyakitnya sejak 2-4 hari sebelum timbulnya ruam

pada kulit sampai ± 5 hari sejak ruam timbul. Tingkat infektivitas campak sangat tinggi. Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari sesudah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus

12

masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus. Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit-berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh, tampak suatu ulser kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak Koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis. Akhimya muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respons delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan imunofluoresens dan histologik menunjukkan bahwa antigen campak dan gambaran histologik pada kulit berupa suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak, selain itu campak dapat menyebabkan gizi kurang.

3.5 MANIFESTASI KLINIK Penyakit ini merupakan salah satu self limiting disease yang memiliki masa tunas 10-20 hari dan dibagi dalam 3 stadium, yaitu:6,8 1. Stadium kataral (prodromal) Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas (38,5 ºC), malaise, batuk, nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih

13

kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir. 2. Stadium erupsi Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Terdapat pula sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “black measles”, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus. 3. Stadium konvalesensi Erupsi

berkurang

meninggalkan

bekas

yang

berwarna

lebih

tua

(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema dan eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi. Berdasarkan gejala yang timbul, morbili dapat berupa:6,7,8  Panas Panas dapat meningkat hingga hari kelima atau keenam yaitu pada saat puncak timbulnya erupsi. Kadang-kadang temperatur dapat bifasis dengan peningkatan awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti dengan periode normal selama 1 hari dan

14

selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat sampai 39°C-40,6°C pada saat erupsi ruam mencapai puncaknya. Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperatur turun diantara hari ke 2-3, sehingga timbulnya eksantema. Bila tidak disertai komplikasi, maka 2 hari setelah timbul ruam yang lengkap, panas biasanya turun. Bila panas menetap, maka kemungkinan penderita mengalami komplikasi.  Coryza Tidak dapat dibedakan dengan common cold. Batuk dan bersin diikuti dengan hidung tersumbat dan sekret yang mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan dengan menghilangnya panas.  Konjungtivitis Pada stadium awal periode prodromal dapat ditemukan transverse marginal line injection pada palpebra inferior. Gambaran ini sering dihubungkan dengan adanya inflamasi konjungtiva yang luas dengan disertai adanya edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan peningkatan lakrimasi dan fotofobia. Konjungtivitis akan menghilang setelah demam turun  Batuk Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernafasan. Intensitas batuk meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun demikian batuk dapat bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari.  Bercak Koplik’s Nama tersebut diambil dari Henry Koplik, nama seorang dokter spesialis anak di Amerika Serikat yang pertama mendeteksi tanda itu. Merupakan gambaran bercakbercak kecil yang ireguler sebesar ujung jarum/ pasir yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu. Gambaran ini merupakan salah satu tanda patognomonik morbili. Pada hari pertama timbulnya ruam sudah dapat ditemukan adanya bercak Koplik’s dan menghilang hari ketiga timbulnya ruam.  Ruam Timbul setelah 3-4 hari panas. Ruam mulai sebagai eritema makulo-papuler, mulai timbul dari belakang telinga pada batas rambut, kemudian menyebar kedaerah pipi, leher, seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam waktu 24 jam sudah menyebar sampai ke lengan atas dan selanjutnya ke seluruh tubuh, mencapai kaki pada hari ketiga.

15

Pada saat ruam sudah sampai ke kaki, maka ruam yang timbul lebih dulu mulai berangsur-angsur menghilang. Pada kasus ini, pasien mulai mengalami demam sejak 3 hari sebelum masuk RS dan diperkirakan mulai muncul ruam sekitar demam hari kedua dan dimulai dari kepala hingga ke seluruh tubuh. Keluhan batuk dan pilek sudah ada sejak awal demam, disertai diare. Pasien juga sempat mengalami mual dan muntah. 3.6 PENEGAKAN DIAGNOSIS Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut:3,4,8 Anamnesis 1. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus dicurigai atau di diagnosis banding morbili. 2. Mata merah, tahi mata, fotofobia, menambah kecurigaan. 3. Dapat disertai diare dan muntah. 4. Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis, petekie, ekimosis. 5. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak. Pemeriksaan Fisik 1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis. 2. Pada umumnya anak tampak lemah. 3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral). 4. Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian seluruh tubuh. Pemeriksaan penunjang Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan adanya leukopeni. Dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multi nucleated giant cell yang khas. Pada kasus-kasus atipik, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya. Teknik pemeriksaan yang dapat digunakan adalah: 1. Fiksasi komplemen 2. Inhibisi hemaglutinasi

16

3. Metode antibodi fluoresensi tidak langsung

Diagnosis Banding 1. German measles (Rubela) Gejala lebih ringan dari morbili, terdiri dari gejala infeksi saluran nafas bagian atas, demam ringan, namun terdapat pembesaran kelenjar regional di daerah suboccipital dan post aurikuler. Ruam lebih halus yang mula-mula timbul pada daerah wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang dalam waktu 3 hari. 2. Eksantema subitum Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. Rubeola infantum (eksantema subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari roseola infantum tampak ketika demam menghilang. Ruam rubella dan infeksi enterovirus cenderung untuk kurang mencolok daripada ruam campak, sebagaimana tingkat demam dan keparahan penyakit. Walaupun batuk ada pada banyak infeksi ricketsia, ruam biasanya tidak melibatkan muka, yang pada campak khas terlibat. Tidak adanya batuk atau riwayat injeksi serum atau pemberian obat biasanya membantu mengenali penyakit serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia dapat disertai dengan ruam yang agak serupa dengan ruam campak, tetapi batuk dan konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada meningokoksemia akut ruam khas purpura petekie. Rash karena obat-obatan lebih bersifat urtikaria, sehingga rashnya lebih besar, luas, menonjol dan umumnya tidak disertai panas. 3. Infeksi oleh Ricketsia Gejala prodromal lebih ringan, rash tidak dijumpai di wajah dan koplik’s spot tidak ada. 4. Infeksi mononucleolus Dijumpai limfadenopati umum dan peningkatan jumlah monosit. 5. Rash karena obat-obatan Bersifat urtikaria, sehingga rashnya lebih besar, luas, menonjol dan umumnya tidak disertai panas. Diagnosis campak biasanya dapat di buat berdasarkan kelompok gejala klinis yang sangat berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi dalam beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memliliki ciri khas, yaitu diawali dari

17

belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas. Pada stadium prodromal dapat ditemukan enantema di mukosa pipi yang merupakan tanda patognomonis campak (bercak Koplik).1 Meskipun demikian menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak semua kasus manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang mengidap gizi kurang, ruamnya dapat sampai berdarah dan mengelupas atau bahkan pasien meninggal sebelum ruam timbul. Pada kasus gizi kurang juga dapat terjadi diare yang berkelanjutan.1 Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis campak dapat ditegakkan secara klinis, sedangkan pemeriksaan penunjang sekedar membantu; seperti pada pemeriksaan sitologik ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi, dan pada pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifik. Campak yang bermanifestasi tidak khas disebut campak atipikal; diagnosis banding lainnya adalah rubela, demam skarlatina, ruam akibat obat-obatan, eksantema subitum dan infeksi Stafilokokus.8 Dilihat dari gejala-gejala yang ada pada kasus, dapat dikatakan bahwa anak tersebut menderita campak karna manifestasi yang di temukan pada pasien yaitu demam tinggi dalam beberapa hari disertai batuk dan pilek,mata kemerahan,ruam pada tubuh. Untuk pemeriksaan penunjang seperti serologi dan sitologi pada pasien ini tidak dilakukan karena penegakan diagnosis dapat dilakukan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. 3.7 PENATALAKSANAAN Morbili merupakan penyakit self limiting desease, sehingga pengobatannya hanya bersifat simptomatis yaitu ; memperbaiki keadaan umum, antipiretik bila suhu tinggi, sedativum, dan obat batuk. Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul.1 Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:3,9 

Penurun panas (antipiretik) paracetamol 10mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam.



Pengurang batuk: ekspektoran, gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari. Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan. Mukolitik bila perlu.

18





Vitamin A dosis tunggal -

Di bawah 1 tahun

: 100.000 unit

-

Di atas 1 tahun

: 200.000 unit

Antibiotika Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi sekunder

(seperti otitis media dan pnemonia) Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan dan indikasi masuk Rumah Sakit dianjurkan bila : -

Morbili yang disertai komplikasi

-

Morbili dengan kemungkinan komplikasi yang berat, yaitu bila ditemukan : 

Bercak/ eksantema merah kehitaman yang menimbulkan desquamasi dengan squama yang lebar dan tebal.



Suara parau terutama disertai tanda penyumbatan seperti laringitis dan pneumonia



Dehidrasi berat



Kejang dengan penurunan kesadaran



PEM berat

Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari. Pada pasien ini pengobatan yang diberikan sudah tepat untuk mengobati gejala klinis yang ada seperti Paracetamol syr 3 x (10-15mg/kgBB/x) = 3 x 1 cth untuk antipiretik. Untuk BAB cair diberikan L-Bio 3 x 1 sachet. Untuk mengobati masalah saluran pernafasan pada pasien diberikan Ambroxol dan Cetirizin. Selain itu juga pasien diberikan infuse RL bergantian dengan KaEN3B guna memenuhi kebutuhan cairan tubuh pasien. Jumlah kebutuhan cairan pasien seharusnya adalah 1100ml/hari.

19

Untuk pemberian Vitamin A 200.000 IU pada pasien ini diberikan karena stadium pasien belum memasuki stadium konvalesen ,dimana pemberian Vitamin A berpengaruh terhadap proses terjadinya penyembuhan. Pemberian Vitamin A lebih efektif pada saat stadium prodormal karena pemberian Vitamin A pada stadium prodormal dapat meminimalisir terjadinya komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan. 3.8 PROGNOSIS Morbili merupakan self limiting disease dan berlangsung 7-10 hari sehingga bila tanpa disertai dengan komplikasi maka prognosisnya baik. Morbiditas morbili dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : -

Diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang timbul.

-

Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orang tua penderita.

-

Masih percaya mitos.

-

Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang.

3.9 KOMPLIKASI Laringitis akut Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya, ditandai dengan distres pernafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam menurun, keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang. Bronkopneumonia Dapat disebabkan oleh virus campak maupun oleh invasi bakteri, ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus. Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus akan menghilang, kecuali batuk yang masih terus sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan, dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada fototoraks dan adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang berkembang malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa terjadi dan menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.

20

Kejang demam Kejang dapat timbul pada periode dernam, umumnya pada puncak demam saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam. Ensefalitis Ensefalitis adalah penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada hari ke-4-7 setelah tirnbulnya ruarn. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak, dengan mortalitas berkisar antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak. Gejala, ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma dan intobel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi nafas meningkat, twitching, disgrientasi juga dapat diternukan. Pemeriksaan cairan serebrpspinal menunjukkan pleositpsis ringan, dengan predominan sel mononuklear, peningkatan protein ringan, sedangkan kadar glukosa dalam batas normal. SSPE (Subacute Sclerosing PanEncepluilitis) Subacute sclerosing panenceplmlitis merupakan kelainan degeneratif susunan saraf pusat yang jarang disebabkan oleh karena infeksi oleh virus campak yang persisten. Kemungkinan untuk menderita SSPE pada anak yang sebelumnya pernah menderita campak adalah 0,6-2,2 per 100.000 infeksi campak. Risiko lebih besar pada umur yang lebih muda, masa inkubasi timbulnya SSPE rata-rata 7 tahun. Gejala SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku dan intelektual yang progresif, diikuti oleh inkoordinasi motorik, kejang umumnya bersifat miokionik. Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal, anribodi terhadap campak dalam serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280). Tidak ada terapi untuk SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal antara 6-9 bulan. Otitis media Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang telinga biasanya hiperemia pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus, terjadi otitis media purulenta. Enteritis Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.

21

Konjungtivitis Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadangkadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari pertama sakit. Konjungtiva dapat memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis dan menyebabkan kebutaan. Sistem kardiovaskular Pada ECG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada gelombang T, kontraksi prematur aurikel dan perpanjangan interval A-V. Perubahan tersebut bersifat sementara dan tidak atau hanya sedikit mempunyai arti klinis. Pada pasien ini, komplikasi yang ditemukan hanyalah enteritis yang biasanya terjadi pada masa prodromal. 3.10 PENCEGAHAN Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain: 

Hindari kontak dengan penderita campak



Imunisasi campak pada usia 9 bulan



Imunisasi MMR pada usia 15 bulan



Gamma globulin

 Dapat diberikan pada anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun bila ada riwayat kontak dengan penderita  Hanya memberikan perlindungan singkat (± 3 bulan)  Dosis: 0.2 ml/kgBB Vaksinasi biasanya dapat memberikan perlindungan seumur hidup pada penerimanya. Walau demikian, pada beberapa kasus, orang yang telah mendapat vaksinasi masih bisa terkena penyakit campak. Bila ini terjadi, gejala yang dialami biasanya bersifat ringan. Morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Imunisasi yang diberikan dapat berupa imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif Vaksin yang diberikan ialah “Live attenuated measles vaccine”. Mula-mula diberikan strain Edmonson B, tetapi strain ini dapat menimbulkan panas tinggi dan

22

eksantema pada hari ke 7-12 post vaksinasi, sehingga strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan gamma globulin di lengan lain. Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan bersama gamma globulin. Di Indonesia digunakan vaksin virus morbili hidup yang telah dilemahkan yaitu strain Schwarz. Vaksin ini diberikan sebanyak 0,5 ml secara subkutan dan dapat menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama. Vaksin ini diberikan secara subcutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan. Pada anak dibawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan yang baik, karena gangguan antibodi yang dibawa sejak lahir. Pemberian imunisasi ini akan menyebabkan anergi terhadap tuberkulin selam 2 bulan setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat imunoglobulin atau tranfusi darah sebelumnya, maka vaksinasi ini harus ditangguhkan sekurang-kurangnya 3 bulan. Vaksinasi tidak boleh dilakukan bila : -

Menderita infeksi saluran nafas akut atau infeksi akut lainnya yang disertai dengan demam lebih dari 38°C

-

Memiliki riwayat kejang demam

-

Terdapat defisiensi imunologik

-

Penderita leukimia, dalam pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif

-

Memiliki riwayat alergi (ditunda sampai dengan 2 minggu sembuh)

-

Dalam masa kehamila

Imunisasi pasif Tidak banyak dianjurkan karena terdapat risiko terjadinya ensefalitis dan aktivasi tuberkulosis.

23

BAB 4 PEMBAHASAN

1. Pada pasien ini didiagnosis Morbili berdasarkan data yaitu dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. 2. Dari anamnesis didapatkan tanda-tanda seperti demam tinggi, mual, muntah, batuk berdahak, pilek, lemas, timbul bercak-bercak merah di seluruh tubuh, diare, dan nafsu makan menurun. Pasien tidak mengeluh mimisan dan gusi berdarah. 3. Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya suhu febris, ruam makulopapular dengan batas tidak tegas, faring hiperemis. 4. Dari pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan laboratorium leukopenia dan trombositopenia ringan. 5. Penatalaksanaan pada pasien ini berupa terapi medikamentosa dan terapi nonmedikamentosa. 6. Pasien diberikan edukasi mengenai penyakitnya dan tetap memotivasi untuk makan dan minum. 7. Prognosis pada pasien ini yaitu dubia ad bonam.

24

Related Documents

Laporan Kasus 2 Morbili.docx
December 2019 38
Laporan Kasus
June 2020 61
Laporan Kasus
June 2020 56
Laporan Kasus
June 2020 53
Laporan Kasus
June 2020 47

More Documents from "tyas galuh"

Daftar Pustaka Paru.docx
December 2019 16
Laporan Kasus 2 Morbili.docx
December 2019 38
Kata Pengantar.docx
December 2019 21
-.pdf
October 2019 51
Vm 14 Januari.docx
October 2019 17